Hakikat Nemo Dat Rule

24 dalam hukum perdagangan internasional, aspek yang dimaksud adalah nemo dat rule.

2.3. Hakikat Nemo Dat Rule

Kepustakaan yang membicarakan tentang bagaimana berlakunya asas hukum nemo dat quod non habet atau nemo dat rule dalam mengatur transaksi perdagangan internasional di Indonesia memang harus diakui, sulit Penulis temukan. Oleh sebab itu, berikut di bawah ini Penulis mengambil sepenuhnya uraian dalam Bab tentang Tinjauan Kepustakaan ini dari suatu Penelitian Individual yang tidak dipublikasikan. Penelitian individual tersebut dilakukan oleh Jeferson Kameo di Glasgow Skotlandia. Penelitian dimaksud adalah penelitian terhadap asas atau kaedah hukum, menurut Kontrak Sebagai Nama Ilmu Hukum yang mengatur tentang jual-beli yang dilakukan oleh penjual dan ternyata penjual itu bukanlah merupakan pemilik dari barang yang dijual sale by a non owner. Apakah kepemilikan atas suatu benda milik satu pihak dapat dialihkan kepada pihak lain apabila benda itu ternyata dijual oleh orang yang bukan pemilik? Pertanyaan inilah yang Penulis maksudkan sama dengan unsur dalam pertanyaan „bagaimana‟ berlakunya asas nemo dat qoud non habet atau nemo dat rule yang telah Penulis rumuskan di dalam rumusan masalah Penelitian dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini di dalam Bab I. 38 Penelitian hukum sebagaimana dikemukakan di atas menemukan bahwa asas dalam hukum perdagangan internasional lex mercatoria hasil dikte hukum 38 Lihat Bab I Skripsi ini, Sub Judul Rumusan Masalah Penelitian, hlm., 14. Supra. 25 yang bernama nemo dat rule itu dapat dijumpai dalam rumusan peraturan perundangan yang berlaku di Skotlandia. Rumusan itu adalah: “... where goods are sold by a person who is not their owner, and who does not sell them under the authority or with the consent of the owner, the buyer acquires no better title to the goods than the seller had, unless the owner of the goods is by his conduct precluded from denying the seller’s authority to sell. 39 Yang diartikan sebagai berikut... tatkala sejumlah barang dijual oleh orang yang bukan pemilik dari barang-barang itu, dan juga bahwa barang-barang itu ternyata telah dijual oleh si penjual karena sebelumnya tidak ada kewenangan yang diberikan oleh pemilik barang-barang itu atau bahwa barang- barang itu ternyata telah dijual tanpa persetujuan yang diberikan oleh pemilik barang kepada penjual untuk menjual barang tersebut, maka dengan demikian si pembeli barang- barang tersebut tidak memiliki hak yang lebih baik dari hak yang dimiliki oleh penjual, terkecuali, apabila dapat dibuktikan bahwa pemilik dari benda-benda itu, karena tindakan-tindakan yang telah ia lakukan, dihalangi untuk menyangkal kewenangan si penjual untuk menjual barang-barang itu. ” Kutipan di atas adalah merupakan kutipan dari rumusan peraturan perundangan yang pada hakikatnya mengandung asas hukum dalam perdagangan internasional atau lex mercatoria yaitu nemo dat rule. Sebagaimana dapat dilihat dari perumusan ketentuan yang dikemukakan di atas, asas tersebut pada hakikatnya mengandung perintah, obligation, atau perikatan bahwa tidak seorangpun dapat mengalihkan hak yang lebih baik daripada hak yang ia miliki. Selanjutnya, kutipan itu juga mengandung apa yang disebut sebagai pengecualian terhadap nemo dat rule. Apabila diperhatikan dengan cermat, dalam penggalan yang paling akhir dari kutipan di atas, terlihat suatu rumusan yang menjelaskan lebih lanjut atau ada yang mengatakan pemberian pengecualian terhadap pengertian nemo dat rule yang sebenarnya. Pengecualian atau exemption tersebut 39 Pasal 21 ayat 1 the Sale of Goods Act 1979. 26 yaitu bahwa seorang pemilik atas benda dapat dicegah untuk menyatakan klaim bahwa barang miliknya telah dijual oleh seorang penjual yang tidak mempunyai kewenangan untuk menjual suatu barang, sebab barang itu bukan milik si Penjual. Penggalan akhir dari kutipan tentang nemo dat rule sebagaimana telah Penulis kemukakan di atas itu: “unless the owner of the goods is by his conduct precluded from denying the seller’s authority to sell,” atau “terkecuali, apabila dapat dibuktikan bahwa si pemilik dari benda-benda itu, karena tindakan-tindakan yang telah ia lakukan, dihalangi untuk menyangkal kewenangan si penjual untuk menjual barang- barang itu .” Di dalam Kontrak Sebagai Nama Ilmu Hukum, menyerupai apa yang dikenal di dalam lex mercatoria dan di dalam sistem hukum Skotlandia juga dikenal dengan kaedah personal bar. Kaedah personal bar dalam literatur English common law disebut sebagai estoppel. Hanya saja perlu Penulis kemukakan di sini, seperti terungkap dalam Penelitian individual yang sudah dikemukakan di atas, yaitu bahwa khusus mengenai estoppel yang mengecualikan berlakunya asas nemo dat itu, di dalam sistem hukum Inggris sendiri masih terdapat keragu-raguan di kalangan para ahli. Rujukan pada common law mencatat bahwa; klaim apabila pengecualian atas nemo dat rule itu didasarkan kepada estoppel yang biasanya dipahami di Inggris itu, bisa jadi kuranglah tepat. Mengapa demikian? Sebab, dalam pengertian estoppel, larangan hanya sebatas menghalangi pemilik barang untuk melakukan bantahan apabila penjual tidak punya wewenang menjual barang. Kenyataanya, rumusan dalam penggalan Pasal undang-undang sebagaimana telah Penulis kemukakan di atas tersebut lebih dari pada itu. Yaitu bahwa rumusan Pasal tersebut di samping mencegah pemilik barang untuk 27 memberikan sanggahan bahwa penjual tidak berhak untuk menjual, Pasal dalam penggalan undang-undang di atas juga menegaskan kembali prinsip, bahwa sejatinya lebih dari sekedar apa yang dikemukakan di atas, hak milik dalam barang yang dijual oleh penjual yang menurut pemilik barang tidak berwenang menjual barang itu sudah beralih dari pemilik barang kepada pembeli. Dalam suatu putusan pengadilan, dikatakan: We doubt whether this principle ... ought really to be regarded as part of the law of estoppel. At any rate it differs from what is sometimes called “equitable estoppel” in this vital respect, that the effect of its application is to transfer a real title and not merely a metaphorical title by estoppel”. 40 Dengan kata lain, para hakim itu meragukan apakah prinsip sebagaimana ada dalam penggalan Pasal dalam undang-undang yang telah Penulis kemukakan di atas ... haruslah benar-benar dituruti sebagai satu bagian dari hukum tentang estoppel. Bagaimanapun juga ketentuan sebagaimana ada dalam penggalan Pasal yang dikemukakan di atas itu berbeda dari apa yang kadang dimengerti sebaga i “estoppel ekuiti”. Bahwa sesungguhnya akibat dari rumusan dalam penggalan Pasal sebagaimana telah Penulis kemukakan di atas itu adalah bahwa ada peralihan hak yang nyata dari pemilik benda kepada pembeli, dan tidak sekedar peralihan yang sifatnya metaforikal atau semu. Penelitian individual yang tidak dipublikasikan sebagaimana telah diungkapkan di atas, mengungkapkan bahwa sejatinya pengecualian exemption terhadap asas nemo dat quot non habet itu dapat dibenarkan tidak dengan mendasarkan diri kepada English common law of estoppel sebagaimana telah Penulis kemukakan di atas. Yang benar adalah bahwa justifikasi terhadap 40 Hasil Penelitian Individuil sebagaimana telah Penulis kemukakan di atas dari Eastern Distributors Ltd v Goldring [1957] 2 Q.B. 600 at 611, per Lord Devlin. Perlu Penulis kemukakan penjelasan kutipan ini yaitu bahwa yang dimaksud dengan Eastern Distributors Ltd v Goldring adalah nama para pihak yang bersengketa pda tahun 1957. Pihak Penggugat adalah Eastern Distributors Ltd, sedangkan Pihak Tergugat adalah Goldring, dan keputusannya dimuat di dalam Jurnal Hukum yang singkatannya adalah Q. B., atau Queen Bench Edisi Kedua putusan dimuat mulai halaman 600 dan pertimbangan hakim yang bernilai hukum sebagaimana dikemukakan di atas dapat ditemukan pendapat dari Lord Devlin pada halaman 611. 28 pengecualian nemo dat rule musti didasarkan kepada kewenangan seorang agen. Kewenangan agen tersebut adalah kewenangan agen yang di dalam Scottish Common Law 41 dikenal berjenis apparent authority. Jelasnya, yang dimaksud dengan apparent authority adalah kewenangan agen yang nampak di atas permukaan ada, meskipun ada kemungkinan, 42 apabila di kemudian hari dibuktikan ternyata kewenangan agen untuk mengalihkan kepemilikan barang dari pihak prinsipal kepada pembeli yang membeli dari agen itu ternyata tidak ada. Perlu ditegaskan di sini bahwa pengecualian terhadap nemo dat rule yang mencari justifikasi kepada asas hukum apparent authority dan bukan kepada English doktrin bernama estoppel itu, logikanya, atau rasio legisnya pernah dikemukakan oleh seorang hakim Inggris yang sangat terkenal yaitu Lord Denning. Dalam suatu dikta putusan di mana Dening menjadi ketua majelis untuk menyidangkan kasus yang berdimensi perdagangan internasional, dikatakan: In the development of our law, two principles have striven for mastery. The first is for the protection of property: no one can give a better title then he himself possesses. The second is for the protection of commercial transactions: the person who takes in good faith and for value without notice should get a good title. The first principle has held sway for along time, but it has been modified by the Common Law itself and by statute so as to meet the needs of our times. 43 Yang berarti, dalam pembangunan hukum di Inggris, dua asas atau prinsip hukum 41 Mengenai perbedaan antara Scottish Common Law dengan English common law ini uraian yang lebih tepat dapat dibaca dalam Buku Jeferson Kameo, Kontrak Sebagai Nama Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. 42 Sekali lagi ada kemungkinan, tidak selamanya setelah dibuktikan di kemudian hari ternyata kewenangan itu tidak ada. 43 Bishopsgate Motor Finance Corporation Ltd v Transport Brakes Ltd [1949] 1 K.B. 322 mulai dapat dibaca point pengecualian nemo dat rule pada halaman 336 sampai dengan halaman 337 di mana di dalamnya terdapat pendapat hukum Lord Denning. Keterangan dikutip dari hasil penelitian Jeferson Kameo yang tidak dipublikasikan sebagaimana telah Penulis kemukakan di atas. 29 telah berlomba-lomba untuk saling menguasai satu sama lainnya. Prinsip yang pertama adalah kaedah perlindungan kepada harta kekayaan atau hak milik. Prinsip itu menegaskan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat memberikan suatu titel atau hak yang lebih baik daripada apa yang dia miliki. Sedangkan prinsip yang kedua adalah untuk melindungi transaksi-transaksi perdagangan 44 : yaitu asas bahwa seseorang yang memperoleh suatu barang atau hak secara beriktikad baik, dan bahwa barang itu dibayarkan dengan nilai yang sesuai atau pantas dengan barang tersebut tanpa terlebih dahulu mengetahui secara pasti mengenai siapa sesungguhnya pemilik barang tersebut maka si orang pembeli yang beriktikad baik tersebut haruslah diberikan perlindungan dengan menghargai bahwa hak atau titel yang ia peroleh adalah titel yang baik. Prinsip yang pertama telah memerintah jagat raya sejak lama sekali, namun prinsip tersebut telah dimodifikasi oleh Common Law 45 itu sendiri dan juga oleh undang-undang yang berlaku sehingga dengan modifikasi itu ada hukum yang bisa memenuhi kebutuhan kita saat ini. Apapun analisis dalam rangka mencari pembenar terhadap pengecualian berlakunya nemo dat rule, seperti telah dikemukakan di atas, namun dari uraian tentang apa itu nemo dat rule maupun sejumlah rasionalisasi yang diberikan kepada kemungkinan pengecualian exemption atas asas itu menunjukan bahwa nemo dat rule itu sendiri pada hakikatnya its nature adalah suatu kaedah hukum atau suatu perikatan obligation. Perikatan tersebut timbul karena hukum the dictate of the Law. Dalam struktur analisis ilmu hukum, perikatan yang demikian itu ada di dalam penggalan definisi kontrak di bawah ini: 44 Perlu dikemukakan di sini bahwa ketika Lord Dening menguasai peradilan Inggris, pada waktu itu Inggris sedang giat-giatnya berjuang untuk menunjukkan kepada dunia bahwa sistem hukum common law mereka English juga harus belajar dari sistem hukum Common Law Skotlandia yang lebih baik dalam mengatur perlindungan kepada transaksi-transaksi bisnis internasional yang pada saat Dening berkuasa kualitas dan kuantitasnya memang berada pada titik-tidak kejayaan. 45 Peneliti yang hasil penelitian ilmiahnya tidak dipublikasikan dan dirujuk sepenuhnya dalam Bab ini menegaskan bahwa dapat dipastikan apabila Lord Dening tidak merujuk kepada English common law tetapi Scottish Common Law. Banyak putusan-putusan Dening yang merekonsiliasi antara Scottish Common Law dan English common law sebab Dening bersedia belajar untuk membangun English common law dan mereformasi sistem hukum Inggris dengan bertransposisi untuk menaikan derajat English common law mendekati Scottish Common Law. 30 Segenap kewajiban bagi setiap orang berjanji atau bersepakat dengan orang lain untuk memberikan, atau berbuat atau tidak berbuat sesuatu terhadap atau untuk orang lain tersebut, atau berkenaan dengan segenap kewajiban yang dituntut oleh hukum kepada setiap orang untuk memberikan atau berbuat atau tidak berbuat sesuatu terhadap atau untuk orang lain apabila keadilan menghendaki meskipun tidak diperjanjikan sebelumnya. 46 Sehingga merujuk kepada hakikat nemo dat rule sebagai suatu kontrak dan memperhatikan definisi kontrak sebagaimana telah Penulis kemukakan di atas, maka apabila penggalan dalam definisi kontrak tersebut di atas diganti dengan larangan nemo dat rule, maka rumusan penggalan dari definisi itu akan menyebabkan definisi kontrak sebagaimana dikemukakan di atas hanya berlaku untuk satu kewajiban, yaitu larangan nemo dat rule yang rumusannya menjadi: “... larangan tidak boleh nemo dat rule bagi setiap orang, termasuk mereka yang melakukan transaksi bisnis internasional yang otomatis juga merupakan suatu janji atau kata-sepakat yang dinyatakan secara diam-diam antara orang yang satu dengan orang lainnya untuk memberikan barang, misalnya dalam Putusan 1887 adalah pupuk, atau berbuat, dalam hal ini memerintahkan agar pengangkut dalam Putusan 1887 menyerahkan pupuk kepada tiga pihak yang memesan dari PT. Gespamindo sebagai orang lain tersebut di dalam hubungan hukum yang menjadi sengketa di Putusan 1887, atau larangan untuk tidak melakukan nemo dat rule mengingat hal itu merupakan tuntutan hukum the dictate of the Law supaya siapa saja tidak memberikan atau berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merugikan orang lain sebab semua hal itu sama juga dengan dipenuhinya suatu tuntutan keadilan di dalam Hukum ”.

2.4. Sejarah Keberadaan Nemo Dat Rule

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Inkonsistensi Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia: studi terhadap putusan-putusan Mahkamah Konstitusi

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Inkonsistensi Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia: studi terhadap putusan-putusan Mahkamah Konstitusi T1 312012002 BAB I

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Inkonsistensi Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia: studi terhadap putusan-putusan Mahkamah Konstitusi T1 312012002 BAB II

0 6 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Inkonsistensi Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia: studi terhadap putusan-putusan Mahkamah Konstitusi T1 312012002 BAB IV

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Nemo Dat Rule dalam Putusan Mahkamah Agug Republik Indonesia

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Nemo Dat Rule dalam Putusan Mahkamah Agug Republik Indonesia T1 312010029 BAB I

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Nemo Dat Rule dalam Putusan Mahkamah Agug Republik Indonesia T1 312010029 BAB IV

0 1 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Nemo Dat Rule dalam Putusan Mahkamah Agug Republik Indonesia

0 0 10

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Yuridis Putusan HakimTerkait dengan Esensi Utang dalam Putusan Kepailitan T1 BAB II

0 1 56

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pertimbangan Mahkamah Konstitusi dalam Putusan Nomor 21PUUXXI2014 tentang Penetapan Tersangka sebagai Obyek Praperadilan T1 BAB II

0 0 57