PENGARUH PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP POPULASI DAN KEANEKARAGAMAN MESOFAUNA TANAH PADA PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)MUSIM TANAM KEDUA

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP POPULASI DAN

KEANEKARAGAMAN MESOFAUNA TANAH PADA PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

MUSIM TANAM KEDUA Oleh

Intan Purnama Nursadi

Pupuk Organonitrofos merupakan salah satu bentuk pupuk organik yang berasal dari proses pengomposan campuran kotoran sapi segar dan batuan fosfat yang ditambahkan mikroba pelarut P dan mikroba penambat N. Ketersediaan bahan organik mampu meningkatkan aktivitas organisme tanah, salah satunya adalah mesofauna tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap populasi dan keanekaragaman mesofauna tanah pada musim tanam kedua. Penelitian ini

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dari 6 perlakuan yaitu P0 (kontrol), P1 (900 kg Urea ha-1, 250 kg SP-36 ha-1, 250 kg KCl ha-1), P2 (600 kg Urea ha-1, 150 kg SP-36 ha-1, 150 kg KCl ha-1, 500 kg Organonitrofos ha-1), P3 (150 kg Urea ha-1, 50 kg SP-36 ha-1, 100 kg KCl ha-1, 1.000 kg Organonitrofos ha-1), P4 (100 kg Urea ha-1, 50 kg SP-36 ha-1, 100 kg KCl ha-1, 2.000 kg Organonitrofos ha-1), dan P5 (3.000 kg Organonitrofos ha-1) dengan 3 ulangan. Data yang diperoleh dihitung rata – rata dan standar error tanpa analisis ragam. Hasil penelitian


(2)

Intan Purnama Nursadi

menunjukkan bahwa populasi mesofauna tanah paling banyak ditemukan pada perlakuan organonitrofos saja (P5) dan pada perlakuan kombionasi P4 dengan proporsi pupuk organonitrofos terbanyak dibandingkan perlakuan kombinasi lainnya. Populasi dan keanekaragaman mesofauna tanah tidak berkorelasi dengan sifat kimia tanah (pH tanah, C-organik tanah, N-total tanah, dan C/N rasio). Pemberian pupuk Organonitrofos saja dan pupuk kimia dosis tinggi saja serta berbagai kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia tidak berpengaruh terhadap indeks keanekaragaman mesofauna tanah, tetapi berpengaruh terhadap populasi mesofauna tanah. Acarina dapat dijadikan sebagai mesofauna indikator pada perlakuan kombinasi pupuk Organonitrofos dengan pupuk kimia.


(3)

(4)

PENGARUH PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP POPULASI DAN

KEANEKARAGAMAN MESOFAUNA TANAH PADA PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays)

MUSIM TANAM KEDUA

(Skripsi)

Oleh

INTAN PURNAMA NURSADI

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Corong Barlese Tullgren ... 16

2. Populasi mesofauna tanah akibat pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia ... 20

3. Pengaruh pemberian pupuk organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap keanekaragaman mesofauna tanah ordo Acarina . ... 22

4. Pengaruh pemberian pupuk organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap keanekaragaman mesofauna tanah ordo Collembola . ... 23

5. Pengaruh pemberian pupuk organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap keanekaragaman mesofauna tanah ordo lainnya) . ... 23

6. Mesofauna tanah ordo Acarina Subordo Oribatida ... 44

7. Mesofauna tanah ordo Acarina Subordo Mesostigmata ... 45

8. Mesofauna tanah ordo Collembola Subordo Symphyleona ... 45

9. Mesofauna tanah ordo Collembola Subordo Arthropleona ... 46

10.Mesofauna tanah ordo Collembola Subordo Onychiuridae ... 46

11.Mesofauna tanah Ordo Geophilida ... 47


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2Tujuan Penelitian ... 3

1.3Kerangka Pemikiran ... 3

1.4Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pupuk ... 6

2.2Pengaruh Penggunaan Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Biota Tanah ... 7

2.3Mesofauna Tanah ... 9

2.4Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Mesofauna Tanah ... 11

III. BAHAN DAN METODE 3.1Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

3.2Bahan dan Alat ... 13

3.3Metode Penelitian ... 14

3.4Sejarah Lahan Pertanaman ... 14

3.5Pelaksanaan penelitian ... 15

3.5.1 Pengambilan Contoh Tanah ... 15

3.5.2 Pengekstrakan Mesofauna Tanah ... 15

3.5.3 Identifikasi Populasi dan Keanekaragaman Mesofauna Tanah ... 16

3.5.4 Variabel Utama ... 17

a. Populasi Mesofauna Tanah ... 17

b. Keanekaragaman Mesofauna Tanah ... 17

3.5.5 Variabel Pendukung ... 18


(7)

vi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Populasi Mesofauna Tanah ... 20

4.2 Populasi Acarina, Collembola, dan Mesofauna Tanah lainnya ... 22

4.3 Indeks Keanekaragaman dan Indeks Dominansi Mesofauna Tanah ... 26

4.4 Korelasi Populasi dan Indeks Keanekaragaman Mesofauna Tanah dengan pH Tanah, C-Organik Tanah, N-Total Tanah, C/N Ratio, dan Kadar Air Tanah ... ... 28

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 30

5.2 Saran ... 31

PUSTAKA ACUAN ... 32


(8)

vii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kriteria Indeks Keanekaragaman. ... 18 2. Indeks keanekaragaman (H’) dan indeks dominansi (C)

mesofauna tanah akibat Pemberian pupuk

Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 26 3. Ringkasan uji korelasi populasi dan indeks

Keanekaragaman mesofauna tanah dengan pH Tanah, C-Organik Tanah, N-Total Tanah, C/N Ratio, dan

Kadar Air Tanah. ... 28 4. Populasi mesofauna tanah (ekor) akibat pemberian pupuk

Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 38 5. Populasi mesofauna tanah setelah dikonversikan

(ekor dm-3) akibat pemberian pupuk Organonitrofos dan

kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 38 6. Pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya

dengan pupuk kimia terhadap populasi mesofauna tanah

(ekor dm-3). ... 39 7. Populasi Acarina (ekor dm-3) akibat pemberian pupuk

Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 39 8. Populasi Collembola (ekor dm-3) akibat pemberian pupuk

Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 39 9. Populasi mesofauna tanah ordo lainnya(ekor dm-3) akibat

pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya

dengan pupuk kimia. ... 40 10. Indeks keanekaragaman (H’) mesofauna tanah

(ekor dm-3) akibat pemberian pupuk Organonitrofos


(9)

viii 11.Indeks dominansi (C) mesofauna tanah (ekor dm-3)

akibat pemberian pupuk Organonitrofos dan

kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 40 12.Hasil analisis kandungan hara pada pupuk

Organonitrofos. ... ... 41 13.Hasil analisis tanah setelah pemberian pupuk

Organonitrofos dan Kombinasinya dengan pupuk

kimia. ... 41 14.Uji korelasi antara populasi mesofauna tanah dengan

pH tanah. ... 41 15.Uji korelasi antara populasi mesofauna tanah dengan

C-organik tanah. ... 41 16.Uji korelasi antara populasi mesofauna tanah dengan

N-total tanah. ... 42 17.Uji korelasi antara populasi mesofauna tanah dengan

C/N ratio tanah. ... 42 18.Uji korelasi antara populasi mesofauna tanah dengan

Kadar Air tanah. ... 42 19.Uji korelasi antara indeks keanekaragaman mesofauna

tanah dengan pH tanah. ... 42 20.Uji korelasi antara indeks keanekaragaman mesofauna

tanah dengan C-organik tanah. ... 43 21.Uji korelasi antara indeks keanekaragaman mesofauna

tanah dengan N-total tanah. ... 43 22.Uji korelasi antara indeks keanekaragaman mesofauna

tanah dengan C/N ratio tanah. ... 43 23.Uji korelasi antara indeks keanekaragaman mesofauna


(10)

(11)

(12)

Dengan rasa syukur dan rasa terimakasih yang tak terhingga, kupersembahkan karya kecil ini kepada Kedua Orangtuaku tercinta, cahaya hidupku Ibu Nurbaiti dan Bapak Charsadi TS. Almamater tercinta


(13)

(14)

iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 26 Juni 1991. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Charsadi TS dan Ibu Nurbaiti.

Penulis mengawali pendidikan formal di TK Pratama Bandar Lampung pada tahun 1996, kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 2 (Teladan) Rawa Laut Bandar Lampung tahun 1997 – 2003. Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 12 Bandar Lampung tahun 2003 – 2006 dan Sekolah Menengah Atas Perintis 1 Bandar Lampung pada tahun 2006 – 2009.

Penulis melanjutkan studi di Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi Strata 1 (S1) Universitas Lampung melalui jalur PKAB pada tahun 2009 dengan pilihan Ilmu Tanah sebagai konsentrasi dari perkuliahan . Selama menjadi mahasiswa Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Fisiologi Tumbuhan, dan Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penulis pernah menjadi pemakalah pada Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan (SEMIRATA) tahun 2014. Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Pagaralam, Sumatera Selatan pada Januari 2012. Penulis juga melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Pagar Buana Kecamatan Way Kenanga, Tulang Bawang Barat pada Juni 2012.


(15)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah Swt, karena atas rahmat dan ridho-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Pupuk Organonitrofos dan Kombinasinyta dengan Pupuk Kimia terhadap Populasi dan Keanekaragaman Mesofauna Tanah

pada Pertanaman Jagung (Zea mays L.) Musim Tanam Ke Dua” adalah salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana Agroteknologi di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Ir. Dermiyati, M.Agr.Sc., selaku pembimbing utama yang telah memberikan kesempatan dan meluangkan waktunya untuk selalu memberikan pengarahan, bimbingan, pengetahuan, kesabaran dan saran selama penulis menyelesaikan penelitian dan skripsi ini;

2. Ibu Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.S., M.Agr.Sc., selaku pembimbing ke dua atas kesediaan memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Sutopo Ghani Nugroho, M.Sc. (Rhm), selaku penguji pada seminar proposal terdahulu;


(16)

iv 4. Bapak Ir. M. A. Syamsul Arif, M.Sc., Ph.D., selaku penguji pengganti pada

ujian skripsi. Terimakasih atas saran, nasehat, bimbingan dan kritik yang membangun dalam penulisan skripsi ini;

5. Bapak Prof. Dr. Ir.Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung;

6. Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi;

7. Bapak Ir. Sarno, M.S. selaku Pembimbing Akademik;

8. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Fakultas Pertanian Universitas Lampung; 9. Kedua Orang tuaku, Ibu Nurbaiti dan Bapak Charsadi TS yang selalu

memberikan kasih sayang dan selalu mendoakan atas harapan akan kesuksesan penulis hingga dapat menyelesaikan studi;

10.Kepada Kak Arman, Adikku Siska dan Zaidan, Riana, Sopi, dan Kak Janu, terimakasih karena tidak mengenal lelah untuk memberikan doa dan motivasi kepada penulis hingga dapat menyelesaikan studi;

11.Kepada Indah, Reny, Thifa, Selviana, dan rekan – rekan seperjuangan

Agroteknologi „09, terimakasih atas kebersamaan yang terjalin selama ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Bandar Lampung, 25 Agustus 2014 Penulis


(17)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Jagung merupakan salah satu bahan makanan utama di Indonesia, yang memiliki kedudukan sangat penting setelah beras. Selain menjadi bahan makanan pokok, jagung juga merupakan bahan pokok bagi industri pakan ternak. Menurut data Badan Pusat Statistik (2013) produksi jagung pada tahun 2010 sebanyak 2,12 juta ton. Sedangkan pada tahun 2012 produksi jagung mengalami penurunan menjadi 1,76 juta ton. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya luas panen sebesar 66,59 ribu hektar dibandingkan tahun sebelumnya. Faktor lain yang menyebabkan penurunan produksi jagung adalah tingkat kesuburan tanah yang rendah. Prasetyo dan Suriadikarta (2006) juga menyatakan bahwa salah satu penyebab rendahnya produksi jagung di Lampung adalah kondisi tanah yang masam dan kandungan bahan organik yang rendah. Sehingga perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan produksi jagung.

Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi jagung adalah dengan memperbaiki kesuburan tanah melalui pemupukan. Sirappa dan Razak (2010) menyatakan bahwa penggunaan pupuk tunggal NPK yang dikombinasikan dengan pupuk kandang memberikan rata – rata hasil jagung lebih tinggi dari rata – rata hasil jagung nasional


(18)

2

dan hasil jagung di Maluku. Armando (2009) mengatakan bahwa pemberian pupuk organik Bokashi serbuk gergaji kayu berpengaruh nyata terhadap seluruh

pertumbuhan dan hasil produksi jagung.

Pupuk Organonitrofos merupakan salah satu bentuk pupuk organik yang berasal dari proses pengomposan campuran kotoran sapi segar dan batuan fosfat yang

ditambahkan mikroba pelarut P dan mikroba penambat N (Nugroho dkk., 2013). Hardjowigeno (1993) menjelaskan bahwa pupuk organik mempunyai fungsi

menggemburkan lapisan permukaan tanah, meningkatkan kesuburan tanah, dan dapat meningkatkan populasi mikroorganisme tanah. Dengan tingginya ketersediaan bahan organik maka aktivitas organisme tanah menjadi lebih baik serta dapat mempengaruhi ketersediaan hara, siklus hara, dan pembentukan pori mikro dan makro tanah

(Hartatik dan Setyorini, 2013).

Salah satu organisme tanah yang berperan dalam dekomposisi bahan organik adalah mesofauna tanah. Mesofauna tanah berperan penting dalam proses penghancuran serasah dengan cara mencabik-cabik serasah menjadi ukuran yang lebih kecil (Rahmawaty, 2004). Tim Sintesis Kebijakan (2008) menambahkan bahwa selain memperkecil ukuran bahan organik, aktivitas mesofauna tanah menghasilkan feses yang mengandung berbagai unsur hara yang tersedia bagi tanaman maupun

mikroorganisme tanah. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap populasi dan keanekaragaman mesofauna tanah.


(19)

3

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap populasi dan keanekaragaman mesofauna tanah pada musim tanam kedua.

1.3 Kerangka Pemikiran

Mesofauna tanah merupakan hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 0,2 mm sampai 1 cm (Suin, 1997). Nurhidayah (1999) menjelaskan bahwa mesofauna tanah hidup pada lapisan dasar tanah, memakan jaringan tanaman dan hewan yang telah mati, kotoran organisme makro, humus serta miselia jamur. Sutedjo, dkk (1991) juga menyatakan bahwa mesofauna tanah berperan penting dalam menghancurkan bahan organik kasar yang kemudian dihancurkan oleh mikroorganisme. Hasil perombakan bahan organik menghasilkan unsur hara yang bermanfaat bagi tanaman.

Salah satu yang mempengaruhi populasi dan keanekaragaman mesofauna tanah adalah pemberian bahan organik. Marlina (2007) menyatakan bahwa pemberian pupuk bokashi (pupuk organik yang berasal dari serbuk gergaji kayu) dapat meningkatkan populasi mesofauna tanah. Prayitno (2004) menyatakan bahwa

semakin tinggi jumlah bahan organik yang ditambahkan maka semakin meningkatkan aktivitas organisme tanah dan populasi organisme tanah.

Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Arniamir (1984) bahwa bahan organik digunakan sebagai substrat bagi mesofauna tanah sehingga meningkatkan aktivitas


(20)

4

mesofauna tanah dengan puncaknya pada minggu ke tujuh dan ke delapan setelah pemberian. Fitrahtunnisa dan Ilhamdi (2013) menjelaskan indeks keanekaragaman mesofauna tanah tertinggi pada perlakuan campuran sampah pertanian, kotoran ternak, dan sampah kota. Hal ini dikarenakan kandungan sampah organik yang bervariasi dan kompleks sehingga kebutuhan substrat mesofauna tanah terpenuhi.

Bahan organik dapat dijadikan sebagai sumber pembuatan pupuk organik, karena pupuk organik adalah hasil akhir dari penguraian sisa - sisa tanaman dan hewan (Yuliarti, 2009). Lingga dan Marsono (2011) menyatakan pemberian pupuk organik sangat baik dalam memperbaiki struktur tanah pertanian dan mampu meningkatkan aktivitas fauna tanah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semakin banyak pupuk organik yang diberikan maka akan semakin banyak fauna tanah pada tanah tersebut.

Yuliarti (2009) menyatakan bahwa pupuk organik memiliki beberapa jenis yang dapat terbuat dari berbagai macam bahan, yaitu pupuk kandang, pupuk hijau,

kompos, dan pupuk organik lainnya. Salah satu pupuk organik yang dapat digunakan adalah pupuk organonitrofos. Pupuk Organonitrofos merupakan salah satu bentuk pupuk organik yang berasal dari proses pengomposan campuran kotoran sapi segar dan batuan fosfat yang ditambahkan mikroba pelarut P dan mikroba penambat N (Nugroho dkk., 2013).

Pada penelitian sebelumnya oleh Deviana (2014) menjelaskan bahwa pada lahan yang diaplikasikan pupuk organonitrofos 100% menunjukkan bobot seratus butir


(21)

5

tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Dengan demikian dapat

diasumsikan jika hasil produksi tinggi maka populasi mesofauna pada lahan tersebut juga tinggi.

Kehidupan mesofauna tanah dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti kandungan bahan organik dalam tanah, suhu tanah, kadar air tanah dan pH tanah (Fitriyani, 2001). Adeduntan (2009) menjelaskan bahwa pH tanah sangat mempengaruhi keanekaragaman dan kelimpahan mesofauna tanah. Selain itu, peningkatan kandungan bahan organik tanah diikuti dengan kenaikan indeks keanekaragaman mesofauna tanah.

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Populasi dan keanekaragaman mesofauna tanah tertinggi ditemukan pada tanah yang dipupuk dengan pupuk organonitrofos 100% dibandingkan dengan

perlakuan lainnya.

2. Terdapat korelasi antara sifat kimia tanah dengan populasi dan indeks keanekaragaman mesofauna tanah.


(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pupuk

Pupuk merupakan bahan alami atau buatan yang ditambahkan ke tanah dan dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan menambah satu atau lebih hara esensial. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik (Maryam dkk., 2008). Lingga dan Marsono (2011) menjelaskan bahwa pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan meramu bahan – bahan kimia dan memiliki kandungan hara yang tinggi.

Pupuk anorganik memiliki beberapa keuntungan yaitu pemberiannya dapat terukur dengan tepat, kebutuhan hara tanaman dapat terpenuhi dengan perbandingan yang tepat, dan tersedia dalam jumlah yang cukup. Sedangkan kelemahan dari pupuk anorganik yaitu hanya memiliki unsur hara makro, pemakaian yang berlebihan dapat merusak tanah bila tidak diimbangi dengan pupuk kandang atau kompos, dan

pemberian yang berlebihan dapat membuat tanaman mati (Lingga dan Marsono, 2011).

Suwahyono (2011) menjelaskan bahwa pupuk organik merupakan pupuk yang sebagian atau seluruhnya berasal dari bahan organik seperti tumbuhan atau kotoran


(23)

7

hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk menyediakan kebutuhan hara tanaman dan dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Yuliarti (2009) menyatakan bahwa pupuk organik mampu menggemburkan lapisan permukaan tanah, meningkatkan populasi jasat renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air, serta meningkatkan kesuburan tanah.

Berdasarkan bahan pembuatannya, pupuk organik memiliki beberapa jenis yaitu pupuk kandang, pupuk hijau, kompos dan pupuk organik lainnya. Pupuk kandang terbuat dari kotoran hewan yang bercambur dengan urin dan sisa makanan yang ada di kandang. Pupuk hijau adalah pupuk yang dibuat dari tanaman yang masih muda yang dibenamkan ke dalam tanah. Kompos merupakan hasil akhir proses fermentasi tumpukan sampah, serasah tanaman, maupun bangkai binatang. Sedangkan pupuk organik lainnya dapat berupa nightsoil, pupuk unggas, dan pupuk bungkil (Yuliarti, 2009).

2.2 Pengaruh Penggunaan Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Biota Tanah

Dalam peningkatan produksi pertanian, banyak petani yang menggunakan pupuk anorganik sebagai solusinya. Namun, penggunaan pupuk anorganik dalam jangka waktu panjang memiliki dampak buruk bagi tanaman dan kondisi tanah. Penggunaan pupuk anorganik secara terus - menerus dapat merusak kehidupan organisme tanah,


(24)

8

menurunkan kesuburan dan kesehatan tanah, merusak keseimbangan ekosisten tanah, dan dapat menimbulkan peledakan serangan hama (Pristiadi, 2010).

Erianto (2009) menyatakan pupuk kimia adalah zat substansi kandungan hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Akan tetapi, seharusnya unsur hara yang dibutuhkan tersebut tersedia secara alami di dalam tanah melalui siklus hara tanah. Siklus hara tersebut seperti tanaman yang telah mati dimakan hewan herbivora, kotoran atau sisa tumbuhan tersebut diuraikan oleh organisme tanah seperti bakteri, jamur, mesofauna, cacing, dan lainnya. Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan akan memutuskan siklus hara tanah tersebut dan dapat mematikan organisme tanah. Efek lain dari pengunaan pupuk kimia juga dapat mengurangi dan menekan pupolasi organisme tanah yang sangat bermanfaat bagi tanah dan tanaman.

Dalam mengatasi dampak negatif dari penggunaan pupuk kimia, perlu dilakukan pengaplikasian pupuk organik. Musnamar (2003) menyatakan bahwa pupuk organik merupakan salah satu bahan yang penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah. Penggunaannya masih sering dikombinasikan dengan pupuk anorganik atau pupuk kimia. Penggunaan pupuk organik secara terus-menerus dalam rentan waktu yang lama akan menjadikan kualitas tanah lebih baik.

Dalam pupuk organik terkandung bahan organik yang dibutuhkan oleh tanaman. Bahan organik adalah bahan mineral yang berasal dari organisme yang telah mati. Bahan organik dapat berasal dari sisa hewan, tumbuhan, maupun jasad mikro baik yang telah terdekomposisi maupun yang belum terdekomposisi. Materi organik yang


(25)

9

tidak terdekomposisi berubah menjadi humus yang berwarna coklat kehitaman. Bahan organik sangat menentukan keberadaan organisme tanah karena sebagian besar organisme tanah mengkonsumsi bahan organik. Komposisi dan jenis bahan organik yang terletak dipermukaan tanah sangat menentukan jenis mesofauna tanah yang hidup di dalamnya (Prayitno, 2004).

2.3 Mesofauna Tanah

Bettigelli (2011) menyatakan bahwa fauna tanah adalah bagian penting dari fungsi ekosistem tanah, secara aktif terlibat dalam dekomposisi, siklus nutrisi dan

pembentukan tanah. Berdasarkan ukuran tubuhnya fauna tanah dikelompokkan atas mikrofauna, mesofauna dan makrofauna tanah. Mikrofauna tanah berkisar antara 0,02 mm sampai 0,2 mm, mesofauna tanah antara 0,2 mm sampai 1 cm, dan makrofauna tanah berukuran lebih dari 1 cm (Suin, 1997).

Mesofauna tanah adalah kelompok spesies organisme yang berlimpah dalam tanah yang juga dapat memberikan fungsi yang berguna sebagai indikator biologis dari gangguan habitat, kualitas tanah dan keberhasilan reklamasi. Mesofauna tanah sangat erat hubungannya dengan berbagai proses penting dan fungsi tanah termasuk

dekomposisi bahan organik, siklus nutrisi dan perkembangan struktur tanah (Bettigelli, 2011).

Berdasarkan ukurannya yang termasuk ke dalam kelompok mesofauna tanah adalah


(26)

10

garis besar mesofauna tanah terdiri dari dua kelompok mikroarthropoda yaitu

Collembola dan Acarina (Coleman dan Crossley, 2003). Sugiyarto (2000)

melaporkan bahwa Acarina dan Collembola merupakan kelompok mesofauna tanah yang selalu ditemukan pada berbagai perlakuan bahan organik yang diberikan pada media tanam. Adianto (1980) juga menjelaskan Acarina dan Collembola merupakan mikroarthropoda tanah yang paling melimpah di berbagai ekosistem dibandingkan kelompok lainnya.

Rohman (2002) menyatakan bahwa Acarina merupakan salah satu anggota fillum

Arthropoda, kelas Arachnida dan subkelas Acarina. Suin (1997) menjelaskan

Acarina memiliki 3 pasang kaki, tubuh pendek, tidak bersegmen jelas, dan tidak bersayap. Tubuh terdiri dari satu bagian yang besar dan satu bagian yang kecil kadang-kadang terlihat. Berbentuk bulat atau sedikit memanjang, dan ada yang seperti sosis dengan 2 pasang kaki. Acarina hidup bebas pada akar pohon, humus, detritus dan banyak juga yang hidup pada tumpukan kayu yang membusuk dan mempunyai kadungan bahan organik yang tinggi.

Prayitno (2004) menyatakan Collembola merupakan salah satu fillum Arthropoda, kelas Insecta, Subkelas Apterygota dan ordo Collembola. Serangga ini tidak bersayap dan umumnya ukuran tubuhnya kurang dari 6 mm, tubuh memanjang atau oval, dan terdapat antena yang terdiri dari 4 ruas. Suin (1997) menjelaskan

Collembola memiliki alat pegas di bawah abdomen yang digunakan untuk meloncat, berbentuk panjang atau globular dan berwarna putih, abu – abu atau hitam.


(27)

11

Collembola sering dijumpai dibawah, dibawah kulit kayu yang lapuk, dalam bahan organik yang membusuk, dan pada permukaan air (Jumar, 2000). Suhardjono (2000) menyebutkan pada sebagian besar populasi Collembola tertentu merupakan pemakan mikoriza akar yang dapat merangsang pertumbuhan simbion dan meningkatkan pertumbuhan tanaman.

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Fauna Tanah

Faktor - faktor lingkungan yang mempengaruhi keberadaan mesofauna tanah adalah ketersediaan bahan organik, suhu tanah, kelembaban, kadar air tanah dan pH tanah (Fitriyani, 2001). Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah, dengan demikian suhu tanah akan menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah. Suhu sebesar 15°C dengan kelembaban 15%, ketika sebagian besar pori makro terisi oleh udara sesuai bagi mesofauna tanah (Larink, 1997). Mesofauna tanah dapat hidup dan berkembang dengan baik pada suhu optimum 15°C sampai 25°C. Sedangkan kadar air tanah yang sesuai dan baik untuk kehidupan mesofauna adalah 15%. Apabila suhu dan kadar air tanah terlalu tinggi maka aktivitas mesofauna akan terhambat (Marlina, 2007).

Keberadaan dan kepadatan fauna tanah juga sangat tergantung pada pH tanah. Fauna tanah ada yang dapat hidup pada tanah dengan pH masam dan ada pula yang senang pada tanah yang pH nya basa (Suin, 2006). Kisaran pH yang baik untuk hidup mesofauna tanah umumnya 6-7 (Marlina, 2007). Kehidupan mesofauna tanah juga dipengaruhi oleh faktor lingkungannya seperti suhu tanah, kadar air, dan pH tanah.


(28)

12

Priyatno (2004) menyatakan bahwa pada kisaran pH netral mesofauna tanah akan mencapai populasi yang tinggi. Affiati (2011) menyatakan bahwa kelembaban yang tinggi dapat mempengaruhi keanekaragaman mesofauna tanah dimana semakin tinggi kelembaban maka akan semakin tinggi pula keanekaragaman mesofauna tanah.

Fitriyani (2001) menyatakan bahwa mesofauna tanah banyak dijumpai pada tanah bagian atas, mereka hidup pada ruang pori tanah yang telah ada. Penyebaran ukuran dan jumlah pori tanah mendukung kepadatan mesofauna tanah. Penyebaran

mesofauna tanah berhubungan dengan penyebaran bahan organik di lapisan atas tanah, karena sisa tanaman dan bahan organik banyak dihuni oleh jamur yang merupakan sumber nutrisi bagi Collembola dan beberapa jenis Acarina (Larink, 1997).


(29)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Pengambilan contoh tanah dilaksanakan di lahan pertanaman jagung (Zea mays L.) di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung Gedong Meneng titik koordinat 5°22’10” LS dan 105°14’38” BT dengan ketinggian 146 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Oktober 2013. Identifikasi mesofauna tanah dilakukan di Laboratorium Bioteknologi dan analisis tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu contoh tanah, alkohol 50%, formalin 1%, aquades dan bahan – bahan kimia untuk menentukan pH tanah, C-organik, dan N-total.

Sedangkan alat yang digunakan, yaitu alat Barlesse/ Tullgren yang dimodifikasi, gelas beaker, mikroskop binokuler, botol film, cawan petri, pinset, bola lampu 25


(30)

14

watt, ayakan berdiameter 2 mm, ring sample, timbangan, dan perlengkapan lain yang diperlukan.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dalam 6

perlakuan dengan 3 ulangan. Perlakuan pupuk organonitrofos dan kombinasi dengan pupuk kimia, yaitu P0 : kontrol, P1 : Urea 900kg ha-1 + SP36 250kg ha-1 + KCl 250 kg ha-1, P2 : Urea 600kg ha-1 + SP36 150kg ha-1 + KCl 150 kg ha-1 + Organonitrofos 500 kg ha-1, P3 : Urea 150kg ha-1 + SP36 50kg ha-1 + KCl 100 kg ha-1 + Organonitrofos 1.000 kg ha-1, P4 : Urea 100kg ha-1 + SP36 50kg ha-1 + KCl 100 kg ha-1 +

Organonitrofos 2.000 kg ha-1, dan P5 : Organonitrofos 3.000 kg ha-1. Pengelompokan data didasarkan pada pengambilan sampel. Uji kolerasi dilakukan antara populasi dan keanekaragaman mesofauna tanah dengan pH tanah, C-organik tanah, N-total tanah, C/N ratio, dan kadar air tanah.

3.4 Sejarah Lahan Pertanaman

Pada musim tanam pertama (musim kemarau), lahan pertanaman jagung ini digunakan sebagai lahan penelitian uji efektivitas pupuk organonitrofos dan

kombinasinya dengan pupuk kimia. Dosis pupuk yang digunakan yaitu P0 : kontrol, P1 : Urea 900kg ha-1 + SP36 250kg ha-1 + KCl 250 kg ha-1, P2 : Urea 600kg ha-1 + SP36 150kg ha-1 + KCl 150 kg ha-1 + Organonitrofos 500 kg ha-1, P3 : Urea 150kg ha-1 + SP36 50kg ha-1 + KCl 100 kg ha-1 + Organonitrofos 1.000 kg ha-1, P4 : Urea


(31)

15

100kg ha-1 + SP36 50kg ha-1 + KCl 100 kg ha-1 + Organonitrofos 2.000 kg ha-1, dan P5 : Organonitrofos 5.000 kg ha-1. Kemudian dilakukan penelitian lanjutan pada musim tanam kedua (musim hujan) dengan perlakuan yang sama, kecuali pada perlakuan P5 dosisnya menjadi 3.000 kg ha-1 organonitrofos.

3.5 Pelaksanaan Penelitian a. Pengambilan Contoh Tanah

Pengambilan contoh tanah dilakukan setelah panen pada lahan pertanaman jagung di Laboratorium Lapang Terpadu Unila. Sampel tanah diambil menggunakan ring sample dengan tinggi 5 cm dan diameter 5,8 cm. Pengambilan sampel tanah disesuaikan dengan lama pengekstrakan yaitu setiap 2 hari sekali. Kemudian dari masing-masing lahan diambil 2 titik yang berbeda. Setiap titik diambil 3 sampel berdasarkan kedalaman yaitu 0 – 5 cm, 5 – 10 cm, dan 10 – 15 cm. Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan membenamkan satu buah ring sample tersebut pada titik pertama dan titik kedua, kemudian digali sisi luar dari ring untuk mempermudah pengambilan ring. Selanjutnya sampel tanah pada ring sample dimasukan kedalam plastik untuk diekstrak.

b. Pengekstrakan Mesofauna Tanah

Sampel tanah selanjutnya diekstrak dengan menggunakan corong Barlese Tullgren

(Gambar 1). Sampel tanah dimasukkan bersamaan dengan ring sample ke dalam corong Barlese Tullgren yang telah disiapkan. Di bawah corong diletakkan


(32)

16

erlenmeyer berisi alkohol 50% ditambahkan 1% formalin untuk dilakukan

identifikasi. Sampel tanah tersebut disinari dengan lampu 25 watt selama 48 jam. Akibat penyinaran tersebut mesofauna tanah akan turun dan terperangkap dalam tabung erlenmeyer tersebut.

Bola lampu 25 watt

Sampel tanah dan saringan Penutup corong Berlese/Tullgren

Gelas beker

Alkohol 50%

Gambar 1. Corong Barlese Tullgren

c. Identifikasi Populasi dan Keanekaragaman Mesofauna Tanah

Identifikasi mesofauna tanah dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Mesofauna tanah yang berada dalam labu erlenmeyer yang berisi alkohol 50% + formalin 1% dimasukkan kedalam cawan petri. Mesofauna pada cawan petri diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 20 – 40 kali. Kemudian mesofauna tanah yang


(33)

17

ditemukan dihitung jumlah dan jenisnya. Bila jenisnya belum dapat diidentifikasi, sampel disimpan kembali dalam botol film yang telah berisi alkohol 50%, diberi label untuk diidentifikasi lebih lanjut.

3.6 Variabel Utama

Variabel utama yang diamati dalam penelitian ini adalah populasi dan keanekaragaman mesofauna tanah.

a. Populasi Mesofauna Tanah

Data mesofauna tanah yang terukur dikonversi ke dalam populasi mesofauna tanah ekor dm-3 dengan menggunakan rumus:

Total Populasi = jumlah mesofauna tanah (Ekor) volume ring sampel (dm-3)

b. Keanekaragaman Mesofauna Tanah

Keanekaragaman mesofauna tanah berdasarkan masing-masing ordo dapat dihitung dengan menggunakan rumus Shannon-Wheaver (Odum, 1983).

H’ = -∑ [ (ni/N) ln (ni/N) ]

Keterangan : H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wheaver

ni = Jumlah individu jenis ke-i N = Total individu yang ditemukan


(34)

18

Indeks Keanekaragaman Kategori Keanekaragaman

H ≤ 2 Rendah

2 < H ≤ 3 Sedang

H > 3 Tinggi

3.7 Variabel Pendukung

Variabel pendukung dalam penelitian ini yaitu pH tanah dengan metode

Electromagnetik, C-organik metode Walkey and Black, N-total dengan metode

Kjeldahl, C/N ratio, kadar air tanah dan indeks dominansi mesofauna tanah.

a. Indeks Dominansi Mesofauna Tanah

Indeks dominansi digunakan untuk memperoleh informasi mengenai jenis mesofauna tanah yang mendominasi pada suatu lahan. Indeks dominansi yang dikemukakan oleh Simpson yaitu :

C = ∑ Pi2

Keterangan : C = Indeks dominansi

Pi = ni/N = proporsi jenis ke-i

ni = jumlah individu mesofauna tanah jenis ke-i N = jumlah seluruh individu mesofauna tanah

Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan dominansi mesofauna tanah yaitu :


(35)

19

Nilai C mendekati 0 = indeks semakin rendah atau didominansi oleh satu jenis mesofauna tanah.

Nilai C mendekati 1 = indeks semakin besar atau cenderung dominansi oleh beberapa jenis mesofauna tanah.


(36)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Populasi mesofauna tanah paling banyak ditemukan pada perlakuan

organonitrofos saja (P6) dan pada perlakuan kombionasi P5 dengan proporsi pupuk organonitrofos terbanyak dibandingkan perlakuan kombinasi lainnya. 2. Populasi dan keanekaragaman mesofauna tanah tidak berkorelasi dengan sifat

kimia tanah (pH tanah, C-organik tanah, N-total tanah, dan C/N rasio). 3. Pemberian pupuk Organonitrofos saja dan pupuk kimia dosis tinggi saja serta

berbagai kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia tidak berpengaruh terhadap indeks keanekaragaman mesofauna tanah, tetapi berpengaruh terhadap populasi mesofauna tanah.

4. Acarina dapat dijadikan sebagai mesofauna indikator pada perlakuan kombinasi pupuk Organonitrofos dengan pupuk kimia.


(37)

31

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan dosis berbeda untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk Organonitrofos yang dikombinasikan dengan pupuk kimia atau pupuk Organonitrofos saja terhadap populasi dan keanekaragaman mesofauna tanah.


(38)

PUSTAKA ACUAN

Adeduntan, S. 2009. Diversity and Abundance of Soil Mesofauna and Microbial Population in South-Western Nigeria. African Journal of Plant Science 3 : 210-216.

Adianto. 1993. Biologi Pertanian. Alumni Bandung. Bandung. 194 hlm.

Affiati, S. N. 2011. Keanekaragaman Mesofauna dan Makrofauna Tanah pada Lahan Penambangan Pasir di Kawasan Lereng Gunung Merapi, Kecamatan

Kemalang, Kabupaten Klaten. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 35-57 hlm.

Armando, Y. G. 2009. Peningkatan Produktivitas Jagung pada Lahan Kering Ultisol melalui Penggunaan Bokashi Serbuk Gergaji Kayu. Akta Agrosia 12(2) : 124-129.

Arniamir. 1984. Pengaruh Pemberian Bahan-Bahan Organik terhadap Populasi Mesofauna Tanah. http://www.digilib.itb.co.id. Diakses 26 November 2012. Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Tanaman Palawija. Diakses dari

http://lampung. bps.go.id. Tanggal 5 Maret 2014.

Bettigelli, J. P. 2011. Exploring The World Beneath Your Feet Soil Mesofauna as Potensial Biological Indicator of Succes in Reclaimed Soils. Prosiding.

Paragon Soil & Environmental. Canada. 3-5 Pp.

Colleman, D. C. And D. A. Crossley Jr. 2003. Fundamentals of Soil Ecology. Academic Press. Massachusetts, USA. 386 Pp.

Deviana, M. 2014. Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos dan Kombinasinya Dengan Pupuk Anorganik terhadap Serapan Hara dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada MusimTanam Ke Dua di Tanah Ultisols Gedong Meneng.


(39)

33

Erianto. 2009. Dampak Pupuk Kimia. http://eriantosimalango.wordpress.com/ 2009/06/03/dampak-pupuk-kimia/. Diakses tanggal 29 November 2012. Fitrahtunnisa dan M. L. Ilhamdi. 2013. Perbandingan Keanekaragaman dan

Predominansi Fauna Tanah dalam Proses Pengomposan Sampah Organik.

Jurnal Bumi Lestari 13(2) : 413-421.

Fitriyani, I. 2001. Pengaruh Pemberian Limbah Cair Industri Kertas terhadap Populasi Cacing Tanah dan Mesofauna Tanah pada Pertanaman Jagung di Sungkai Selatan Lampung Utara. Skrispi. Universitas Lampung. 45 hlm. Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo.

Jakarta. 274 hlm.

Hartatik, W. dan D. Setyorini. 2013. Pemanfaatan Pupuk Organik untuk

Meningkatkan Kasuburan Tanah dan Kualitas Tanaman. Badan Litbang Pertanian. Diakses dari balittanah.litbang.deptan.go.id.

Husen, A. 2007. Studi Keanekaragaman Fauna Tanah di Perkebunan Apel Organik dan Anorganik Desa Bumiaji Kota Batu. Skripsi. Universitas Islam Negeri. Malang. 93 hlm.

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta. 237 hlm.

Larink, O. 1997. Springtails and Mites : Important Knots in The Food Web of Soils. in Beneckiser, G. (Ed), Fauna in Soil Ecosistem Recycling Process, Nutrient Fluxes, and Agricultur Production. Marcel Dekker, Inch. New York. 225-253. Lingga, P. dan Marsono. 2011. Petunjung Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.

Jakarta. 20-21 hlm.

Marlina, Y. 2007. Populasi dan Keanekaragaman Mesofauna Tanah Akibat Aplikasi Pupuk Bokashi Berkelanjutan pada Lahan Sawah Dengan Sistem Pertanian Organik di Kecamatan Pagelaran. Skripsi. Universitas Lampung. 47 hlm. Maryam, A., A. D. Susila, dan J. G.Kartika. 2008. Pengaruh Jenis Pupuk Organik

terhadap Pertumbuhan dan Hasil Panen Tanaman Sayuran di dalam Netheuse. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 4 – 12 hlm.

Mukti, C., Sugiyarto, dan E. Mahajoeno. 2003. Keanekaragaman Mesofauna dan Makrofauna Tanah pada Berbagai Tanaman Sela di Hutan Sengon

(Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) RPH Jatirejo Kediri. Universitas Sebelas Maret Surakarta. BioSMART 6(1) : 57 – 64.


(40)

34

Musnamar, E.I. 2003. Pupuk Organik Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi. Swadaya. Jakarta. 97 hlm.

Nugraheni, A. 2001. Pengaruh Pemberian Pupuk Eceng Gondok dan Kascing terhadap Komposisi dan Struktur Komunitas Mesofauna Tanah di Tanah Tefalan. Abstrak. FMIPA Undip. eprints.undip.ac.id/30045/.

Nugroho, S.G., Dermiyati, J. Lumbanraja, S. Triyono, H. Ismono, M.K. Ningsih, dan F.Y. Saputri Y.T. 2013. Inocolation effect of N2-fixer and P-solubilizer into a mixture of fresh manure and phosphate rock formulated as Organonitrofos fertilizer on bacterial and fungal population. J. Trop. Soils. 18(1): 75-80. Nurhadi. 2011. Komposisi Arthropoda Permukaan Tanah di Kawasan Pabrik Pupuk

Sriwijaya Palembang. J. Ilmiah Ekotrans Universitas Ekasakti 11(1) : 4-9. Nurhidayah, D. 1999. Kelimpahan Collembola di Sekitar Jalur Kereta Api Natar Way

Kandis Lampung. Skripsi. FMIPA. Universitas Lampung. 53 hlm.

Odum, E.P. 1983. Basic Ecology. Saunders College Publishing. New York. 697 Pp. Prasetyo, B. H. dan D. A. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, Potensi, dan Teknologi

Pengelolaan Tanah Ultisol untuk Pengembanga Pertanian Lahan Kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 25(2) : 39-47.

Prayitno, J. 2004. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan dan Musim terhadap Jumlah dan Keragaman Mesofauna pada Tanah dan Serasah di Sumber Jaya Lampung Barat. Skripsi. Universitas Lampung. 45 hlm.

Pristiadi, U. 2010. Pencemaran Tanah oleh Pupuk. http://ilmuwanmuda. wordpress.com/. Diakses tanggal 29 November 2012.

Rahmawaty. 2004. Studi Keanekaragaman Mesofauna Tanah di Kawasan Hutan Wisata Alam Sibolangit. E-USU Repository. Universitas Sumatera Utara. Medan. 32 hlm.

Rohman, A. 2002. Keanekaragaman Fauna Tanah pada Lahan yang Ditumbuhi Mahoni Mangium dan Jati Putih di Arboretum Universitas Lampung. Skripsi.

Universitas Lampung. 49 hlm.

Setiawan, Y., Sugiyarto, dan Wiryanto. 2003. Hubungan Populasi Makrofauna dan Mesofauna Tanah dengan Kandungan C, N, dan Polifenol, serta Rasio C/N, dan Polifenol/N Bahan Organik Tanaman. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. BioSMART 5(2):134-137.


(41)

35

Sinaga, E.D. 2003. Tanggap Tanaman Jagung (Zea mays L.) terhadap peningkatan C-organik dan Serapan N Akibat Pemberian Blotong dan Pupuk Urea pada Tanah Ultisol Asal Gebang. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. 42 hlm.

Sirappa, M. P. dan N. Razak. 2010. Peningkatan Produktivitas Jagung Melalui

Pemberian Pupuk N, P, K dan Pupuk Kandang pada Lahan Kering di Maluku.

Prosiding Pekan Serealia Nasional. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku. Sulawesi Selatan. 277 - 286 hlm.

Sugiyarto. 2000. Pengaruh Aplikasi Bahan Organik Tanaman terhadap Komunitas Fauna Tanah dan Pertumbuhan Kacang Hijau (Vigna radiata).Biodiversitas

1(1) : 25-29.

Suhardjono, Y. R. 2000. Collembola Tanah : Peran dan Pengelolaannya. Lokakarya Sehari Peran Taksonomi dalam Pemanfaatan dan Pelestarian Keanekaragaman Hayati di Indonesia. Depok. 3 hlm.

Suheriyanto, D. 2012. Keanekaragaman Fauna Tanah di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru sebagai Bioindikator Tanah Bersulfur Tinggi. SAINTIS 1(2): 29-38.

Suin, N. M. 1997. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara : Bandung. 189 hlm. Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik: Pemasyarakatan dan

Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Jakarta. 126 hlm.

Sutedjo, M. M., A. G. Kartasaputra, dan Sastro Atmodjo. 1991. Mikrobiologi Tanah. PT. Rineka Cipta, Jakarta. 477 hlm.

Suwahyono, U. 2011. Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik secara Efektif dan Efisien. Penebar Swadaya. Jakarta. 124 hlm.

Tim Sintesis Kebijakan. 2008. Pemanfaatan Biota Tanah untuk Keberlanjutan Produktivitas Pertanian Lahan Kering Masam. Pengembangan Inovasi Pertanian 1(2) : 157-163.

Yudin, S. 2012. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Aplikasi Mulsa Bagas terhadap Populasi dan Biomassa Cacing Tanah serta Populasi dan Keanekargaman Mesofauna Tanah pada Lahan Pertanaman Tebu. Skripsi. Universitas Lampung. 67 hlm.


(42)

36

Yuliarti, N. 2009. 1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik. Andi Offset. Yogyakarta. 70 hlm.

Yulnafatmawita, Adrinal, dan A.F. Hakim. 2011. Pencucian Bahan Organik Tanah pada Tiga Penggunaan Lahan di Daerah Hutan Hujan Tropis Super Basah Pinang-Pinang Gunung Gadut Padang. J. Solum 8(1): 34-42.


(43)

(44)

38

Tabel 4. Populasi mesofauna tanah (ekor) akibat pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia.

Perlakuan Populasi mesofauna tanah (ekor) Jumlah Rata-rata ±SD

I II III

P0 70 90 149 309 103,0 41,1

P1 42 83 99 224 74,7 29,4

P2 88 83 116 287 95,7 17,8

P3 76 86 86 248 82,7 5,8

P4 144 169 97 410 136,7 36,6

P5 242 103 88 433 144,3 84,9

Total 662 614 635 1.911 637 216

Rata-rata 110 102 106

Keterangan : P0 = kontrol; P1 = Urea 900 kg ha-1 + SP36 250 kg ha-1 + KCl 250 kg ha-1 ; P2 = Urea 600 kg ha-1 + SP36 150 kg ha-1 + KCl 150 kg ha-1 + Organonitrofos 500 kg ha-1; P3 = Urea 150 kg ha-1 + SP36 50 kg ha-1 + KCl 100 kg ha-1 + Organonitrofos 1.000 kg ha-1; P4 = Urea 100 kg ha-1 + SP36 50 kg ha-1 + KCl 100 kg ha-1 + Organonitrofos 2.000 kg ha-1; dan P5 = Organonitrofos 3.000 kg ha-1

Tabel 5. Populasi mesofauna tanah setelah dikonversikan (ekor dm-3) akibat pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia. Perlakuan Populasi mesofauna tanah (ekor dm

-3 )

Jumlah Rata-rata ±SD

I II III

P0 530 682 1.129 2.341 780 311

P1 318 629 750 1.697 566 223

P2 667 629 879 2.174 725 135

P3 576 652 652 1.879 626 44

P4 1.091 1.280 735 3.106 1.035 277

P5 1.833 780 667 3.280 1.093 643

Total 5.015 4.652 4.811 14.477 4.826 1.633

Rata-rata 836 775 802

Keterangan : P0 = kontrol; P1 = Urea 900 kg ha-1 + SP36 250 kg ha-1 + KCl 250 kg ha-1 ; P2 = Urea 600 kg ha-1 + SP36 150 kg ha-1 + KCl 150 kg ha-1 + Organonitrofos 500 kg ha-1; P3 = Urea 150 kg ha-1 + SP36 50 kg ha-1 + KCl 100 kg ha-1 + Organonitrofos 1.000 kg ha-1; P4 = Urea 100 kg ha-1 + SP36 50 kg ha-1 + KCl 100 kg ha-1 + Organonitrofos 2.000 kg ha-1; dan P5 = Organonitrofos 3.000 kg ha-1


(45)

39

Tabel 6. Pengaruh pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap populasi mesofauna tanah (ekor dm-3).

Perlakuan (kg ha-1)

Urea – SP36 – KCl – Organonitrofos

Populasi mesofauna tanah (ekor dm-3)

P0 (0 – 0 – 0 – 0) 780

P1 (900 – 250 – 250 – 0) 566 P2 (600 – 150 – 150 – 500) 725 P3 (150 – 50 – 100 – 1.000) 626 P4 (100 – 50 – 100 – 2.000) 1.035 P5 (0 – 0 – 0 – 3.000) 1.093

Tabel 7. Populasi Acarina (ekor dm-3) akibat pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia.

Perlakuan (kg ha-1)

Urea – SP36 – KCl – Organonitrofos

Populasi Acarina (ekor dm-3)

P0 (0 – 0 – 0 – 0) 520

P1 (900 – 250 – 250 – 0) 250 P2 (600 – 150 – 150 – 500) 412 P3 (150 – 50 – 100 – 1.000) 455 P4 (100 – 50 – 100 – 2.000) 717

P5 (0 – 0 – 0 – 3.000) 798

Tabel 8. Populasi Collembola (ekor dm-3) akibat pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia.

Perlakuan (kg ha-1)

Urea – SP36 – KCl – Organonitrofos

Populasi Acarina (ekor dm-3)

P0 (0 – 0 – 0 – 0) 136

P1 (900 – 250 – 250 – 0) 119 P2 (600 – 150 – 150 – 500) 114 P3 (150 – 50 – 100 – 1.000) 111 P4 (100 – 50 – 100 – 2.000) 205


(46)

40

Tabel 9. Populasi mesofauna tanah ordo lainnya (ekor dm-3) akibat pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia.

Perlakuan (kg ha-1)

Urea – SP36 – KCl – Organonitrofos

Populasi Acarina (ekor dm-3)

P0 (0 – 0 – 0 – 0) 124

P1 (900 – 250 – 250 – 0) 197 P2 (600 – 150 – 150 – 500) 199 P3 (150 – 50 – 100 – 1.000) 61 P4 (100 – 50 – 100 – 2.000) 114

P5 (0 – 0 – 0 – 3.000) 146

Tabel 10. Indeks keanekaragaman (H’) mesofauna tanah (ekor dm-3) akibat

pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia. Perlakuan (kg ha-1)

Urea – SP36 – KCl – Organonitrofos

Indeks Keanekaragaman

Total Rata-rata ±SD I II III

P0 (0 – 0 – 0 – 0) 0,80 0,70 0,96 2,47 0,82 0,13 P1 (900 – 250 – 250 – 0) 0,92 0,72 0,72 2,37 0,79 0,12 P2 (600 – 150 – 150 – 500) 0,86 0,62 0,97 2,45 0,82 0,18 P3 (150 – 50 – 100 – 1.000) 0,69 0,70 0,88 2,26 0,75 0,11 P4 (100 – 50 – 100 – 2.000) 1,04 1,00 0,93 2,96 0,99 0,06 P5 (0 – 0 – 0 – 3.000) 0,67 0,72 1,00 2,38 0,79 0,18 Total 4,97 4,47 5,45 14,89 4,96 0,76

Tabel 11. Indeks dominansi (C) mesofauna tanah (ekor dm-3) akibat pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia.

Perlakuan (kg ha-1)

Urea – SP36 – KCl – Organonitrofos

Indeks Dominansi

Total Rata-rata

I II III

P0 (0 – 0 – 0 – 0) 0,54 0,62 0,43 1,59 0,53 P1 (900 – 250 – 250 – 0) 0,37 0,40 0,44 1,21 0,40 P2 (600 – 150 – 150 – 500) 0,49 0,67 0,42 1,58 0,53 P3 (150 – 50 – 100 – 1.000) 0,62 0,62 0,49 1,72 0,57

P4 (100 – 50 – 100 – 2.000) 0,45 0,59 0,60 1,64 0,55

P5 (0 – 0 – 0 – 3.000) 0,64 0,60 0,40 1,65 0,55 Total 3,11 3,50 2,78 9,39 3,13


(47)

41

Tabel 12. Hasil analisis kandungan hara pada pupuk Organonitrofos. Jenis Analisis Pupuk Organonitrofos

pH (H2O) 7,28

C-Organik (%) 2,38

N-Total (%) 0,35

P-Total (%) 0,31

K-Total (%) 0,91

Tabel 13. Hasil analisis tanah setelah pemberian pupuk Oganonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia.

Perlakuan (kg ha-1)

Urea – SP36 – KCl – Organonitrofos

N-total (%) pH (H2O) C-organik (%) C/N Ratio P0 (0 – 0 – 0 – 0) 0,11 6,02 1,22 11,09 P1 (900 – 250 – 250 – 0) 0,25 6,08 2,04 8,16 P2 (600 – 150 – 150 – 500) 0,31 6,18 2,09 6,74 P3 (150 – 50 – 100 – 1.000) 0,23 6,21 2,19 9,52 P4 (100 – 50 – 100 – 2.000) 0,25 6,32 2,29 9,16 P5 (0 – 0 – 0 – 3.000) 0,21 6,24 2,25 10,71

Tabel 14. Uji korelasi antara populasi mesofauna tanah dengan pH tanah. Sumber Derajat Jumlah Kuadrat

F hitung F tabel Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 0,05 0,01

Total 18,00 0,18 0,010

Korelasi 1,00 0,007 0,007 0,73tn 4,45 8,40

Galat 17,00 0,17 0,010

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Tabel 15. Uji korelasi antara populasi mesofauna tanah dengan C-organik tanah. Sumber Derajat Jumlah Kuadrat

F hitung F tabel Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 0,05 0,01

Total 18,00 2,40 0,13

Korelasi 1,00 0,059 0,059 0,43tn 4,45 8,40

Galat 17,00 2,34 0,14


(48)

42

Tabel 16. Uji korelasi antara populasi mesofauna tanah dengan N-total tanah. Sumber Derajat Jumlah Kuadrat

F hitung F tabel Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 0,05 0,01

Total 18,00 0,07 0,0037

Korelasi 1,00 0,0005 0,0005 0,12tn 4,45 8,40

Galat 17,00 0,07 0,0038

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Tabel 17. Uji korelasi antara populasi mesofauna tanah dengan C/N ratio tanah. Sumber Derajat Jumlah Kuadrat

F hitung F tabel Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 0,05 0,01

Total 18,00 39,27 2,18

Korelasi 1,00 3,05 3,05 1,43tn 4,45 8,40

Galat 17,00 36,22 2,13

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Tabel 18. Uji korelasi antara populasi mesofauna tanah dengan Kadar Air Tanah. Sumber Derajat Jumlah Kuadrat

F hitung F tabel Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 0,05 0,01

Total 18,00 0,01 0,0004

Korelasi 1,00 0,0002 0,0002 0,49tn 4,45 8,40 Galat 17,00 0,006 0,0004 Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Tabel 19. Uji korelasi antara indeks keanekaragaman mesofauna tanah dengan pH Tanah.

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat

F hitung F tabel Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 0,05 0,01

Total 18,00 0,18 0,010

Korelasi 1,00 0,020 0,020 2,20tn 4,45 8,40

Galat 17,00 0,16 0,009


(49)

43

Tabel 20. Uji korelasi antara indeks keanekaragaman mesofauna tanah dengan C-organik Tanah.

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat

F hitung F tabel Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 0,05 0,01

Total 18,00 2,40 0,13

Korelasi 1,00 0,05 0,05 0,35tn 4,45 8,40

Galat 17,00 2,35 0,14

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Tabel 21. Uji korelasi antara indeks keanekaragaman mesofauna tanah dengan N-total Tanah.

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F tabel Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 0,05 0,01

Total 18,00 0,07 0,0037

Korelasi 1,00 0,000003 0,000003 0,0009tn 4,45 8,40

Galat 17,00 0,07 0,0039

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Tabel 22. Uji korelasi antara indeks keanekaragaman mesofauna tanah dengan C/N ratio Tanah.

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F tabel Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 0,05 0,01

Total 18,00 39,27 2,182

Korelasi 1,00 1,060 1,060 0,47tn 4,45 8,40

Galat 17,00 38,21 2,248

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Tabel 23. Uji korelasi antara indeks keanekaragaman mesofauna tanah dengan Kadar Air Tanah.

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F tabel Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 0,05 0,01

Total 18,00 0,01 0,00037

Korelasi 1,00 0,00017 0,00017 0,46tn 4,45 8,40

Galat 17,00 0,01 0,00038


(50)

44

Indeks Keanekaragaman H’ = -∑ [ (ni/N) ln (ni/N) ]

= -(((106/530)ln(106/530))+((371/530)ln(371/530))+((53/530)ln(53/530))) = -((-0,32)+(-0,25)+(-0,23))

= 0,80

Indeks Dominansi C = ∑ Pi2

= (106/530) 2+(371/530)2+(53/530)2 = 0,04 + 0,49 + 0,01

= 0,54

(A) (B)

Gambar 6. Mesofauna tanah (A) dan (B) termasuk dalam ordo Acarina Subordo


(51)

45

(A) (B)

Gambar 7. Mesofauna tanah (A) dan (B) termasuk dalam ordo Acarina Subordo

Mesostigmata


(52)

46

Gambar 9. Mesofauna tanah ordo Collembola Subordo Arthropleona


(53)

47

Gambar 11. Mesofauna tanah Ordo Geophilida


(1)

Tabel 16. Uji korelasi antara populasi mesofauna tanah dengan N-total tanah. Sumber Derajat Jumlah Kuadrat

F hitung F tabel

Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 0,05 0,01

Total 18,00 0,07 0,0037

Korelasi 1,00 0,0005 0,0005 0,12tn 4,45 8,40

Galat 17,00 0,07 0,0038

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Tabel 17. Uji korelasi antara populasi mesofauna tanah dengan C/N ratio tanah. Sumber Derajat Jumlah Kuadrat

F hitung F tabel

Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 0,05 0,01

Total 18,00 39,27 2,18

Korelasi 1,00 3,05 3,05 1,43tn 4,45 8,40

Galat 17,00 36,22 2,13

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Tabel 18. Uji korelasi antara populasi mesofauna tanah dengan Kadar Air Tanah. Sumber Derajat Jumlah Kuadrat

F hitung F tabel

Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 0,05 0,01

Total 18,00 0,01 0,0004

Korelasi 1,00 0,0002 0,0002 0,49tn 4,45 8,40

Galat 17,00 0,006 0,0004

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Tabel 19. Uji korelasi antara indeks keanekaragaman mesofauna tanah dengan pH Tanah.

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat

F hitung F tabel

Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 0,05 0,01

Total 18,00 0,18 0,010

Korelasi 1,00 0,020 0,020 2,20tn 4,45 8,40

Galat 17,00 0,16 0,009


(2)

Tabel 20. Uji korelasi antara indeks keanekaragaman mesofauna tanah dengan C-organik Tanah.

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat

F hitung F tabel

Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 0,05 0,01

Total 18,00 2,40 0,13

Korelasi 1,00 0,05 0,05 0,35tn 4,45 8,40

Galat 17,00 2,35 0,14

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Tabel 21. Uji korelasi antara indeks keanekaragaman mesofauna tanah dengan N-total Tanah.

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F tabel

Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 0,05 0,01

Total 18,00 0,07 0,0037

Korelasi 1,00 0,000003 0,000003 0,0009tn 4,45 8,40

Galat 17,00 0,07 0,0039

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Tabel 22. Uji korelasi antara indeks keanekaragaman mesofauna tanah dengan C/N ratio Tanah.

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F tabel

Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 0,05 0,01

Total 18,00 39,27 2,182

Korelasi 1,00 1,060 1,060 0,47tn 4,45 8,40

Galat 17,00 38,21 2,248

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Tabel 23. Uji korelasi antara indeks keanekaragaman mesofauna tanah dengan Kadar Air Tanah.

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F tabel

Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 0,05 0,01

Total 18,00 0,01 0,00037

Korelasi 1,00 0,00017 0,00017 0,46tn 4,45 8,40

Galat 17,00 0,01 0,00038


(3)

Indeks Keanekaragaman

H’ = -∑ [ (ni/N) ln (ni/N) ]

= -(((106/530)ln(106/530))+((371/530)ln(371/530))+((53/530)ln(53/530))) = -((-0,32)+(-0,25)+(-0,23))

= 0,80 Indeks Dominansi C = ∑ Pi2

= (106/530) 2+(371/530)2+(53/530)2 = 0,04 + 0,49 + 0,01

= 0,54

(A) (B)

Gambar 6. Mesofauna tanah (A) dan (B) termasuk dalam ordo Acarina Subordo Oribatida


(4)

(A) (B)

Gambar 7. Mesofauna tanah (A) dan (B) termasuk dalam ordo Acarina Subordo Mesostigmata


(5)

Gambar 9. Mesofauna tanah ordo Collembola Subordo Arthropleona


(6)

Gambar 11. Mesofauna tanah Ordo Geophilida


Dokumen yang terkait

Waktu dan Jarak Tanam Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pertumbuhan dan produksi Kacang Tanah ( Arachis hypogea L.).

0 46 79

Pertumbuhan Dan Produksi Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.) Pada Berbagai Kombinasi Pupuk Organik Dan Pupuk Anorganik

3 29 62

Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.) dengan Atrazin + Mesotrion pada Berbagai Jarak Tanam

4 38 89

Pengaruh Pupuk Hijau Krinyu (Chromolaena odorata L.) Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.)

15 116 80

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam

0 25 80

Pola Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Pada Musim Kering Terhadap Perbedaan Waktu Tanam

2 34 71

PENGARUH PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Lycopersicom esculentum) PADA MUSIM TANAM KEDUA

3 36 43

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata ) DI MUSIM TANAM KE TIGA PADA TANAH ULTISOL GEDUNG MENENG

0 10 48

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN SERAPAN HARA TANAMAN JAGUNG MANIS Zea mays saccharata Sturt.)PADA TANAH ULTISOL NATAR

0 7 48

PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANONITROFOS DAN PUPUK KIMIA DENGAN PENAMBAHAN BIOCHAR TERHADAP RESPIRASI TANAH SELAMA PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

7 58 56