Tinjauan Umum Transaksi Perdagangan Internasional

18

2.1. Tinjauan Umum Transaksi Perdagangan Internasional

Adapun pengertian dari transaksi perdagangan internasional atau disebut juga dengan transaksi bisnis internasional adalah: “...act of transaction or conducting any business; management; proceeding; that which is done; an affair”. Kemudian disebutkan “...it may involve selling, leasing, borrowing, mortaging or lending... it must therefore consist of an act agreement, or several acts or agreements, or several acts or agreement having some connection with each other, in which more than one person in concerned, and by which the legal relations of such persons between themselves are altered...” yang berkewarganegaraan berbeda. 22 Menurut Jeferson Kameo dalam bukunya, ada tiga cara dalam mengidentifikasi suatu transaksi, apakah transaksi tersebut memiliki atau tidak memiliki karakteristik atau ciri-ciri transaksi perdagangan internasional. 23 Cara yang pertama, menitikberatkan pada perpindahan barang; cara yang kedua memfokuskan diri kepada tempat kedudukan dari para pihak dalam suatu transaksi; dan cara yang ketiga adalah cara penentuan karakteristik internasional dari suatu transaksi yang menggabungkan antara cara yang pertama dengan cara yang kedua, atau disebut juga dengan cara hibrida. 24 Jual beli dalam arti khusus ialah jual beli perusahaan, dalam hal ini adalah transaksi ekspor-impor. Transaksi ekspor-impor adalah transaksi perdagangan internasional international trade yang sederhana dan tidak lebih dari membeli dan menjual barang antara pengusaha-pengusaha yang bertempat di negara yang 22 Wyasa Putra I. D., Aspek-Aspek Hukum Perdata Internasional Dalam Transaksi Bisnis internasional, Refika Aditama, Bandung, 2008, hlm., 2. 23 Jeferson Kameo, Op.Cit., hlm., 1. 24 Lihat penjelasan yang sama di Bab I, hlm., 2, Supra. 19 berbeda. 25 Dengan kata lain bahwa kegiatan ekspor impor merupakan jual beli yang dilakukan secara internasional, artinya dilakukan antar negara. Dalam jual beli perusahaan, yang dalam hal ini adalah ekspor impor, terdapat ciri-ciri khusus. Kekhususan ini dapat ditelaah melalui unsur-unsur dalam jual beli berikut ini: 26 Pertama, unsur subjek yang terdiri dari penjual dan pembeli. Dua pihak dalam transaksi ini atau salah satunya adalah pengusaha, yaitu perseorangan atau badan hukum yang menjalankan perusahaan. Kedua, unsur obyek, yang terdiri dari benda dan harga. Benda adalah barang dagangan, yaitu barang yang dibeli atau dijual lagi atau disewakan. Harga adalah nilai benda sebagai imbalan yang dapat menghasilkan nilai lebih yang disebut keuntungan atau laba. Sedangkan ketiga, adalah unsur perbuatan, terdiri dari menjual dengan penyerahan dan membeli dengan pembayaran harga. Peyerahan barang dengan menggunakan alat angkut khusus dan dengan syarat khusus pula. Pembayaran biasanya dilakukan melalui bank dengan menggunakan dokumen-dokumen atau surat-surat berharga. Untuk unsur tujuan, yaitu keuntungan atau laba yang diperhitungkan. 27 Ada berbagai motif atau alasan mengapa subjek hukum pelaku dalam perdagangan melakukan transaksi perdagangan internasional. Diantaranya adalah adakalanya produksi yang dihasilkan di suatu negara itu belum dapat dikonsumir seluruhnya di dalam negeri dan ada pula yang masih memerlukan bantuan pihak 25 Roselyne Hutabarat, Transaksi Ekspor Impor, Erlangga, Jakarta, 1991, hlm., 1. 26 C. S. T. Kansil, Hukum Perusahaan Indonesia Aspek Hukum dan Ekonomi Bagian Dua, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 2001, hlm., 7. 27 Ibid. 20 di negara lain untuk mengolahnya. Kemungkinan lain karena konsumsi di dalam negeri sudah melebihi dari yang dibutuhkan, maka kelebihannya itu dapat diekspor ke negara lain untuk memperoleh devisa. 28 Selain itu, setiap negara berbeda dengan negara lainnya ditinjau dari sudut sumber daya alamnya, iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga, keadaan struktur ekonomi dan sosialnya. Perbedaan- perbedaan tersebut menimbulkan pula perbedaan barang yang dihasilkan, biaya yang diperlukan serta mutu dan kuantum barang yang dihasilkan. Sehingga ada barang yang hanya dapat diproduksi dan dihasilkan di satu negara dan tidak dapat dihasilkan oleh negara lainnya. Hal-hal demikian pula yang menyebabkan terjadinya perdagangan antar negara satu dengan negara lainnya. 29 Latar belakang adanya perdagangan internasional dilihat dari sudut legalitas dapat dijelaskan bahwa perdagangan ekspor impor termasuk kegiatan yang mengandung resiko tinggi, kerena eksportir dan importir berjauhan secara geografis, berbeda bahasa, kebiasaan dan hukum dalam transaksi ekspor impor, satu resiko yang dihadapi oleh ekportir adalah apabila terjadi penyimpangan maupun pembatalan kontrak. Resiko tersebut dapat dihindari, apabila setiap transaksi ekspor yang dilakukan, dituangkan dalam bentuk tertulis atau ke dalam bentuk kontrak dagang sales contract. 28 Hadisoeprapto Hartono., Kredit Berdokumen Letter of Credit Cara Pembayaran dalam Jual Beli Perniagaan, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1984, hlm., 1. 29 Ibid., hlm., 2. 21 Adapun tahap pelaksanaan kontrak dagang sales contract ada dua tahap, yakni tahap awal perjanjian dan tahap terjadinya perjanjian. 30 Pertama, tahap awal perjanjian adalah tahap dimana terjadi penawaran produk yang dilakukan oleh penjual eksportir. Hal ini biasanya disertai dengan harga barang, mutu barang, jumlah barang serta syarat-syarat lain yang biasanya disebut an inquiry for a quotation. Apabila penawaran telah disetujui oleh Pembeli importir, maka kedua belah pihak mengikatkan diri untuk melakukan “perjanjian jual beli” dengan syarat-syarat yang telah disepakati. 31 Kedua, tahap terjadinya perjanjian merupakan tahap realisasi dari tahap awal perjanjian. Dalam tahap ini dituangkan secara rinci dan tertulis tentang segala sesuatu yang dianggap penting dalam transaksi ekspor impor. Sedangkan yang sama dengan itu adalah realisasi dari perjanjian, yaitu pelaksanaan kontrak suatu perdagangan internasional dan hal ini berarti melibatkan kepentingan lebih dari satu hukum nasional dan masing-masing pihak yang terkait dalam transaksi perdagangan internasional menginginkan agar kontrak yang mereka buat tunduk pada hukum di negara mereka. Pada transaksi perdagangan internasional, masing- masing negara tunduk pada konvensi-konvensi serta perjanjian dagang internasional, yaitu ketentuan yang berlaku secara internasional yang disusun oleh badan internasional dan dalam pertemuan resmi antar negara. 32 Selain itu, juga tunduk pada lex mercatoria. Salah satu asas dalam lex mercatoria adalah nemo dat rule. 30 Etty Susilowati Suhardo, Cara Pembayaran dengan Letter of Credit dalam Perdagangan Luar Negeri, Semarang: FH UNDIP, 2001, hlm., 12. 31 Ibid. 32 Ibid. 22 Dalam setiap transaksi perdagangan, baik itu transaksi perdagangan internasional maupun tidak, selalu menimbulkan hak dan kewajiban bagi masing- masing pihak yang bertransaksi. Pihak penjual diwajibkan melakukan penyerahan barang yang telah diperjanjikan dan berhak pula sesuai dengan prestasinya untuk menerima pembayaran atas harga barang yang telah dijualnya. Begitu pula sebaliknya, pihak pembeli berkewajiban membayar atau melunasi harga dari barang yang diserahkan dan berhak menuntut penyerahan barang yang dibelinya. 33 Selain itu, ada pula kewajiban supaya tidak melanggar nemo dat rule yang menjadi fokus kajian skripsi ini.

2.2. Hukum Transaksi Perdagangan Internasional

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Inkonsistensi Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia: studi terhadap putusan-putusan Mahkamah Konstitusi

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Inkonsistensi Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia: studi terhadap putusan-putusan Mahkamah Konstitusi T1 312012002 BAB I

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Inkonsistensi Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia: studi terhadap putusan-putusan Mahkamah Konstitusi T1 312012002 BAB II

0 6 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Inkonsistensi Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia: studi terhadap putusan-putusan Mahkamah Konstitusi T1 312012002 BAB IV

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Nemo Dat Rule dalam Putusan Mahkamah Agug Republik Indonesia

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Nemo Dat Rule dalam Putusan Mahkamah Agug Republik Indonesia T1 312010029 BAB I

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Nemo Dat Rule dalam Putusan Mahkamah Agug Republik Indonesia T1 312010029 BAB IV

0 1 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Nemo Dat Rule dalam Putusan Mahkamah Agug Republik Indonesia

0 0 10

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Yuridis Putusan HakimTerkait dengan Esensi Utang dalam Putusan Kepailitan T1 BAB II

0 1 56

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pertimbangan Mahkamah Konstitusi dalam Putusan Nomor 21PUUXXI2014 tentang Penetapan Tersangka sebagai Obyek Praperadilan T1 BAB II

0 0 57