Sistem Pendidikan Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari

22

C. Sistem Pendidikan Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari

Sistem pendidikan memiliki aspek-aspek atau komponen yang terkandung di dalamnya. Sistem tersebut dimiliki untuk membantu lembaga pendidikan dalam mencapai cita-citanya. Salah satu yang dipersiapkan adalah sebuah sistem yang saling berkaitan dalam sebuah lembaga pendidikan. Sistem tersebut memiliki komponen antara lain: 1. Tujuan Setiap sekolah yang berdiri memiliki tujuan yang ingin diwujudkan atau dicapai termasuk Sekolah Rakyat Kanisisus Harjosari. Sekolah yang dibangun oleh pihak yayasan Katolik memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Tujuan sekolah pada umumnya adalah untuk mencerdaskan dan mengenalkan ilmu pengetahuan kepada masyarakat, di samping itu juga memperkenalkan agama Katolik kepada masyarakat. Hal tersebut dikarenakan Yayasan Kanisius memiliki pedoman ajaran Katolik. Dalam memperkenalkan ajaran tersebut melalui salah satu kegiatan sekolah dan juga pelajaran agama. Romo dan Frater didatangkan untuk mengajarkan agama kepada murid yang bersekolah di Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari sehingga kepercayaan Katolik mulai di kenal wawancara Jumilah, 21122013 Keseriusan sekolah dalam hal ingin mencerdaskan masyarakat sekitar dapat dilihat dengan tidak mempersulit calon peserta didik yang ingin masuk. Sekolah juga menyediakan alat tulis untuk 23 dipinjamkan supaya tidak membebani para siswa-siswanya. Alat tulis yang dipinjamkan tersebut seperti sabak, grip untuk kelas 1 satu sampai kelas 3 tiga. Sedangkan untuk kelas 4 empat sampai kelas 6 enam menggunakan buku tulis cap banteng dan pen tutul pena yang ada tangkainya dan dicelupkan pada tinta yang berada di tengah- tengah meja tulis. Alat tulis yang dipinjamkan tersebut hanya dipergunakan pada saat kegiatan mengajar di sekolah dan tidak dapat di bawa pulang oleh peserta didik wawancara Sutami, 05112013. Sehingga peserta didik harus benar-benar memperhatikan dan menguasai setiap pelajaran yang dipelajarai. Mereka juga harus menghapal dengan cepat cara menulis huruf latin yang diajarkan karena keterbatasan ruang menulis yang harus segera dihapus dan digantikan dengan tulisan yang baru. Berbeda dengan halnya murid pada jaman sekarang mampu menggunakan buku tulis wawancara Jumilah, 21122013 Selain alat tulis buku bacaan juga disediakan oleh pihak sekolah. Buku bacaan tersebut seperti halnya pada jaman sekarang adalah buku paket yang harus dibeli oleh para murid. Buku bacaan yang digunakan oleh murid Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari sekitar tahun 1942 masih menggunakan ratu Belanda Ratu Wilhemina sebagai sampul cover buku bacaan tersebut. Setelah Indonesia merdeka buku bacaan yang digunakan para murid berjudul “Kuncung Bawuk ” wawancara Ngabedan, 22122013 24 2. Peserta Didik Peserta didik merupakan salah satu bagian penting komponen sebuah sekolah. Dalam sebuah sekolah tidak dapat melakukan kegiatan pembelajaran jika tidak terdapat peserta didik di dalamnya. Sekolah yang baru merintis untuk memperkenalkan ilmu pengetahuan serta agama kepada masyarakat desa tidak mempersulit dalam hal pendaftarannya. Pihak sekolah tidak memberikan syarat-syarat khusus yang harus dilakukan atau dimiliki oleh calon peserta didik untuk menjadi siswa dari sekolah tersebut. Pada saat sebelum pendaftaran calon peserta didik dari Sekolah Rakyat Kanisius tersebut diperbolehkan untuk melihat dan mengamati di dalam ruangan yang akan digunakan selama proses pembelajaran untuk menarik minat peserta didik wawancara Jumilah, 21122013 Sekolah Rakyat Kanisius berada di Kelurahan Harjosari. Para peserta didik berasal dari berbagai desa seperti Glodogan, Kadipaten, Kerban, Sekuro, Gentan, Doplang Kutan. Beberapa desa tersebut membuat Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari memiliki banyak calon peserta didik, karena tidak ada sekolah lainnya selain Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari wawancara Rikami, 28122013. Antusiasme calon peserta didik yang ingin menuntut ilmu di Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari diperoleh salah satunya dari ketertarikannya setelah melihat anggota keluarga, saudara ataupun tetangganya yang terlebih dahulu menjadi murid di sekolah tersebut. 25 Selain itu antusiasme calon peserta didik didapat juga dari informasi yang diberikan oleh para murid Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari. Informasi tersebut memberitahukan bahwa jika menjadi murid sekolah akan mendapatkan banyak teman. Dan juga berbagai permainan yang dapat dimainkan bersama teman-temannya yang baru. Calon peserta didik juga diarahkan untuk memasuki Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari dengan nasehat atau perintah dari orang tuanya yang ingin anaknya memiliki pengalaman bersekolah. Orang tua mengharapkan anaknya tidak seperti mereka yang hanya tahu mencari uang untuk bertahan hidup. Calon peserta didik yang ingin mendaftarkan diri sebagai murid SR Kanisius Harjosari adalah dengan memenuhi syarat sebagai berikut wawancara Jumilah, 21122013: a Datang ke sekolah bersama orang tua sehingga sekolah mengetahui nama orang tua dari calon siswanya. b Menunjukan tangan yang dilingkarkan di kepala yang mampu menyentuh telinga nyandak kuping. Siswa yang bersekolah di Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari tidak semuanya menyelesaikan pendidikannya di sekolah tersebut. Hal itu dikarenakan mereka berhenti sekolah sebelum melaksanakan ujian di kelas enam. Kondisi keluarga yang sulit membuat mereka harus berhenti sekolah dan membantu orang tua. Mereka ikut mencari kebutuhan untuk menyokong kehidupan keluarga. Murid-murid yang masih bertahan untuk melanjutkan pendidikannya juga tak luput 26 dalam membantu orang tua mereka. Saat musim derep musim panen padi tiba banyak murid yang memilih untuk tidak masuk sekolah karena membantu orang tua yang bekerja sebagai buruh tani wawancara Nasirun, 26052014 Beberapa hal yang menyebabkan para murid Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari pada tahun 1947-1957 untuk mengundurkan diri dari kegiatan belajar mengajar, diantaranya: a Malas untuk berangkat sekolah b Menolong orang tua c Tidak lagi mengikuti pelajaran disekolah tanpa alasan yang jelas d Pindah sekolah untuk mengikuti orang tua e Malu karena tidak berpakaian diakibatkan faktor kemiskinan orang tua. Alasan utama yang sering diutarakan adalah membantu orang tua misalnya saja angon bebek mengurusi bebek, ikut orang tua bekerja di sawah, mengembalakan kerbau milik tetangga dan pekerjaan lain sebagainnya. Kegiatan tersebut dilakukan oleh murid- murid yang keluar dari sekolah untuk membantu meringankan beban hidup yang harus ditanggung oleh orang tua mereka Stamboek S. R. Kanisius di Harjosari 1947-1957, 1947 Para murid yang mengundurkan diri atau keluar dari sekolah membuat guru-guru yang mendidiknya di sekolah tersebut begitu 27 menyayangkan dengan tindakan tersebut. Hal tersebut membuat guru- guru mendatangi tempat tinggal muridnya yang sebagian besar berada di sekitar Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari. Para guru berusaha untuk membujuk mereka kembali bersekolah lagi. Hal yang dilakukan para guru tersebut menunjukkan kepedulian kepada para muridnya walaupun tidak jarang hal yang dilakukan kurang membuahkan hasil wawancara Nasirun, 13052014 Disamping para mereka yang mengundurkan diri sebelum mencapai kelulusan, terdapat juga murid-murid Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari yang memperjuangkan kelulusannya dengan susah payah. Mereka mempersiapkan untuk menghadapi ujian dengan belajar secara berkelompok bersama-sama. Di samping itu mereka juga mempersiapkan diri untuk menuju tempat diselenggarakannya ujian. Keterbatasan yang dimiliki oleh Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari mengakibatkan para peserta didik yang sudah mencapai kelas tertinggi kelas enam mendapat kesulitan dalam menghadapi ujian. Mereka melaksanakan ujian dengan menumpang disekolah lain yang masih berada di bawah naungan Yayasan Kanisisus. Sekolah tersebut terletak di wilayah Kecamatan Ambarawa wawancara Rikami, 28122013 Di jaman yang sudah maju jarak jauh bukanlah masalah untuk ditempuh, banyak alat transportasi yang tersedia. Namun hal tersebut 28 tidak dialami oleh murid-murid dari Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari yang harus menempuh jarak ± 6 km untuk mencapai tempat diselenggarakannya ujian kelulusan sekolah. Keberangkatan dari rumah ke tempat yang akan diujikan melalui jalan setapak di tengah ladang atau masyarakat sekitar menyebutnya tegal. Para murid melakukan perjalanan menuju tempat ujian dengan berjalan bersama- sama secara berkelompok. Hal tersebut dikarenakan rumah mereka yang saling berdekatan bertetangga. Tempat ujian tersebut harus ditempuh dengan berjalan kaki dan tanpa alas kaki wawancara Sutami, 05112013. Murid-murid yang mengikuti ujian harus menginap di sekolah maupun rumah warga sekitar yang mau menampung mereka. Tempat tinggal para murid yang jauh dari tempat berlangsungnya ujian yang mengharuskan mereka untuk menginap. Adanya jarak sekitar ± 6 km tidak memungkinkan mereka untuk berangkat dari rumah ke tempat ujian setiap hari. Murid kelas enam yang menjadi peserta ujian menginap di rumah dengan membawa beberapa bekal seperti ketela dan beras untuk dimasak dan untuk dimakan pagi, siang dan malam. Ujian berlangsung selama 3 tiga hari dengan mata pelajaran yang diujikan yakni Bahasa Indonesia, berhitung, dan pengetahuan umum. Para murid yang berhasil lulus disarankan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi dengan memberikan surat keterangan nilai 29 ujian karena ijasah yang belum diberikan atau belum jadi wawancara Sutami, 05112013 3. Pendidik Pendidik yang mengajar di Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari adalah orang yang mengajarkan serta mentransormasikan ilmu yang mereka punya kepada anak didiknya. Para pendidik juga sebagai orang tua pengganti disaat para muridnya masih berada di lingkungan sekolah. Seorang guru memiliki tanggung jawab yang besar dengan banyaknya anak didiknya dalam satu kelas. Dengan tanggung jawab yang besar itulah para pendidik seharusnya memliki kualitas yang memadai sebagai seorang guru. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya beberapa sekolah yang dikhususkan untuk mendidik calon guru atau dengan kata lain sekolah guru. Yayasan Kanisius pun mendirikan sekolah guru untuk mempersiapkan guru-guru yang akan mengajar di sekolah-sekolah yang didirikan oleh yayasan. Para guru yang mengajar di Sekolah Rakyat Kanisius berasal dari berbagai daerah di Jawa Tengah. Guru-guru tersebut diantaranya Bapak Slamet dan Bapak Tomo dari Yogyakarta, Bapak Joyo dari Tuntang, Bapak Muhdi dari Berokan, Bapak Nasirun dari Langensari dan Ibu Narsih dari Karangjati wawancara Sutami, 05112013 Salah satu guru yang pernah mengajar di Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari memiliki berbagai pengalaman yang dialami. Sebagai seorang pengajar beliau harus rela berjalan jauh untuk menuju 30 tempatnya mendidik para muridnya. Kurang lebih ± 7 km dari desa Langensari ke Desa Glodogan yang merupakan tempat berlangsunnya kegiatan belajar Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari. Jarak tersebut ditempuhnya setiap hari dengan berjalan kaki tanpa menggunakan tanpa alas kaki. Pakaian yang dikenakan untuk melindungi tubuh beliau dari terik matahari saat perjalanan pulang dari mengajar adalah kaos dan celana pendek. Pakaian tersebut juga digunakannya untuk mengajar di dalam kelas wawancara Nasirun, 13052014 Pendidikan yang dimiliki oleh salah satu guru yang pernah mengajar di Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari adalah menempuh pendidikan Sekolah Rakyat di Bergaslor selama 6 tahun. Setelah lulus di sekolah rakyat beliau melanjutkan di OVVO Opleidingshool Voor Volksonder Onderwyzers Kanisius di Ambarawa selama 2 tahun. Dan yang terakhir mengikuti UPSGB Ujian Persamaan Sekolah Guru Bantu di Ambarawa. Berawal dari lulusan OVVO inilah disalurkan untuk menjadi pengajar di Sekolah Rakyat yang berada di bawah naungan Yayasan Kanisius wawancara Nasirun, 13052014 Perjalanan panjang yang harus ditempuh dalam menjadi guru tetap di sekolah-sekolah Kanisius dirasakan oleh salah satu guru yang pernah mengajar di Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari. Hampir tiap tahun harus dipindahtugaskan dari satu sekolah ke sekolah lain yang masih di bawah naungan yayasan. Salah satu pengalaman mengajar yang dipindahtugaskan adalah dari Sekolah Rakyat Jimbaran ke 31 Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari. Bahkan pernah juga beliau merasakan dipindahtugaskan hingga mengajar di salah satu sekolah rakyat di Muntilan. Perpindahan tempat mengajar yang berubah-uabh hampir setiap tahun dikarenakan kepercayaannya yang belum sama dengan pihak yayasan. Namun akhirnya selama hampir 10 tahun ditempatkan di Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari setelah beliau dibaptis wawancara Nasirun, 13052014 Guru tetap di Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari digaji dengan uang sebesar Rp 106,50. Gaji tersebut diambil secara pribadi langsung di kantor yayasan yang berada di sekitar wilayah Girisonta. Gaji tidak diberikan kepada kepala sekolah yang kemudian diberikan kepada guru lainnya. Bahkan yang menjabat sebagai kepala sekolah ikut ambil bagian dalam kegiatan pembelajaran dan mengampu salah satu kelas di sekolah tersebut wawancara Nasirun, 26052014. 4. Alat pendidikan Alat pendidikan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dan digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan tersebut berfungsi untuk mempermudah mempercepat tercapainya tujuan pendidikan Hasbulah, 2009:123-124. Salah satu alat pendidikan yang dibutuhkan adalah a Bangunan Sekolah Salah satu alat pendidikan yang diperlukan oleh sebuah sekolah adalah gedung sekolah yang digunakan untuk tempat 32 berlangsungnya proses belajar mengajar. Cukup pentingnya bangunan sekolah untuk kegiatan pembelajaran membuat pemerintah melakukan berbagai usaha mengatasi kekurangan gedung-gedung sekolah. Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah adalah menyewa rumah-rumah rakyat. Usaha tersebut belum cukup untuk memenuhi kebutuhan gedung dalam kegiatan belajar mengajar sehingga pemerintah mencari usaha yang lain. Usaha lainnya adalah mengadakan sistem dua kali mengajar dalam sehari. Dengan demikian sebuah bangunan dapat dipakai oleh dua sekolah, yakni sekolah pagi dan sekolah siang Djumuhur, 1974:209 Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari dalam perjalanan sejarahnya sempat tidak memiliki gedung sekolah sehingga kegiatan pembelajaran dilakukan secara berpindah-pindah tempat. Sekitar tahun 1942 Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari melakukan proses belajar mengajar disebuah bangunan semi permanen yang berada di tengah sawah. Bangunan semi permanen tersebut terdiri dari 2 kelas yakni kelas 1 satu dan kelas 2 dua dengan satu staf pengajar. Proses belajar mengajar tersebut dilakukan secara bergantian dalam menggunakan ruang kelas wawancara Ngabedan, 22122013 Kelas 1 satu sampai kelas 6 enam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar ditempat yang berbeda. 33 Sehingga para murid Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari tidak berada dalam lingkup satu sekolah. Seperti digambarkan saat kelas 1 satu dan kelas 2 dua melaksanakan proses belajar mengajar di rumah-rumah warga. Maka kelas 3 tiga dan kelas 4 empat melaksanakan proses belajar mengajar di tempat lain seperti di Gedung Mayer. Dan kelas 5 lima dan kelas 6 enam melaksanakan pembelajaran di rumah warga lainnya. Rumah warga memiliki jarak ± 2 km dengan gedung Mayer tersebut. wawancara Jumilah, 21122013 Ruang kelas yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar tidak berada di satu lingkup sekolah atau berpencar- pencar. Guru harus memberikan informasi mengenai hal tersebut kepada para muridnya. Dan juga guru memberikan informasi lainnya mengenai ruang kelas selanjutnya saat penerimaan rapor. Guru akan memberitahukan kepada para murid dimana tempat mereka akan menerima pelajaran selanjutnya, apakah masih ditempat yang sama atau sudah berpindah tempat wawancara Sutami, 05112013 Guru akan mengadakan kegiatan refresing jalan-jalan untuk menunjukan letak tempat-tempat yang dijadikan sebagai ruang kelas untuk kegiatan pembelajaran. Kegiatan jalan-jalan tersebut dilakukan dengan berjalan kaki bersama-sama satu kelas. Kegiatan refresing dilaksanakan oleh sekolah dengan 34 berjalan-jalan mengelilingi desa-desa sekitar bahkan tanpa alas kaki sekalipun yang jaraknya mampu mencapai ± 2 km wawancara Jumilah, 21122013 Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari tidak memiliki lahan untuk mendirikan bangunan. Sehingga membuat pihak sekolah pernah memanfaatkan bangunan-bangunan semi permanen yang berada di tengah sawah. Bangunan semi permanen tersebut terbuat dari anyaman bambu sehingga membuatnya tidak bertahan lama. Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari tidak melakukan perbaikan atau perawatan karena bangunan tersebut berdiri bukan di lahan milik sekolah. Hal tersebut membuat bangunan yang tidak terawat itu akhirnya rubuh. Dari bangunan semi permanen di tengah sawah kegiatan belajar mengajar beralih tempat ke rumah milik Pak Bekel yang bernama Durman wawancara Ngabedan, 22122013 Setelah itupun kegiatan belajar mengajar harus beberapa kali berpindah tempat. Tempat-tempat yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar seperti bangunan Belanda atau sering disebut oleh masyarakat setempat dengan Gedung Mayer. Selain memanfaatkan gedung yang ada, rumah warga juga digunakan oleh pihak sekolah seperti rumah Ibu Suliah, rumah Bapak Wari, rumah Ibu Juri, rumah Ibu 35 Marsipan yang merupakan warga dari desa Glodogan wawancara Sutami, 05112013 Rumah-rumah warga yang digunakan untuk proses belajar mengajar tersebut memiliki lahan yang luas. Di lahan yang luas terdapat bangunan rumah yang luas pula sehingga memungkinkan untuk kegiatan belajar mengajar dengan banyaknya murid di dalamnya. Rumah warga yang digunakan mampu untuk menampung ± 30 siswa dengan luas bangunan ± 12x11 meter. Rumah-rumah yang digunakan untuk dijadikan tempat pembelajaran memiliki dua bangunan utama atau biasa disebut omah gandok wawancara Jumilah, 26052014 Proses belajar mengajar ditempatkan di bagian pendopo dari rumah tersebut. Hal tersebut dikarenakan jarang digunakan oleh pemilik rumah sehingga dapat dijadikan tempat untuk kegiatan pembelajaran. Bagian pendopo tersebut biasanya hanya dipakai untuk menerima tamu sehingga jarang digunakan. Selain banguan yang cukup luas terdapat pula pekarangan teras depan yang tidak kalah luasnya ± 3x7 meter. Hal tersebut dimanfaatkan oleh para murid untuk melakukan berbagai permainan di saat jam istirahat berlangsung wawancara Jumilah, 26052014 Pada akhirnya pihak yayasan dapat membeli tanah yang dimiliki oleh salah satu warga di desa Glodogan yang 36 bersedia dibeli. Hal tersebut memberikan kesempatan pihak yayasan untuk mendirikan bangunan sekolah dan membuat kegiatan belajar mengajar tidak berpindah-pindah lagi. Di lahan hasil pembeliannya dengan warga desa setempat mampu dibangun kelas-kelas yang berukuran ± 4x6 meter. Kelas-kelas tersebut dibangun secara berderet hingga mencapai 6 enam kelas atau 6 enam ruangan. Kelas-kelas tersebut mampu menampung semua murid yang bersekolah di Sekolah Rakyat Kanisus Harjosari dari kelas satu hingga kelas enam wawancara Nasirun, 26052014 Pada awalnya bangunan yang didirikan masih terbuat dari anyaman-anyaman bambu atau orang desa setempat menyebutnya dengan gedek. Hal tersebut dikarenakan yayasan belum mampu memberikan dana untuk membeli material bangunan. Proses pembangunan dilakukan secara bertahap dimulai dari membeli lahan terlebih dahulu hingga membeli bahan material untuk mendirikan bangunan. Namun dengan keuangan yang semakin meningkat maka bangunan tersebut mulai diperkokoh. Murid-murid yang bersekolah di Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari juga ikut ambil bagian dalam mendirikan bangunan sekolah mereka. Hal tersebut terlihat dari adanya kegiatan gotong royong membawa batu yang akan digunakan 37 dalam membangun sekolah. Batu-batu tersebut diambil dari kali atau sungai-sungai kecil yang berada disekitar desa Glodogan yakni desa Kerban. Kegiatan gotong royong tersebut dilakukan saat jam istirahat berlangsung sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar wawancara Jumilah, 21122013 b Materi pembelajaran Pelajaran yang diajarkan pada awalnya hanya sebatas menghitung, menulis huruf latin dan huruf jawa serta menggambar. Seiring dengan tahun-tahun yang telah dilewati sekolah tersebut memberikan tambahan ilmu-ilmu yang diajarakan kepada siswanya hingga mencapai 8 delapan mata pelajaran pada tahun 1957 yaitu: 1. Budi pekerti Para peserta didik diajarkan mengenai kebaikan yang harus dilakukan oleh seorang manusia selama hidup dalam masyarakat, seperti keTuhanan itu sepeti apa? Berperikemanusiaan itu yang bagaimana, itulah yang diajarkan dalam pelajaran budi pekerti. 2. Bahasa Indonesia Dalam pelajaran bahasa Indonesia peserta didik diajarkan dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar seperti halnya menggunakan awalan, 38 sisipan, akhiran dan berbagai pribahasa yang digunakan oleh masyarakat. 3. Berhitung Mata pelajaran berhitung ini sebagai mata pelajaran yang sederhana seperti pipolondo atau ping, poro lan sudo perkalian, pengurangan dan pengurangan 4. Menggambar Pelajaran menggambar ini sebelum menggunakan buku kertas gambar masih menggunakan sabak. Sehingga saat murid selesai menggambar langsung dinilai oleh guru.Para murid yang mendapatkan nilai bagus 10 akan sangat gembira sehingga nilai yang tertera di sabak tersebut ditempelkan di pipi. Hal tersebut dilakukan untuk mengecap atau mencetak angka 10 tersebut beralih ke pipi mereka. Sehingga memapu membanggakan hasil nilainya kepada teman-temannya. 5. Ilmu bumi Mata pelajaran ilmu bumi mengajarkan para muridnya tentang berbagai macam isi dari bumi dan berbagai letak-letak tempat seperti kota maupun negara. 6. Bahasa Jawa Mata pelajaran bahasa jawa mengajarkan bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat sehari-hari. Diajarkan 39 juga bahasa krama untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat. Disamping bahasa krama juga diajarkan tulisan-tulisan jawa atau aksara jowo. Tembang dolanan juga di ajarakan di mata pelajaran ini. 7. Agama Agama katolik merupakan pelajaran agama yang diajarkan di Sekolah Rakyat Kanisius karena yayasan itu merupakan yayasan katolik. Pelajaran agama ini diberikan kepada semua murid tanpa memandang kepercayaan apa yang mereka anut. Dalam pelajaran agama ini yang bertugas mengajar adalah bruder ataupun romo. Maka saat pelajaran berlangsung guru yang mengampu kelas tersebut berada di luar ruang kelas atau ikut di dalam kelas untuk menemani para muridnya. 8. Ilmu Hayat Dalam ilmu hayat mengajarkan kehidupan yang terjadi di bumi seperti kehidupan tumbuhan, kehidupan hewan dan kehidupan manusia. 5. Lingkungan Lingkungan sekolah yang mendukung terciptanya kegiatan belajar mengajar juga merupakan salah satu komponen dari sistem 40 pendidikan. Lingkungan sekolah tersebut tediri dari masyarakat yang berada di sekiar tempat diadakannya kegiatan belajar. Dukungan diberikan oleh masyarakat sekitar. Hal tersebut dapat dilihat dari dipinjamkannya rumah-rumah warga untuk dijadikan tempat kegiatan pembelajaran. Warga tidak meminta memungut bayaran dalam meminjamkan sebagian tempat tinggal mereka atau dengan kata lain dipinjamkan secara gratis wawancara Nasirun, 26052014 Berbagai hal yang dilakukan pihak sekolah guna menarik minat masyarakat sekitar untuk memasukkan putra-putri mereka kedalam dunia pendidikan. Pihak sekolah menarik hati masyarakat misalnya saja dengan tidak memungut biaya dari para murid yang belajar di sekolah tersebut. Pada awalnya pihak sekolah membebaskan biaya atau gartis secara keseluruhan.Namun dengan semakin banyaknya murid yang masuk ke Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari akhirnya menerima sumbangan dari para murid. Sumbangan biasanya diberikan dari orang tua murid yang dirasa mampu untuk menyumbangkan beberapa sen kepada sekolah. Walaupun hal tersebut tidak diharuskan oleh pihak sekolah. Beberapa orang tua murid yang dirasa mampu memberikan sumbangan ± 5 sen setiap bulannya. Dan dicatat oleh guru dalam setiap kelas namun tidak ada kartu-kartu khusus pembayaran wawancara Jumilah, 21122013 Disamping dengan pembebasan biaya-biaya sekolah, ada pula kepedulian akan kesehatan yang diperhatikan oleh Sekolah Rakyat 41 Kanisius Harjosari. Kesehatan merupakan sesuatu hal yang penting untuk murid sekolah rakyat yang masih dalam masa pertumbuhan. Pihak sekolah bekerja sama dengan pihak pemerintah untuk memberikan suntikan guna menanggulangi penyakit cacar air karena memperhatikan pentingnya kesehatan. Kegiatan tersebut oleh pihak sekolah rutin diselenggarakan atau dilaksanakan di setiap kelas tiga. Suntik cacar tersebut yang dilakukan oleh pak mantri keliling dari puskesmas terdekat wawancara Jumilah, 21122013.

D. Proses pembelajaran