UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN SERAPAN HARA TANAMAN JAGUNG MANIS Zea mays saccharata Sturt.)PADA TANAH ULTISOL NATAR

(1)

ABSTRAK

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI

DAN SERAPAN HARA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) PADA TANAH

ULTISOL NATAR O l e h

Y O G A H E R I A N T O

Jagung manis merupakan tanaman yang mampu mengangkut hara yang tinggi dari dalam tanah. Sehingga dibutuhkan usaha pemupukan untuk meningkatkan

produksi jagung manis sekaligus memelihara kesuburan tanah. Pupuk Organonitrofos merupakan pupuk organik yang terbentuk dari proses

pengomposan kotoran sapi segar (FM) dan batuan fosfat (BF) yang ditambahkan mikroba penambat N (Aspergillus niger dan Pseudomonas fluorescens) dan pelarut P (Azobacter sp dan Azospirillum sp). Untuk mengetahui kinerja dari pupuk

Organonitrofos dan kombinasinya maka dilakukan uji efektivitasnya terhadap tanaman jagung manis. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui dosis pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia yang terbaik terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan hara tanaman jagung manis, dan (2) Mengetahui efektivitas pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia secara agronomi maupun ekonomi pada tanaman jagung manis. Pada penelitian ini terdapat 6 perlakuan yaitu A (kontrol), B (Urea 400 kg ha-1, SP-36


(2)

300 kg ha-1, KCl 250 kgha1), C (urea 300 kg ha-1, SP-36 225 kg ha-1, KCl 187.5 kg ha-1, Organonitrofos 500 kg ha-1), D (urea 200 kg ha-1, SP-36 150 kg ha-1, KCl 125 kg ha-1, 1000 Organonitrofos kg ha-1), E (urea 100 kg ha-1, SP-36 75 kg ha-1, KCl 62.5 kg ha-1, Organonitrofos 2000 kg ha-1), T6 (Organonitrofos 3000 kg ha-1) dengan 3 ulangan. Percobaan dilakukan dengan rancangan acak kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk Organonitrofos dan

kombinasinya dengan pupuk kimia dengan dosis Urea 300 kg ha-1, SP-36 225 kg ha-1, KCl 187,5 kg ha-1 dan Organonitrofos 500 kg ha-1 memberikan pengaruh nyata dalam meningkatkan pertumbuhan, produksi dan serapan hara, tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan dengan dosis Urea 400 kg ha-1, SP-36 300 kg ha

-1

, KCl 250 kg ha-1. Serta pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia dengan dosis Urea 300 kg ha-1, SP-36 225 kg ha-1, KCl 187,5 kg ha-1 dan Organonitrofos 500 kg ha-1 memberikan pengaruh efektif secara

agronomis maupun ekonomis berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan, tetapi tidak lebih efektif dibandingkan dengan dosis rekomendasi.


(3)

(4)

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI

DAN SERAPAN HARA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) PADA TANAH

ULTISOL NATAR (Skripsi)

Oleh

YOGA HERIANTO

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata letak percobaan ... 12

2. Pengaruh pemupukan terhadap tinggi tanaman jagung manis ... 28

3. Pengaruh pemupukan terhadap jumlah daun jagung manis ... 30


(6)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar belakang dan Masalah ... 1

1.2Tujuan ... 4

1.3Kerangka pemikiran ... 5

1.4Hipotesis ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1Tanaman jagung manis ... 8

2.2Tanah Ultisol ... 9

2.3Pengaruh pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap pertumbuhan dan produktivitas jagung manis ... 11

2.4 Peranan Nitrogen, Fosfor dan Kalium dalam tanaman ... 13

II. METODE PENELITIAN ... 15

3.1Tempat dan waktu penelitian ... 15

3.2Bahan dan alat ... 15

3.3Metode penelitian ... 16

3.4Pelaksanaan penelitian ... 16

3.5Variabel pengamatan ... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1Pupuk Organonitrofos dan Sifat Kimia Tanah ... 23

4.2Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap tinggi tanaman jagung manis ... 28

4.3Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap jumlah daun jagung manis ... 30

4.4Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap diameter batang jagung manis ... 33

4.5Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap bobot berangkasan jagung manis ... 35


(7)

ii

4.6Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan

pupuk kimia terhadap bobot produksi jagung manis ... 39

4.7Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap serapan NPK jagung manis ... 43

4.8Relative Agronomic Effectiveness (RAE) ... 50

4.9Uji ekonomis pupuk Organonitrofos ... 51

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

5.1 Kesimpulan ... 55

5.2 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57


(8)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Perlakuan aplikasi pupuk organonitrofos dan pupuk anorganik ... 16 2. Hasil analisis kimia pupuk Organonitrofos ... 23 3. Hasil analisis kimia tanah sebelum penanaman dan aplikasi pupuk

Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia ... 24 4. Hasil analisis kimia tanah setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan

kombinasinya dengan pupuk kimia ... 25 5. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap tinggi tanaman jagung manis pada 7 MST ... 28 6. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap jumlah daun jagung manis pada 7 MST ... 31 7. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap diameter batang jagung manis pada 7 MST ... 34 8. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap bobot berangkasan jagung manis ... 36 9. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap bobot produksi jagung manis p ... 40 10. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap bobot kering jagung manis ... 42 11. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap serapan N jagung manis ... 44 12. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk


(9)

iv

13. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap serapan K jagung manis ... 48 14. RAE pengaruh pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya

dengan pupuk kimia terhadap bobot tongkol, biji dan berangkasan

Kering ... 50 15. Index rasio pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk .

anorganik ... 51

16. Harga asumsi pupuk subsidi dan pupuk non subsidi ... 52 17. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap tinggi tanaman jagung manis pada 2 MST ... 61 18. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap tinggi tanaman jagung manis pada 3 MST ... 61 19. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap tinggi tanaman jagung manis pada 4 MST ... 61 20. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap tinggi tanaman jagung manis pada 5 MST ... 61 21. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap tinggi tanaman jagung manis pada 6 MST ... 62 22. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap tinggi tanaman jagung manis pada 7 MST ... 62 23. Uji homogenitas tinggi jagung manis pada 7 MST ... 62 24. Analisis ragam tinggi tanaman jagung manis pada 7 MST... 63 25. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap jumlah daun jagung manis pada 2 MST ... 63 26. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap jumlah daun jagung manis pada 3 MST ... 63 27. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap jumlah daun jagung manis pada ... 63 28. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk


(10)

v

29. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap jumlah daun jagung manis pada 6 MST ... 64 30. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap jumlah daun jagung manis pada 7 MST ... 64 31. Uji homogenitas jumlah daun jagung manis pada 7 MST ... 65 32. Analisis ragam jumlah daun jagung manis 7 MST ... 65 33. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap diameter batang jagung manis pada 2 MST ... 65 34. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap diameter batang jagung manis pada 3 MST ... 66 35. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap diameter batang jagung manis pada 4 MST ... 66 36. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap diameter batang jagung manis pada 5 MST ... 66 37. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap diameter batang jagung manis pada 6 MST ... 66 38. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap diameter batang jagung manis pada 7 MST ... 67

39. Uji homogenitas diameter batang jagung manis pada 7 MST ... 67 40. Analisis ragam diameter batang jagung manis 7 MST ... 67 41. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap bobot berangkasan basah jagung manis ... 68 42. Uji homogenitas bobot berangkasan basah jagung manis... 68 43. Analisis ragam bobot berangkasan basah jagung manis ... 68 44. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap bobot berangkasan basah jagung manis per petak ... 69 45. Uji homogenitas bobot berangkasan basah jagung manis per petak ... 69 46. Analisis ragam bobot berangkasan basah jagung manis per petak ... 69


(11)

vi

47. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap bobot berangkasan kering jagung manis ... 70 48. Uji homogenitas bobot berangkasan kering jagung manis ... 70 49. Analisis ragam bobot berangkasan kering jagung manis ... 70 50. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap bobot kering tongkol kosong jagung manis ... 71 51. Uji homogenitas bobot kering tongkol kosong jagung manis ... 71 52. Analisis ragam kering tongkol kosong jagung manis ... 71 53. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap bobot kering biji jagung manis ... 72 54. Uji homogenitas bobot kering biji jagung manis ... 72 55. Analisis ragam kering biji jagung manis ... 72 56. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap bobot tongkol dan biji tanpa kelobot

jagung manis ... 73 57. Uji homogenitas bobot tongkol dan biji tanpa kelobot

jagung manis ... 73 58. Analisis ragam bobot tongkol dan biji tanpa kelobot

jagung manis ... 73 59. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap bobot tongkol dan biji dengan kelobot

jagung manis ... 74 60. Uji homogenitas bobot tongkol dan biji dengan kelobot

jagung manis ... 74 61. Analisis ragam bobot tongkol dan biji dengan kelobot

jagung manis ... 74 62. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap bobot tongkol dan biji tanpa kelobot


(12)

vii

63. Uji homogenitas bobot tongkol dan biji tanpa kelobot

jagung manisper petak ... 75 64. Analisis ragam bobot tongkol dan biji tanpa kelobot

jagung manisper petak... 75 65. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap serapan N jagung manis ... 76 66. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap serapan P jagung manis ... 76 67. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap serapan K jagung manis ... 76 68. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap serapan hara N berangkasan jagung manis ... 77 69. Uji homogenitas serapan hara N berangkasan jagung manis ... 77 70. Analisis ragam N berangkasan jagung manis ... 77 71. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap serapan hara P berangkasan jagung manis ... 78 72. Uji homogenitas serapan hara P berangkasan jagung manis ... 78 73. Analisis ragam P berangkasan jagung manis ... 78 74. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap serapan hara K berangkasan jagung manis ... 79 75. Uji homogenitas serapan hara K berangkasan jagung manis ... 79 76. Analisis ragam K berangkasan jagung manis ... 79 77. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap serapan hara N biji jagung manis ... 80 78. Uji homogenitas serapan hara N biji jagung manis ... 80 79. Analisis ragam N biji jagung manis ... 80


(13)

viii

80. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia terhadap serapan hara P biji jagung manis ... 81

81. Uji homogenitas serapan hara P biji jagung manis ... 81

82. Analisis ragam P biji jagung manis ... 81

83. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap serapan hara K biji jagung manis ... 82

84. Uji homogenitas serapan hara K biji jagung manis ... 82

85. Analisis ragam K biji jagung manis ... 82

86. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap serapan hara N tongkol jagung manis ... 83

87. Uji homogenitas serapan hara N tongkol jagung manis ... 83

88. Analisis ragam N tongkol jagung manis ... 83

89. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap serapan hara P tongkol jagung manis ... 84

90. Uji homogenitas serapan hara P tongkol jagung manis ... 84

91. Analisis ragam P tongkol jagung manis ... 84

92. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap serapan hara K tongkol jagung manis ... 85

93. Uji homogenitas serapan hara K tongkol jagung manis ... 85

94. Analisis ragam K tongkol tanaman jagung manis ... 85


(14)

(15)

(16)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukurku kepada Allah SWT Kupersembahkan karyaku untuk:

Keluargaku tercinta

Papah, Mamah dan Adik-adikku yang selalu senantiasa mendoakan dan mengharapkan keberhasilanku serta atas kasih sayang, perhatian, semangat, dan

nasihat yang takkan pernah terlupakan.

Tanah Air Tercinta Indonesia

Almamater tercinta Fakultas Pertanian Universitas Lampung


(17)

iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Tribudisyukur Lampung Barat pada tanggal 8 Mei 1991. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Haryana dan Ibu Eti Sariningsih. Pendidikan formal Penulis diawali dari pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 1 Tribudisyukur (1997-2003). Penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Sumberjaya (2003-2006) dan Sekolah Menengah Atas Perintis 2 Bandar Lampung pada tahun (2006-2009). Tahun 2009, penulis

diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian Program studi Agroteknologi Strata 1 (S1) Reguler Universitas Lampung melalui jalur PKAB.

Penulis memilih Agronomi sebagai konsentrasi dari perkuliahan. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di Koperasi Mahasiswa Universitas Lampung (2010) dan Pengurus Perma AGT (2011-2013). Selain itu, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah praktikum mata kuliah Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan, Dasar-Dasar Budidaya Tanaman (Agroteknologi dan Agribisnis), Pengantar Ilmu Perkebunan (D3 Perkebunan) dan Produksi Tanaman Perkebunan (D3

Perkebunan). Pada Januari-Februari 2012 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Pagar Alam Sumatera Selatan.


(18)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia, hidayah, serta nikmat yang diberikan sehingga Penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos dan Kombinasinya dengan Pupuk Kimia terhadap Pertumbuhan, Produksi dan Serapan Hara Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.) pada Tanah

Ultisol Natar”. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Dalam penyusunan skripsi ini Penulis banyak mendapat bantuan baik ilmu, materil, petunjuk, bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Yafizham, M.S. selaku dosen pembimbing I yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengetahuan, pelajaran, ilmu, kritik dan saran serta dukungan moril-materiil kepada Penulis.

2. Bapak Prof. Ir. J. Lumbanraja, Ph.D. selaku dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu memberikan bimbingan diskusi, ilmu dalam penyelesaian skripsi Penulis.


(19)

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyelesaian tugas akhir ini serta semua ilmu yang telah diberikan.

4. Bapak Dr. Ir. Agustiansyah, M.P. selaku dosen Pembimbing Akademik. 5. Seluruh dosen mata-kuliah Jurusan Agroteknologi atas semua ilmu, didikan,

dan bimbingan yang Penulis peroleh selama perkuliahan.

6. Papah, Mamah dan Adik-adik (Ucu Aldi dan De’ Tia) Penulis yang telah banyak memberi doa, dukungan moril dan materil setiap harinya.

7. Teman-teman satu bimbingan dalam penelitian ini, Rizki Angga Kurniawan, Eri Hendra Kesuma dan Untung Sakinata.

8. Sahabat dan teman-teman terbaik Fajar Santoso, I Gusti Putu S., Rifky A. P., Ketut Adipuso, Angga Sukowardana, Aditya Haryadi, Shiamita K. Dewi, Anggita Cheriany, Oktarina Maulidia, Husna Fii Karisma Jannah dan Indah Fajarwati serta teman-teman Agroteknologi angkatan 2009.

9. Keluarga besar Formatin crew yang selalu memberi keceriaan serta masukan kepada penulis.

10. Semua pihak yang telah membantu serta mendukung Penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas semua amal baik yang telah dilakukan. Penulis berharap tugas akhir ini berguna bagi kelanjutan riset mengenai tema tersebut.

Bandar Lampung, Agustus 2014 Penulis


(20)

(21)

1

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang dan Masalah

Di Indonesia, jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) atau sweet corn mula-mula dikenal dalam bentuk kemasan kaleng hasil impor. Kemudian sekitar tahun 1980-an barulah tanaman ini dibudidayakan di Indonesia secara komersial, meskipun masih dalam skala kecil. Selanjutnya jagung manis semakin dikenal serta banyak dikonsumsi karena memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan jagung biasa (Sugito dkk., 1991).

Permintaan masyarakat Indonesia akan sayuran termasuk jagung manis pada tahun 2011 yaitu sekitar 87.336 ton (Pusat Kajian Hortikultura Tropika, 2011). Hal ini berdampak pada kebijakan pemerintah melakukan impor jagung manis pada tahun 2011 yang mencapai 4.178 ton (Direktorat Jenderal Horikultura, 2011). Tingginya impor jagung manis tersebut disebabkan rendahnya produktivitas jagung manis di Indonesia yang rata-rata hanya sebesar 8,31 ton ha-1 (Palungkun dan Asiani, 2004) dengan luasan lahan tanam hanya sekitar 105 hektar (BPS Kab. Bogor, 2011) belum mampu memenuhi kebutuhan jagung manis dalam negeri (Palungkun dan Asiani, 2004). Menurut Apriyantono (2012) produksi jagung manis khususnya varietas Bonanza F1 berpotensi menghasilkan produksi tongkol dengan kelobot 33—34,5 ton ha-1. Rendahnya produktivitas jagung manis di dalam negeri tersebut diakibatkan oleh


(22)

2

mahalnya biaya produksi seperti harga benih maupun harga pupuk kimia serta sistem budidaya yang belum tepat (Palungkun dan Asiani, 2004).

Produktivitas jagung manis yang rendah di Indonesia terutama disebabkan karena pembudidayaan dilakukan pada lahan berkesuburan tanah rendah. Sebagian besar tanah di Lampung adalah Tanah Ultisol yaitu dengan luasan sekitar 1,5 juta hektar (Badan Koordinasi Penanaman Modal, 2011). Prasetyo dan Suriadikata (2006) menyatakan bahwa Tanah Ultisols umumnya memiliki kejenuhan basa < 35%, pH tanah umumnya agak masam hingga sangat masam, serta memiliki kapasitas tukar kation yang tergolong rendah. Kandungan unsur hara Tanah Ultisols yang rendah ini dapat ditangani dengan pemupukan. Pemupukan merupakan pemberian unsur hara ke dalam tanah yang bertujuan untuk mengembalikan unsur hara yang telah diserap oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang (Lingga dan Marsono, 2001).

Pada umumnya pupuk yang digunakan dalam budidaya jagung manis adalah pupuk anorganik. Pemakaian pupuk anorganik atau kimia selain dapat meningkatkan produksi tanaman namun juga dapat merusak sifat fisik serta populasi mesofauna di dalam tanah (Lingga dan Marsono, 2001). Suwahyono (2011) mengemukakan bahwa pupuk kimia tidak mampu memperbaiki kualitas tanah, berbeda dengan pupuk organik yang bisa berfungsi sebagai penyubur dan pembenah tanah. Selain itu pupuk organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman karena mampu berperan dalam memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya simpan air, meningkatkan aktivitas biologi tanah, serta sebagai sumber nutrisi tanaman lengkap. Oleh karena itu dalam usaha pertanian saat ini lebih dianjurkan menggunakan pupuk organik.


(23)

3

Pemanfaatan pupuk organik sangat diperlukan untuk perbaikan produkivitas Tanah Ultisol agar dapat memperbaiki lingkungan media tumbuh yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman seperti jagung manis. Bahan organik di dalam tanah sangat berperan dalam proses kimia, fisika dan biogis dalam tanah. Proses kimia berkaitan dengan meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation (KTK). Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) tanah berasal dari bahan organik. Proses fisika dikaitkan dengan sifat polaritas air yang bermuatan negatif dan positif yang selanjutnya berkaitan dengan partikel tanah dan bahan organik. Sedangkan proses biologis berkaitan dengan pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme (Ermadani dan Mahbub, 2011).

Salah satu pupuk organik yang dapat digunakan untuk perbaikan kesuburan Tanah Ultisol adalah pupuk Organonitrofos. Pupuk Organonitrofos terbentuk dari proses pengomposan kotoran sapi segar (FM) dan batuan fosfat (BF) (Nugroho dkk., 2012) yang ditambahkan mikroba penambat N (Aspergillus niger dan

Pseudomonas fluorescens) dan pelarut P (Azobacter sp dan Azospirillum sp) (Nugroho dkk., 2013). Pemberian pupuk Organonitrofos ini diharapkan mampu meningkatkan produksi jagung manis sehingga dapat meminimalkan penggunaan pupuk kimia. Pada penelitian sebelumnya, Deviana (2013) menyatakan bahwa aplikasi kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia dengan dosis 150 kg urea ha-1, 50 kg SP-36 ha-1, 100 kg KCl ha-1, 2.000 kg Organonitrofos ha-1

secara signifikan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi, serta serapan hara P dan K pipil tanaman jagung. Sedangkan menurut Septima (2013)


(24)

4

dengan dosis 100 kg urea ha-1 + 50 kg TSP ha-1 + 100 kg KCl ha-1 + 2.000

Organonitrofos ha-1 dan 5.000 Organonitrofos ha-1 menghasilkan tinggi tanaman yang lebih baik daripada taraf dosis pupuk tunggal.

Pada penelitian ini kondisi lahan yang digunakan memiliki tingkat kesuburan tanahyang lebih rendah bila dibandingkan dengan lahan penelitian pada Tanah Ultisol Gedung Meneng. Selain itu, pada Tanah Ultisol Natar kondisi lahannya cenderung miring yang memungkinkan unsur hara yang diberikan terbawa oleh alian air serta memiliki sistem irigasi yang buruk karena hanya mengandalkan air hujan atau lahan tadah hujan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk anorganik maka dilakukan uji efektivitas. Menurut Departemen pendidikan nasional (2009), efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dari suatu usaha atau tindakan yang dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan yang telah

dicanangkan.

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

(1) Mengetahui dosis pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia yang terbaik terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan hara tanaman jagung manis.


(25)

5

(2) Mengetahui efektivitas pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia secara agronomi maupun ekonomi pada tanaman jagung manis.

1.3 Kerangka Pemikiran

Tanaman jagung manis tidak akan memberikan hasil maksimal manakala unsur hara yang diperlukan tidak cukup tersedia. Sehingga perlu dilakukan pemupukan untuk memperbaiki kandungan unsur hara tersebut. Akibat penanaman terus menerus tanpa penggunaan bahan organik maka akan berdampak pada penyusutan kandungan bahan organik tanah, bahkan banyak tempat-tempat yang kandungan bahan organiknya sudah sampai pada tingkat rawan. Padahal menurut Agitarani (2011), bahan organik penting dalam menunjang produktivitas tanaman dan sekaligus mempertahankan kondisi lahan yang produktif dan berkelanjutan.

Pupuk Organonitrofos merupakan pupuk yang baru dikembangkan dengan bahan baku batuan sapi dan batuan fosfat. Nugroho, dkk., (2012) telah mengembangkan pupuk organomineral NP (Organonitrofos). Pupuk Organonitrofos terbentuk dari proses pengomposan kotoran sapi segar (FM) dan batuan fosfat (BF) yang

ditambahkan mikroba penambat N dan pelarut P. Dengan demikian pemberian pupuk Organonitrofos ini diharapkan mampu meningkatkan produksi jagung manis dan mengrangi penggunaan pupuk anorganik.

Pemberian pupuk Organonitrofos beserta dan kombinasinya dengan pupuk kimia dengan dosis 100 kg urea ha-1 + 50 kg TSP ha-1 + 100 kg KCl ha-1 + 2.000


(26)

6

yang lebih baik daripada taraf dosis pupuk tunggal dan dosis 600 kg urea ha-1, 150 kg SP36 ha-1, 150 kg KCl ha-1, 500 kg Organonitrofos ha-1, serta dosis150 kg urea ha-1, 50 kg SP36 ha-1, 100 kg KCl ha-1,1.000 kg Organonitrofos ha-1 pada tanaman jagung (Zea mays) (Septima, 2013). Sedangkan Deviana (2013) menyatakan bahwa peningkatan pertumbuhan dan produksi terjadi secara signifikan pada aplikasi kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia dengan dosis 150 kg urea ha-1, 50 kg SP-36 ha-1, 100 kg KCl ha-1, 2.000 kg Organonitrofos ha-1.

Menurut Syukur dan Rifianto (2013) jagung manis merupakan tanaman

hotikultura yang dalam proses budidayanya memerlukan asupan unsur hara yang memadai. Dibandingkan jagung pipil, jagung manis memerlukan lebih banyak nitrogen selama siklus hidupnya. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tersebut dilakukan pemupukan.

Aplikasi kombinasi pupuk kimia dan pupuk organik dapat dilakukan karena terdapat interaksi positif antar keduanya. Pupuk kimia bersifat lebih cepat tersedia bagi tanaman, sedangkan pupuk organik bersifat lambat tersedia bagi tanaman, tetapi dapat memperbaiki kesuburan tanah karena penguraian bahan organik oleh organisme tanah dan dapat menjerap air yang sangat penting bagi tanaman. Menurut Maulidia (2013) pemberian pupuk Organonitrofos disertai kombinasinya dengan pupuk anorganik dengan dosis 100 kg ha-1 urea, 100 kg ha-1 SP36, 200 kg ha-1 KCl, 1.000 kg ha-1 Organonitrofos mampu meningkatkan produksi umbi dan serapan hara NPK pada tanaman ubikayu. Kombinasi penggunaan pupuk tersebut juga diharapkan dapat mengurangi pengunaan pupuk kimia serta dapat


(27)

7

Kombinasi antara pupuk kimia dan pupuk organik diharapkan dapat saling melengkapi kekurangan dari masing-masing pupuk tersebut. Pupuk organik yang dikombinasikan dengan pupuk kimia memiliki banyak kelebihan, baik bagi tanaman maupun bagi tanah. Pemberian bahan organik ke dalam tanah dapat membantu meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia melalui perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta mempunyai pengaruh nyata pada pertumbuhan dan produktifitas tanaman.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, dapat disusun hipotesis sebagai berikut: (1) Terdapat dosis pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia yang terbaik terhadap pertumbuhan, produksi, dan serapan hara tanaman jagung manis.

(2) Terdapat kombinasi dosis pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia yang paling efektif secara agronomi maupun secara ekonomi pada tanaman jagung manis.


(28)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jagung Manis

Jagung manis (Zea mays Saccharata) merupakan salah satu jenis tanaman yang dipanen muda dan banyak diusahakan di daerah tropis. Jagung manis atau yang sering disebut sweet corn dikenal di Indonesia pada awal 1980 melalui hasil persilangan (Koswara, 1986). Sejak itu jagung manis di Indonesia mulai ditanam secara komersial karena penanamannya yang sederhana dan digemari oleh masyarakat.

Sifat manis pada jagung manis disebabkan oleh gen su-1 (sugary), bt-2 (britlle) ataupun sh-2 (shrunken). Gen ini dapat mencegah perubahan gula menjadi pati pada

endosperma sehingga jumlah gula yang ada kira-kira dua kali lebih banayak dari jagung biasa (Koswara, 1986). Menurut Syukur dan Rifianto (2013) bahwa umur produksi jagung manis lebih genjah, sehingga sangat menguntungkan dari segi ekonomi.

Jagung manis tergolong tanaman monokotil yang berumah satu (monoecious) yang artinya benang sari dan putik terletak pada bunga yang berbeda, tetapi dalam satu tanaman yang sama. Berdasarkan tipe bunga tersebut, maka penyerbukannya dilakukan dengan menyerbuk silang. Penyerbukan dibantu oleh angin dan gaya gravitasi.


(29)

9

berakhir setelah 3 -- 10 hari. Rambut togkol biasanya muncul 1 – 3 hari setelah serbuk sari mulai tersebar dan siap diserbuki keluar dari kelobot, dengan potensi produksi tongkol optimal sebesar 20 ton ha-1 (Syukur dan Rifianto, 2013).

Syukur dan Rifianto (2013) mengatakan bahwa untuk memperoleh produksi yang tinggi, jagung manis sebaiknya dibudidayakan di dataran rendah hingga dataran tinggi (0 - 1.500 m dpl) pada lahan kering yang berpengairan cukup maupun tadah hujan dengan pH tanah antara 5,5 - 7. Selain itu, pemberian pupuk N, P dan K merupakan salah satu penunjang keberhasilan dalam budidaya jagung manis. Hal ini karena sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas produksi jagung manis.

Selain syarat tumbuh dan pemupukan, benih unggul sangat berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya hasil produksi. Menurut Sugito dkk. (1991), benih

merupakan faktor yang penting untuk menunjang keberhasilan awal kehidupan tanaman. Sehingga untuk mendapatkan produksi yang tinggi perlu digunakan benih yang bermutu juga. Benih sweet corn berbeda dengan jagung biasa, bentuknya keriput dan lebih ringan. Selain itu, benih sweet corn masih sulit diusahakan sendiri dan hanya bisa dilakukan oleh pemulia tanaman.

Dalam usaha memenuhi faktor penunjang keberhasilan budidaya, munculnya hama dan penyakit menjadi salah satu faktor penghambat yang dapat merusak hasil produksi. Kehilangan hasil akibat serangan hama dan penyakit berkisar 5 - 50%. Bahkan bila serangan tersebut sangat fatal bisa mengaibatkan


(30)

10

tahap yang harus untuk menunjang keberhasilan usaha budidaya jagung manis, baik prefentif maupun pengendalian (Syukur dan Rifianto, 2013).

2.2 Tanah Ultisol

Ultisol merupakan tanah mineral asam yang memiliki produktivitas rendah dengan bahan organik tanah rendah, nutrisi, kation kapasitas tukar (KTK) dan konten yang relatif Al tinggi. Peningkatan kimia tanah properti sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman (Ermadani dan Mahbub, 2011). Menurut Sutanto (2005), luasan tanah Ultisol di Indonesia meliputi ± 49 juta hektar atau 26% dari luas daratan Indonesia dengan topografi datar-bergunung atau bergelombang-berbukit.

Tanah Ultisol dicirikan oleh adanya akumulasi liat pada horizon bawah. Tanah ultisol memiliki horizon tanah dengan peningkatan liat yang dikenal sebagai horizon argilik. Biasanya horizon ini kaya akan Al yang mengakibatkan peka terhadap perkembangan akar suatu tanaman. Selain itu, kandungan hara pada umumnya rendah karena pencucian basa berlangsung intensif dan kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi berjalan cepat dan sebagian terbawa erosi. Dominasi kaolinit pada tanah ini tidak memberi kontribusi pada kapasitas tukar kation tanah, sehingga kapasitas tukar kation hanya bergantung

pada kandungan bahan organik dan fraksi liat. Sedangkan reaksi tanah pada

umumnya masam hingga sangat masam (pH 5−3,10), kecuali dari batu gamping

yang mempunyai reaksi netral hingga agak masam (pH 6,80−6,50). (Prasetyo dan

Suriadikarta, 2006). Menurut Arsyad (2001), usaha tani tanaman semusim pada lahan kering Ultisol dapat mempercepat degradasi lahan terutama akibat curah


(31)

11

hujan yang tinggi dan erosi serta pengelolaan tanah yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi tanah dan air.

Menurut Sutedjo dan Kartasaputra (2010) pemberian pupuk perlu diperhatikan karena pertanaman dan panenan yang terus-menerus tanpa diimbangi dengan pemberian pupuk akan menguras unsur-unsur hara yang tersedia dalam tanah. Sehingga kesuburan tanah dapat tetap terjaga walaupun digunakan sebagai lahan pertanian.

2.3 Pengaruh pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia terhadap pertumbuhan dan produktivitas jagung manis

Pupuk merupakan zat yang berisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur hara di dalam tanah yang telah habis digunakan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Sedangkan pemupukan adalah menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) atau tanaman (pupuk daun) (Lingga dan Marsono, 2001).

Berdasarkan asal pembuatannya, pupuk digolongkan menjadi pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari alam baik tumbuhan maupun hewan. Pupuk ini mempunyai kelebihan yaitu memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah dan sebagai sumber zat bagi tanaman. Sedangkan pupuk anorganik merupakan pupuk yang pembuatannya dibantu oleh manusia dan mesin. Kelebihan dari pupuk ini adalah dapat diberikan dengn takaran yang pas, tersedia dalam jumlah yang cukup serta mudah tersedia bagi tanaman. Namun, penggunaan pupuk anorganik memiliki kelemahan yaitu hampir tidak memiliki


(32)

12

unsur hara mikro. Sehingga penggunaan pupuk anorganik ini perlu diimbangi dengan pupuk organik yang mengandung hara mikro (Lingga dan Marsono, 2001).

Pupuk nitrogen merupakan salah satu pupuk yang sangat dibutuhkan bagi semua pertumbuhan tanaman, karena fungsinya sebagai penyusun semua senyawa protein. Pada tanaman yang sering dipangkas, kekurangan nitrogen akan berpengaruh terhadap pembentukan cadangan makanan untuk pertumbuhan tanaman (Lindawati, dkk., 2000). Menurut Kresnatita (2004), jagung manis merupakan tanaman yang responsif terhadap pemupukan. Pupuk nitrogen merupakan kunci utama dalam usaha meningkatkan produksi jagung. Dosis pupuk nitrogen yang direkomedasikan untuk tanaman jagung manis adalah 200 N kg ha-1.

Menurut Sirappa dan Razak(2010),tanaman jagung membutuhkan minimal 13 jenis unsur hara selama pertumbuhannya yang diserap melalui tanah. Unsur hara N, P, dan K diperlukan dalam jumlah lebih banyak dan sering kekurangan. Unsur hara Ca, Mg, dan S diperlukan dalam jumlah sedang. Sementara itu, unsur hara Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit.

Pupuk Organonitrofos merupakan jenis pupuk organik yang berasal dari campuran kotoran sapi dan batuan fosfat. Dalam pupuk ini diberikan mikroba pelarut fosfat yang berfungsi untuk melarutkan batuan fosfat, dan mikroba amonifikasi berfungsi dalam proses mineralisasi N yang mengubah N organik menjadi NH4. Disamping itu, kotoran sapi segar yang telah terdekomposisi


(33)

13

Pupuk organomineral NP (organonitrofos) adalah pupuk organik alternatif degan bahan baku kotoran sapi (fresh manure) yang dikombinasikan dengan bahan batuan fosfat (BF) dengan kombinasi campuran yang tepat serta diberikan mikroba yang dapat meningkatkan peningkatan N2 (N2-fixer) dan pelarut fosfat

(P-solubilizer) melalui proses inokulasi ke dalam bahan campuran tersebut. Kedua bahan baku tersebut bersumber dari sumberdaya lokal yang cukup melimpah di Provinsi Lampung, sehingga harga pupuk alternatif ini akan lebih mudah dan lebih kompetitif (Nugroho, dkk., 2012).

Menurut Yupitasari (2013) kombinasi pupuk Organonitrofos dengan pupuk kimia secara nyata menghasilkan pertumbuhan, serapan hara N, P, dan K tanaman dan buah tomat, dan produksi terbaik pada perlakuan urea 100 kg ha-1, SP-36 50 kg ha-1, KCl 50 kg ha-1, Organonitrofos 1.000 kg ha-1. Hai ini serupa dengan penelitian Deviana (2013) bahwa perlakuan dengan dosis 150 kg urea ha

-1

+ 50 kg SP-36 ha-1 + 100 kg KCl ha-1 +1.000 kg Organonitrofos ha-1 memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi, jumlah daun yang lebih banyak serta produksi terbaik dibandingkan perlakuan lainnya. Tetapi menurut Septima (2013)

pemberian pupuk Organonitrofos beserta dan kombinasinya dengan pupuk kimia dengan dosis 100 kg urea ha-1 + 50 kg TSP ha-1 + 100 kg KCl ha-1 + 2.000

Organonitrofos ha-1 dan 5.000 Organonitrofos ha-1 menghasilkan tinggi tanaman yang lebih baik.


(34)

14

2.4 Peranan Nitrogen, Fosfor dan Kalium dalam tanaman

Nitrogen (N) merupakan bagian pokok tanaman hidup yang hadir sebagai satuan fundamental dalam protein, asam nukleik, klorofil dan senyawa organik lain yang bersifat vital. Nitrogen memegang peranan penting sebagai penyusun klorofil, yamg menjadikan daun berwarna hijau. Wana daun ini merupakan petunjuk yang baik bagi aras nitrogen suatu tanaman. Kandungan nitrogen yang tinggi

menjadikan dedaunan lebih hajau dan mampu bertahan lebih lama (Poerwowidodo, 1992).

Fosfor (P) termasuk unsur hara esensial bagi tanaman dengan fungsi sebagai pemindah energi sampai segi-segi gen, yang tidak dapat digantikan unsur hara lain. Ketidakcukupan pasokan P menjadikan tanaman tidak tumbuh maksimal atau potensi hasilnya tidak maksimal. Peranan P dalam penyimpanan dan pemindahan energi merupakan fungsi terpenting karena hal ini mempengaruhi proses

metabolisme dalam tanaman (Poerwowidodo, 1992).

Kalium merupakan unsur hara esensial bagi seluruh makhluk hidup. Pada jaringan tanaman, kalium menyusun 1,7__2,7 % bahan kering daun normal. Kalium terlibat dalam berbagai proses fisiologi tanaman, terutama berperan dalam berbagai reaksi biokimia. Sekitar 50 macam enzim yang berpartisipasi dalam berbagai proses metabolisme, mempunyai aktivitas yang tergantung sepenuhnya atau distimulasi oleh ion K+ dan sebagian besar tipe reaksi enzim katalis diaktifkan oleh K+ (Poerwowidodo, 1992).


(35)

15

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik koordinat 05015’51” LS dan 105013’33” BT dari bulan Januari 2013 sampai dengan April 2013. Analisis tanah dan tanaman dilakukan di

Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung manis varietas Bonanza F1, Insektisida, herbisida, tali rafia, wadah plastik, koran, pupuk Organonitrofos, pupuk urea, KCl dan SP-36.

Alat-alatyang digunakan adalah cangkul, meteran, alat tulis, cutter, hand sprayer, neraca digital, golok, gunting, jangka sorong dan pH meter.


(36)

16

3.3 Metode Penelitian

Percobaan dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK), terdiri dari 6 perlakuan (Tabel 1), dengan setiap perlakuan dilakukan sebanyak 3

ulangan.

Table 1. Perlakuan Aplikasi Pupuk Organonitrofos dan Pupuk Kimia

Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlett, aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi data dianalisis dengan sidik ragam, perbedaan nilai tengah perlakuan diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

1. Pengolahan tanah dan pembuatan petak percobaan

Pengolahan tanah dilakukan menggunakan bajak kemudian digemburkan menggunakan cangkul untuk memperbaiki struktur tanah. Petak percobaan dibuat masing-masing sebanyak 6 petak percobaan dengan 3 ulangan. Setiap plot lahan berukuran 4 m x 8 m.

Perlakuan Dosis (kg ha

-1 )

Urea SP36 KCl Organonitrofos

A 0 0 0 0

B 400 300 250 0

C 300 225 187.5 500

D 200 150 125 1.000

E 100 75 62.5 2.000


(37)

17

Ulangan 1

B E F D C A

Ulangan 2

E A C F D B

Ulangan 3

E F B A D C

Gambar 1. Tata Letak Percobaan

2. Penanaman benih jagung

Benih jagung ditanam dengan jarak tanam 75 cm x 25 cm dengan jarak antar petak 50 cm. Populasi setiap petak yaitu sebanyak 128 tanaman. Penanaman benih jagung dilakukan dengan cara ditugal dan setiap lubang tanam ditanam sebanyak dua benih jagung manis.

3. Aplikasi pupuk

Pupuk organonitrofos diberikan pada waktu tanaman berumur 2 MST sesuai dengan dosis perlakuan. Begitu juga SP36 dan KCl. Sedangkan pupuk urea diaplikasikan sebanyak dua kali, aplikasi pertama dilakukan bersamaan dengan pupuk organonitrofos dan aplikasi kedua ketika malai mulai muncul. Pemupukan dilakukan dengan cara dilarik yang

sebelumnya dibuat larikan sepanjang baris tanam menggunakan cangkul.

4. Pemeliharaan a. Pengairan

Pengairan hanya mengandalkan hujan karena jagung ini ditanam pada lahan tadah hujan. Tetapi untuk 2 minggu pertama pengairan dilakukan


(38)

18

secara intensif disiram menggunakan gembor sebanyak 2 hari sekali karena masih dalam masa perkecambahan.

b. Penyiangan gulma

Penyiangan gulma dilaksanakan secara manual dan kimia. Secara manual dilaksakan pada umur tanaman 2 MST dan 4 MST mengunakan cangkul maupun koret. Sedangkan secara kimia

dilakukan dengan penyemprotan herbisida Gramaxone saat tanaman berumur 6 MST dan 8 MST. Hal ini dikarenakan tanaman jagung sudah cukup tinggi untuk memperkecil kemungkinan terjadi keracunan atau mati.

c. Pengendalian hama penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilaksanakan secara teratur dengan melakukan penyemprotan insektisida Reagent menggunakan hand spreyer pada umur tanaman 2 MST, 6 MST dan 9 MST.

Pengendalian ini bersifat mencegah karena jagung manis secara umum sangat rentan terhadap serangan hama penyakit.

d. Pembumbunan

Pembumbunan dilaksanakan pada umur 4 minggu setelah tanam (MST) dengan cara dicangkul pada setiap baris tanam dan menimbunkan tanahnya pada bagian batang bawah tanaman yang bertujuan agar tanaman jagung tidak mudah rebah.

5. Panen

Panen dilaksanakan pada saat tanaman jagung manis berumur 12 MST. Pemanenan dilakukan per ulangan dengan memisahkan tongkol sampel


(39)

19

dan tongkol bukan sampel. Kemudian batang tanaman dipotong menggunakan golok dan kemudian ditimbang.

6. Pengambilan Sampel Tanah

Sampel tanah diambil 5 titik pengambilan sampel secara komposit lalu tanahnya dicampur dan dikering anginkan pada sebelum tanam.Tanah tersebut disaring hingga lolos saringan ø 2 mm.

3.5 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah berangkasan dan bobot basah tongkol, bobot kering berangkasan dan bobot kering tongkol, bobot kering seratus butir, dan bobot kering tongkol

kosong.

3.5.1 Tinggi tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada usia 2 sampai 8 minggu setelah tanam (MST) dari permukaan tanah hingga daun terpanjang. Pengukuran dilakukan menggunakan penggaris dan meteran dalam satuan centimeter. Sampel yang diamati sebanyak 10 tanaman per petak. Satuan yang digunakan adalah centimeter.

3.5.2 Jumlah daun

Jumlah daun yang dihitung yaitu daun yang telah membuka sempurna berwarna hijau dimulai saat 2 MST sampai muncul malai. Satuan yang digunakan adalah helai per tanaman dengan jumlah sampel sebanyak 10 tanaman per petak. Satuan yang digunakan adalah helai per tanaman.


(40)

20

3.5.3 Diameter Batang

Diamater batang diukur pada bagian tengah batang dimulai saat 2 MST sampai muncul malai menggunakan jangka sorong dengan satuan centimeter. Sampel yang diamati sebanyak 10 tanaman per petak. 3.5.4 Bobot basah berangkasan dan bobot kering berangkasan

Pengambilan sampel bobot basah berangkasan dilakukan pada saat pemanenan yaitu sekitar 12 minggu setelah tanam (MST). Tanaman jagung dipotong tepat pada permukaan tanah kemudian ditimbang.

Sedangkan bobot kering berangkasan didapat dari berangkasan yang telah dioven dengan suhu 800 C selama 48 jam kemudian ditimbang bobot kering tanaman. Bobot kering digunakan untuk mengukur serapan hara pada analisis tanaman. Satuan yang digunakan adalah ton per hektar. 3.5.5 Bobot basah tongkol dan bobot kering tongkol

Bobot basah tongkol dilakukan pada saat pemanenan yaitu bobot total sampel. Sedangkan bobot kering tongkol diperoleh dari tongkol yang telah dioven dengan suhu 800 C selama 48 jam kemudian ditimbang bobot kering tongkol. Bobot kering digunakan untuk mengukur serapan hara pada analisis tanaman. Satuan yang digunakan adalah ton per hektar. 3.5.6 Bobot tongkol dengan kelobot dan bobot tongkol tanpa kelobot

Bobot tongkol dengan kelobot dilakukan dengan menimbang tongkol jagung yang bagian ujung dan pangkal jagungnya telah dipotong. Bobot tongkol tanpa kelobot dilakukan dengan menimbang tongkol jagung yang telah dibuang kelobotnya, kemudian bagian ujung dan pangkal jagungnya dipotong. Satuan yang digunakan adalah ton per hektar.


(41)

21

3.5.7 Bobot tongkol dengan kelobot per petak

Bobot tongkol dengan kelobot per petak dilakukan dengan menimbang seluruh tongkol jagung yang diperoleh dari setiap petak. Satuan yang digunakan adalah kilogram per petak.

3.5.8 Analisis Tanah

Pada penelitian ini dilakukan analisis awal dan akhir. Analisis awal dilakukan terhadap pH, % C-organik, N total, P tersedia, Kdd, P total, K

total dengan metode sacara berturut-turut adalah elektromagnetik, Walkey and Black (%),Kjeldahl (%),Bray 1 (ppm) dan NH4Oac. Sedangkan pada contoh tanah setelah dilakukan percobaan dilakukan analisis terhadap pH, % C-organik, N total, P tersedia, Kdd.

3.5.9 Analisis Tanaman

Analisis tanaman akhir dilakukan untuk mengetahui kandungan C, N dan P pada brangkasan, kelobot dan biji dengan cara menganalisis sampel yang telah dioven. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui seberapa besar serapan hara dari aplikasi pupuk yang telah diberikan. Satuan yang digunakan adalah kilogram per hektar.

3.5.10 Relative Agronomis Effectiveness (RAE)

Keefektifan pupuk yang digunakan diuji dengan uji efektivitas agronomis atau Relative Agronomis Effectiviness (Mackay, dkk., 1984). Hal ini bertujuan untuk mengetahui perubahan sifat-sifat tanah, pertumbuhan, serapan hara, dan produksi tanaman jagung manis.


(42)

22

Relative Agronomis Effectiviness dihitung berdasarkan rumus berikut.

RAE = H-K × 100% S-K

Keterangan : H = Hasil jagung pupuk diuji (kg ha-1) S = Hasil jagung pupuk standar (kg ha-1) K = Hasil jagung kontrol (kg ha-1)

3.5.9 Keefektifan Ekonomis Pupuk

Uji efektivitas ekonomis pupuk digunakan untuk mengetahui apakah pupuk yang digunakan memiliki nilai ekonomis yang baik. Uji ekonomis dilakukan dengan melakukan perhitungan terhadap penerimaan dan pengeluaran yang disebabkan oleh pupuk.

Keterangan : P = Harga produksi (Rp kg-1) Q = Jumlah produksi (kg ha-1) C = Harga pupuk (Rp ha-1)

Apabila nilai ratio berdasarkan perhitungan tersebut > 1 maka pupuk yang diuji memiliki nilai ekonomis yang baik. Price merupakan harga pasaran hasil panen, quantity merupakan jumlah hasil panen, sedangkan cost merupakan biaya yang dikeluarkan akibat pembelian pupuk (Ismono, 2013).


(43)

54

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia dengan dosis Urea 300 kg ha-1, SP-36 225 kg ha-1, KCl 187,5 kg ha-1 dan Organonitrofos 500 kg ha-1 memberikan pengaruh nyata dalam meningkatkan pertumbuhan, produksi dan serapan hara jagung manis, tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan dengan dosis Urea 400 kg ha-1, SP-36 300 kg ha-1, KCl 250 kg ha-1.

2. Pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia dengan dosis Urea 300 kg ha-1, SP-36 225 kg ha-1, KCl 187,5 kg ha-1 dan Organonitrofos 500 kg ha-1 memberikan pengaruh efektif secara agronomis maupun ekonomis berdasarkan hasil uji ekonomis yang telah dilakukan, tetapi tidak lebih efektif dibandingkan dengan dosis Urea 400 kg ha-1, SP-36 300 kg ha-1, KCl 250 kg ha-1.


(44)

55

5.2 Saran Dari hasil penelitian ini, dapat disarankan beberapa saran yaitu :

1. Pada penelitian lanjutan untuk meningkatkan jumlah pupuk Organonitrofos tunggal, karena pada dosis 3000 kg ha-1 Organonitrofos belum mampu menunjukkan hasil yang nyata terhadap dosis kimia tunggal.

2. Aplikasi pupuk Organonitrofos diberikan lebih awal yaitu maksimal 4 minggu sebelum tanam, agar unsur hara yang dikandung sudah tersedia di dalam tanah sehinga cepat diserap oleh tanaman.


(45)

56

PUSTAKA ACUAN

Adamy B., Husnain, dan Rosmimik. 2011. Pengaruh pupuk organik dari berbagai sumber bahan baku terhadap pertumbuhan jagung ( Zea Mays L.). Peneliti Badan Litbang Pertanian. Hlm 583-590

Agitarani, A. W. 2011. Pengaruh pemberian pupuk organik cair (poc) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis (zea mays saccharata sturt). Makalah pra penelitian. Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti Palembang. Palembang. Hlm 1-16

Apriyantono. A. 2011. Deskripsi jagung manis varietas Bonanza F1. Kementerian Pertanian. Jakarta. 24 hlm.

Arsyad A. R. 2001. Pengaruh olah tanah konservasi dan pola tanam terhadap Sifat fisika tanah ultisol dan hasil jagung. Program Studi Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jambi. Jurnal Agronomi 8(2): 111-116

Badan Koordinasi Penanaman Modal. 2011. Potensi investasi provinsi lampung 2011 (http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/userfiles/ppi/ Potensi%20Investasi%20Provinsi%20Lampung%202011.PDF). Diakses pada 6 Juni 2014

Balittanah. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah. Bogor. 143 hlm.

BPS. 2011. Data luas jagung manis pada tahun 2011 (http://www.bps.go.id). Diakses pada 2 Juli 2014.

BPTP. 2010. Respon jagung lokal seraya terhadap pemupukan pupuk kandang sapi terfermentasi di lahan kering (http://bali.litbang.deptan.go.id/ind/ index.php?option=com_content&view=article&id=105:respon-jagung- lokal-seraya-terhadap-pemupukan-pupuk-kandang-sapi-terfermentasi-di-lahan kering&catid=11:bulletin &Itemid=58). Diakses pada 20


(46)

57

Christine, B. 2013. Uji efektivitas pupuk organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan hara tanaman cabai. Skripsi. Fakultas Pertanian Unila. Lampung. 72 hlm.

Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Balai Pustaka. Jakarta. Hlm 215 hlm.

Deviana, M. 2013. Uji efektivitas pupuk oganonitropos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap pertumbuhan, produksi, serta serapan hara tanaman jagung (Zea mays L.) pada Tanah Ultisol Gedung Meneng pada Musim Tanam kedua. Skripsi. Universitas Lampung. (Draf). 77 hlm.

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2011. Volume impor dan ekspor sayuran tahun 2011 (http://hortikultura.deptan.go.id/). Diakses pada 2 Juli 2014 Ermadani, A. M. dan I.A. Mahbub. 2011. Pengaruh residu kompos tandan

buah kosong kelapa sawit terhadap beberapa sifat kimia ultisol dan hasil kedelai. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains.Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jambi. Vol 13 (2) : 11-18.

Hayati, M., Hayati, dan Nurfandi. 2008. Pengaruh pupuk organik dan anorganik terhadap pertumbuhan beberapa varietas jagung manis di lahan tsunami. J. Floratek 6 (1) : 74-83

Ismono, H. 2013. Perhitungan Uji Ekonomis akibat Penggunaan Pupuk (Wawancara). Jurusan Agribisnis. Fakultas Pertanian Unila. Bandar Lampung.

Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2012. Kebutuhan dan harga eceran tertinggi (het) pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian tahun anggaran 2013. Jakarta. 13 hlm.

Koswara, J. 1986. Budidaya Jagung Manis. Yasaguna, Jakarta. Hlm 1-5 Kresnatita, S. 2004. Pengaruh pemberian pupuk organik dan nitrogen terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis. Tesis. Fakultas Pertanian Unibraw. Malang. 47 hlm.

Lindawati, N., Izhar dan H. Syafira. 2000. Pengaruh pemupukan nitrogen dan interval pemotongan terhadap produktivitas dan kualitas rumput lokal kumpai pada tanah podzolik merah kuning. JPPTP 2(2): 130-133. Lingga, P. Dan Marsono. 2001. Petunjuk penggunaan pupuk. Penebar Swadaya.


(47)

58

Mackay, A. D. , J. K. Syers and P. E. H. Gregg. 1984. Ability of chemical extraction procedures to assess the agronomic effectiveness of phosphate rock materials. New Zealand Jounal of Agricultural Research 27:219-230.

Maulidia, O. 2013. Uji uji efektivitas kombinasi pupuk organonitrofos dan pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan serapan hara serta produksi

tanaman ubikayu (Manihot esculenta Crantz) pada tanah ultisol gedung meneng. Skripsi. Fakultas Pertanian Unila. Lampun. 80 hlm.

Muhsanati, Syarif dan Rahayu. 2008. Pengaruh beberapa takaran kompos tithonia terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays

saccharata). Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang. Jerami 1 (2): 87-91.

Nugroho, S. G., Dermiyati, J. Lumbanraja, S. Triyono, H. Ismono, Y. T. Sari, dan E. Ayuandari. 2012. Otimum Ratio of Fresh Manure and Grain Size of Phosphate Rock Mixture in a Formulated Compost for Organomineral NP Fertilizer. J. Tanah Trop. 17 (2): 121-128.

Nugroho, S.G., Dermiyati, J. Lumbanraja, S. Triyono, H. Ismono, M.K. Ningsih, dan Y. Saputri. 2013. Inoculation Effect of N2-Fixer and P-Solubilizer into a Mixture of Fresh Manure and Phosphate Rock Formulated as

Organonitrofos Fertilizer on Bacterial and Fungal Populations. Jurnal Tanah Tropika 18 (1): 75-80

Palungkun, R., dan B. Asiani. 2004. Sweet Corn – Baby corn : Peluang bisnis, pembudidayaan dan penanganan pascapanen. Penebar Swadaya. Jakarta. 80 hal.

Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung. 275 hlm. Prasetyo, B.H dan D.A. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, potensi dan teknologi

pengelolaan tanah ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 25 (2): 39-47

Pusat Kajian Hortikultura Tropika. 2011. Konsumsi perkapita hortikultura (http://www.pkht.or.id). Diakses pada 2 Juli 2014.

Sarno. 2009. Pengaruh Kombinasi N P K dan Pupuk Kandang terhadap Sifat Tanah dan Pertumbuhan serta Produksi Tanaman Caisim. J. Tanah Trop. 14 (3): 211-219.

Septima, A. R. 2013. Uji efektivitas pupuk organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan hara tanaman jagung. Skripsi. Fakultas Pertanian Unila. 80 hlm.


(48)

59

Sirappa, M. P. dan N. Razak. 2010. Peningkatan produktivitas jagung melalui pemberian pupuk N, P, K dan pupuk kandang pada lahan kering di maluku. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku. Maluku. Prosiding Pekan Serealia Nasional. Hlm 227-286

Sugito, J., R. Palungkun dan E. Liatyowati. 1991. Sweet Corn Baby Corn. Penebar Swadaya. Jakarta. 83 hlm.

Sutanto, R. 2005. Dasar-dasar ilmu tanah. Kanisius. Jakarta. Hlm 216 hlm. Sutedjo, M. M. dan A. G. Kartasapoetra. 2010. Pengantar ilmu tanah. Rineka

Cipta. Jakarta. Hlm 15 hlm.

Suwahyono, U. 2011. Petunjuk praktis penggunaan pupuk organik secara efektif dan efisien. Penebar Swadaya. 2011. Jakarta. 124 hlm.

Syafruddin, Nurhayati, dan R. Wati. 2012. Pengaruh jenis pupuk terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas jagung manis. J. Floratek 7: 107 - 114

Syukur, M. dan A. Rifianto. 2013. Jagung Manis. Penebar Swadaya. Jakarta. 124 hlm.

Triolanda, Y. 2011. Pengaruh ukuran butir batuan fosfat yang dicampurkan dengan kotoran sapi segar terhadap keersediaan unsur hara N dan P. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 100 hlm.

Yupitasari, M. 2013. Pengaruh pupuk organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap pertumbuhan, serapan hara, dan produksi tanaman tomat (Lycopersicum esculentum) pada musim tanam kedua. Skripsi. Fakultas Pertanian Unila. Lampung. 94 hlm.

Yusnaini, S. 2009. Keberadaan mikoriza vesikular arbuskular pada pertanaman jagung yang diberi pupuk anorganik jangka panjang. J. Tanah Trop 14 (3) : 25 3-260.


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia dengan dosis Urea 300 kg ha-1, SP-36 225 kg ha-1, KCl 187,5 kg ha-1 dan Organonitrofos 500 kg ha-1 memberikan pengaruh nyata dalam meningkatkan pertumbuhan, produksi dan serapan hara jagung manis, tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan dengan dosis Urea 400 kg ha-1, SP-36 300 kg ha-1, KCl 250 kg ha-1.

2. Pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia dengan dosis Urea 300 kg ha-1, SP-36 225 kg ha-1, KCl 187,5 kg ha-1 dan Organonitrofos 500 kg ha-1 memberikan pengaruh efektif secara agronomis maupun ekonomis berdasarkan hasil uji ekonomis yang telah dilakukan, tetapi tidak lebih efektif dibandingkan dengan dosis Urea 400 kg ha-1, SP-36 300 kg ha-1, KCl 250 kg ha-1.


(2)

5.2 Saran

Dari hasil penelitian ini, dapat disarankan beberapa saran yaitu :

1. Pada penelitian lanjutan untuk meningkatkan jumlah pupuk Organonitrofos tunggal, karena pada dosis 3000 kg ha-1 Organonitrofos belum mampu menunjukkan hasil yang nyata terhadap dosis kimia tunggal.

2. Aplikasi pupuk Organonitrofos diberikan lebih awal yaitu maksimal 4 minggu sebelum tanam, agar unsur hara yang dikandung sudah tersedia di dalam tanah sehinga cepat diserap oleh tanaman.


(3)

PUSTAKA ACUAN

Adamy B., Husnain, dan Rosmimik. 2011. Pengaruh pupuk organik dari berbagai sumber bahan baku terhadap pertumbuhan jagung ( Zea Mays L.). Peneliti Badan Litbang Pertanian. Hlm 583-590

Agitarani, A. W. 2011. Pengaruh pemberian pupuk organik cair (poc) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis (zea mays

saccharata sturt). Makalah pra penelitian. Fakultas Pertanian Universitas

Tridinanti Palembang. Palembang. Hlm 1-16

Apriyantono. A. 2011. Deskripsi jagung manis varietas Bonanza F1. Kementerian Pertanian. Jakarta. 24 hlm.

Arsyad A. R. 2001. Pengaruh olah tanah konservasi dan pola tanam terhadap Sifat fisika tanah ultisol dan hasil jagung. Program Studi Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jambi. Jurnal Agronomi 8(2): 111-116

Badan Koordinasi Penanaman Modal. 2011. Potensi investasi provinsi lampung 2011 (http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/userfiles/ppi/ Potensi%20Investasi%20Provinsi%20Lampung%202011.PDF). Diakses pada 6 Juni 2014

Balittanah. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah. Bogor. 143 hlm.

BPS. 2011. Data luas jagung manis pada tahun 2011 (http://www.bps.go.id). Diakses pada 2 Juli 2014.

BPTP. 2010. Respon jagung lokal seraya terhadap pemupukan pupuk kandang sapi terfermentasi di lahan kering (http://bali.litbang.deptan.go.id/ind/ index.php?option=com_content&view=article&id=105:respon-jagung- lokal-seraya-terhadap-pemupukan-pupuk-kandang-sapi-terfermentasi-di-lahan kering&catid=11:bulletin &Itemid=58). Diakses pada 20


(4)

Christine, B. 2013. Uji efektivitas pupuk organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan hara tanaman cabai. Skripsi. Fakultas Pertanian Unila. Lampung. 72 hlm.

Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Balai Pustaka. Jakarta. Hlm 215 hlm.

Deviana, M. 2013. Uji efektivitas pupuk oganonitropos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap pertumbuhan, produksi, serta serapan hara tanaman jagung (Zea mays L.) pada Tanah Ultisol Gedung Meneng pada Musim Tanam kedua. Skripsi. Universitas Lampung. (Draf). 77 hlm.

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2011. Volume impor dan ekspor sayuran tahun 2011 (http://hortikultura.deptan.go.id/). Diakses pada 2 Juli 2014 Ermadani, A. M. dan I.A. Mahbub. 2011. Pengaruh residu kompos tandan

buah kosong kelapa sawit terhadap beberapa sifat kimia ultisol dan hasil kedelai. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains.Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jambi. Vol 13 (2) : 11-18.

Hayati, M., Hayati, dan Nurfandi. 2008. Pengaruh pupuk organik dan anorganik terhadap pertumbuhan beberapa varietas jagung manis di lahan tsunami.

J. Floratek 6 (1) : 74-83

Ismono, H. 2013. Perhitungan Uji Ekonomis akibat Penggunaan Pupuk (Wawancara). Jurusan Agribisnis. Fakultas Pertanian Unila. Bandar Lampung.

Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2012. Kebutuhan dan harga eceran tertinggi (het) pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian tahun anggaran 2013. Jakarta. 13 hlm.

Koswara, J. 1986. Budidaya Jagung Manis. Yasaguna, Jakarta. Hlm 1-5 Kresnatita, S. 2004. Pengaruh pemberian pupuk organik dan nitrogen terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis. Tesis. Fakultas Pertanian Unibraw. Malang. 47 hlm.

Lindawati, N., Izhar dan H. Syafira. 2000. Pengaruh pemupukan nitrogen dan interval pemotongan terhadap produktivitas dan kualitas rumput lokal kumpai pada tanah podzolik merah kuning. JPPTP 2(2): 130-133. Lingga, P. Dan Marsono. 2001. Petunjuk penggunaan pupuk. Penebar Swadaya.


(5)

Mackay, A. D. , J. K. Syers and P. E. H. Gregg. 1984. Ability of chemical extraction procedures to assess the agronomic effectiveness of phosphate

rock materials. New Zealand Jounal of Agricultural Research

27:219-230.

Maulidia, O. 2013. Uji uji efektivitas kombinasi pupuk organonitrofos dan pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan serapan hara serta produksi

tanaman ubikayu (Manihot esculenta Crantz) pada tanah ultisol gedung meneng. Skripsi. Fakultas Pertanian Unila. Lampun. 80 hlm.

Muhsanati, Syarif dan Rahayu. 2008. Pengaruh beberapa takaran kompos tithonia terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays

saccharata). Fakultas Pertanian Universitas AndalasPadang. Jerami 1 (2):

87-91.

Nugroho, S. G., Dermiyati, J. Lumbanraja, S. Triyono, H. Ismono, Y. T. Sari, dan E. Ayuandari. 2012. Otimum Ratio of Fresh Manure and Grain Size of Phosphate Rock Mixture in a Formulated Compost for Organomineral NP Fertilizer. J. Tanah Trop. 17 (2): 121-128.

Nugroho, S.G., Dermiyati, J. Lumbanraja, S. Triyono, H. Ismono, M.K. Ningsih, dan Y. Saputri. 2013. Inoculation Effect of N2-Fixer and P-Solubilizer into a Mixture of Fresh Manure and Phosphate Rock Formulated as

Organonitrofos Fertilizer on Bacterial and Fungal Populations. Jurnal

Tanah Tropika 18 (1): 75-80

Palungkun, R., dan B. Asiani. 2004. Sweet Corn – Baby corn : Peluang bisnis, pembudidayaan dan penanganan pascapanen. Penebar Swadaya. Jakarta. 80 hal.

Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung. 275 hlm. Prasetyo, B.H dan D.A. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, potensi dan teknologi

pengelolaan tanah ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 25 (2): 39-47

Pusat Kajian Hortikultura Tropika. 2011. Konsumsi perkapita hortikultura (http://www.pkht.or.id). Diakses pada 2 Juli 2014.

Sarno. 2009. Pengaruh Kombinasi N P K dan Pupuk Kandang terhadap Sifat Tanah dan Pertumbuhan serta Produksi Tanaman Caisim. J. Tanah Trop.

14 (3): 211-219.

Septima, A. R. 2013. Uji efektivitas pupuk organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan hara tanaman jagung. Skripsi. Fakultas Pertanian Unila. 80 hlm.


(6)

Sirappa, M. P. dan N. Razak. 2010. Peningkatan produktivitas jagung melalui pemberian pupuk N, P, K dan pupuk kandang pada lahan kering di maluku. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku. Maluku.

Prosiding Pekan Serealia Nasional. Hlm 227-286

Sugito, J., R. Palungkun dan E. Liatyowati. 1991. Sweet Corn Baby Corn. Penebar Swadaya. Jakarta. 83 hlm.

Sutanto, R. 2005. Dasar-dasar ilmu tanah. Kanisius. Jakarta. Hlm 216 hlm. Sutedjo, M. M. dan A. G. Kartasapoetra. 2010. Pengantar ilmu tanah. Rineka

Cipta. Jakarta. Hlm 15 hlm.

Suwahyono, U. 2011. Petunjuk praktis penggunaan pupuk organik secara efektif dan efisien. Penebar Swadaya. 2011. Jakarta. 124 hlm.

Syafruddin, Nurhayati, dan R. Wati. 2012. Pengaruh jenis pupuk terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas jagung manis. J. Floratek 7: 107 - 114

Syukur, M. dan A. Rifianto. 2013. Jagung Manis. Penebar Swadaya. Jakarta. 124 hlm.

Triolanda, Y. 2011. Pengaruh ukuran butir batuan fosfat yang dicampurkan dengan kotoran sapi segar terhadap keersediaan unsur hara N dan P. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 100 hlm.

Yupitasari, M. 2013. Pengaruh pupuk organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap pertumbuhan, serapan hara, dan produksi tanaman tomat (Lycopersicum esculentum) pada musim tanam kedua. Skripsi. Fakultas Pertanian Unila. Lampung. 94 hlm.

Yusnaini, S. 2009. Keberadaan mikoriza vesikular arbuskular pada pertanaman jagung yang diberi pupuk anorganik jangka panjang. J. Tanah Trop 14 (3) : 25 3-260.


Dokumen yang terkait

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA, DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI RAWIT KATHUR (Capsicum frutescens) PADA TANAH ULTISOL GEDUNG MENENG

0 8 42

UJI EFEKTIVITAS KOMBINASI PUPUK ORGANONITROFOS DENGAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SERTA SERAPAN HARA TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz) PADA TANAH ULTISOL GEDUNG MENENG

0 18 47

PENGARUH PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Lycopersicom esculentum) PADA MUSIM TANAM KEDUA

3 36 43

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.) PADA MUSIM TANAM KEDUA DI TANAH ULTISOL GEDUNG MENENG

2 15 60

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata ) DI MUSIM TANAM KE TIGA PADA TANAH ULTISOL GEDUNG MENENG

0 10 48

PENGARUH PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP POPULASI DAN KEANEKARAGAMAN MESOFAUNA TANAH PADA PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)MUSIM TANAM KEDUA

8 51 53

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merr) PADA MUSIM TANAM KETIGA

2 27 50

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA, DAN PRODUKSI TANAMAN KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) PADA TANAH ULTISOL NATAR UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGA

2 25 47

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN SERAPAN HARA TANAMAN JAGUNG MANIS Zea mays saccharata Sturt.)PADA TANAH ULTISOL NATAR

0 7 48

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz ) DI MUSIM TANAM KE DUA PADA TANAH ULTISOL GEDUNG MENENG

0 11 55