TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI SAPTA USAHATANI JAGUNG DI DESA SIDOREJO KECAMATAN SEKAMPUNG UDIK KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

(1)

TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI SAPTA USAHATANI JAGUNG DI DESA SIDOREJO KECAMATAN SEKAMPUNG UDIK

KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Oleh

Aras Ratna Asih

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penerapan teknologi sapta usahatani jagung di Desa Sidorejo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2014. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan metode proposional acak sederhana (Proportional Simple Random Sampling). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 67 orang yaitu anggota kelompok tani jagung. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode survei, sedangkan metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa unsur teknologi usahatani jagung yang sudah diterapkan sesuai dengan anjuran yaitu penggunaan benih unggul, teknik bercocok tanam jagung, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman serta panen dan pasca panen. Unsur teknologi usahatani jagung yang belum diterapkan sesuai anjuran oleh petani adalah pengairan dan pemasaran. Dengan penerapan teknologi sapta usahatani jagung sebesar 58,75%, rata-rata

produktivitas jagung di Desa Sidorejo sebesar 7,89 ton/ha.


(2)

THE APPLICATION LEVEL OF SAPTA USAHATANI TECHNOLOGY IN SIDOREJO VILLAGE SEKAMPUNG UDIK DISTRICT

EAST LAMPUNG REGENCY by

Aras Ratna Asih

This study aims to determine the implementation level of sapta usahatani technology in Sidorejo Village Sekampung Udik Sub Districk East Lampung Regency. This study was done on January-February 2014. The determination of samples number was done by proportional simple random sampling. The

respondents were 67 people, and they were corn farmer group members. The data collection technique used survey method, while the method of analysis used descriptive analysis method. The results showed that there are some factors of sapta usahatani technology which were applied based on recommended such as the using of best seed, corn planting technique, fertilizing, pest and disease controlling, harvest and post-harvest technologies. The implementation of sapta usahatani technology which has not recommendedapplied by the farmer are irrigation and marketing. In the level of technology implementation (58,75%), the average corn production is 7,89 tons/ha.


(3)

(4)

(5)

(6)

Penulis dilahirkan di Klaten Jawa Tengah tanggal 29 Oktober 1988 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sukadi dan Ibu Murtinah. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2001 di SDN Mireng 1, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) pada tahun 2004 di

Madrasah Tsanawiyah Trucuk, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2007 di Madrasah Aliyah Negri 1 Klaten. Tahun 2007 Penulis diterima di Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Pengalaman Organisasi penulis dimulai sejak duduk dibangku Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dengan mengikuti Organisasi Intra Sekolah (OSIS) sebagai sekretaris umum, ketika duduk dibangku Sekolah Menengah Umum penulis juga mengikuti Organisasi Intra Sekolah sebagai anggota. Selama masa perkuliahan, penulis pernah aktif dalam beberapa organisasi kemahasiswaan kampus di antaranya : sebagai anggota muda Forum Studi Islam (FOSI) di tahun pertama. Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (HIMASEPERTA) Universitas Lampung periode 2008–2009 sebagai anggota, UKMF Forum Studi Islam Fakultas Pertanian Universitas Lampung (FOSI) periode 2008-2009 sebagai anggota bidang Studi dan Syiar Islam. UKM Birohmah Universitas Lampung


(7)

Pemberdayaan Wanita. Pada masa semester 6 masa perkuliahan tahun 2010 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur.


(8)

Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji hanya bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain:

1. Dr. Ir. Sumaryo G.S, M.Si., sebagai pembimbing utama, atas kesabaran dan kesediaannya yang telah banyak memberikan saran, motivasi, serta nasehat -nasehatnya selama proses menyelesaikan skripsi.

2. Ir. Indah Nurmayasari, M.Sc, sebagai pembimbing kedua, atas kesabaran, dan kesediaannya yang telah banyak memberikan saran, motivasi serta nasehat-nasehatnya selama proses menyeleseikan skripsi.

3. Dr. Ir. Tubagus Hasanuddin, M.S., sebagai dosen penguji atas kesediaannya untuk memberikan saran dan kritik dalam proses menyeleseikan skripsi. 4. Ir. Zainal Abidin, M.E.S., selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan, saran dan nasehat kepada penulis.

5. Dr.Ir.Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.Sc., sebagai Kepala Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung.


(9)

7. Seluruh Dosen dan Karyawan di Jurusan Agribisnis terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya selama ini.

8. Bapak Sujiman (ketua gapoktan), Bapak Ngatimin dan Mas Sudarno atas bantuanya kepada penulis selama melakukan penelitian.

9. Kedua Orang tuaku Tercinta (Bapak Sukadi dan Mamak Murtinah) yang tiada pernah lelah memberikan materi, kasih sayang dalam membesarkan,

mendidik, dan mendoakanku dalam setiap sujudnya dengan ketulusan dan keikhlasan demi menantikan keberhasilanku, terimakasih banyak Pak Mak. 10. Adik-adikku tersayang Isnu Nugroho dan Shodiqurrohman Nugroho yang

menjadi sumber dan kekuatan dalam menyelesaikan tugas akhir kuliah. 11. Pakde Bude selaku orang tua keduaku selama tujuh tahun terakhir ini, terima

kasih telah menyayangi, menasehati, dan menganggap ku sebagai anaknya sendiri.

12. Segenap keluarga dan saudara di Bandar Lampung terimakasih atas segala bantuan, perhatian dan kasih sayang yang selalu mengiringi perjalanan hidup penulis.


(10)

banyaknya ilmu yang diberi, tauladan, bimbingan dan nasehat-nasehatnya, serta senantiasa membantu perjuangan ku hingga saat ini

14. Sahabat terbaikku, “Cintah” Fitri, Nurjanah, Ghesika, Ncus, Maul, Wita, Yuli, Liska, Sipa, Elda, Sufi, yang telah bersedia berbagi suka dan duka, serta memberikan semangat, dukungan, bantuan dan kasih sayang kepada penulis.

15. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2007 (“Cintah” Fitri, “Princess” Putri,

Dini, mbak Tri “Jodha”, Arum, Angga, Danang, Ka’Made, Randi, Yasin)

yang selalu memberi motivasi, kebersamaan, dukungan, semangat, serta keceriaan yang akan selalu penulis kenang. Kakak tingkat 2005, 2006 yang selalu membagi ilmu dan pengalaman, adik-adik 2008, 2009, 2010 atas doa-doanya.

16. Saudara-saudaraku seperjuangan keluarga besar Forum Studi Islam (FOSI 2009/2010), keluarga Besar Birohmah (2010/2011), dan keluarga besar BEM U KBM Universitas Lampung (2011/2012) terima kasih atas kebersamaan dan ukhuwah selama ini

17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang senantiasa

memberikan semangat, arahan dan dukungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan perjuangan di bangku kuliah ini..


(11)

memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhirnya, penulis meminta maaf jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.

Bandar Lampung, 7 Februari 2015 Penulis


(12)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah... 1

B. Tujuan Penelitian ... 7

C. Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. ... 8

A Tinjauan Pustaka. ... 8

1. Tanaman Jagung. ... 8

2. Varietas Unggul Jagung Hibrida ... 9

3. Jagung Sebagai Tanaman Pangan Utama ... 10

4. Upaya Peningkatan Produksi Jagung... 11

5. Hama dan Penyakit Tanaman Jagung ... 11

6. Konsep Usahatani dan Budidaya Jagung ... 15

7. Konsep Produktivitas ... 20

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22

C. Kerangka Berfikir ... 23

III. METODE PENELITIAN ... 26

A. Definisi Operasional Dan Pengukuran ... 26

1. Umur ... 26

2. Tingkat Pendidikan Formal ... 27

3. Lama Berusahatani ... 27

B. Definisi Operasional dan Pengukuran Teknologi sapta Usahatani Jagung ... 28

1. Teknologi Penggunaan Benih Unggul ... 29

2. Teknologi Bercocok Tanam Jagung ... 30

3. Teknologi Pemupukan Tanaman Jagung ... 31

4. Teknologi Pengairan Tanaman Jagung ... 32


(13)

ii

6. Teknologi Panen dan Paska Panen Jagung ... 33

7. Teknologi Pemasaran Jagung ... 34

8. Rekapitulasi penerapan teknologi sapta usahatani jagung ... 35

C. Definisi Operasional Luas Lahan dan Produktivitas Jagung ... 36

1. Luas Lahan Jagung ... 36

2. Tingkat Produktivitas Jagung . ... 37

D. Penentuan Lokasi, Waktu Penelitian dan Responden ... 38

E. Metode Pengumpulan Data ... 41

F. Metode Analisis Data ... 41

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 43

A. Letak Geografis dan Luas Wilayah ... 43

B. Penggunaan Lahan ... 43

C. Kondisi Topografi ... 44

D. Keadaan Penduduk ... 45

1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Golongan Umur ... 45

2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 47

4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pancaharian... 48

5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama ... 49

E. Sarana dan Prasarana ... 49

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Keadaan Umum Responden... 52

1. Umur ... 52

2. Tingkat Pendidikan Formal ... 53

3. Lama Berusahatani ... 54

B. Deskriptif Tingkat Penerapan Teknologi Sapta Usahatani Jagung .. 55

1. Deskripsi Tingkat Penerapan Teknologi Benih Unggul Jagung ... 55

2. Deskripsi Tingkat Penerapan Teknologi Bercocok Tanam Jagung ... 57

3. Deskripsi Tingkat Penerapan Teknologi Pemupukan Tanaman Jaugung ... 59

4. Deskripsi Tingkat Penerapan Teknologi Pengairan Tanaman Jagung ... 61

5. Deskriptsi Tingkat Penerapan Teknologi Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Jagung ... 63

6. Deskripsi Tingkat Penerapan Teknologi Panen dan Paska Panen ... 65

7. Deskripsi Tingkat Penerapan Teknologi Pemasaran Jagung ... 67

8. Rekapitulasi Penerapan Teknologi Sapta Usahatani Jagung .... 68

C. Deskripsi Luas Lahan, Tingkat Produksi dan Tingkat Produktivitas Tanaman Jagung di Desa Sidorejo ... 71

1. Luas Lahan Jagung ... 71


(14)

iii

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 75 A. Kesimpulan ... 75 B. Saran... 76 DAFTAR PUSTAKA


(15)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Luas panen, produksi, dan produktivitas jagung di Propinsi

Lampung tahun 2006-2011……….. 2 2. Sebaran luas panen, produksi, dan produktivitas jagung per

kabupaten/kota di Propinsi Lampung tahun 2011………. 3 3. Luas panen, produksi, dan produktivitas jagung per Kecamatan

di Kabupaten Lampung Timur tahun 2012……… 4 4. Produktivitas jagung per Desa di Kecamatan Sekampung Udik

Tahun 2013 ... 5 5. Varietas Unggul Jagung Hibrida ... 9 6. Pengukuran dan definisi operasional umur responden ... 26 7. Pengukuran dan definisi operasional berdasarkan tingkat pendidikan

formal ... 27 8. Pengukuran dan definisi operasional lama berusahatani ... 28 9. Pengukuran dan definisi operasional teknologi penggunaan benih

unggul ... 29 10. Pengukuran dan definisi operasional teknologi bercocok tanam jagung 30 11. Pengukuran dan definisi operasional teknologi pemupukan tanaman

jagung ... 31 12. Pengukuran dan definisi operasional teknologi pengairan tanaman

jagung ... 32 13. Pengukuran dan definisi operasional teknologi pengendalian hama dan

penyakit tanaman jagung ... 33 14. Pengukuran dan definisi operasional teknologi panen dan paska panen

jagung ... 34 15. Pengukuran dan definisi operasional teknologi pemasaran jagung ... 34


(16)

v

16. Pengukuran dan definisi operasional rekapitulasi tingkat penerapan

teknologi sapta usahatani jagung ... 36

17. Pengukuran dan definisi operasional luas lahan jagung ... 37

18. Pengukuran dan definisi operasional tingkat produktivitas jagung ... 37

19. Data Kelompok Tani Desa Sidorejo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur Tahun 2012 ... 39

20. Pembagian luas Desa Sidorejo menurut tataguna lahan ... 44

21. Keadaan penduduk berdasarkan golongan umur di Desa Sidorejo ... 45

22. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Sidorejo... 46

23. Persentase tingkat pendidikan penduduk Desa Sidorejo ... 47

24. Persentase jenis mata pencaharian penduduk Desa Sidorejo ... 48

25. Sebaran penduduk berdasarkan agama di Desa Sidorejo ... 49

26. Keadaan sarana dan prasarana di Desa Sidorejo... 51

27. Keadaan responden berdasarkan kelompok umur ... 52

28. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan formal ... 53

29. Sebaran responden berdasarkan lama berusahatani jagung ... 54

30. Sebaran responden berdasarkan tingkat penerapan teknologi penggunaan benih unggul jagung ... 55

31. Sebaran responden berdasarkan tingkat penerapan teknologi bercocok tanaman jagung ... 57

32. Sebaran responden berdasarkan tingkat penerapan teknologi pemupukan tanaman jagung ... 60

33. Sebaran responden berdasarkan tingkat penerapan teknologi pengairan tanaman jagung ... 62

34. Sebaran responden berdasarkan tingkat penerapan teknologi pengendalian hama dan penyakit tanaman jagung ... 63

35. Sebaran responden berdasarkan tingkat penerapan teknologi panen dan paska panen tanaman jagung ... 65


(17)

vi

36. Sebaran responden berdasarkan tingkat penerapan teknologi

pemasaran tanaman jagung ... 67

37. Sebaran responden berdasarkan rekapitulasi penerapan teknologi sapta usahatani jagung ... 69

38. Sebaran responden berdasarkan tingkat penerapan teknologi sapta usahatani jagung ... 70

39. Sebaran responden berdasarkan luas lahan jagung ... 72

40. Sebaran responden berdasarkan tingkat produkstivitas jagung ... 73

41. Data identitas responden... 80

42. Data Luas Lahan, produksi dan produktivitas jagung ... 82

43. Rekapitulasi skor penerapan teknologi sapta usahatani jagung di Desa Sidorejo Kecamatan Sekampung Udik ... 85


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(19)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang dan Masalah

Pembangunan pertanian dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan rakyat akan pangan, meningkatkan pendapatan petani, membantu

memantapkan swasembada pangan serta meningkatkan produksi tanaman pangan. Salahsatu upaya dilaksanakan melalui peningkatan produktivitas usahatani yang didukung dengan pemanfaaatan teknologi.

Salah satu komoditas yang mendapatkan prioritas penanganan dan terus dilakukan peningkatan produktivitasnya dalam hubungannya dengan

pembangunan pertanian tanaman pangan adalah jagung (Zea mays), mengingat komoditas ini mempunyai fungsi multiguna baik untuk pangan maupun untuk pakan. Jagung digunakan sebagai makanan hewan ternak dan juga digiling menjadi tepung jagung (cornstarch) untuk produk-produk makanan, minuman, pelapis kertas, dan farmasi. Komoditas ini selain menjadi makanan pokok kedua di Indonesia setelah padi juga menduduki peringkat ketiga sebagai bahan makanan pokok dunia setelah gandum dan padi. Komoditas ini juga merupakan salah satu jenis bahan makanan yang memiliki kandungan protein yang tidak jauh berbeda dengan padi. Produksi jagung sampai saat ini


(20)

dikonsumsi dalam berbagai bentuk penyajian, misalkan tepung jagung dan pakan ternak (AAK, 1993).

Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah penghasil komoditi jagung yang dominan. Hal ini didukung dengan kondisi lingkungan yang cukup ideal untuk pertumbuhan tanaman jagung. Menurut Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung (2012) produksi jagung yang dihasilkan di Propinsi Lampung tahun 2011 adalah 1.817.904 ton, dengan produktivitas 4,77 ton/hektar.

Perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas jagung Propinsi Lampung tahun 2006-2011 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas panen, produksi, dan produktivitas jagung di Propinsi Lampung 2006-2011

Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung 2012

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa produktivitas jagung di Propinsi Lampung selama enam tahun terakhir mengalami fluktuasi. Namun produktifitas jagung mengalami peningkatan disetiap tahunya. Hal ini dinilai belum maksimal karena produktivitas jagung tersebut masih jauh di bawah potensinya. Produktivitas potensial tanaman jagug varietas unggul dapat mencapai 11-12 ton/ha (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2009). Oleh karena itu,

usaha-No.

Tahun Luas Panen

(ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 2006 2007 2008 2009 2010 2011 332.640 369.971 387.549 434.542 447.509 380.917 1.183.982 1.346.821 1.809.886 2.067.710 2.126.571 1.817.904 3,56 3,64 4,67 4,75 4.76 4,77


(21)

usaha untuk peningkatan produktivitas tanaman jagung di Propinsi Lampung sangat diperlukan.

Dari berbagai wilayah yang ada di Provinsi Lampung, Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu wilayah yang berpotensi untuk mengembangkan usahatani jagung. Sebaran luas panen, produksi, dan produktivitas jagung per kabupaten/kota di Propinsi Lampung tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Sebaran luas panen, produksi, dan produktivitas jagung per kabupaten/kota di Propinsi Lampung 2011

Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung 2012

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa Kabupaten Lampung Timur memiliki luas panen terbesar ketiga setelah Kabupaten Lampung Tengah, namun jika dilihat dari produktivitasnya Kabupaten merupakan Kabupaten yang memiliki produktivitas tertinggi yaitu sebesar 4,9 ton/Ha. Salah satu daerah yang menjadi sentra produksi jagung di Kabupaten Lampung Timur adalah Kecamatan Sekampung Udik. Sebaran luas panen, produksi, dan

Kabupaten/Kota Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas

(ton/ha)

Lampung Barat 3.987 16.040 4

Tanggamus 4.329 20.226 4,7

Pringsewu 5.596 27.132 4,8

Lampung Timur 90.202 442.579 4,9

Lampung Selatan 11.627 539.522 4,8

Lampung Tengah 95.975 460.680 4,8

Lampung Utara 32.681 146.834 4,1

Way Kanan 16.953 72.286 4,2

Tulang Bawang 1.674 6.495 3,8

Bandar Lampung 56 268 4,8

Metro 426 1.865 4,4

Pesawaran 11.450 54.960 4,8

Mesuji 2.267 9.510 4,1


(22)

produktivitas jagung per kecamatan di Kabupaten Lampung Timur tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas panen, produksi, dan produktivitas jagung per kecamatan di Kabupaten Lampung Timur 2011

No .

Kecamatan Luas panen

(ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Metro Kibang Batanghari Sekampung Marga Tiga Sekampung Udik Jabung Pasir Sakti Way Karya Marga Sekampung Labuhan Maringgai Mataram Baru Bandar Sribhawono Melinting Gunung Pelindung Way Jepara Braja Selebah Labuhan Ratu Sukadana Bumi Agung Batanghari Nuban Pekalongan Raman Utara Purbolinggo Way Bungur 6.389 374 3.171 1.355 15.092 9.441 638 3.592 19.004 286 2 14.520 3.541 171 1.898 1.889 895 2.830 1.214 2.323 2.468 2.002 1.238 1.732 37.516 2.257 17.656 8.515 81.737 52.928 3.281 21.426 111.420 1.672 11 77.661 18.940 1.092 11.278 11.224 5.232 16.992 7.118 13.381 12.439 9.836 7.302 7.572 5,8 6 5,5 6,2 5,4 5,6 5,1 5,9 5,8 5,8 5,2 5,3 5,3 6,3 5,9 5,9 58 5,9 5,8 5,7 5 4,6 5,8 4,3 Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten

Lampung Timur 2012

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa kecamatan yang memiliki luas panen terbesar kedua adalah Kecamatan Sekampung Udik. Luas panen sebesar 12.092 ha dengan jumlah produksi 81.737 ton serta produktivitas sebesar 5,4 ton/ha. Hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan Sekampung Udik masih memiliki luas tanam tanaman jagung yang tinggi jika dibandingkan dengan daerah lainnya di Kabupaten Lampung Timur.


(23)

Kecamatan Sekampung Udik terdiri dari 15 desa, yang masing-masing desa telah malakukan pembudidayaan tanaman jagung. Salah satu desa yang memiliki produktivitas jagung tertinggi adalah Desa Sidorejo yaitu sebesar 6,3 ton/ha. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Produktivitas jagung per Desa di Kecamatan Sekampung Udik 2012

No. Desa Produktivitas

(ton/ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Gunung Agung Gunung Pasir Jaya Gunung Sugih Bauh Gunung Sari

Sidorejo Brawijaya Pugung Raharjo Bojong Toba Mengundang Sari Sindang Anom Gunung Mulyo Banjar Agung Bumi Mulyo Purwo Kencono 5,3 5,3 5,7 5.9 6,3 6,2 5,9 5,6 5,3 5,6 5.3 5,6 5,6 5,7 6,2

Sumber : BP3K (Balai Penyuluhan Perikanan dan Kehutanan) Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur 2013

Tingginya produktivitas tanaman jagung selain ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan seperti kesuburan tanah dan iklim, ditentukan juga oleh

keputusan petani dalam menentukan bagaimana cara petani membudidayakan tanaman jagung. Ada berbagai macam cara yang dapat dilakukan oleh

petani, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengikuti perkembangan teknologi pertanian.

Teknologi pertanian khususnya teknologi jagung telah banyak dihasilkan oleh pemerintah, namun demikian fakta lapangan menunjukkan teknologi tersebut belum sepenuhnya dapat diterapkan oleh petani. Salah satu usaha


(24)

yang telah dilakukan oleh Pemerintah adalah dengan memperkenalkan teknologi sapta usahatani kepada petani dengan harapan petani mampu menerapkan dan mengaplikasikan teknologi yang diperkenalkan dalam rangka pencapaian sasaran yaitu peningkatan produktivitas.

Penerapan teknologi sapta usahatani jagung mencakup penggunaan benih unggul, teknik bercocok tanam pemupukan, pengairan, pengendalian hama dan penyakit, panen dan paska panen, serta pemasaran. Petani di Desa Sidorejo merupakan petani yang telah lama melakukan penerapan teknologi sapta usahatani jagung. Untuk itu peneliti ingin melihat bagaimana

penerapan teknologi sapta usahatani di Desa Sidorejo dan selanjutnya melihat produksi dan produktivitas jagung yang dihasilkan. Hal ini bermaksud apabila penerapan teknologi bagus maka diharapkan dapat menjadi contoh untuk petani lain dan dapat menjadi acuan bagi petani yang belum

menerapkan teknologi sapta usahatani. Namun, apabila penerapan kurang bagus maka petani perlu meningkatkan penerapan teknologi sapta usahatani jagung agar produktivitas jagung dapat meningkat.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat penerapan teknologi sapta usahatani jagung di Desa Sidorejo


(25)

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

Tingkat penerapan teknologi sapta usahatani jagung di Desa Sidorejo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur.

C. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan referensi bagi penelitian sejenis dan wahana belajar bagi penelitian yang didasarkan pada teori yang diperoleh sewaktu kuliah dengan yang ada di lapangan.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka 1. Tanaman Jagung

Menurut Marzuki, A.R dan Suprapto (2005, jagung (Zea mays L) termasuk tanaman semusim, yang memiliki lima bagian tanaman yaitu akar, batang, daun, bunga, dan biji. Akar tanaman jagung berbentuk serabut menyebar kesamping dan kebawah sepanjang 25 cm. Batang jagung berwarna hijau sampai keunguan, berbentuk bulat berbuku-buku yang dibatasi oleh ruas-ruas.

Daun tanaman jagung terdiri atas pelepah dan helaian daun yang panjang dan meruncing. Jumlah daun setiap batang jagung berkisar10-20 helai pada setiap ruas batang dengan kedudukan yang saling berlawanan. Tanaman jagung memiliki biji berkeping tunggal berderet rapi pada tongkolnya. Setiap tongkol terdapat 10-14 deret biji jagung yang terdiri dari 200-400 butir biji jagung. Bunga jagung berumah satu, letak bunga jantan terpisah dengan buga betina. Bunga jantan berada diujung taaman sedangkan bunga betina berada diketiak daun.


(27)

2. Varietas Unggul Jagung Hibrida

Varietas unggul mempunyai peran penting dalam meningkatkan

produksi jagung. Perannya terlihat dalam potensi hasil per satuan luas. Contoh varietas unggul jagung hibrida dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Varietas Unggul Jagung Hibrida Varietas Potensi hasil

(ton/ha)

Umur panen (hari)

Keunggulan spesifik

Bisi 16 11 105 - Memiliki akar yang baik,

batang yang besar, kokoh dan tegak.

- Tinggi tanaman sekitar

224 cm dengan batang berwarna hijau.

- Tahan terhadap penyakit

karat daun dan penyakit bercak daun

Bisi 18 12 105 - Memiliki tongkol

seragam dengan letak tongkol yang relatif sama antara masing-masing tanaman.

- Tahan dari ancaman

penyakit karat daun dan hawar daun yang dipicu oleh jamur.

- memiliki biji yang penuh

hingga ujung tongkol.

NK 22 12 110 - Memiliki batang besar

dan kokoh berwarna hijau.

- Tinggi tanaman

mencapai 235 cm.

- Peka terhadap penyakit

bulai dan tahan terhadap penyakit hawar daun,dan karat.


(28)

Tabel 5. Lanjutan

Varietas Potensi hasil (ton/ha)

Umur panen (hari)

Keunggulan spesifik

DK 99 10 105 - Memiliki batang besar

dan kokoh berwarna hijau serta tinggi tanaman 196 cm.

- Tahan terhadap penyakit

bulai, karat daun dan bercak daun.

PIONER 21 12 105 - Tongkol terisi penuh,

batang kokoh, perakaran kuat sehingga tahan kerebahan, kelobot menutup biji dengan sempurn

- Tahan terhadap penyakit

karat daun

PIONER 27 11 110 - Tahan terhadap penyakit

karat daun

- Kelobot menutup biji

dengan baik, perakaran kuat dan memiliki batang kokoh. Sumber : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (2009)

3. Jagung Sebagai Tanaman Pangan Utama

Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan. Penduduk di beberapa daerah di Indonesia

(misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai bahan pokok.

Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (daun maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung, dan bahan baku industri. Tongkol jagung kaya akan pentosa,


(29)

yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furtural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.

4. Upaya Peningkatan Produksi Jagung

Upaya peningkatan produksi jagung dapat ditempuh melalui perluasan tanam dan peningkatan produktivitas. Perluasan areal dapat diarahkan pada lahan-lahan potensial seperti lahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan, dan lahan kering yang belum dimanfaatkan untuk pertanian. Selain melalui perluasan area tanam dan peningkatan produktivitas, upaya pengembangan jagung juga memerlukan peningkatan penguatan kelembagaan petani, peningkatan kualitas produk, peningkatan nilai tambah, perbaikan akses pasar, serta perbaikan sistem permodalan. Dari aspek teknis, teknologi yang diperlukan untuk mendukung

pengembangan jagung antara lain adalah varietas hibrida dan komposit yang lebih unggul (Tim Karya Tani Mandiri, 2010)

5. Hama dan Penyakit Tanaman Jagung

Seperti tanaman yang lainya, tanamn jagung juga rentan terhadap hama dan penyakit. Hama dan penyakit seringkali mengakibatkan

pertumbuhan tanaman terganggu, bahkan dapat menggagalkan

terwujudnya produksi. Hama yang merusak tanaman bisa disebabkan oleh hewan, sedangkan penyakit tumbuhan disebapkan oleh bakteri dan jamur. Jenis jenis hama yang menyerang tanaman jagung.


(30)

5.1. Lalat Bibit

Hama ini menyerang tanaman jagung ketika tanaman memiliki jumlah daun 2-3 helai. Mengakibatkan pertumbuhan tanaman jagung menjadi terhambat, daun berubah warna menjadi kekuning-kuningan, disekitar bekas gigitan atau bagian yang terserang mengalami pembusukan sehingga tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati.

5.2. Ulat Tanah dan Ulat Daun

Ulat tanah dan ulat daun menyerang tanaman jagung pada waktu biji jagung mulai berkecambah. Ulat tanah menyerang pada malam hari dengan mengerat batang dan menariknya ke dalam tanah. Berbeda dengan ulat tanah, ulat daun menyerang pucuk daun pada waktu tanaman berumur sekitar satu bulan

5.3. Penggerek Batang

Penggerek batang menyerang pada waktu tanamah telah berbunga. Gejala seranganya adalah bercak-bercak bekas gigitan, adanya bekas gerekan pada batang. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan mengadakan penyemprotan insektisida menjelang tanaman berbunga.

5.4. Ulat Tongkol

Merupakan ulat perusak yang menyerang bakal buah atau tongkol jagug. Gejala serangan ulat ini adalah tongkol jagung menjadi


(31)

tidak berisi lagi. Pemberantasan dilakukan dengan penyemprotan insektisida.

Beberapa jenis penyakit pada jagung, yang dapat menyebabkan tanaman jagung tidak dapat tumbuh secara normal.

5.5. Penyakit Bulai

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan. Faktor yang memicu serangan penyakit ini adalah suhu yang tinggi hingga sampai 30 C, pemberian urea yang berlebihan dan turunya hujan yang sesekali. Penyakit ini dapat ditularkan melalui benih atau spora yang terbang karena angin. Gejala seranganya ditandai dengan daun menguning, kaku dan runcing pada jagung yang berusia 2-3 minggu. Jagung pada umur 3-5 minggu, dicirikan dengan perubahan warna pada daun yang baru membuka mulai dari pangkalnya. Tanaman yang terserang ini dapat membentuk tongkol tapi bentuknya

menyimpang seperti kelobotnya tidak membungkus tongkol. Ciri pada tanaman jagung dewasa yang terserang terdapat garis yang berwarna kuning kecoklatan pada daunya.

5.6. Penyakit Hawar Daun

Penyakit ini di tandai dengan munculnya bercak awal pada daun yang terbawah kemudian berkembang menuju daun atas.. Pada awal infeksi gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang


(32)

menjadi nekrotik dan disebut hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5-15 Cm.

5.7. Bercak Daun

Penyakit bercak daun pada tanaman jagung berbentuk kumparan dengan bercak berwarna hijau kuning atau klorotik kemudian menjadi coklat kemerahan. Bibit jagung yang terserang menjadi layu atau mati dalam waktu 3-4 minggu setelah tanam. Tongkol yang terinfeksi dini, biji akan rusak dan busuk, bahkan tongkol dapat gugur. Permukaan biji yang terinfeksi ditutupi miselium berwarna abu-abu sampai hitam sehingga dapat menurunkan hasil yang cukup besar

5.8. Karat Daun

Bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval terdapat pada permukaan daun jagung di bagian atas dan bawah. Penyakit karat dapat terjadi di dataran rendah sampai tinggi dan infeksinya berkembang baik pada musim penghujan atau musim kemarau. Penyebab penyakit karat adalah Puccinia polysora.

5.9. Busuk Pelepah

Gejala penyakit busuk pelepah ditandai dengan bercak berwarna agak kemerahan kemudian berubah menjadi abu-abu, bercak meluas dengan bentuk yang tidak beraturan mula-mula berwarna putih kemudian berubah menjadi cokelat. Gejala hawar dimulai


(33)

dari bagian tanaman yang paling dekat dengan permukaan tanah dan menjalar kebagian atas.

5.10.Busuk Batang

Gejala penyakit ini terlihat pada daun yang tampak layu atau kering. Umumnya gejala tersebut terjadi setelah fase pembungaan. Pangkal batang yang terinfeksi berubah warna dari hijau menjadi kecoklatan, bagian dalam busuk, sehingga mudah rebah, pada bagian kulit luarnya tipis

5.11.Busuk Tongkol

Penyakit ini di tandai dengan permukaan biji pada tongkol berwarna merah jambu sampai coklat. Cendawan berkembang pada sisa tanaman dan di dalam tanah, cendawan ini dapat terbawa benih, dan penyebarannya dapat melalui angin atau tanah.

6. Konsep Teknologi Sapta Usahatani dan Budidaya Jagung

Pengertian teknologi dalam arti luas dapat mencakup semua cara atau prosedur yang oleh masyarakat dianggap baru dan atau untuk

menghasilkan atau menyelesaikan suatu produk atau pekerjaan dengan biaya, tenaga, dan waktu yang lebih irit. Penerapan teknologi pertanian dimaksudkan untuk menaikkan produktivitas baik produktivitas tanah, modal, atau tenaga kerja. Teknologi yang senantiasa berubah

merupakan syarat mutlak dalam pembangunan pertanian. Apabila tidak ada perubahan teknologi maka pembangunan pertanian pun akan


(34)

berhenti. Tujuan utama dari penggunaan teknologi adalah untuk meningkatkan produktivitas (Sajogyo, 1985).

Untuk menghasilkan produksi sesuai dengan yang diharapkan, perlu adanya penyebaran informasi baik dari dalam kelompok maupun antara penyuluh dengan kelompok. Penerapan teknologi yang ada, tidak terlepas dari aktivitas penyuluh dalam penyebarluasan informasi ke seluruh wilayah binaannya. Penerapan teknologi yang dianjurkan untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi yaitu mulai dari penggunan varietas unggul untuk semua petani jagung, dosis pemupukan yang tepat, cara bercocok tanam yang baik, sistem pengairan saat bercocok tanam, pengendalian hama dan penyakit, saat panen dan pasca panen yang tepat, mulai dari pengeringan sampai dengan penyimpanan dan pemasaran yang harus diperhitungkan.

Menurut Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (2009), sapta usahatani merupakan paket berusahatani yang meliputi :

6.1. Penggunaan Benih Unggul

Penggunaan benih bermutu merupakan langkah awal menuju keberhasilan dalam usahatani jagung. Benih yang baik adalah yang mempunyai daya tumbuh lebih dari 95%. Kebutuhan benih dalam satu hektar mencapai 20-30 kg. Benih yang bermutu, jika ditanam akan tumbuh serentak pada saat empat hari setelah tanam. Benih yang tidak sehat menumbuhkan tanaman abnormal, sebaliknya


(35)

benih yang menumbuhkan tanaman normal diharapkan akan memberikan hasil yang optimum.

6.2. Cara Bercocok Tanam

Hal pertama yang harus dilakukan dalam bercocok tanam jagung ini adalah membersihkan lahan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah dan sebaiknya tanah jangan terlampau basah tetapi cukup lembap, sehingga mudah dikerjakan dan tidak terlalu lengket, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap tiga meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm.

Penanaman jagung yang baik harus memperhatikan jarak antara tanaman dan diusahakan teratur agar ruang tumbuh tanaman

seragam. Hal ini akan memudahkan pemeliharaan, baik penyiangan maupun pemupukan dan memungkinkan tanaman memperoleh sinar matahari yang cukup dan zat-zat makanan yang memadai dan merata.

6.3. Pengairan

Pengariran dapat dilakukan dengan sistem leb mengalirkan air ke dalam parit hingga meresap ke seluruh bagian bedengan. Cara ini lebih efisien dibanding penyiraman manual. Agar akar tanaman tetap mudah bernafas, saat melakukan pengairan air tidak sampai


(36)

menggenangi bedengan. Untuk lahan yang tergolong kering atau saat tanaman mulai mengeluarkan buah, pengairan harus dilakukan dengan teratur dan terjadwal. Lahan yang terlalu kering atau

kekurangan air saat proses pembuahan akan mengakibatkan tongkol tumbuh kecil sehingga mengurangi jumlah produksi pada saat panen. Air sangat diperlukan pada saat jagung berumur 15 hst, 30 hst, 45 hst pada saat pembungaan, dan 60 hst saat jagung mulai pengisian biji. Pada fase atau umur tersebut tanaman jagung sangat riskan dengan kekurangan air. Pengairan yang terlambat akan mengakibatkan daun menjadi layu.

6.4. Pemupukan Berimbang

Pemupukan merupakan pemberian atau penambahan bahan-bahan/zat-zat kepada kompleks tanah tanaman untuk melengkapi keadaan makanan/unsur hara dalam tanah yang tidak cukup terkadung di dalamnya. Dalam budidaya jagung unsur hara yang dibutuhkan jagung diantaranya nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Nitrogen dibutuhkan tanaman jagung selama masa

pertumbuhan sampai pematangan biji. Jumlah pupuk yang diperlukan sekitar 350-400 kg urea/ha, 100-150 kg SP-36/ha, dan 100-150 kg KCL/ha. Pemberian urea dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu 1/3 bagian pada waktu tanam, 1/3 bagian pada waktu berumur 30 hari, dan 1/3 bagian pada waktu umur 40-45 hari. Pupuk SP-36 dan KCL diberikan pada saat tanaman berumur tujuh hari setelah tanam. Pupuk diberikan di dalam lubang yang ditugal sedalam 5 cm


(37)

sekitar 10 cm disamping kiri atau kanan tanaman dan ditutup dengan tanah.

6.5. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Pengendalian organisme pengganggu tanaman adalah tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan OPT yaitu hama dan penyakit yang merugikan tanaman pokok. Tanaman yang diusahakan oleh petani di desa- desa senantiasa terancam oleh bahaya serangan berbagai macam hama dan penyakit. Perencanaan ekosistem merupakan langkah awal yang perlu dilakukan dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Penyakit yang banyak dijumpai pada tanaman jagung adalah penyakit bulai dan jamur, sedangkan hama yang umumnya mengganggu pertanaman jagung adalah lalat bibit, penggerek batang dan tongkol.

6.6. Panen dan Paskapanen

Waktu panen jagung yang tepat yaitu ketika umur saat panen antara 80-140 hari. Umur panen tergantung dari varietasnya. Jagung yang telah siap untuk dipanen atau sering disebut masak fisiologis ditandai dengan daun jagung/klobot telah kering berwarna

kekuning-kuningan dan ada tanda hitam di bagian pangkal temat melekatnya biji pada tongkol serta tidak meninggalkan bekas apabila bijinya ditekan menggunakan kuku. Pemanenan jagung bisa dilakukan dengan memetik buahnya saja, tongkolan, atau sekaligus dengan daun keringnya. Setelah jagung dipanen, selanjutnya perlu


(38)

dilakukan penjemuran, pemipilan (memisahkan biji jagung dari tongkolnya) dan penyimpanan.

6.7. Pemasaran

Pemasaran merupakan kunci dari pendapatan yang akan diperoleh. Faktor yang dapat memperlancar pemasaran jagung adalah sarana transportasi yang baik sehingga arus pasar untuk menjual jagung dapat berjalan lancar. Selain itu mutu hasil panen jagung juga mempengaruhi harga jual jagung.

7. Konsep Produktivitas

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2011), produktivitas adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu, daya produksi, dan

keproduktivan. Lebih lanjut Departemen Pendididkan Nasional

mengemukakan bahwa produksi pertanian adalah proses mengeluarkan hasil atau penghasilan barang baik berupa tanaman maupun hewan atau yang lain yang dihasilkan oleh usahatani/perusahaan pertanian.

Selanjutnya Mubyarto (1989) mengatakan bahwa produktivitas merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha dengan kapasitas tanah. Efisiensi usaha mengukur banyaknya hasil produksi yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input, sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu menggambarkan kemampuan tanah itu untuk menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan hasil produksi bruto yang sebesar-besarnya pada tingkatan teknologi tertentu. Jadi


(39)

produktivitas tanah adalah pembagian antara efisiensi usaha (produksi) dengan kapasitas (tanah), kemudian Mubyarto mengatakan hal-hal yang menyangkut kombinasi faktor-faktor produksi dalam pertanian yaitu :

7.1 Faktor produksi tanah

Faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting, hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah

dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya. Tanah merupakan satu faktor produksi seperti halnya modal dan tenaga kerja dapat pula dibuktikan dari tinggi rendahnya balas jasa (sewa bagi hasil) yang sesuai dengan permintaan dan penawaran tanah dalam masyarakat dan daerah tertentu. Perkembangan perekonomian mengakibatkan kebutuhan manusia akan tanah tidaklah terbatas pada kebutuhan untuk memproduksikan bahan makanan dan sandang

7.2 Faktor produksi modal

Modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru yaitu dalam hal ini hasil pertanian

7.3 Faktor produksi tenaga kerja

Pembicaraan mengenai tenaga kerja dalam pertanian di Indonesia harus dibedakan ke dalam persoalan tenaga kerja dalam usahatani kecil-kecilan (usahatani pertanian rakyat) dan persoalan tenaga kerja dalam perusahaan pertanian yang besar-besar yaitu perkebunan, kehutanan, peternakan dan sebagainya. Pembedaan ini penting


(40)

karena apa yang dikenal sebagai tenaga kerja dalam dalam usahatani tidaklah sama pengertiannya secara ekonomis dengan pengertian tenaga kerja dalam perusahaan-perusahaan dalam perkebunan

7.4 Faktor produksi pengelolaan atau manajemen

Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani bertindak sebagai pengelola dari usahanya. Petani harus pandai mengorganisasi penggunaan faktor-faktor produksi yang dikuasai sebaik mungkin untuk memperoleh produksi secara maksimal, karena produktivitas masing-masing faktor produksi dan prduktivitas usahatani

merupakan tolok ukur keberhasilan pengelolaan.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian Gilang Ria Amarta (2011) tentang Tingkat Penerapan Sapta Usahatani, Produktivitas, Dan Pendapatan Usahatani Jagung Pada Kelompok Tani Penerima Dan Bukan Penerima Program Penguatan Modal Usaha Kelompok (Pmuk) Di Desa Purwodadi Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu” disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat penerapan sapta usahatani jagung antara kelompok tani penerima dan bukan penerima Program PMUK. Tingkat penerapan sapta usahatani jagung pada kelompok tani penerima Program PMUK lebih tinggi dibandingkan tingkat penerapan sapta usahatani pada kelompok tani bukan penerima Program PMUK dengan perbedaan nilai modus sebesar 113,94.


(41)

Berdasarkan hasil penelitian Ernawati,T (2008) tentang “ Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efektivitas Komunikasi Kelompok Dalam Penerapan Teknologi Sapta Usahatani Jagung di Desa Wonosari Kecamatan Gunung

Sugih Kabupaten Lampung Tengah “ disimpulkan bahwa terdapat hubungan

antara efektivitas komunikasi kelompok dengan penerapan teknologi sapta usahatani jagung di Desa Wonosari Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah. Hal ini berarti semakin baik efektivitas komunikasi kelompok, maka semakin baik juga penerapan teknologi sapta usahatani jagung di Desa Wonosari Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah.

C. Kerangka Berfikir

Jagung (Zea mays) merupakan salah satu komoditas yang mendapatkan prioritas penanganan dan terus dilakukan peningkatan produktivitasnya dalam hubungannya dengan pembangunan pertanian tanaman pangan. Komoditas ini selain menjadi makanan pokok kedua di Indonesia setelah padi juga menduduki peringkat ketiga sebagai bahan makanan pokok dunia

setelah gandum dan padi. Komoditas ini memiliki kandungan protein yang tidak jauh berbeda dengan padi. Mengingat komoditas ini mempunyai fungsi yang multiguna maka diperlukan peningkatan produktivitas agar dapat memenuhi kebutuhan akan jagung.

Tingginya produktivitas tanaman jagung selain ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan seperti kesuburan tanah, ditentukan juga oleh keputusan petani


(42)

dalam menentukan bagaimana cara petani membudidayakan tanaman jagung sesuai dengan perkembangan teknologi pertanian. Teknologi pertanian khususnya teknologi jagung telah banyak dihasilkan oleh pemerintah. Namun demikian fakta lapangan menunjukkan teknologi tersebut belum sepenuhnya dapat diterapkan oleh petani. Salah satu usaha yang telah

dilakukan oleh pemerintah adalah memperkenalkan teknologi sapta usahatani kepada petani sehingga pada akhirnya petani mampu untuk menerapkan dan mengaplikasikan teknologi yang diperkenalkan dalam rangka pencapaian sasaran yaitu peningkatan produksi dan produktivitas.

Penerapan teknologi sapta usahatani jagung mencakup penggunaan benih unggul, teknik bercocok tanam pemupukan, pengairan, pengendalian hama dan penyakit, panen dan paska panen, dan pemasaran. Petani di Desa Sidorejo merupakan petani yang telah lama melakukan penerapan teknologi sapta usahatani jagung. Untuk itu peneliti ingin melihat bagaimana tingkat penerapan teknologi sapta usahatani di Desa Sidorejo dan selanjutnya melihat produksi dan produktivitas jagung yang dihasilkan. Hal ini bermaksud apabila penerapan teknologi bagus maka diharapkan dapat menjadi contoh untuk petani lain dan dapat menjadi acuan bagi petani yang belum

menerapkan teknologi sapta usahatani. Namun, apabila penerapan kurang bagus maka petani perlu meningkan penerapan teknologi saptausahatani jagung agar produktivitas jagung meningkat. Paradigma penerapan teknologi sapta usahatani jagung dapat dilihat pada Gambar 1.


(43)

Gambar 1. Paradigma Penerapan Teknologi Sapata Usahatani Jagung di Desa Sidorejo Kecamatan Sekampung Udik.

Usahatani jagung

Tingkat penerapan teknologi sapta usahatani jagung Teknologi Sapta

usahatani jagung 1. Benih unggul 2. Teknik

bercocok tanam 3. Pemupukan 4. Pengairan 5. Pengendalian

HPT 6. Panen dan

pasca panen 7. Pemasaran

Produksi


(44)

III. METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional dan Pengukuran

1. Umur

Umur responden merupakan usia responden dari awal kelahiran sampai pada saat penelitian ini dilakukan. Umur diukur dalam satuan tahun. Umur diklasifikasikan menjadi tiga kelas sesuai dengan Angkatan Kerja Nasional yaitu usia belum produktif (<15), usia produktif (15-64), dan usia tidak produktif (>64) (BPS, 2013). Keadaan umur responden disajikan secara rinci pada

Tabel 6.

Tabel 6. Pengukuran dan definisi operasional umur responden Identitas

Responden

Definisi Operasional

Indikator

Pengukuran Pengukuran Umur Umur

responden merupakan usia

responden dari awal kelahiran sampai pada saat penelitian ini dilakukan

Usia responden pada saat penelitian ini dilakukan

- Belum produktif - produktif - Tidak

produktif


(45)

2. Tingkat Pendidikan Formal

Tingkat pendidikan formal adalah tingkat pendidikan yang pernah diikuti oleh responden secara formal. Tingkat pendidikan formal dibedakan menjadi tiga jenjang. Pertama Sekolah Menengah Atas (SMA). kedua Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan ketiga pendidikan formal Sekolah Dasar (SD). Tingkat pendidikan formal responden disajikan secara rinci pada Tabel 7.

Tabel 7. Pengukuran dan definisi operasional berdasarkan tingkat pendidikan formal

Identitas Responden

Definisi Operasional

Indikator

Pengukuran Pengukuran Tingkat

pendidikan fiormal

Tingkat pendidikan yang pernah diikuti oleh responden secara formal.

Jenjang pendidikan formal

terakhir yang diikuti oleh responden

- SMA - SMP - SD

3. Lama Berusahatani

Lama berusahatani adalah lamanya responden melakukan usahatani jagung sampai penelitian ini dilakukan yang diukur dalam satuan tahun. Lamanya responden berusahatani diklasifikasikan menjadi baru, sedang, dan lama. Klasifikasi lama berusahatani ditentukan berdasarkan data lapangan, dengan mengurangkan angka tertinggi dengan angka terendah dari lama responden berusahatani kemudian


(46)

di bagi tiga. Pengukuran dan definisi operasional lama berusahatani disajikan secara rinci pada Tabel 8.

Tabel 8. Pengukuran dan definisi operasional lama berusahatani Identitas

Responden

Definisi Operasional

Indikator

Pengukuran Pengukuran Lama

berusahatani

lamanya responden melakukan usahatani jagung mulai berusahatani jagung sampai penelitian ini dilakukan.

Lama responden berusahatani jagung.

- lama - Sedang - baru

B. Definisi Operasional dan Pengukuran Penerapan Teknologi Sapta Usahatani Jagung

Karakteristik yang akan diteliti sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu sejauh mana tingkat penerapan teknologi sapta usahatani di Desa Sidorejo. Penerapan sapta usahatani jagung merupakan segala kegiatan yang harus dilakukan oleh petani dalam rangka meningkatkan produksi jagung, mulai dari pemilihan benih jagung unggul, pengolahan tanah, pemupukan, pengairan, pengendalian hama penyakit tanaman, panen dan pascapanen, serta pemasaran hasil. Penerapan sapta usahatani jagung ini dinilai berdasarkan kepada Petunjuk teknis pembentukan Impact Point teknis yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Usahatani Kementan yang disesuaikan untuk tanaman jagung.


(47)

1. Teknologi Penggunaan Benih Unggul

Penggunaan benih unggul merupakan benih jagung unggul yang digunakan responden dalam berusahatani jagung. Penggunaan benih dilihat dari varietas jagung yang digunakan, jumlah penggunaan benih (kg/ha), dan asal benih didapatkan serta daya tahan benih. Masing-masing indikator penggunaan benih unggul memiliki skor tertinggi 3 dan terendah 1 melalui 4 pertanyaan yang diklasifikasikan kedalam kategori tinggi (10-12), sedang (7-9) dan rendah (4-6). Secara jelas pengukuran dan definisi operasional teknologi penggunaan benih unggul dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Pengukuran dan definisi operasional teknologi penggunaan benih unggul

Jenis teknologi Definisi Operasional Indikator Pengukuran Ukuran/ skor Penggunaan benih unggul Jenis benih unggul jagung yang digunakan responden dalam berusahatani 1.Varietas jagung yang digunakan. 2.Jumlah penggunaan benih jagung (kg/ha) 3.Asal benih

jagung 4.Daya tahan

benih jagung

- Tinggi = 3 - Sedang = 2 - Rendah = 1


(48)

2. Teknologi Bercocok Tanam Jagung

Teknik bercocok tanam merupakan cara yang dilakukan petani pada saat melakukan pertanaman jagung. Cara bercocok tanam dilihat dari cara petani melakukan pengolahan tanah, ukuran jarak tanam jagung yang digunakan, dan cara menanam benih jagung, serta perlakuan tanaman jagung dalam hal penyulaman, namun tidak melihat jumlah bibit yang dipergunakan dalam satu lubang jagung, waktu melakukan tanam bibit, penyiangan serta rotasi tanaman. Masing-masing indikator cara bercocok tanam memiliki skor tertinggi 3 dan terendah 1 melalui 4 pertanyaan yang

diklasifikasikan ke dalam kategori tinggi (9-12), sedang (7-9) dan rendah (4-6). Secara jelas pengukuran dan definisi operasional teknologi bercocok tanam jagung dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Pengukuran dan definisi operasional teknologi bercocok tanam jagung Jenis teknologi Definisi Operasional Indikator Pengukuran Ukuran/ Skor Cara bercocock tanam jagung Cara yang dilakukan responden pada saat melakukan pertanaman jagung.

1.Cara petani mengolah tanah,

2.Ukuran jarak tanam jagung, 3.Cara menanam benih jagung, 4.Perlakuan tanaman jagung dalam hal penyulaman

- Tinggi = 3 - Sedang = 2 - Rendah = 1


(49)

3. Teknologi Pemupukan Tanaman Jagung

Pemupukan merupakan salah satu usaha pengelolaan kesuburan tanah dengan pemberian bahan yang dimaksudkan untuk

menyediakan hara bagi tanaman. Pemupukan dilihat dari waktu pemupukan, frekuensi pemupukan dan dosis pemupukan yang digunakan oleh responden, namun tidak melihat cara pemupukan dan jenis pupuk yang digunakan. Masing-masing indikator pemupukan memiliki skor tertinggi 3 dan terendah 1 melalui 3 pertanyaan yang diklasifikasikan kedalam kategori tinggi (8-9,), sedang (6-7) dan rendah (3-5) Secara jelas pengukuran dan definisi operasional teknologi pemupukan tanaman jagung dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Pengukuran dan definisi operasional teknologi pemupukan tanaman jagung

Jenis teknologi

Definisi Operasional

Indikator Pengukuran

Ukuran/ Skor Pemupukan salah satu

usaha pengelolaan kesuburan tanah dengan pemberian bahan yang dimaksudkan untuk

menyediakan hara bagi tanaman

1. waktu pemupukan 2. frekuensi

pemupukan 3. dosis

pemupukan

- Tinggi = 3 - Sedang = 2 - Rendah = 1


(50)

4. Teknologi Pengairan Tanaman Jagung

Pengairan merupakan upaya yang dilakukan responden untuk mengairi lahan pertanianya. Pengairan dilihat dari cara pengairan, frekuensi pengairan yang dilakukan oleh responden, namun tidak melihat system pengairan yang digukan. Masing-masing indikator pengairan memiliki skor tertinggi 3 dan terendah 1 melalui 2 pertanyaan yang diklasifikasikan kedalam kategori tinggi (4,67-6,00), sedang (3,34-4,66) dan rendah (2,00-3,33) Secara jelas pengukuran dan definisi operasional teknologi pengairan tanaman jagung dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Pengukuran dan definisi operasional teknologi pengairan tanaman jagung

Jenis Teknologi

Definisi Operasional

Indikator Pengukuran

Ukuran/ Skor Pengairan merupakan

upaya yang dilakukan responden untuk mengairi lahan pertanianya

1. cara pengairan, 2. frekuensi

pengairan yang dilakukan oleh responden.

- Tinggi = 3 - Sedang = 2 - Rendah = 1

5. Teknologi Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Jagung Pengendalian hama dan penyakit merupakan upaya yang dilakukan responden untuk menekan pertumbuhan hama dan penyakit yang menganggu tanaman jagung. Pengendalian hama dan penyakit


(51)

dilihat dari ketepatan waktu melakukan pengendalian hama dan penyakit, namun tidak melihat dosis, waktu, dan alat yang digunakan dalam pengendalian hama dan penyakit. Indikator pengendalian hama dan penyakit memiliki skor tertinggi 3 dan terendah 1 melalui 1 pertanyaan yang diklasifikasikan kedalam kategori tinggi (3), sedang (2), rendah (1). Secara jelas pengukuran dan definisi operasional teknologi pengendalian hama dan penyakit tanaman jagung dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Pengukuran dan definisi operasional teknologi pengendalian hama dan penyakit tanaman jagung Janis teknologi Definisi Operasional Indikator Pengukuran Ukuran/ Skor Pengendalia

n hama dan penyakit

Upaya yang

dilakukan responden untuk menekan pertumbuhan hama dan penyakit yang mengganggu tanaman Ketepatan waktu pengendali an hama dan penyakit.

- Tinggi = 3 - Sedang = 2 - Rendah = 1

6. Teknologi Panen dan Paska Panen Jagung

Panen dan paska panen dilihat dari teknik pemanenan, teknik pengeringan, dan durasi pengeringan serta kadar air dalam biji jagung pada saat pemipilan. Masing-masing indikator panen dan paska panen memiliki skor tertinggi 3 dan terendah 1 melalui 4 pertanyaan yang diklasifikasikan kedalam kategori tinggi (9-12), sedang (7-9) dan rendah (4-6). Secara jelas pengukuran dan definisi


(52)

operasional teknologi panen dan paska panen jagung dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Pengukuran dan definisi operasional teknologi panen dan paska panen jagung

Jenis Teknologi Definisi Operasional Indikator Pengukuran Ukuran/ Skor Panen dan paska panen Kegiatan yang dilakukan responden saat panen dan setelah panen.

1. Teknik pemanenan

2. Teknik pengeringan

3. Durasi pengeringan

4. Kadar air dalam biji

jagung pada saat pemipilan

- Tinggi = 3

- Sedang = 2

- Rendah = 1

7. Teknologi Pemasaran Jagung

Pemasaran dilihat dari cara penjualan dan tempat penjualan jagung yang dilakukan oleh responden, namun tidak melihat bagaimana cara mengangkut hasil panen. Masing-masing indikator pemasaran memiliki skor tertinggi 3 dan terendah 1 melalui 2 pertanyaan yang diklasifikasikan kedalam kategori tinggi (4,67-6,00), sedang (3,34-4,66) dan rendah (2,00-3,33) Secara jelas pengukuran dan definisi operasional teknologi pemasaran jagung dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Pengukuran dan definisi operasional teknologi pemasaran jagung Jenis Teknologi Definisi Operasional Indikator Pengukuran Ukuran/ Skor

Pemasaran Penjualan hasil

panen jagung dari responden ke konsumen.

1. Cara penjualan

2. Tempat

penjualan jagung

- Tinggi = 3

- Sedang = 2

- Rendah = 1


(53)

8. Rekapitulasi penerapan teknologi sapta usahatani jagung Rekapitulasi penerapan teknologi sapta usahatani jagung

merupakan jumlah keseluruhan skor dari ketujuh teknologi yang menunjukkan seberapa jauh tingkat penerapan teknologi sapta usahatani jagung yang dilakukan oleh responden. Ketujuh teknologi tersebut terdiri dari 1) penggunaan benih unggul, 2) teknik becocok tanam, 3) pemupukan, 4) pengairan, 5)

pengendalian hama dan penyakit, 6) panen dan paska panen, serata 7) pemasaran. Penerapan teknologi sapta usahatani diukur dengan cara menjumlahkan seluruh skor dari ketujuh unsur tersebut. Skor tertinggi adalah 3 dan skor terendah adalah 1 dengan jumlah pertanyaan sebanyak 20 pertanyaan. Pengklasifikasian penerapan teknologi dimasukkan ke dalam tiga kelas diperoleh klasifikasi penerapan teknologi sapta usahatani jagung tinggi (47-60),

penerapan teknologi sapta usahatani sedang (34-46), dan penerapan teknologi sapta usahatani jagung rendah (20-33). Secara jelas pengukuran dan definisi operasional rekapitulasi tingkat penerapan teknologi sapta usahatani agung dapat dilihat pada Tabel 16.


(54)

Tabel 16. Pengukuran dan definisi operasional rekapitulasi tingkat penerapan teknologi sapta usahatani jagung.

Keterangan Definisi Operasional Indikator Pengukuran Ukuran/ Skor Rekapitulasi penerapan teknologi sapta usahatni jagung. Jumlah keseluruhan skor dari ketujuh komponen teknologi yang menunjukkan seberapa jauh tingkat penerapan teknologi sapta usahatani jagung yang dilakukan oleh responden 1.penggunaan benih unggul 2.teknik becocok tanam 3.pemupukan 4.pengairan 5.pengendalia

n hama dan penyakit 6.panen dan

paska panen, serata 7.pemasaran.

- Tinggi = 3 - Sedang = 2 - Rendah = 1

C. Definisi Operasional Luas Lahan dan Produktivitas Jagung 1. Luas Lahan Jagung

Luas lahan merupakan besarnya luas lahan jagung yang digarap oleh responden pada satu musim terakhir saat penelitian. Luas lahan diklasifikasikan menjadi tiga kelas yaitu sempit, sedang dan luas. Klasifikasi luas lahan jagung ditentukan berdasarkan data lapangan, dengan mengurangkan angka tertinggi dengan angka terendah dari luas lahan jagung kemudian di bagi menjadi tiga kelas. Secara rinci pengukuran dan definisi operasional luas lahan dapat dilihat pada Tabel 17.


(55)

Tabel 17. Pengukuran dan definisi operasional luas lahan jagung

Keterangan Definisi Operasional

Indikator

Pengukuran Pengukuran Luas lahan Besarnya luas

lahan yang ditanami jagung yang digarap oleh responden Besarnya luas lahan jagung yang digarap oleh responden - Luas - Sedang - Sempit

2. Tingkat Produktivitas Jagung

Produktivitas jagung adalah jumlah keluaran produksi per 1 hektar lahan garapan petani yang diperoleh dari hasil penanaman jagung. Tingkat produktivitas jagung diukur dalam satuan ton/ha dan diklasifikasikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Klasifikasi tingkat produktivitas jagung ditentukan berdasarkan data lapangan, dengan mengurangkan angka tertinggi dengan angka terendah dari tingkat produktivitas jagung kemudian di bagi menjadi tiga kelas. Secara rinci pengukuran dan definisi operasional tingkat produksi jagung dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Pengukuran dan definisi operasional tingkat produktivitas jagung

Keterangan Definisi Operasional Indikator Pengukuran Ukuran/ Skor Produktivitas jagung. Jumlah keluaran produksi per 1 hektar lahan garapan petani yang diperoleh dari hasil penanaman jagung dan diukur dalam satuan ton/ha.

Hasil panen jagung per 1 hektar lahan garapan diukur dalam satuan ton/ha

- Tinggi = 3 - Sedang = 2 - Rendah = 1


(56)

Pengklasifikasian kelas merujuk pada rumus Sturges (Dajan, A, 1986) sebagai berikut:

k Y X

Z  

Keterangan:

Z = Interval kelas X = Nilai tertinggi Y = Nilai terendah

k = Banyaknya kelas atau kategori

Banyaknya kelas (k) dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja yakni sebanyak tiga kelas.

D. Penentuan Lokasi, Waktu Penelitian, dan Responden

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sidorejo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Sidorejo

merupakan daerah sentra produksi jagung terbesar kedua di Kecamatan Sekampung Udik dengan produktivitas 6,3 ton/ha. Waktu penelitian untuk pengambilan data dimulai pada bulan Januari sampai Februari 2014.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah kelompok tani jagung yang ada di Desa Sidorejo yaitu sebanyak 7 kelompok tani. Data anggota kelompok tani di Desa Sidorejo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur dapat dilihat pada Tabel 19.


(57)

Tabel 19. Data Kelompok Tani Desa Sidorejo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur Tahun 2012

No. Nama Kelompok Tani Jumlah Anggota

1. Harapan Kita 28

2. Rukun I 30

3. Sido Maju 29

4. Marta Tani I 30

5. Makmur Jaya 27

6. Sumber Jaya 30

7 Dewata Agung 30

Jumlah 204

Sumber : KCD (Kantor Cabang Dinas) Pertanian Lampung Timur, 2013

Tabel 19 menunjukkan bahwa terdapat 7 kelompok tani jagung di Desa Sidorejo dengan jumlah petani sebanyak 204. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Proportional Random Sampling yaitu pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan proporsional dalam anggota populasi tersebut.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan alokasi proporsional pada pendugaan proporsi populasi dengan pertimbangan presisi 10% yang mengacu pada teori Yamane (1967, dalam Rakhmat, 1989) dengan rumus sebagai berikut:

1 )

( 2 

d N N n 67 1 ) 1 , 0 ( 204 204

2 

n

Keterangan : n = unit sampel N = unit populasi d = tingkat presisi (0,1)


(58)

Berdasarkan teori Yamane maka didapat jumlah unit sampel secara keseluruhan sebanyak 67 petani. Proporsi untuk sampel dari masing-masing kelompok tani merujuk pada rumus Nazir, M (1988), yaitu

ni = 

N Ni

n

Keterangan :

ni = Jumlah sampel setiap kelompok

Ni = Jumlah populasi masing-masing kelompok N = Jumlah seluruh populasi

n = Jumlah sampel secara keseluruhan

Proporsi sampel dari masing-masing populasi anggota kelompok yaitu:

n1 = 67 204 28       

= 9 orang n3 = 67 204 29       

= 9 orang

n2 = 67 204 30       

= 10 orang n4 = 67 204 30       

= 10 orang

n5 = 67 204 27       

= 8 orang n7 = 67 204 30       

= 10 orang

n6 = 67 204 30       

= 10 orang

Keterangan:

n1 = Jumlah sampel Kelompok Tani Harapan Kita n2 = Jumlah sampel Kelompok Tani Rukun I n3 = Jumlah sampel Kelompok Tani Sido Maju n4 = Jumlah sampel Kelompok Tani Marta Tani I n5 = Jumlah sampel Kelompok Tani Makmur Jaya n6 = Jumlah sampel Kelompok Tani Sumber Jaya n7 = Jumlah sampel Kelompok Tani Dewata Agung


(59)

E. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari responden. melalui kuesioner dan wawancara secara mendalam yang juga telah

dipersiapkan secara terstruktur. Penyusunan wawancara dalam

kuesioner dilakukan secara tertutup dan terbuka. Secara tertutup yaitu jawaban dari pertanyaan dalam kuesioner tersedia dalam pilihan, sedangkan pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang tidak mencantumkan jawaban. Data sekunder diperoleh dari literatur, instansi, dinas atau lembaga-lembaga yang mendukung penelitian ini

F. Metode Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif menggunakan tabulasi. Tahap tabulasi adalah tahap atau kegiatan yang bertujuan untuk menyusun data yang diperoleh di lapangan ke dalam tabel yang telah ditentukan dari beberapa klasifikasi. Data yang diolah menggunakan tabulasi meliputi data identitas responden yang terdiri dari data umur responden, lama berusahatani, tingkat pendidikan formal responden, dan data luas lahan serta data produktivitas jagung.

Selanjutnya menentukan nilai rata-rata dengan menjumlahkan seluruh skor dari masing-masing indikator kemudian dibagi dengan jumlah responden.


(60)

Selain itu tabulasi data juga digunakan untuk data tingkat penerapan teknologi sapta usahatani jagung di setiap komponennya. Untuk menyatakan nilai atau skor yang sering muncul dalam penerapan teknologi sapta usahatani jagung digunakan ukuran Modus (Sugiyono, 2006). Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut :

1 2

1 d d

d p b mo

 

Keterangan : M0 : Modus

b : Batas kelas interval dengan frekuensi terbanyak p : Panjang kelas interval dengan frekuensi terbanyak

d1 : Frekuensi pada kelas modus (frekuensi pada kelas interval yang

terbanyak) dikurangi frekuensi kelas interval terdekat sebelumnya

d2 : Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval


(61)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Letak Geografis dan Luas Wilayah

Desa Sidorejo terletak di Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur Propinsi Lampung. Desa ini memiliki luas wilayah 142.997 hektar. Berjarak 46 km dari Ibukota Kabupaten dan 65 km dari Ibu Kota Propinsi.

Secara administrative Desa Sidorejo memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan hutan lindung gunung balak.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Brawijaya dan Desa Bukit Raya. c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pugung Raharjo dan Desa Bauh

Gunung Sari.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bandar Agung.

B. Penggunaan Lahan

Menurut penggunaanya, lahan di Desa Siderejo digunakan untuk pemukiman, sawah dan ladang, bangunan umum, jalan, pemakaman, tempat peribadatan dan


(62)

bangunan umum. Pembagian luas desa menurut tata guna lahanya dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Pembagian luas Desa Sidorejo menurut tataguna lahanya

No. Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase 1.

2. 3. 4. 5. 6.

Pemukiman Sawah Tegal/Ladang Bangunan umum Perkebunan Rakyat Lainnya

10,02 30 37 18 30 17.97

7,4 20,9 25,8 12,5 20,9 12,5

Jumlah 142,99 100

Sumber : Monografi Desa Sidorejo 2012

Tabel 20 menunjukkan bahwa dari luas total Desa Sidorejo yaitu 142,99 hektar, 37 hektar atau 25,8 persen digunakan sebagai perladangan/tegal, sedangkan 74,2 persen lainya digunakan untuk pemukiman penduduk, sawah dan bangunan umum, serta perkebunan rakyat. Penggunaan luas terbesar yang dialokasikan sebagai tegal/ladang yang berpotensi untuk berusaha tani pertanaman palawija dan tanaman tahunan lainya.

C. Kondisi Topografi

Secara umum, kondisi permukaan tanah Desa Sidorejo adalah daratan dengan ketinggian 2.500 m dari permukaan laut. Temperatur udara harian rata-rata 30⁰C -32⁰C dengan curah hujan rata-rata 5.000 mm/tahun. Penggunaan lahan di Desa Sidorejo paling banyak digunakan untuk perladangan yang dominan dengan usahatai partanaman palawija.


(63)

D. Keadaan Penduduk

1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Golongan Umur

Berdasarkan Monografi Desa Sidorejo tahun 2012, jumlah penduduk Desa Sidorejo adalah 11.406 jiwa. Keadaan penduduk dilihat dari golongan umur di Desa Sidorejo memang bervariasi dan masih termasuk ke dalam golongan usia yang produktif. Secara rinci jumlah penduduk di Desa Sidorejo

berdasarkan golongan umur dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Keadaan penduduk berdasarkan golongan umur di Desa Sidorejo

Golongan Umur (Tahun)

Desa Sidorejo

Jumlah (Jiwa) Persentase 0–6

7–12 13–18 19–24 26–56 56–79

605 1.271 1.665 3.632 4.049 185

5,3 11,14 14,59 31,84 35,49 1,62 Jumlah 11.406 100,00 Sumber : Monografi Desa Sidorejo, 2012

Usia merupakan indikator penting yang digunakan sebagai batasan produktif atau tidaknya seseorang untuk bekerja. Menurut Rusli (1983), seseorang masuk ke dalam usia produktif apabila usianya berkisar antara 15-64 tahun. Tabel 21 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Sidorejo berumur antara 26-56 tahun sebanyak 4.049 jiwa (35,49%), kelompok umur terbesar kedua yaitu umur antara 19-24 tahun sebanyak


(64)

3.632 jiwa (31,84%), dan umur di antara 56-79 tahun merupakan kelompok umur terkecil yaitu sebanyak 185 jiwa (1,62%). Besarnya persentase penduduk yang masuk ke dalam kategori usia produktif menunjukkan tingginya ketersediaan tenaga kerja yang ada di Desa Sidorejo. Hal ini sangat menunjang pembangunan pertanian lebih lanjut di pedesaan.

2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Penduduk di Desa Sidorejo berjumlah 11.406 jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Secara rinci jumlah penduduk

berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Sidorejo No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase

1 Laki-laki 5.853 51,3

2 Perempuan 5.553 48,7

Jumlah 11.406 100 Sumber : Monografi Desa Sidorejo, 2012

Tabel 22 menunjukkan bahwa penduduk Desa Sidorejo terdiri dari 11.406 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 5.853 atau sebesar 51,3 persen dan 5.553 jiwa penduduk perempuan atau sebesar 48,7 persen.


(65)

3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Penduduk Desa Sidorejo jika ditinjau dari tingkat pendidikan formal

memiliki pendidikan yang beragam, mulai dari sekolah dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan perguruan tinggi. Secara Rinci tingkat pendidikan masyarakat Desa Sidorejo dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Persentase tingkat pendidikan penduduk Desa Sidorejo Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase

Belum Sekolah 1.852 16,2

Buta Huruf 58 0.5

Tidak Tamat SD 220 1,9

Tamat SD 2.231 19,7

Tamat SMP 3.303 28,9

Tamat SMA 3.244 28,4

Tamat D1-D3 402 3,56

Tamat S1 92 0.8

Tamat S2 5 0,04

Tamat S3 - -

Jumlah 11.406 100

Sumber : Monografi Desa Sidorejo 2012

Tabel 23 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Sidorejo umumnya berada pada tingkat SLTP yakni sebesar 3.303 jiwa atau sebesar 28,9%. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan di Desa Sidorejo sudah cukup maju. Seiring dengan kemajuan pendidikannya maka diharapkan dapat tercipta potensi sumber daya manusia yang berkualitas.


(66)

4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk Desa Sidorejo terdiri atas berbagai macam pekerjaan, namun demikian yang paling dominan penduduk Desa Sidorejo bermata pencaharian sebagai petani, selebihnya adalah pedagang, swasta, pegawai negri dan lain-lain. Secara rinci sebaran jumlah penduduk Desa Sidorejo berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 24.

Tabel 24. Persentase jenis mata pencaharian penduduk Desa Sidorejo Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase

Petani 2.890 69,28

Buruh Tani 486 11,68

Buruh/swasta 342 8,19

Pegawai Negeri 61 1,46

Pedagang 392 9,39

Jumlah 4171 100,00

Sumber : Monografi Desa Sidorejo, 2012

Tabel 24 menunjukkan bahwa Desa Sidorejo memiliki potensi yang besar dalam bidang pertanian. Hal tersebut dapat dilihat dari pekerjaan yang dilakukan oleh penduduk yang berada di Desa tersebut. Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani sebanyak 2.890 jiwa atau sebesar 69,28%, sedangkan penduduk yang bermata pencaharian sebagai buruh tani sebanyak 486 jiwa atau sebesar 11,68%. Tingginya jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani menunjukkan bahwa potensi pertanian di Desa Sidorejo harus terus dikembangkan.


(67)

5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama

Penduduk Desa Sidorejo terdiri dari dua agama yang pertama adalah agama Islam dan yang kedua adalah agama Hindu. Sebagian besar penduduk didominasi agama Islam dengan jumlah 8.101 jiwa, dan 3.105 jiwa

merupakan pemeluk agama Hindu. Secara rinci sebaran jumlah penduduk di Desa Sidorejo berdasarkan agama dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Sebaran penduduk berdasarkan agama di Desa Sidorejo

Agama Jumlah (Jiwa)

Islam 8.101

Hindu 3.105

Jumlah 11.406

Sumber : Monografi Desa Sidorejo, 2012

Penduduk Desa Sidorejo sebagian besar merupakan pemeluk agama Islam, meskipun demikian sikap saling tenggang rasa dan saling menghormati terhadap pemeluk agama yang lain tetap terjaga, sehingga tercipta suatu kerukunan antarumat beragama.

E. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana penunjang yang ada di Desa Sidorejo meliputi sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, peribadatan, transportasi, ekonomi, pendukung keamanan lingkungan, olahraga. Keberadaan sarana dan prasarana yang lengkap akan membantu proses kegiatan di Desa Sidorejo. Ketersediaan sarana dan


(68)

prasarana pendidikan memegang peranan yang penting. Dengan adanya prasarana dalam bidang pendidikan maka diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan bagi penduduk Desa Sidorejo. Selain ketersediaan sarana

pendidikan, ketersediaan sarana kesehatan juga tidak kalah penting keberadaanya, dengan adanya sarana dan prasarana kesehatan dapat membantu penduduk dalam menangani masalah kesehatanya.

Sarana dan prasarana transportasi akan sangat menunjang mobilitas warga. Sarana dan prasarana transportasi berupa ketersediaan angkutan umum sangatlah dibutuhkan warga untuk kelancaran kegiatan sehari-hari seperti berusahatani, berdagang, sekolah, dan pergi ke kantor. Sarana dan prasarana ekonomi juga sangat berperan penting bagi kesejahteraan penduduk. Sarana dan prasarana ibadah juga sangat diperlukan keberadaannya dalam suatu wilayah termasuk Desa Sidorejo. Desa Sidorejo yang mayoritas penduduknya beragama Islam memiliki sarana peribadatan berupa masjid sebanyak 8 buah dan 38 buah mushola. Keadaan sarana dan prasarana di Desa Sidorejo dapat dilihat pada Tabel 26.

Berdasarkan Tabel 26 dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Sidorejo sudah cukup memadai walaupun masih terdapat beberapa sarana dan prasarana yang kurang lengkap. Ketersediaan sarana dan prasarana sangat diperlukan untuk mendukung perekonomian dan pembangunan khususnya dalam bidang pertanian. Hal ini karena sebagian besar penduduk di Desa Sidorejo bermata pencaharian sebagai petani.


(69)

Tabel 26. Keadaan sarana dan prasarana di Desa Sidorejo

No Sarana dan Prasarana Jumlah

1 Pendidikan

a. PAUD 2 Buah

b. TK 2 Buah

c. SD 4 Buah

d. SMP 2 Buah

e. SMA 2 Buah

2 Kesehatan

a. Puskesmas 1 Buah

b. Posyandu 4 Buah

3 Kendaraan

a. Besar 27 buah

b. Kecil 32 buah

c. Motor 2011 buah

4 Peribadatan

a. Masjid 8 Buah

b. Mushola 38 Buah

c. Pura 3 Buah

d. Wihara 1 Buah

5 Olah Raga

a. Lapangan Sepak Bola 1 Buah

b. Lapangan Voli 9 Buah

c. Lapangan tenis meja 3 Buah d. Lapangan Bulu Tangkis 9 Buah

Pasar 1 buah

Gardu 29 buah


(70)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Sidorejo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur dapat disimpulkan bahwa :

1. Tingkat penerapan teknologi sapta usahatani jagung tergolong dalam klasifikasi sedang. Diperoleh skor rata-rata 43,5 dari selang skor antara 20 hingga 60, dengan kata lain tingkat penerapan teknologi sapta usahatani tersebut baru mencapai 58,75%. Beberapa unsur teknologi usahatani jagung yang sudah diterapkan sesuai dengan anjuran yaitu penggunaan benih unggul, teknik bercocok tanam jagung, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman serta panen dan pasca panen, sedangkan unsur teknologi usahatani jagung yang belum diterapkan sesuai anjuran oleh petani adalah pengairan dan pemasaran.

2. Dengan tingkat penerapan teknologi sapta usahatani jagung sebesar 58,75%, diketahui rata-rata produktivitas jagung di Desa Sidorejo mencapai 7,89 ton/ha.


(71)

B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan terdapat beberapa saran sebagai berikut :

1. Sebelum melakukan pertanaman jagung petani perlu memperhatikan musim tanam berdasarkan data curah hujan di wilayahnya.

2. Penyuluh perlu memberikan penyuluhan terkait informasi tentang prediksi iklim berusahatani jagung dari BMKG dan informasi pemasaran jagung.

3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang penerapan teknologi sapta usahatani jagung dengan komponen teknologi yang sesuai dengan impact point.


(1)

prasarana pendidikan memegang peranan yang penting. Dengan adanya prasarana dalam bidang pendidikan maka diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan bagi penduduk Desa Sidorejo. Selain ketersediaan sarana

pendidikan, ketersediaan sarana kesehatan juga tidak kalah penting keberadaanya, dengan adanya sarana dan prasarana kesehatan dapat membantu penduduk dalam menangani masalah kesehatanya.

Sarana dan prasarana transportasi akan sangat menunjang mobilitas warga. Sarana dan prasarana transportasi berupa ketersediaan angkutan umum sangatlah dibutuhkan warga untuk kelancaran kegiatan sehari-hari seperti berusahatani, berdagang, sekolah, dan pergi ke kantor. Sarana dan prasarana ekonomi juga sangat berperan penting bagi kesejahteraan penduduk. Sarana dan prasarana ibadah juga sangat diperlukan keberadaannya dalam suatu wilayah termasuk Desa Sidorejo. Desa Sidorejo yang mayoritas penduduknya beragama Islam memiliki sarana peribadatan berupa masjid sebanyak 8 buah dan 38 buah mushola. Keadaan sarana dan prasarana di Desa Sidorejo dapat dilihat pada Tabel 26. Berdasarkan Tabel 26 dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Sidorejo sudah cukup memadai walaupun masih terdapat beberapa sarana dan prasarana yang kurang lengkap. Ketersediaan sarana dan prasarana sangat diperlukan untuk mendukung perekonomian dan pembangunan khususnya dalam bidang pertanian. Hal ini karena sebagian besar penduduk di Desa Sidorejo bermata pencaharian sebagai petani.


(2)

Tabel 26. Keadaan sarana dan prasarana di Desa Sidorejo

No Sarana dan Prasarana Jumlah

1 Pendidikan

a. PAUD 2 Buah

b. TK 2 Buah

c. SD 4 Buah

d. SMP 2 Buah

e. SMA 2 Buah

2 Kesehatan

a. Puskesmas 1 Buah

b. Posyandu 4 Buah

3 Kendaraan

a. Besar 27 buah

b. Kecil 32 buah

c. Motor 2011 buah

4 Peribadatan

a. Masjid 8 Buah

b. Mushola 38 Buah

c. Pura 3 Buah

d. Wihara 1 Buah

5 Olah Raga

a. Lapangan Sepak Bola 1 Buah

b. Lapangan Voli 9 Buah

c. Lapangan tenis meja 3 Buah

d. Lapangan Bulu Tangkis 9 Buah

Pasar 1 buah

Gardu 29 buah


(3)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Sidorejo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur dapat disimpulkan bahwa : 1. Tingkat penerapan teknologi sapta usahatani jagung tergolong dalam

klasifikasi sedang. Diperoleh skor rata-rata 43,5 dari selang skor antara 20 hingga 60, dengan kata lain tingkat penerapan teknologi sapta usahatani tersebut baru mencapai 58,75%. Beberapa unsur teknologi usahatani jagung yang sudah diterapkan sesuai dengan anjuran yaitu penggunaan benih unggul, teknik bercocok tanam jagung, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman serta panen dan pasca panen, sedangkan unsur teknologi usahatani jagung yang belum diterapkan sesuai anjuran oleh petani adalah pengairan dan pemasaran.

2. Dengan tingkat penerapan teknologi sapta usahatani jagung sebesar 58,75%, diketahui rata-rata produktivitas jagung di Desa Sidorejo mencapai 7,89 ton/ha.


(4)

B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan terdapat beberapa saran sebagai berikut :

1. Sebelum melakukan pertanaman jagung petani perlu memperhatikan musim tanam berdasarkan data curah hujan di wilayahnya.

2. Penyuluh perlu memberikan penyuluhan terkait informasi tentang prediksi iklim berusahatani jagung dari BMKG dan informasi pemasaran jagung.

3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang penerapan teknologi sapta usahatani jagung dengan komponen teknologi yang sesuai dengan impact point.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

AAK.1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius. Yogyakarta.

Amarta, Ria Gilang. 2011. Tingkat Penerapan Sapta Usahatani, Produktivitas, Dan Pendapatan Usahatani Jagung Pada Kelompok Tani Penerima Dan Bukan Penerima Program Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) Di Desa Purwodadi Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu. Skripsi. Fakultas Sosial Ekonomi Pertanian Unila. Bandar Lampung.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), 2009. Teknologi Budidaya Jagung. Bandar Lampung.

Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K), 2013. Rencana Kerja Penyuluhan Desa. 2012. Kecamatan Sekampung Udik.

Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung. 2012. Lampung Dalam Angka Tahun

2011. Bandar Lampung.

Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung. 2013. Lampung Dalam Angka Tahun

2012. Bandar Lampung.

________________________________. 2012. Lampung Timur dalam Angka

Tahun 2011. Bandar Lampung.

Dajan, A. 1986. Pengantar Metode Statistik. Jilid I. LP3S. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 2011. KBBI Pusat Bahasa. PT Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta.

Effendi, Irwan, 2005. Dasar – Dasar Penyuluhan Tanaman. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Ernawati,Tri.2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Efektifitas

Komunikasi Kelompok Dalam Penerapan Sapta Usahatani Jagung Di Desa Wonosari Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi. Fakultas Sosial Ekonomi Pertanian Unila. Bandar lampung.

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta.


(6)

Marzuki, A.Rasyid dan Suprapto H.S. 2005. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

________________________________. 2012. Monografi Desa Sidorejo Tahun 2013. Desa Sidorejo.

Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Rahmat, J. 2012. Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung. Rakhmat, J. 1989. Metode Penelitian Komunikasi. Remadja Karya. Bandung. Sajogyo, P. 1985. Peranan Wanita Dalam Perkembangan Masyarakat Desa.

C.V. Rajawali. Jakarta.

Samsudin, U. 1987. Dasar-dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian. Bina Cipta Bandung.

Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Penerbit Alfabeta. Bandung. Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung. Rusli, S. 1983. Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ES. Jakarta.

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Bertanam Jagung. Nuansa Aulia. Bandung

di akses darihttp://www.bppjambi.info/dwnpublikasi.asp?id=136 tanggal 15 september 2014.

diakses dari http://www.tanindo.com/imengenal-si-jagung-super-bisi&Itemid=105 tanggal 20 Desember 2014.