27 dermawan, percaya diri, kepemimpinan, rendah hati dan toleransi.
Priayagung D.W., 2012: 6-7 Pendidikan holistik memberikan dampak kepada obyek
pendidikan dalam hal intelektual, antara lain kemampuan verbal, motorik, logis matematis, visual, interpersonal dan intrapersonal.
Seluruh aspek tersebut dinamakan sebagai kecerdasan majemuk atau kecerdasan holistik Latifah dan Hernawati, 2009: 32-40.
5. Pembelajaran Sebaya dan Konseling Sebaya
Pembelajaran sebaya adalah salah satu dari strategi pembelajaran cooperative learning, yang sering disebut peer
tutoringpeer teaching. Silberman 2006 dalam Iva 2009 menjelaskan bahwa peer teaching merupakan salah satu
pendekatan mengajar yang menuntut seorang peserta didik mampu mengajar pada peserta didik lainnya. Menggunakan pendekatan
peer teaching, siswa dituntut untuk aktif berdiskusi dengan sesama temannya atau mengerjakan tugas-tugas kelompok yang diberikan
guru, baik tugas itu dikerjakan di rumah maupun di sekolah. Peserta didik yang berperan sebagai guru disebut peer tutor.
Peserta didik ini dapat menunjukkan hanya satu peran atau beberapa peran sekaligus tergantung pada tanggungjawab yang
diberikan oleh guru, salah satunya, peer tutor dapat berperan sebagai coaches, apabila dia bekerja secara kooperatif dengan
cara memberi dorongan kepada peserta didik lain untuk
28 mengumpulkan tugas, memberi umpan balik secara informal,
menulis tugas yang harus dikerjakan, dan lain-lain. Peer teaching merupakan strategi pembelajaran yang cocok
untuk pembelajaran orang dewasa andragogi dan self-direction. Menurut Jarvis 2001, peer teaching merupakan kegiatan belajar
yang berpusat pada peserta didik karena anggota komunitas merencanakan dan memfasilitasi kesempatan belajar untuk diri
sendiri dan orang lain. Hal ini diharapkan dapat terjadi timbal balik antara teman sebaya yang akan bertugas merencanakan dan
memfasilitasi kegiatan belajar serta dapat belajar dari perencanaan dan fasilitas anggota kelompok yang lainnya.
Konseling teman sebaya muncul dengan konsep peer support yang dimulai pada tanggal 1939 untuk membantu para
penderita alkoholik Carter dalam Suwarjo, 2005. Pada konsep tersebut diyakini bahwa individu yang pernah kecanduan alkohol
akan lebih efektif dalam membantu individu lain yang sedang mencoba mengatasi kecanduan alkohol. Dari tahun ke tahun
konsep teman sebaya terus merambah ke sejumlah isu dan kondisi.
Konseling sebaya merupakan bentuk pendidikan psikologis yang disengaja dan sistematik. Konseling sebaya memungkinkan
siswa untuk
memiliki keterampilan-keterampilan
guna mengimplementasikan pengalaman kemandirian dan kemampuan
29 mengontrol diri yang sangat bermakna bagi remaja. Secara khusus
konseling teman sebaya tidak memfokuskan pada evaluasi isi, namun lebih memfokuskan pada proses berfikir, proses-proses
perasaan dan pengambil keputusan. Dengan cara demikian, konseling sebaya memberi kontribusi pada dimilikinya pengalaman
yang kuat dan dibutuhkan oleh para remaja, yaitu respect Carr dalam Suwarjo, 1981.
Konseling teman sebaya dipandang penting karena berdasarkan pengamatan penulis, sebagian besar remaja lebih
sering membicarakan masalah-masalah mereka dengan teman sebayanya dibandingkan dengan orang tua, pembimbing atau guru
di sekolah. Masalah yang dianggap sangat serius pun mereka bicarakan dengan teman sebaya sahabat. Kalaupun terdapat
remaja yang akhirnya menceritakan masalah serius yang mereka alami kepada orang tua, pembimbing atau guru, biasanya karena
sudah dalam keadaan terpaksa dikarenakan pembicaraan dan upaya pemecahan masalah bersama teman sebayanya mengalami
jalan buntu. Hal tersebut dapat terjadi karena remaja memiliki
ketertarikan dan komitmen serta ikatan terhadap teman sebaya yang sangat kuat. Remaja merasa bahwa orang dewasa tidak
dapat memahami mereka dan mereka yakin bahwa hanya sesama merekalah para remaja dapat saling memahami. Keadaan yang
30 demikian sering menjadikan remaja sebagai suatu kelompok yang
eksklusif Suwarjo, 2008. Kesimpulan singkat pembelajaran sebaya dan konseling sebaya adalah metode pembelajaran yang
diterapkan dengan melibatkan salah satu siswa sebagai tutor sebaya dan diberi peran sebagai pemandu sekaligus tempat
mencurahkan hati siswa lain dalam proses belajar dengan harapan agar materi pembelajaran mudah dipahami oleh para siswa
tersebut.
6. Simpati, Empati dan Sugesti SES a. Simpati Symphaty