ANALISIS PENGARUH PENERBITAN SURAT TAGIHAN PAJAK (STP) TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN PADA KPP PRATAMA TANJUNG KARANG BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH PENERBITAN SURAT TAGIHAN PAJAK (STP) TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN PADA KPP

PRATAMA TANJUNG KARANG BANDAR LAMPUNG

Oleh

FATMA AYU ANDINI

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris adakah pengaruh penerbitan surat tagihan pajak (stp) terhadap penerimaan pajak penghasilan pada KPP Pratama Tanjung Karang Bandar Lampung.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang, Bandar Lampung. Sampel menggunakan metodePurposive Samplingberdasarkan pertimbangan (Judgment Sampling). Data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa jumlah surat tagihan pajak (stp) yang diterbitkan dan realisasi penerimaan pajak penghasilan. Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah dengan analisis regresi sederhana.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa variabel Surat Tagihan Pajak (STP) yang diukur dari STP PPh (PPh final & PPh fiskal luar negeri, PPh pasal 21, PPh pasal 22, PPh pasal 23, PPh pasal 25/29 Badan, dan PPh pasal 25/29 Orang Pribadi) berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan di KPP Pratama Tanjung Karang Bandar Lampung.


(2)

ANALISIS PENGARUH PENERBITAN SURAT TAGIHAN PAJAK (STP) TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN PADA KPP PRATAMA TANJUNG KARANG

BANDAR LAMPUNG

Oleh

Fatma Ayu Andini

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Palembang pada tanggal 24 Desember 1993, sebagai anak kedua dari empat bersaudara, dari Bapak Akhmad Adam Akbar,S.E., M.M. dan Ibu Nurhawa.

Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Dharma Wanita III, Palembang yang diselesaikan pada tahun 1999. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri

017973Kisaran pada tahun 2005, dilanjutkan dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang diselesaikan di SMP Negeri 3Metro pada tahun 2008, dan

menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2011.

Pada Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).


(4)

ABSTRACT

ANALYSIS THE EFFECT OF THE PUBLICATION OF THE LETTER TAX BILL (STP) THE INCREASING OF RECEIPT INCOME TAX ON

THE KPP PRATAMA TANJUNG KARANG BANDAR LAMPUNG

By

FATMA AYU ANDINI

This research aims to obtain empirical evidence does influence the issuance of a tax bill letter (stp) against the receipt of income tax on the KPP Pratama Tanjung Karang Bandar Lampung.

The population in this research is the whole tax payers Private Persons and Entities that are listed in the tax services office (kpp) Pratama Tanjung Karang, Bandar Lampung. Sample using the method of Purposive Sampling based on considerations (Judgement Sampling). The data used are secondary data which consists of the amount of the tax bill's letter (stp) are published and the realization of income tax receipts. Statistical methods are used to test the hypothesis is by simple regression analysis.

Based on the results of the analysis carried out shows that the variable tax bill Letter (STP) as measured from the STP PPh (PPh final fiscal PPh & abroad, PPh pasal 21, PPh pasal 21, PPh pasal 23, PPh pasal 25/29 bodies, and PPh article 25/29 Private People) positive effect significantly to acceptance of the income tax in the KPP Pratama Tanjung Karang Bandar Lampung.


(5)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini, sebagai salah satu tanda bakti kepada

kedua orang tuaku, mama dan ayah, kakakku, serta sebagai

penyemangat bagi adik-adikku tersayang.

Terima kasih atas segala doa dan dukungan yang tak henti-hentinya

tercurahkan sebagai bentuk kasih sayang yang tiada tara.


(6)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul“AnalisisPengaruh Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)

Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pada KPP Pratama Tanjung Karang Bandar Lampung”merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Ibu Dr. Fajar Gustiawaty Dewi, S.E., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi.

3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., selaku sekretaris Jurusan Akuntansi. 4. Bapak R. Weddie Andriyanto, S.E., M.Si., CA., CPA., selaku Pembimbing

Utama atas kesediaannya untuk memberikan waktu, bimbingan, nasihat, dukungan, pelajaran, serta pengalaman yang sangat berkesan selama proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Basuki Wibowo, S.E., M.S.Ak., Akt., selaku Pembimbing Pendamping atas kesediannya dalam memberikan bimbingan, pengetahuan, nasehat, pengalaman serta pembelajaran diri selama proses penyelesaian skripsi ini. 6. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt., selaku Penguji Utama atas saran

dan kritik, serta nasehat yang membangun baik bagi penyelesaian skripsi maupun bagi diri penulis.

7. Bapak Saring Suhendro, S.E., M.Si.,Akt., selaku Pembimbing Akademik atas segala saran dan dukungan yang diberikan selama masa perkuliahan.


(7)

8. Bapak dan Ibu Dosen di Jurusan Akuntansi dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung, atas ilmu, dan pembelajaran yang telah diberikan. 9. Kedua orang tuaku Bpk. Akhmad Adam Akbar, S.E., M.M. dan Ibu Nurhawa

terima kasih banyak karena selalu mendoakan dan mendukung setiap langkah demi mewujudkan mimpi dan cita dari penulis. Tiada kata yang dapat

menggambarkan rasa sayang dan rasa terima kasih atas segala hal yang telah diberikan.

10. Kakak tersayang Fadillah Ramadhan, S.E., serta adik-adik tersayang Agung Tri Putra dan Annisa Kisari Maharani, terima kasih untuk selalu menyayangi, menyemangati, mendukung, membimbing dan mendoakan setiap saat, terima kasih karena telah melengkapi diri penulis.

11. Keluarga besar dan saudara-saudaraku, terima kasih atas segala curahan doa. 12. Lima sahabat tersayang : Viona Yelitasari, Dara Ayu Mentari, Vetty Riza

Astika, Shanti Ananda Tanoto, dan Rindy Dwi Ladista, S.E., terima kasih telah menyemangati, mendoakan, mendukung sepenuh hati, menemani dan membantu dalam proses penyelesaian skripsi, terima kasih telah berbagi canda tawa, perhatian, kasih sayang dan selalu menemani penulis dalam suka maupun duka selama empat tahun menyelesaikan pendidikan strata satu, semoga persahabatan dan persaudaraan kita akan abadi selamanya.

13. Wanita-wanita dan pria pria tangguh: Yuni, Resti, Umai, Mariska, Gustia, Nabilla, Nicho, Agung, Ahmad, Panggih, Bainal, Gilang, dan Firman. Terima kasih atas semua bantuan, dukungan, nasihat, hiburan, terima kasih sudah selalu ada.

14. Teman Seperbimbingan Skripsi: Putri ‘Ecul’, Rara, Fitri, Funika, Trisa, Luthfita, Rido, Tito, Syamsurizal, Juna, dan Kevin. Terima kasih atas semua bantuan, dukungan dan nasihatnya.

15. Teman Seperbimbingan Akademik: Esther, Aliya, Elfanni, Farah, Feni, Fajar, dan dyah. Terima kasih atas semua dukungan, bantuan dan informasinya selama ini.

16. Teman-teman Akuntansi 2011 Grace, Vianna, Bunda, Deri, Alif, Benni, Cinta, Ane, Sinta, Oci, Dinda, Laeina, Pina, Ayas, Nissa, Sherly, Sofa, Arum, Aul, Vito, Mba Jul, Oneng, Yoga,Yogi, Bily, Rachmad, Restu, Deni, Jaka,


(8)

Marce, Lisna, Maiza, Mory, Mitha, Sulis, Rika, Riris, Santi serta nama-nama lainnya yang tidak bisa disebut satu persatu, untuk saling memberi informasi dan menyemangati.

17. Sahabat KWH Tersayang : Mirani Elisabeth Siahaan, S.Par., Jayanti Novitasari, S.Ked., Rinta Wulandari, Amd.Kep., Syntia Cendana J, Nidya Dwirahma Putri, S.T., Rahma Dinda DP, S.A.B., dan Meilisa Hajriani, S.St.. Terima kasih untuk selalu mendoakan, memberikan nasihat, kasih sayang, canda tawa, dukungan yang tiada henti serta persahabatan dan persaudaraan yang terjalin sampai saat ini.

18. Teman-teman KKN Desa Taman Asri, Purbolinggo, Lampung Timur: Ade, Venta, Kiki, Mb daryanti, Nesi, Kak wahyu, Kak Erick, Kak Madi, terima kasi atas dukungannya.

19. Terima kasih kepada teman-teman SD, SMP, dan SMA semuanya.

20. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang, terima kasih atas izin dan kerjasama yang telah diberikan dalam pelaksanaan penelitian.

21. Terima kasih kepada seluruh staff administrasi di jurusan Akuntansi. 22. Terima kasih kepada senior dan junior di jurusan Akuntansi.

23. Teman-teman di Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah menorehkan cerita. 24. Almamater tercinta, Universitas Lampung.

Akhir kata, skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan yang dapat penulis utarakan semoga skripsi yang sederhana ini dapat memberikan manfaat dikemudian hari. Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2015 Penulis


(9)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan dan Batasan Masalah ... 5

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori ... 8

2.1.1 Pengertian Pajak ... 8

2.1.2 Fungsi Pajak ... 9

2.1.3 Wajib Pajak ... 9

2.1.4 Jenis Pajak ... 10

2.1.5 Sistem Pemungutan Pajak ... 11

2.1.6 Tarif Pajak ... 12

2.1.7 Surat Tagihan Pajak (STP) ... 14

2.1.8 Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) ... 14

2.1.9 Fungsi dan Sanksi Administrasi Surat Tagihan Pajak (STP) ... 17

2.1.10 Pelayanan Fiskus ... 17


(10)

ii

2.2. Penelitian Terdahulu ... 20

2.3 Kerangka Teoritis ... 21

2.4 Pengembangan Hipotesis ... 22

2.4.1 Pengaruh Penerbitan Surat Tagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan ... 22

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Data Penelitian ... 24

3.2. Populasi dan Sampel ... 24

3.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 25

3.4. Metode Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 26

3.4.1 Metode Analisis ... 26

3.4.2 Uji Hipotesis ... 28

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 30

4.2. Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 32

4.2.1 Uji Normalitas ... 32

4.2.2 Uji Heteroskedastisitas ... 35

4.2.3 Uji Autokorelasi ... 36

4.3 Hasil Pengujian Hipotesis ... 37

4.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 37

4.3.2 Uji Statistik t ... 38


(11)

iii

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 49 5.2. Keterbatasan dalam Penelitian ... 50 5.3. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Hasil Statistik Deskriptif ... 31

Tabel 2 : Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov Smirnov) ... 34

Tabel 3 : Hasil Uji Autokorelasi ... 36

Tabel 4 : Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 37

Tabel 5 : Hasil Uji Statistik t ... 38

Tabel 6 : Total Jumlah dan Nilai Surat Tagihan Pajak (STP PPh) serta Jumlah Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan Tahun 2012 ... 41

Tabel 7 : Hasil Perincian Total Jumlah STP, Jumlah Realisasi & Target Penerimaan Pajak per jenis pajak Tahun 2012 ... 42

Tabel 8 : Total Jumlah dan Nilai Surat Tagihan Pajak (STP PPh) serta Jumlah Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan Tahun 2013 ... 43

Tabel 9 : Perincian Total Jumlah STP, Jumlah Realisasi & Target Penerimaan Pajak per jenis pajak Tahun 2013 ... 44

Tabel 10 : Total Jumlah dan Nilai Surat Tagihan Pajak (STP PPh) serta Jumlah Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan Tahun 2014 ... 45

Tabel 11 : Perincian Total Jumlah STP, Jumlah Realisasi & Target Penerimaan Pajak per jenis pajak Tahun 2014 ... 46


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Kerangka Teoritis ... 22 Gambar 2 Hasil Uji Normalitas ... 33 Gambar 3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 35


(14)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian Lampiran 2 : Output SPSS


(15)

ANALISIS PENGARUH PENERBITAN SURAT TAGIHAN

PAJAK (STP) TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

PENGHASILAN PADA KPP PRATAMA TANJUNG KARANG

BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

FATMA AYU ANDINI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(16)

(17)

(18)

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Suatu Negara membutuhkan dana yang cukup untuk melakukan pembangunan infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk mendapatkan sumber dana , Negara Indonesia pasti mempunyai penerimaan negara guna merealisasi kebutuhan tersebut. Ada beberapa sumber penerimaan negara untuk mendapatkan dana, Salah satu penerimaan negara yang paling besar yaitu penerimaan negara yang dihasilkan dari membayar Pajak. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat

ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Soemitro dalam Waluyo, 2011). Namun menurut resmi (2011), Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin

dan “surplus”-nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama

untuk membiayai public investment.

Penerimaan Negara khususnya yang berasal dari pajak akan digunakan untuk APBN yang telah disusun. Pada tahun 2012 realisasi penerimaan negara sebesar Rp.1.332.323.000.000.000 sedang penerimaan pajak Rp.980.518.000.000.000


(20)

2

dengan persentase perbandingan keduannya 73,59% berasal dari pajak, pada tahun 2013 realisasi penerimaan negara sebesar Rp.1.497.521.000.000.000 sedang penerimaan pajak sebesar Rp.1.148.365.000.000.000 dengan persentase 76,68% berasal dari pajak dan pada tahun 2014 realisasi penerimaan negara sebesar Rp.1.661.148.000.000.000 sedang penerimaan pajak sebesar

Rp.1.310.219.000.000.000 dengan persentase 78,87% berasal dari pajak (www.bps.go.id). Dari data diatas menjelaskan bahwa penerimaan pajak dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dan penerimaan pajak menjadi sumber yang berperan penting dalam merealisasikan penerimaan negara yang dibutuhkan, namun dari 3 tahun tersebut penerimaan pajak untuk APBN tidak mencapai target yang diinginkan, seperti pada tahun 2014 sebesar 78,87% realisasi penerimaan negara tersebut berasal dari penerimaan pajak dengan target yang harus tercapai sebenarnya dari penerimaan pajak untuk APBN yaitu sebesar 80%. Untuk

merealisasikan penerimaan negara yang sesuai target yang diinginkan, maka harus ada usaha yang dilakukan oleh pemerintah, khususnya dalam bidang perpajakan. Khusus dalam bidang perpajakan karena pajak merupakan sumber dana terbesar dalam mengisi penerimaan kas negara. Direktorat Jendral Pajak (DJP) adalah direktorat jendral dibawah kementrian keuangan Indonesia yang bertugas dalam melaksanakan kebijakan dalam bidang perpajakan. DJP dalam mengoptimalkan penerimaan pajak membuat kebijakan bahwa Setiap masyarakat yang sudah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan maka wajib mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). NPWP diberikan bagi wajib pajak yang memenuhi persyaratan untuk kemudahan dalam melakukan administrasi perpajakan. Wajib


(21)

3

Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban

perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu (Mardiasmo, 2008). Wajib Pajak memiliki peranan penting dalam merealisasikan penerimaan pajak yang diinginkan, dengan melakukan pemungutan/pemotongan pajak kepada wajib pajak. Sistem pemungutan pajak yang pada saat itu Official Assessment System setelah reformasi perpajakan (tax reform) berubah menjadi Self

Assessment System yang mengharuskan wajib pajak untuk secara proaktif menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak sendiri, menuntut semua pihak (termasuk Pemungut/Pemotong Pajak) untuk mampu memahami dan

mengaplikasikan setiap peraturan perpajakan secara aktif (Resmi, 2011).

Begitu juga bagi KPP Pratama Tanjung Karang Bandar Lampung dengan sistem self assessment system mengharapkan wajib pajak dapat menghitung,

memperhitungkan, menyetor dan melaporkan pajak dengan tepat waktu. KPP Pratama Tanjung Karang pada tahun 2014 yang memiliki data wajib pajak orang pribadi terdaftar sebanyak 46.034 sedangkan untuk wajib pajak badan terdaftar sebanyak 2.996. Wajib pajak terdaftar tersebut mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Dengan peningkatan tersebut diharapkan wajib pajak dapat

menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan pajak yang harus dibayar dengan benar dan tepat waktu. Namun pada kenyataannya masih ada beberapa wajib pajak tidak melaporkan dengan benar, sehingga menyebabkan petugas pajak melakukan tindakan pengawasan akan hal tersebut dengan

penelitian dan pemeriksaan. Dalam melakukan penelitian dan pemeriksaan apabila terdapat wajib pajak yang melakukan kesalahan, maka akan diterbitkan ketetapan


(22)

4

pajak. Dengan ketetapan pajak tersebut diterbitkan beberapa surat seperti surat tagihan pajak (stp) dan surat ketetapan pajak. Dalam Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang nomor 16 tahun 2009, pada pasal 1 ayat 20 menjelaskan bahwa Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda. Pada pasal 14 ayat 1 UU KUP Nomor 16 tahun 2009 juga menjelaskan penerbitan surat tagihan pajak, dan banyak juga pasal lainnya yang terkait dengan penerbitan surat tagihan pajak tersebut. Surat Tagihan Pajak (STP) yang diberikan untuk wajib pajak yang melakukan keterlambatan penyetoran spt, keterlambatan penyampaian spt sehingga menyebabkan utang pajak yang harus dibayar lebih besar dan lain-lain. Pada KPP Pratama Tanjung Karang misalnya dilakukan penerbitan surat tagihan pajak (stp) untuk Wajib Pajak Orang pribadi dan badan yang melakukan pelanggaran. Dengan penerbitan paling banyak dari pajak penghasilan. Untuk jumlah penerbitan stp pajak penghasilan selama tahun 2012-2014 sebagai berikut pada pph final dan fiskal luar negeri diterbitkan sebanyak 28 lembar stp, pph pasal 21 diterbitkan sebanyak 251 lembar stp, pph pasal 22 diterbitkan sebanyak 3, pph pasal 23 diterbitkan sebanyak 16 lembar stp, pph pasal 25/29 Badan diterbitkan sebanyak 203 lembar stp, dan untuk pph pasal 25/29 Orang Pribadi diterbitkan sebanyak 45 lembar stp. dengan nominal keseluruhan tunggakan awal dari pajak penghasilan yang harus dibayar dari penerbitan STP sebesar Rp.1.280.902.394. Dengan penerbitan STP tersebut diharapkan wajib pajak akan membayar tunggakan pajak sehingga dapat memenuhi target penerimaan pajak pada KPP Pratama Tanjung Karang yang


(23)

5

seharusnya. Dengan penjelasan diatas maka akan menguji adakah surat tagihan pajak tersebut mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan khususnya pada KPP Pratama Tanjung Karang. Menurut Vegirawati (2011), Menguji Hubungan antara penerbitan Surat Tagihan Pajak dengan penerimaan pajak pada KPP Pratama Ilir Timur Palembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan

korelasional negatif yang signifikan antara penerbitan surat tagihan pajak dengan penerimaan pajak. Maka penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali

berpengaruh tidak nya surat tagihan pajak tersebut dan seberapa besar

pengaruhnya terhadap penerimaan pajak penghasilan pada KPP Pratama Tanjung Karang, Bandar Lampung. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini diberi

judul “Analisis Pengaruh Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Terhadap

Penerimaan Pajak Penghasilan Pada KPP Pratama Tanjung Karang Bandar Lampung.”

1.2. Perumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan Uraian latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian, yaitu :

- Adakah pengaruh penerbitan surat tagihan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan pada kpp pratama tanjung karang bandar lampung?

Untuk memfokuskan penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruang lingkup dan arah yang jelas, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut:


(24)

6

1. Pengukuran dalam penelitian ini adalah penerbitan Surat Tagihan Pajak selama tahun 2012- 2014. Dan penerimaan pajak penghasilan selama tahun 2012-2014.

2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah wajib pajak badan dan orang pribadi yang pernah diterbitkan surat tagihan pajak pada KPP Pratama Tanjung Karang Bandar Lampung.

1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan Uraian Latar belakang yang dijelaskan diatas, maka tujuan dari penelitian ini, yaitu :

- Untuk mengetahui pengaruh penerbitan surat tagihan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan pada KPP Pratama Tanjung Karang Bandar Lampung.

Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagi Akademisi

- Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam bidang perpajakan khususnya tentang Surat Tagihan Pajak (STP) dan penerimaan pajak penghasilan.

- Hasil penelitian bisa digunakan sebagai bahan dan masukan dalam melakukan penelitian pada bidang yang sejenis, sehingga dapat menjadi referensi dan memudahkan dalam penelitian.


(25)

7

2. Bagi Praktisi

- Bagi Pemerintah khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang Bandar Lampung, penelitian ini menjadi bahan evaluasi dalam hal ini yaitu tentang pengaruh penerbitan surat tagihan pajak terhadap


(26)

BAB II

KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak

Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan kehidupan suatu negara. Dalam Undang-undang no.6 tahun 1983 tentang

“ketentuan umum dan tata cara perpajakan” sebagaimana telah diubah terakhir

dengan undang-undang no. 16 tahun 2009 menjelaskan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Menurut Undang-undang. Begitu juga pendapat menurut Soemitro dalam Waluyo (2011), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada

mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Membayar pajak harus dilakukan oleh setiap wajib pajak tanpa terkecuali, karena dengan membayar pajak akan memudahkan negara dalam mengelolah kebutuhan negara. Namun, bagi wajib pajak yang melakukan beberapa pelanggaran dalam menyetorkan, melaporkan


(27)

9

pajak terutang dan lain-lain yang dapat menyebabkan tidak tercapainya target penerimaan pajak, maka petugas pajak akan melakukan pengawasan dengan tindakan penelitian dan pemeriksaan, dengan adanya pengawasan diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan administrasi perpajakan sehingga tercapainya target penerimaan pajak. Pajak menjadi sangat penting untuk kemakmuran masyarakat diseluruh dunia khususnya masyarakat indonesia.

2.1.2 Fungsi Pajak

Menurut Waluyo (2011;6), terlihat adanya dua fungsi pajak yaitu sebagai berikut: 1. Fungsi Penerimaan (Budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengerluaran pemerintah.

2. Fungsi Mengatur (Reguler)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan ekonomi.

2.1.3 Wajib Pajak

Sebagaimana telah dijelaskan dalam Undang-Undang No. 16 tahun 2009 perubahan terakhir dari Undang-Undang No.6 tahun 1983 tentang “Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan”, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan,

meliputi pembayar pajak, pemotong pajak,dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dalam UU KUP No.16 tahun 2009 pasal 1 ayat 3


(28)

10

kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. Semua wajib pajak orang pribadi maupun badan harus melaksanakan kewajiban nya untuk membayar pajak.

2.1.4 Jenis Pajak

Menurut Resmi (2011;7) ada tiga jenis pengelompokan sebagai berikut: 1. Menurut Golongan

Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Pajak Langsung, pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain.

b. Pajak Tidak Langsung, pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.

2. Menurut Sifat

Pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Pajak Subjektif, pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan subjeknya. b. Pajak Objektif, pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya berupa


(29)

11

kewajiban pajak, tanpa memerhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajib Pajak) maupun tempat tinggal.

3. Menurut Lembaga Pemungut Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Pajak Negara (Pajak Pusat), pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya.

b. Pajak Daerah, pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah maring-masing.

2.1.5 Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Resmi (2011;11) sistem pemungutan pajak dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a. Official Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem Official Assessment System, aparatur perpajakan memegang peranan yang sangat penting dalam perpajakan, karena aparatur perpajakan membantu wajib pajak dalam menghitung pajak terutang nya.

b. Self Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.


(30)

12

Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada ditangan Wajib Pajak. Wajib Pajak dianggap mampu menghitung pajak, mampu memahami undang-undang perpajakan yang sedang berlaku, dan mempunyai kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu, WP diberi kepercayaan untuk:

1. Menghitung sendiri pajak yang terutang. 2. Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang. 3. Membayar sendiri jumlah pajak yang terutang. 4. Melaporkan sendiri jumah pajak yang terutang. 5. Mempertanggungjawabkan pajak yang teutang. c. With Holding System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan, keputusan presiden, dan peraturan lainnya untuk memotong dan memungut pajak, menyetor dan mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk.

2.1.6 Tarif Pajak

Menurut Waluyo (2011;121) berdasarkan ketentuan Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan, besarnya tarif Pajak Penghasilan yang diterapkan atas


(31)

13

Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan Wajib Pajak Luar Negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia, sebagai berikut.

1. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri :

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5% Di atas Rp 50.000.000,00 sampai dengan Rp

250.000.000,00

15%

Di atas Rp 250.000.000,00 sampai dengan Rp 500.000.000,00

25%

Diatas Rp 500.000.000,00 30%

2. Untuk Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan bentuk usaha tetap ditetapkan dengan tarif 28% (dua puluh delapan persen). Tarif tersebut menjadi 25% (dua puluh lima persen) mulai berlaku sejak pajak 2010. Dan khusus wajib pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan

Rp.50.000.000.000 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp, 4.800.000.000 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).

Tarif diatas merupakan tarif pajak yang berlaku sampai dengan saat ini sehingga untuk perhitungannya wajib pajak orang pribadi maupun badan melakukan sesuai


(32)

14

dengan perhitungan terhadap tarif-tarif yang sudah diatur dan ditentukan dalam penjelasan diatas, yang juga sesuai dengan Undang-Undang perpajakan.

2.1.7 Surat Tagihan Pajak (STP)

Perpajakan di indonesia memiliki ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang sudah di atur dalam Undang-undang no.6 tahun 1983 tentang “ketentuan umum

dan tata cara perpajakan” sebagaimana telah diubah dengan undang-undang

nomor 16 tahun 2009. Dalam Undang-undang tersebut dijelaskan berbagai

penjelasan tentang perpajakan, termasuk Surat Tagihan Pajak (STP). Pada pasal 1 ayat 20 dijelaskan dalam Undang-undang tersebut, bahwa Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/ atau sanksi administrasi berupa bunga /atau denda. Berdasarkan penjelasan diatas surat tagihan pajak berarti tindakan yang dilakukan pihak perpajakan untuk menagih pajak dan sanksi administrasi berupa bunga atau denda yang diberikan kepada wajib pajak, agar segera membayar pajak yang ditagih tersebut secepatnya. Surat Tagihan pajak merupakan tindakan penagihan pajak. Menurut Wijoyanti (2010), Pelaksanaan penagihan pajak yang tegas, konsisten dan konsekuen diharapkan akan dapat membawapengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan utang pajaknya.

2.1.8 Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)

Menurut Undang-Undang No.6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan diubah terakhir dengan Undang-Undang No.16 tahun 2009 dalam pasal 14 ayat (1) menjelaskan Surat Tagihan Pajak (STP) dikeluarkan apabila :


(33)

15

a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;

b. Dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung;

c. Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga; d. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi

tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu;

e. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak mengisi faktur pajak secara lengkap (selain: identitas pembeli, nama, dan tanda tangan);

f. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak; atau

g. Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan

pengembalian pajak Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6a) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan

perubahannya.

Sebagaimana dijelaskan pada uraian diatas, Surat Tagihan Pajak tidak diterbitkan secara sembarangan kepada wajib pajak, Surat Tagihan Pajak di berikan hanya kepada wajib pajak yang mengalami permasalahan, seperti melanggar peraturan yang sudah diatur dalam undang-undang KUP nomor 16 tahun 2009, selain diatur pada pasal 14 ayat (1) tentang penerbitan surat tagihan pajak, pasal-pasal lainnya juga terkait akan penerbitan surat tagihan pajak tersebut. Adapun pasal yang terkait akan penerbitan surat tagihan pajak dalam UU KUP nomor 16 tahun 2009 yaitu :


(34)

16

a. pasal 7: keterlambatan penyampaian SPT yang sudah lewat jatuh tempo dan jangka waktu perpanjangan sesuai yang diatur pada pasal 3 ayat (3) dan pasal 3 ayat (4), dimana jatuh tempo untuk SPT tahunan wajib pajak badan paling lama 4 (empat) bulan setelah berakhir nya tahun pajak dan apabila dilakukan perpanjangan paling lama 2 bulan, yang dikenakan sanksi berupa denda untuk spt tahunan badan sebesar Rp. 1.000.000. Dan jatuh tempo untuk SPT masa paling lama 20 (dua puluh) hari setelah berakhirnya akhir masa pajak, yang dikenakan sanksi berupa denda sebesar Rp.100.000

b. pasal 8 ayat (2) : Pembetulan sendiri SPT tahunan yang menyebabkan utang pajak menjadi lebih besar, akan dikenakan sanksi berupa bunga sebesar 2%.

c. pasal 8 ayat (2a) : Pembetulan sendiri SPT masa yang menyebabkan utang pajak menjadi lebih besar, akan dikenakan sanksi berupa bunga sebesar 2%.

d. pasal 9 ayat (2a) : Keterlambatan pembayaran dan penyetoran masa pajak, yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo dengan jatuh tempo tersebut paling lama 15 (lima belas) setelah berakhirnya masa pajak, dikenakan sanksi berupa bunga sebesar 2%.

e. pasal 9 ayat (2b) : Keterlambatan pembayaran dan penyetoran tahunan pajak yang dilakukan setelah lewat jatuh tempo penyampaian SPT tahunan berakhir, dikenakan sanksi berupa bunga sebesar 2%.

f. pasal 19 (2) : Wajib pajak mengangsur dan menunda pembayaran pajak akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%.


(35)

17

2.1.9 Fungsi dan Sanksi Administrasi Surat Tagihan Pajak (STP) Fungsi STP :

a. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT Wajib Pajak.

b. Sarana mengenakan sanksi administrasi berupa bunga atau denda. c. Alat untuk menagih pajak.

Sanksi Administrasi STP :

a. Jumlah kekurangan pajak yang terutang ditambah dengan sanksi

administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) perbulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Tagihan Pajak.

b. Terhadap pengusaha atau pengusaha kena pajak, selain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) dasi Dasar Pengenaan Pajak.

c. Terhadap pengusaha kena pajak dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan dari jumlah pajak yang ditagih kembali, dihitung dari tanggal penerbitan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak sampai dengan tanggal penerbitan Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung 1 (satu) bulan.

2.1.10 Kekuatan Hukum Surat Tagihan Pajak (STP)

Dalam Mardiasmo (2008; 44) menjelaskan bahwa STP (Surat Tagihan Pajak) mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat ketetapan pajak, sehingga


(36)

18

dalam hal penagihannya dapat juga dilakukan dengan Surat Paksa. Maka ketika Wajib Pajak baik orang pribadi maupun badan dinyatakan melakukan kesalahan seperti (kurang bayar, terlambat menyetor SPT, salah tulis dan lain-lain) sehingga diberikan Surat Tagihan Pajak (STP) dengan maksud menagih pajak dan atau bunga yang harus dibayar. Wajib pajak diberikan waktu sampai dengan 30 hari untuk melunasi pembayaran pajak yang tidak atau kurang bayar dan bunga yang di kenakan sebesar 2%. Namun ketika wajib pajak setelah lewat 7 hari dari waktu jatuh tempo belum melunasi nya, maka akan dilakukan pemberian surat teguran dengan maksud menegur wajib pajak akan utang yang belum dilunasinya. Dan setelah di beri surat teguran, namun wajib pajak belum juga melunasi maka setelah 21 hari dari penerbitan surat teguran, dikeluarkanlah surat paksa, yang bertindak memaksa wajib pajak untuk melunasi utang pajak secara langsung dalam jangka waktu jatuh tempo 2x24 jam dari diberikannya surat paksa tersebut, Surat Paksa yang diatur dalam undang-undang no.19 tahun 2000 sebagaimana perubahan undang-undang no.19 tahun 1997 tentang penagihan pajak dengan surat paksa. Surat perintah penyitaan dan pelelangan dapat dilakukan apabila wajib pajak benar-benar tidak melunasi utang pajak yang dikenakan, sehingga dilakukan tindakan penyitaan atas barang yang tersangkut pajak tersebut dan melelangnya.

2.1.11 Penerimaan Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan sebagaimana telah diatur dalam Undang-undang No.7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang No. 36 Tahun 2008. Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam


(37)

19

suatu tahun pajak (Resmi, 2011). Subjek pajak dalam negeri akan menjadi wajib pajak apabila sudah mempunyai penghasilan, baik dalam bentuk usaha maupun penghasilan tetap. Sebagimana telah dijelaskan pengertian pajak penghasilan tersebut, maka penerimaan pajak penghasilan dilakukan terhadap subjek pajak yang bersangkutan. Dalam Undang-Undang yang menjadi No.7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang No. 36 Tahun 2008, yang menjadi subjek pajak adalah

a. Orang Pribadi dan warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan yang menggantikan yang berhak.

b. Badan, dan

c. Bentuk usaha tetap.

Sedangkan yang menjadi objek pajak adalah penghasilan. Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun. Maka penerimaan pajak penghasilan sangat diperhatikan, ketika subjek pajak yaitu wajib pajak dapat membayar pajak dari penghasilan yang diperolehnya dengan baik, maka penerimaan pajak akan menjadi membaik juga. Beberapa jenis-jenis pajak penghasilan menurut Resmi (2011), yaitu:

1. PPh Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri.


(38)

20

2. PPh pasal 22 merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara lain, berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha dibidang lainnya.

3. PPh pasal 23 merupakan pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri (orang pribadi maupun badan), dan bentuk usaha tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yg dipotong pph pasal 21.

4. PPh pasal 24 merupakan pajak yang dibayar atau terutang diluar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri.

5. PPh pasal 25 merupakan angsuran PPh yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan.

6. PPh Pasal 26 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri. 7. PPh pasal 28, PPh pasal 29, PPh pasal 4 ayat (2) dan lain-lain.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penellitian terdahulu yang membahas tentang Surat Tagihan Pajak sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Dan menghasilkan jawaban yang beragam dalam penelitian yang sudah dilakukan. Adapun penelitian terdahulu, yaitu :


(39)

21

 Vegirawati (2011), Menguji Hubungan antara penerbitan Surat Tagihan Pajak dengan penerimaan pajak pada KPP Pratama Ilir Timur Palembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan korelasional negatif yang signifikan antara penerbitan surat tagihan pajak dengan penerimaan pajak.

 Nursanti (2013), Menguji Pengaruh self assessment system dan surat tagihan pajak terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai pada KPP Pratama Surabaya Gubeng. Hasil penelitian variabel PKP, SPT Masa PPN, SSP PPN dan STP PPN secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel PPN ; variabel PKP, SSP PPN dan STP PPN yang memiliki pengaruh terhadap variabel dependen PPN kecuali varibel SPT Masa PPN dan variabel yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap

penerimaan PPN adalah variabel PKP.

 Agustina (2014), Menguji Pengaruh tingkat kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan spt masa dan pemeriksaan pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak dikantor pelayanan pajak metro. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa baik secara simultan maupun parsial spt masa dan pemeriksaan pajak yang diukur salah satu nya dengan STP berpengaruh positif signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak.

2.3 Kerangka Teoritis

Penelitian yang dilakukan akan membahas tentang penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) terhadap penerimaan pajak penghasilan, Berdasarkan uraian diatas maka kerangka teoritis dapat digambarkan sebagai berikut:


(40)

22

Gambar 1 : kerangka teoritis

2.4 Pengembangan Hipotesis Penelitian

2.4.1 Pengaruh Penerbitan Surat Tagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan

Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa denda/bunga. STP diterbitkan kepada wajib pajak yang melakukan suatu pelanggaran yang menyebabkan utang pajak yang harus dibayar bertambah. Yang pelanggaran tersebut mengakibatkan adanya kekurangan dalam penerimaan pajak. Sehingga dengan Surat Tagihan Pajak yang diterbitkan untuk wajib pajak badan dan orang pribadi merupakan langkah awal yang dapat diambil untuk melakukan tagihan Pajak, Karena surat tagihan pajak merupakan suatu

Pengaruh Penerbitan STP (X)

terhadap Penerimaan Pajak

Penghasilan (Y) Pengawasan

Pajak

Pelanggaran pajak yang dilakukan Wajib Pajak terkait UU KUP no 16 tahun 2009 yaitu Pasal 7, Pasal 8 ayat (2), Pasal 8 ayat

(2a), pasal 9 ayat (2a), pasal 9 ayat (2b), pasal 14 dan pasal 19.

Pajak kurang bayar, tidak setor /lapor,terlambat setor/lapor, dll

Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)

Penerimaan Pajak Penghasilan


(41)

23

upaya yang dilakukan aparatur pajak agar wajib pajak segera dapat melunasi utang pajak yang seharusnya dibayar, sehingga dapat mempengaruhi peningkatan penerimaan pajak penghasilan yang sebenarnya. Dari uraian diatas maka hipotesis yang akan di uji oleh peneliti yaitu :

Hipotesis 0 (H0) : Penerbitan surat tagihan pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan.

Hipotesis 1 (H1) : Penerbitan surat tagihan pajak berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan.


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Data Penelitian

Jenis data dalam penelitian merupakan data sekunder, yaitu sumber data penelitian yang diperoleh dari penelitian secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) (Indriantoro dan Supomo, 2012). Data Sekunder biasanya berupa catatan, laporan historis, dan bukti-bukti tertentu. Data Sekunder tersebut di peroleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang, berupa laporan yang berupa data-data yang berkaitan dengan Surat Tagihan Pajak dan penerimaan pajak penghasilan.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang, Bandar Lampung.

Metode Pemilihan Sampel, yang mana sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi (Sugiyono, 2011) yaitu dengan menggunakan Purposive Sampling dengan sampel berdasarkan pertimbangan (Judgment


(43)

25

yaitu Dengan kriteria pengambilan sampel hanya pada Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan yang diterbitkan Surat Tagihan Pajak oleh KPP Pratama Tanjung Karang untuk periode waktu Januari 2012- Desember 2014. Data yang diambil dari laporan seksi pengolahan data dan informasi, yang bersangkutan dengan Surat Tagihan Pajak dan penerimaan pajak penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang, Bandar Lampung untuk tahun 2012-2014.

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian yang dilakukan tentang pengaruh Surat Tagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan. Maka terdapat satu Variabel Independen yaitu Surat Tagihan Pajak, dan terdapat satu Variabel Dependen yaitu Penerimaan Pajak Penghasilan, Sebagai berikut:

1. Variabel Independen (X)

Variabel independen pada penelitian ini adalah Surat Tagihan Pajak. Laporan hasil pengawasan yang dilakukan petugas pajak menjadi dasar diterbitkan nya Surat Tagihan Pajak, karena terdapat pelanggaran yang dilakukan Wajib Pajak baik orang pribadi maupun badan terhadap perundang-undangan perpajakan yang menyebabkan pajak yang harus dibayar menjadi lebih besar, atau adanya

kekurangan pembayaran pajak. Vegirawari (2011) dalam penelitian nya mengukur penerbitan surat tagihan pajak (STP) dari jumlah STP PPh dan PPN yang

diterbitkan. Sehingga dalam penelitian ini pengukuran yang digunakan penulis dengan menggunakan Jumlah STP PPh yang diterbitkan oleh KPP Pratama Tanjung Karang dalam periode waktu mulai Januari 2012- Desember 2014.


(44)

26

2. Variabel Dependen (Y)

Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Pajak Penghasilan. Pajak

Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak. Menurut Suhendra dalam Agustina (2014) peningkatan penerimaan pajak dapat diukur berdasarkan besarnya pajak penghasilan yang terealisasi yang merupakan skala rasio. Sehingga dalam penelitian ini variabel dependen diukur dari jumlah realisasi penerimaan pajak penghasilan untuk periode waktu Januari 2012 – desember 2014.

3.4 Metode Analisis Data dan Uji Hipotesis 3.4.1 Metode Analisis Data

1. Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas. Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Seperti yang diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik tidak akan valid untuk jumlah sampel yang kecil. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Sedangkan uji statistik sederhana


(45)

27

dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (Ghozali, 2013).

Uji Heteroskedestisitas. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain adalah tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterosledastisitas. Model regresi yang baik tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini dapat dideteksi jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian

menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas, jika tidak ada pola yang jelas dan titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).

Uji Autokorelasi. Apabila terjadi gejala korelasi, akan mengakibatkan varian residual (error term) akan diperoleh lebih rendah dari pada seharusnya yang mengakibatkan R2menjadi lebih tinggi daripada seharusnya, dan pengujian hipotesis dengan t-test dan f-test akan

menyesatkan. Untuk menguji hasil-hasil estimasi model regresi tersebut tidak mengandung korelasi serial diantara disturbance term-nya, maka dipergunakan Durbin Watson Statistic. Pengujian Durbin dilakukan dengan menggunakan nilai Durbin Watson dari hasil estimasi. Menurut Durbin Watson, besarnya koefisien Durbin adalah antara 0-4. Jika dU <


(46)

28

d < 4-dU Maka dapat dikatakan tidak ada autokorelasi, positif atau

negatif. (Ghozali, 2013)

2. Analisis Regresi Sederhana

Analisis dalam penelitian ini dengan menggunakan Analisis Regresi Sederhana , Analisis ini digunakan untuk menguji pengaruh dua variabel yaitu Variabel Independen (X) terhadap Variabel Dependen (Y). Dengan variabel yang mempengaruhi Surat Tagihan Pajak, jadi dipilih pengukuran Regresi Sederhana yang dirumuskan sebagai berikut:

Y = α + βX + ε Dimana,

Y = Penerimaan Pajak Penghasilan

α = Konstanta

β = Koefisien Regresi X = Surat Tagihan Pajak

Ε = eror

3.4.2 Uji Hipotesis

1. Uji Signifikansi Parameterer Individual (Uji statistik t), Uji ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat). Dengan melakukan analisis data dengan regresi sederhana terlebih dahulu, setelah itu Uji t-test dapat diukur. Uji t-test ini dapat diambil dasar keputusannya dengan:


(47)

29

a. Jika t hitung < t tabel dengan probabilitas signifikan > 0,05 maka H0

diterima Ha ditolak.

b. Jika t hitung > t tabel dengan probabilitas signifikan < 0,05 maka H0

ditolak Ha diterima.

2. Uji Koefisien Determinan (R2 )

Dalam analisis regresi sederhana, maka perlu dilakukan Uji Koefisien Determinan untuk menguji kesesuaian garis regresi sederhana dengan data. Koefisien ini digunakan untuk menghitung seberapa besar persentase variabel independen (bebas) yang digunakan dalam penelitian mampu menjelaskan variabel dependen (terikat). Adapun nilai koefisien determinan yaitu antara 0 sampai 1, semakin mendekati 0 koefisien determinan yang diukur dari regresi maka variabel independen (bebas) akan semakin kecil mempengaruhi variabel dependen (terikat), begitu juga sebaliknya semakin mendekati 1 koefisien determinan yang diukur dari regresi mana variabel independen (bebas) akan semakin besar mempengaruhi variabel dependen (terikat).


(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang

mengukur pengaruh antara dua variabel yaitu surat tagihan pajak sebagai variabel independen dan penerimaan pajak penghasilan sebagai variabel dependen. Hasil penelitian dan pembahasan meliputi statistik deskriptif variabel penelitian, uji asumsi klasik, analisis regresi sederhana, uji hipotesis dan pembahasan.

4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Dalam Penelitian data yang digunakan berupa data sekunder yang bersumber langsung dari KPP Pratama Tanjung Karang Bandar Lampung yaitu berupa data jumlah surat tagihan pajak (stp) pajak penghasilan dan realisasi penerimaan pajak penghasilan untuk periode waktu Januari 2012 sampai dengan Desember 2014. Dengan Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian yaitu analisis deskriptif. Statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan informasi mengenai gambaran atau deskripsi variabel-variabel dalam penelitian, antara lain nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi. Berikut ini merupakan tabel statistik deskriptif masing-masing veriabel penelitian.


(49)

31

Tabel 1. Hasil Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif N Minimum Maksimu

m

Rata-rata Std. Deviation

STP 36 ,00 125,00 15,4167 25,40571

PenerimaanPPH 36 15336,00 77614,00 28680,22 13733,33 Valid N

(listwise)

36

Pada Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa :

1. Variabel Independen yaitu Surat Tagihan Pajak yang diukur dari jumlah Surat Tagihan Pajak (stp) Pajak Penghasilan yang diterbitkan memiliki nilai minimum sebesar 0,00 ( yaitu 0 lembar stp pph yang diterbitkan) dan nilai maksimum sebesar 125,00 (yaitu 125 lembar stp pph yang

diterbitkan) berarti yang tertinggi surat tagihan pajak di terbitkan sebanyak 125 lembar, dengan rata-rata surat tagihan pajak pph sebesar 15,4167 serta standar deviasi sebesar 25,40571.

2. Variabel Dependen yaitu Penerimaan Pajak Penghasilan yang diukur dari realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan yang memiliki nilai minimum sebesar 15336,00 yang berarti selama 36 bulan penerimaan pajak penghasilan terendah sebesar Rp. 15.336.010.435 dan nilai maksimum sebesar 77614,00 yang berarti selama 36 bulan penerimaan pajak

penghasilan tertinggi sebesar Rp. 77.614.310.718 dengan rata-rata sebesar 28680,22 serta standar standar deviasi sebesar 13733,33.


(50)

32

4.2 Hasil Pengujian Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan sebelum melakukan uji analisis regresi sederhana untuk mengetahui kenormalan data yang ada. Uji Asumsi Klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji

autokorelasi dengan menggunakan Software SPSS 21.

4.2.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal dalam model regresi tersebut. Uji normalitas dilakukan dengan meggunakan grafik histogram dan normal probability plot dimana dilakukan pebandingan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Dalam uji normalitas ini dilakukan pula One-Sample

Kolmogorov Smirnov dengan tingkat signifikansi 0,05. Asumsi normal dapat terpenuhi apabila probabilitas asymp sig (2-tailed) standardize residual model regresi di atas 0,05 maka data yang ada memenuhi uji normalitas, dan apabila probabilitas asymp sig (2-tailed) standardize residual model regresi di bawah 0,05 maka tidak memenuhi uji normalitas. Normalitas dapat diketahui dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal pada grafik, dengan pernyataan:

1. Jika data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data (titik) menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.


(51)

33


(52)

34

Dari Gambar 2. grafik histogram tampak bahwa residual terdistribusi secara normal dan berbentuk simetris tidak menceng kekanan atau kekiri, bahwa grafik berbentuk lonceng. Pada grafik normal probility plot titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi secara

normal.

Untuk selanjutnya dilakukan uji One-Sample Kolmogorov Smirnov yang apabila probabilitas asymp sig (2-tailed) standardize residual model regresi > 0,05 maka data terdistribusi normal, dan apabila probabilitas asymp sig (2-tailed) standardize residual model regresi < 0,05 maka data tidak terdistribusi normal.

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov Smirnov)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized

Residual

N 36

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation

,11828403

Most Extreme Differences

Absolute ,107

Positive ,107

Negative -,062

Kolmogorov-Smirnov Z ,645

Asymp. Sig. (2-tailed) ,800 a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Berdasarkan hasil tabel 2 uji Kolmogorov Smirnov nilai sebesar 0,645 dengan probabilitas asymp sig (2-tailed) standardize residual sebesar 0,800 yang

menyatakan nilai ini lebih besar dari 0,05 (>0,05) maka dapat di simpulkan bahwa data terdistribusi normal.


(53)

35

4.2.2 Uji heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Apabila varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskesdatisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Dalam model regresi yang baik adalah yang Homoskesdatisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Dengan dasar analisis:

1. Apabila terdapat pola tertentu seperti titik-titik membentuk pola tertentu yang teratur maka mengindikasikan telah terjadi Heteroskedastisitas. 2. Apabila tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan

dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Dari Gambar 3. hasil uji heteroskedastisitas diatas grafik Scatterplot diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah


(54)

36

angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

4.2.3 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1. Jika terdapat korelasi antar periode tersebut, maka ada permasalahan autokorelasi. Pada penelitian ini uji autokorelasi digunakan dengan Durbin Watson (DW Test).

Tabel 3. Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model Durbin-Watson

1 1,971

a. Predictors: (Constant), STP

b. Dependent Variable: PenerimaanPPH

Berdasarkan tabel 3 diatas diketahui bahwa Durbin Watson (D-W) sebesar 1,971 dengan jumlah sampel sebanyak 36 dan 1 variabel independen (n=36 dan k=1), dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05 diperoleh batas dL=1,411 dan batas

dU=1,525. Karena nilai DW 1,971 lebih besar dari nilai dU dan kurang dari 4- dU

(4-1,525=2,475) , maka dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi positif atau autokorelasi negatif, yang berarti tidak terdapat gejala autokorelasi.


(55)

37

4.3 Hasil Pengujian Hipotesis 4.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji Koefisien Determinasi digunakan dalam mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 yang kecil

mengindikasikan keterbatasan variabel independen untuk menjelaskan variabel dependen, untuk nilai R2 yang mendekati satu mengindikasikan variabel independen memberikan hampir semua variabel dalam menjelaskan variabel dependen.

Tabel 4. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 ,689a ,475 ,460 ,12001

a. Predictors: (Constant), STP

b. Dependent Variable: PenerimaanPPH

Berdasarkan pada tabel 4 diatas bahwa besarnya nilai adjusted R square sebesar 0,460 atau 46 %. Hal ini berarti variabilitas variabel independen dalam penelitian ini, yaitu Surat Tagihan Pajak yang diukur dari Surat tagihan pajak pajak

penghasilan (stp pph) dapat menjelaskan variabel dependennya, yaitu penerimaan pajak penghasilan sebesar 46 %. Sedangkan sisanya sebesar 54 % dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.


(56)

38

4.3.2 Uji Statistik t

Uji Statistik t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh antar variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel

dependen. Pengujian dilakukan dengan membandingkan tingkat signifikansi 0,05, juga dengan membandingkan nilai t hitung (hasil perhitungan) dengan nilai t tabel, jika t hitung > t tabel maka Ha diterima.

Tabel 5. Hasil Uji Statistik t

Coefficientsa Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 4,230 ,040 105,317 ,000

STP ,217 ,039 ,689 5,546 ,000

a. Dependent Variable: PenerimaanPPH

Berdasarkan hasil tabel 5 diatas bahwa variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu surat tagihan pajak memiliki nilai signifikansi sebesar 0.000 yang nilai ini kurang dari signifikansi 0,05 yang berarti variabel surat tagihan pajak tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan. Jumlah sampel sebanyak 36 sampel dan 1 variabel independen dengan taraf signifikansi 0,05 pengujian satu arah, maka didapat t tabel sebesar 1,688.

Untuk variabel Surat Tagihan Pajak yang memiliki nilai t hitung sebesar 5,546 yang berarti lebih besar dari t tabel yang hanya sebesar 1,688 dengan nilai signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 serta nilai beta positif sebesar 0,217 maka dapat disimpulkan Hipotesis 1 (H1) Diterima dan Hipotesis 0 (H0) ditolak.


(57)

39

Maka di dapat persamaan matematis sebagai berikut:

Y= 4,230 + 0,217 X+ e

Dari persamaan matematis tersebut dapat dijelaskan, sebagai berikut:

1. Konstanta (a) = 4,230 , nilai ini menyatakan jika variabel independen konstan , maka rata-rata penerimaan pajak penghasilan di KPP Pratama Tanjung Karang sebesar 4,230.

2. Koefisien Regresi Surat Tagihan Pajak sebesar 0,217, yang berarti bahwa penerimaan pajak penghasilan akan meningkat sebesar 0,217 apabila jumlah surat tagihan pajak meningkat sebesar 1.

4.4 Pembahasan

Berdasarkan Hasil uji hipotesis dalam penelitian, Surat Tagihan Pajak yang diukur dari jumlah STP PPh (PPh final, PPh fiskal luar negeri, PPh pasal 21, PPh pasal 22, PPh pasal 23, PPh pasal 25/29 Badan, dan PPh pasal 25/29 Orang Pribadi) yang diterbitkan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan secara parsial. Hipotesis ini dibuktikan dengan nilai signifikansi yang diperoleh dari uji statistik t.

Hipotesis 1 (H1) menyatakan bahwa surat tagihan pajak berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak penghasilan. Pada hasil Uji statistik t terlihat bahwa nilai signifikansi untuk surat tagihan pajak sebesar 0,000 yang berarti kurang dari 0,05 , apabila hasil uji menghasilkan nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka dinyatakan signifikan (berpengaruh) dengan nilai beta positif sebesar 0,217. Sehingga dapat disimpulkan dari hasil uji statistik t terdapat pegaruh positif


(58)

40

signifikan surat tagihan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan. Ini berarti ketika ada wajib pajak di KPP Pratama Tanjung Karanag yang melakukan pelanggaran dalam membayar pajak, dan tindakan petugas pajak untuk menagih dengan surat tagihan pajak akan meningkatkan penerimaan pajak penghasilan di KPP Pratama Tanjung Karang yang seharusnya. Tindakan yang dilakukan oleh petugas pajak dengan menerbitkan surat tagihan pajak memberikan efek jera bagi wajib pajak yang melakukan pelanggaran, sehingga wajib pajak akan semakin patuh dengan kewajiban administrasi perpajakan untuk periode waktu selanjutnya dan sebagai sarana dalam memberitahu jumlah pajak yang seharusnya dibayarkan serta sanksi administrasi yang harus dibayarkan. Kemudian hasil yang diperoleh dari penerbitan surat tagihan pajak berkontribusi juga terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan pada KPP Pratama Tanjung Karang. Hasil Penelitian ini juga didukung oleh Agustina (2014) yang menyatakan bahwa pemeriksaan pajak yang diukur salah satunya dengan Surat Tagihan Pajak (STP) berpengaruh positif yang signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak. Sehingga dapat disimpukan semakin tinggi penerbitan surat tagihan pajak yang di terbitkan untuk wajib pajak yang melakukan pelanggaran di KPP Pratama

Tanjung Karang maka akan semakin tinggi penerimaan pajak yang didapat. Adapun Penjelasan diatas dapat dibuktikan dengan tabel sebagai berikut:


(59)

41

Tabel 6. Total Jumlah dan Nilai Surat Tagihan Pajak (STP PPh) serta Jumlah Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan Tahun 2012

Bulan

Total Surat Tagihan Pajak

(STP PPh)

Total Nilai Surat Tagihan Pajak ( STP

PPh)

Realisasi Penerimaan Pajak

Penghasilan

Januari 2 1.960.429 22.280.683.792

Februari 6 5.725.142 23.050.062.053

Maret 3 1.350.175 15.336.010.435

April 3 2.665.409 20.451.994.865

Mei 3 809.131 30.755.279.699

Juni 2 1.441.526 18.074.174.768

Juli 2 2.976.192 20.188.897.866

Agustus 1 1.960.424 15.553.540.531

September 2 1.331.181 24.096.195.705

Oktober 11 17.379.684 57.116.948.012

November 12 18.930.830 25.074.227.724

Desember 7 10.708.388 30.852.287.828

Sumber : Diolah dari data pelaksana seksi PDI KPP Pratama Tanjung Karang

Berdasarkan tabel 6 diatas dapat dijelaskan pada bulan Januari 2012 Jumlah Surat Tagihan Pajak yang diterbitkan KPP Pratama Tanjung Karang menghasilkan 2 STP yang diukur dari total STP PPh (PPh final & PPh fiskal luar negeri, PPh pasal 21, PPh pasal 22, PPh pasal 23, PPh pasal 25/29 Badan, dan PPh pasal 25/29 Orang Pribadi) dengan nilai nominal STP sebesar Rp.1.960.429 dan pada bulan januari realisasi penerimaan pajak penghasilan sebesar Rp. 22.280.683.792. Pada bulan berikutnya STP yang di terbitkan meningkat sebanyak 6 STP dari 2 STP dengan nilai nominal STP sebesar Rp.5.725.142 dan pada bulan tersebut realisasi penerimaan pajak juga menigkat sebesar Rp.23.050.062.053. Namun pada bulan Maret penerbitan STP menurun dari bulan sebelumnya yaitu hanya 3 STP

diterbitkan dengan nilai nominal STP sebesar Rp.1.350.175 dan Pada bulan Maret juga realisasi penerimaan pajak penghasilan mengalami penurunan sebesar Rp.


(60)

42

15.336.010.435. Jumlah realisasi penerimaan pajak penghasilan pada tahun 2012 sebesar Rp.302.830.303.278 mencapai 78,4% dari jumlah target penerimaan pajak penghasilan sebesar Rp.386.228.285.415. Dan untuk lebih menjelaskan informasi tentang Surat Tagihan Pajak (STP) per jenis pajak secara keseluruhan akan disajikan sebagai berikut:

Tabel 7. Perincian Total Jumlah STP, Jumlah Realisasi & Target Penerimaan Pajak per jenis pajak Tahun 2012

Jenis Pajak 2012 Jumlah STP Realisasi Penerimaan Pajak Target Penerimaan Pajak PPh Final dan Fiskal Luar

Negeri 5 113.597.060.655 160.000.014.270 PPh pasal 21 12 97.689.045.492 84.313.042.812 PPh pasal 22 0 22.254.030.328 22.974.099.896 PPh pasal 23 0 13.116.027.295 35.420.034.249 PPh pasal 25/29 Badan 28 49.999.066.721 73.914.051.375 PPh pasal 25/29 Orang

Pribadi 9 6.175.072.787 9.607.042.813 PPN Dalam Negeri 22 262.617.122.351 259.000.225.553 Sumber : Diolah dari data pelaksana seksi PDI KPP Pratama Tanjung Karang

Pada tabel 7 diatas bahwa STP per jenis pajak secara keseluruhan terbagi atas STP PPh (PPh Final & Fiskal Luar Negeri, PPh pasal 21, PPh pasal 22, PPh pasal 23, PPh pasal 25/29 Badan, PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi) dan STP PPN Dalam Negeri. Pada tahun 2012 total Surat Tagihan Pajak yang paling banyak

dikeluarkan pada jenis pajak PPh pasal 25/29 Badan sebanyak 28 lembar, disusul dengan PPN Dalam Negeri sebanyak 22 lembar, yang untuk PPh pasal 22 dan PPh pasal 23 tidak terdapat penerbitan surat tagihan pajak. Jika dilihat dari realisasi penerimaan pajak nya yang terbesar yaitu pada PPN Dalam Negeri sebesar


(61)

43

Rp.262.617.122.351, di susul dengan PPh Final & Fiskal Luar Negeri sebesar Rp.113.597.060.655, Kemudian PPh pasal 21 sebesar Rp.97.689.045.492 dan PPh pasal 25/29 Badan sebesar Rp. 49.999.066.721. Penerbitan stp juga berkontribusi terhadap pencapaian target yang diinginkan dalam penerimaan pajak seperti pada PPh pasal 21 dengan persentase pencapaian sebesar 115,86% yaitu melebihi target yang harus dicapai. Untuk lebih menjelaskan lagi peneliti juga menyajikan data tahun 2013 dan 2014, sebagai berikut:

Tabel 8. Total Jumlah dan Nilai Surat Tagihan Pajak (STP PPh) serta Jumlah Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan Tahun 2013

Bulan

Total Surat Tagihan Pajak

(STP PPH)

Total Nilai Surat Tagihan Pajak ( STP

PPH)

Realisasi Penerimaan Pajak

Penghasilan

Januari 21 27.901.430 25.364.657.954

Februari 22 34.679.215 26.245.089.553

Maret 1 1.286.824 17.417.616.202

April 11 60.708.808 23.271.794.414

Mei 15 108.390.039 37.175.525.820

Juni 11 34.379.888 20.550.882.319

Juli 7 20.813.256 22.970.958.411

Agustus 0 0 17.666.543.616

September 1 2.006.694 27.442.214.296

Oktober 125 487.571.452 69.040.262.236 November 35 106.479.598 28.561.411.841 Desember 39 102.479.596 35.173.455.955 Sumber : Diolah dari data pelaksana seksi PDI KPP Pratama Tanjung Karang

Sama seperti tabel 6, pada tabel 8 diatas juga pada bulan Januari jumlah surat tagihan pajak yang diterbitkan sebanyak 21 STP dengan nilai nominal sebesar Rp.27.901.430 dan pada bulan Januari realisasi penerimaan pajak penghasilan sebesar Rp. 25.364.657.954. Pada bulan berikutnya yaitu Februari surat tagihan pajak meningkat sebesar 22 STP dengan nilai nominal Rp.34.679.215 dan Pada


(62)

44

bulan Februari realisasi penerimaan pajak penghasilan juga meningkat sebesar Rp. 26.245.089.553. Begitu juga pada bulan-bulan berikutnya meningkat dan

menurun. Pada bulan Agustus tidak diterbitkan surat tagihan pajak sedang bulan Oktober surat tagihan pajak paling banyak diterbitkan pada tahun 2013 yaitu sebanyak 125 STP dengan nilai nominal dan realisasi penerimaan pajak

penghasilan yang juga besar. Dan jumlah realisasi penerimaan pajak penghasilan pada tahun 2013 sebesar Rp.350.880.412.617 mencapai 106,29% dari jumlah target penerimaan pajak penghasilan sebesar Rp.330.098.166.354. Pada tahun 2013 realisasi penerimaan pajak penghasilan melebihi target yang sudah

ditentukan. Dan untuk lebih menjelaskan informasi tentang Surat Tagihan Pajak (STP) per jenis pajak secara keseluruhan akan disajikan sebagai berikut:

Tabel 9. Perincian Total Jumlah STP, Jumlah Realisasi & Target Penerimaan Pajak per jenis pajak Tahun 2013

Jenis Pajak 2013 Jumlah STP Realisasi Penerimaan Pajak Target Penerimaan Pajak PPh Final dan Fiskal Luar

Negeri 10 148.462.165.047 106.603.039.925 PPh pasal 21 126 108.246.061.893 113.237.036.597 PPh pasal 22 2 20.684.041.262 27.654.014.972 PPh pasal 23 14 13.706.024.757 16.526.016.635 PPh pasal 25/29 Badan 117 55.264.082.523 56.130.024.954 PPh pasal 25/29 Orang

Pribadi 19 4.518.037.135 9.948.033.271 PPN Dalam Negeri 105 263.354.056.733 284.818.234.443 Sumber : Diolah dari data pelaksana seksi PDI KPP Pratama Tanjung Karang

Pada Tabel 9 diatas Bahwa pada tahun 2013 total Surat Tagihan Pajak yang paling banyak dikeluarkan pada jenis pajak PPh pasal 21 sebanyak 126 lembar, disusul


(63)

45

dengan PPh pasal 25/29 Badan sebesar 117 lembar dan Kemudian PPN Dalam Negeri sebanyak 105 lembar. Dan untuk realisasi penerimaan pajak yang terbesar yaitu pada PPN Dalam Negeri sebesar Rp.263.354.056.733, disusul PPh Final & Fiskal Luar Negeri sebesar Rp.148.462.165.047, PPh pasal 21 sebesar

Rp.108.246.061.893 dan PPh pasal 25/29 Badan sebesar Rp55.264.082.523. Stp yang diterbitkan berkontribusi terhadap pencapaian target yang diinginkan dalam penerimaan pajak nya seperti pada PPh pasal 21 dan PPh pasal 25/29 Badan yang penerbitan surat tagihan pajak nya paling banyak, PPh pasal 21 dengan

persentase pencapaian sebesar 95,59% dan PPh pasal 25/29 Badan dengan persentase pencapaian sebesar 98,46% keduanya hampir mencapai persentase target yang diinginkan.

Tabel 10. Total Jumlah dan Nilai Surat Tagihan Pajak (STP PPh) serta Jumlah Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan Tahun 2014

Bulan

Total Surat Tagihan Pajak

(STP PPh)

Total Nilai Surat Tagihan Pajak ( STP

PPh)

Realisasi Penerimaan Pajak

Penghasilan

Januari 7 4.347.842 26.892.102.962

Februari 7 3.437.820 27.830.627.622

Maret 0 0 18.420.687.523

April 1 461.594 24.661.136.765

Mei 4 9.366.600 41.792.321.157

Juni 6 3.596.276 21.760.679.526

Juli 2 2.571.262 24.340.442.415

Agustus 11 24.620.735 18.686.011.577

September 50 70.313.925 29.106.751.435

Oktober 83 67.133.067 77.614.310.718

November 7 6.617.513 30.324.801.058

Desember 35 34.500.449 37.348.156.124 Sumber : Diolah dari data pelaksana seksi PDI KPP Pratama Tanjung Karang


(64)

46

Pada tabel 10 juga terlihat seperti pada tabel- tabel sebelumnya. Pada bulan Oktober STP paling banyak diterbitkan yaitu sebanyak 83 lembar dengan

penerimaan pajak penghasilan sebesar Rp. 77.614.310.718 dan Pada bulan Maret STP tidak diterbitkan. Apabila Surat Tagihan Pajak yang diukur dari STP PPh yang diterbitkan meningkat maka kontribusi hasil penerbitan surat tagihan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan juga meningkat. Ini terlihat dari beberapa bulan pengamatan yang di lakukan. Dan jumlah realisasi penerimaan pajak penghasilan pada tahun 2014 sebesar Rp.378.778.028.882 mencapai 92,62% dari jumlah target penerimaan pajak penghasilan sebesar Rp.408.947.421.856. Dan untuk lebih menjelaskan informasi tentang Surat Tagihan Pajak (STP) per jenis pajak secara keseluruhan akan disajikan sebagai berikut:

Tabel 11. Perincian Total Jumlah STP, Jumlah Realisasi & Target Penerimaan Pajak per jenis pajak Tahun 2014

Jenis Pajak 2014 Jumlah STP Realisasi Penerimaan Pajak Target Penerimaan Pajak PPh Final dan Fiskal Luar

Negeri 13 173.329.004.332 175.089.063.278 PPh pasal 21 113 116.769.005.776 127.318.042.186 PPh pasal 22 1 22.960.008.664 26.599.021.093 PPh pasal 23 2 13.705.004.909 16.086.168.742 PPh pasal 25/29 Badan 58 47.051.002.487 57.383.084.371 PPh pasal 25/29 Orang

Pribadi 26 4.964.002.714 6.472.042.186 PPN Dalam Negeri 264 301.386.412.345 264.286.358.243 Sumber : Diolah dari data pelaksana seksi PDI KPP Pratama Tanjung Karang

Pada tabel 11 diatas bahwa pada tahun 2014 total Surat Tagihan Pajak yang paling banyak dikeluarkan pada jenis pajak PPN Dalam Negeri sebanyak 264 lembar,


(65)

47

disusul PPh pasal 21 sebnayak 113 lembar, dan PPh pasal 25/29 Badan sebesar 58 lembar. Dan untuk realisasi penerimaan pajak penghasilan terbesar yaitu pada PPN Dalam Negeri sebesar Rp. 301.386.412.345, disusul PPh Final & Fiskal Luar Negeri sebesar Rp.173.329.004.332 , PPh pasal 21 sebesar Rp.116.769.005.776 dan PPh pasal 25/29 Badan sebesar Rp.47.051.002.487. Stp yang diterbitkan berkontribusi terhadap pencapaian target yang diinginkan dalam penerimaan pajak penghasilan, terlihat dibeberapa jenis pajak seperti pada PPN Dalam Negeri dengan persentase 114,03% yang melebihi target yang ingin dicapai dan PPh pasal 21 dengan persentase pencapaian sebesar 91,71% hampir mencapai target yang diinginkan.

Dari Beberapa Tabel-tabel yang dibahas, bahwa surat tagihan pajak paling banyak diterbitkan yaitu pada jenis pajak pph pasal 21, pph pasal 25/29 Badan dan ppn dalam negeri, begitupun dengan penerimaan pajak yang terbesar ada pada jenis pajak pph pasal 21, pph pasal 25/29 Badan, ppn dalam negeri dan pph fiskal & luar negeri. Namun untuk STP PPN dalam negeri tidak dimasukkan dalam uji statistik, proxy yang digunakan hanya pada STP PPh saja, karena bersangkutan dengan variabel depanden yang ingin diteliti yaitu Penerimaan Pajak Penghasilan.

Dengan ini dapat disimpulkan, apabila Surat Tagihan Pajak yang diukur dari STP PPh (PPh final, PPh fiskal luar negeri, PPh pasal 21, PPh pasal 22, PPh pasal 23, PPh pasal 25/29 Badan, dan PPh pasal 25/29 Orang Pribadi) yang diterbitkan mengalami peningkatan maka akan berkontribusi terhadap peningkatan

penerimaan pajak penghasilan. Tetapi tidak semua dalam bulan-bulan pengamatan mengalami hal seperti tersebut, beberapa bulan tertentu juga ketika stp meningkat tetapi penerimaan pajak penghasilan menurun. Namun, dilihat secara keseluruhan


(66)

48

kebanyakan dari tabel-tabel yang disajikan diatas ketika terjadi peningkatan stp maka akan mengalami peningkatan penerimaan pajak penghasilan, begitu juga sebaliknya ketika terjadi penurunan stp maka akan mengalami penurunan juga penerimaan pajak penghasilan nya.


(67)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menjelaskan dan menganalisis pengaruh antar variabel independen surat tagihan pajak dan variabel dependen penerimaan pajak penghasilan. Berdasarkan pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya maka kesimpulan yang didapat sebagai berikut:

 Bahwa Hipotesis 1 (H1) yang menyatakan Peneribitan surat tagihan pajak berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan diterima dan Hipotesis 0 (H0) ditolak. Dengan Koefisien Determinasi sebesar 0,460 atau 46 % berarti variabel independen Surat Tagihan Pajak yang diukur dari Surat tagihan pajak pajak penghasilan (stp pph) dapat menjelaskan variabel dependennya yaitu penerimaan pajak penghasilan sebesar 46 %. Sedangkan sisanya sebesar 54 % dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti.


(68)

50

5.2 Keterbatasan dalam penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian yang dihadapi peneliti adalah :

1. Penelitian ini hanya menggunakan data sekunder dan informasi yang didapatkan langsung dari karyawan-karyawan pada KPP Pratama Tanjung Karang.

2. Data Sekunder yang didapat dari KPP Pratama Tanjung Karang hanya pada 3 tahun pengamatan saja yaitu tahun 2012, 2013 dan 2014,

dikarenakan keterbatasan data yang dimiliki pihak KPP Pratama Tanjung Karang.

3. Penelitian ini hanya menguji dua variabel saja yaitu satu variabel independen dan satu variabel dependen, Penelitian ini tidak

memperhatikan informasi-informasi lain yang dapat mempengaruhi Penerimaan Pajak Penghasilan.

5.3 Saran

Pada penelitian yang sejenis selanjutnya disarankan untuk menambah variabel bebas yang memungkinkan dapat mempengaruhi Penerimaan Pajak Penghasilan. Sehingga penelitian lebih baik lagi dari sebelumnya dan bervariasi.

1. Untuk pihak KPP Pratama Tanjung Karang disarankan untuk lebih

meningkatkan kinerja dan giat dalam melakukan tindakan Penagihan pajak khususnya dalam penerbitan surat tagihan pajak terhadap wajib pajak yang melakukan pelanggaran, dengan adanya peningkatan penagihan pajak maka dapat meningkatkan penerimaan pajak.


(69)

51

2. Untuk Peneliti lainnya yang melakukan penelitian yang bersangkutan dengan surat tagihan pajak atau penerimaan pajak penghasilan disarankan untuk melakukan penelitian di beberapa KPP Pratama. Dan juga

menambah variabel bebas yang memungkinkan dapat mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan.


(70)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Nuri. 2014. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam

Menyampaikan SPT Masa Dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak (KPP) Pratama Metro.Skripsi.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS IBM SPSS 21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo.2012.Metodelogi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi Dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Mardiasmo. 2008. Perpajakan.Edisi Revisi. Cetakan Kesembilan, Penerbit: Andi, Jakarta.

Nursanti, Ika dan Yazid Yud Padmono. 2013. Pengaruh self assessment system dan surat tagihan pajak terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai pada KPP Pratama Surabaya Gubeng.Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Volume 1 Nomor 1.

Resmi, Siti. 2011.Perpajakan:Teori dan Kasus. Edisi ke-6. Jakarta :Salemba empat.

Sugiyono. 2011.Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung : Alfabeta.

Syahab, Zakiah M dan Hantoro Arief Gisijanto. 2008. Pengaruh penagihan pajak dan surat paksa pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan badan. Jurnal Ekonomi Bisnis No. 2 Vol 13.

Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 TentangKetentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 TentangPenagihan Pajak Dengan Surat Paksa.


(71)

Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 TentangPajak Penghasilan. Vegirawati, Titin. 2011. Hubungan Antara Penerbitan Surat Tagihan Pajak dengan

Penerimaan Pajak Pada KPP Pratama Ilir Timur Palembang.Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi Vol.1 No.3.

Waluyo. 2011.Perpajakan Indonesia Edisi 10 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Wijoyanti. 2010. Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Mampang Prapatan.Skripsi.

www.bps.go.id www.ortax.org www.pajak.go.id


(1)

48

kebanyakan dari tabel-tabel yang disajikan diatas ketika terjadi peningkatan stp maka akan mengalami peningkatan penerimaan pajak penghasilan, begitu juga sebaliknya ketika terjadi penurunan stp maka akan mengalami penurunan juga penerimaan pajak penghasilan nya.


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menjelaskan dan menganalisis pengaruh antar variabel independen surat tagihan pajak dan variabel dependen penerimaan pajak penghasilan. Berdasarkan pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya maka kesimpulan yang didapat sebagai berikut:

 Bahwa Hipotesis 1 (H1) yang menyatakan Peneribitan surat tagihan pajak berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan diterima dan Hipotesis 0 (H0) ditolak. Dengan Koefisien Determinasi sebesar 0,460 atau 46 % berarti variabel independen Surat Tagihan Pajak yang diukur dari Surat tagihan pajak pajak penghasilan (stp pph) dapat menjelaskan variabel dependennya yaitu penerimaan pajak penghasilan sebesar 46 %. Sedangkan sisanya sebesar 54 % dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti.


(3)

50

5.2 Keterbatasan dalam penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian yang dihadapi peneliti adalah :

1. Penelitian ini hanya menggunakan data sekunder dan informasi yang didapatkan langsung dari karyawan-karyawan pada KPP Pratama Tanjung Karang.

2. Data Sekunder yang didapat dari KPP Pratama Tanjung Karang hanya pada 3 tahun pengamatan saja yaitu tahun 2012, 2013 dan 2014,

dikarenakan keterbatasan data yang dimiliki pihak KPP Pratama Tanjung Karang.

3. Penelitian ini hanya menguji dua variabel saja yaitu satu variabel independen dan satu variabel dependen, Penelitian ini tidak

memperhatikan informasi-informasi lain yang dapat mempengaruhi Penerimaan Pajak Penghasilan.

5.3 Saran

Pada penelitian yang sejenis selanjutnya disarankan untuk menambah variabel bebas yang memungkinkan dapat mempengaruhi Penerimaan Pajak Penghasilan. Sehingga penelitian lebih baik lagi dari sebelumnya dan bervariasi.

1. Untuk pihak KPP Pratama Tanjung Karang disarankan untuk lebih

meningkatkan kinerja dan giat dalam melakukan tindakan Penagihan pajak khususnya dalam penerbitan surat tagihan pajak terhadap wajib pajak yang melakukan pelanggaran, dengan adanya peningkatan penagihan pajak maka dapat meningkatkan penerimaan pajak.


(4)

51

2. Untuk Peneliti lainnya yang melakukan penelitian yang bersangkutan dengan surat tagihan pajak atau penerimaan pajak penghasilan disarankan untuk melakukan penelitian di beberapa KPP Pratama. Dan juga

menambah variabel bebas yang memungkinkan dapat mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Nuri. 2014. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam

Menyampaikan SPT Masa Dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak (KPP) Pratama Metro.Skripsi.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS IBM SPSS 21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo.2012.Metodelogi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi Dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Mardiasmo. 2008. Perpajakan.Edisi Revisi. Cetakan Kesembilan, Penerbit: Andi, Jakarta.

Nursanti, Ika dan Yazid Yud Padmono. 2013. Pengaruh self assessment system dan surat tagihan pajak terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai pada KPP Pratama Surabaya Gubeng.Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Volume 1 Nomor 1.

Resmi, Siti. 2011.Perpajakan:Teori dan Kasus. Edisi ke-6. Jakarta :Salemba empat.

Sugiyono. 2011.Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung : Alfabeta.

Syahab, Zakiah M dan Hantoro Arief Gisijanto. 2008. Pengaruh penagihan pajak dan surat paksa pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan badan. Jurnal Ekonomi Bisnis No. 2 Vol 13.

Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 TentangKetentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 TentangPenagihan Pajak Dengan Surat Paksa.


(6)

Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 TentangPajak Penghasilan. Vegirawati, Titin. 2011. Hubungan Antara Penerbitan Surat Tagihan Pajak dengan

Penerimaan Pajak Pada KPP Pratama Ilir Timur Palembang.Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi Vol.1 No.3.

Waluyo. 2011.Perpajakan Indonesia Edisi 10 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Wijoyanti. 2010. Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Mampang Prapatan.Skripsi.

www.bps.go.id www.ortax.org www.pajak.go.id


Dokumen yang terkait

Tatacara Penagihan Aktif Terhadap Wajib Pajak Yang Memiliki Hutang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (Kpp) Pratama Medan Barat

0 44 78

Analisis Yuridis Penerbitan Surat Perintah Penghentian Penuntutan Oleh Kejaksaan Dikaitkan Dengan Asas Oportunitas Dan Undang-Undang No 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan RI

1 67 171

Tatacara Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Sanksi Administrasi Denda Terlambat Atau Tidak Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan (PPH) Pasal 21 Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

9 116 58

Penyelasaian Keberatan Atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Badan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I

7 82 67

Prosedur Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Pajak Penghasilan Badan Dalam Rangka Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dan Penerimaan Pajak Dikantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat

22 163 61

Pelaksanaan Surat Tagihan Pajak Bunga Penagihan Dalam Pencairan Tunggakan Pada Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia

0 31 60

Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (SPT PPH OP) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Barat

0 48 61

Prosedur Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Pajak Penghasilan (PPH) Badan Dalam Rangka Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dan Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

8 119 63

Pelaksanaan Prosedur Penyitaan Barang Wajib Pajak Akibat Dari Utang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah

1 25 57

Tinjauan Atas Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Karees

7 59 59