Tatacara Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Sanksi Administrasi Denda Terlambat Atau Tidak Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan (PPH) Pasal 21 Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

TATACARA PENERBITAN SURAT TAGIHAN PAJAK (STP) SANKSI ADMINISTRASI DENDA TERLAMBAT ATAU TIDAK MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN ( SPT) MASA PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL

21 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR

O L E H

Nama : VERA NURLINA Nim : 092600083

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN PKLM INI TELAH DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN OLEH:

Nam : Vera Nurlina Nim : 092600083

Program Studi : Diploma III Administrasi Perpajakan

Judul : Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Sanksi

Administrasi Denda Terlambat atau Tidak Menyampaikan Surat Pemberitahuan (STP) Masa Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

A.n Ketua Program Studi Diploma III Dosen Pembimbing Supervisor Administrasi Perpajakan

Sekretaris

(Arlina SH, M.Hum) (Dr. Bastari, MM, BKP ) (Nurida Dwiningrum) NIP : 195603041977102001 NIP : 196902241996032002

Dekan

(Prof. Dr. Badaruddin, M.Si) NIP : 196805251992031002


(3)

KATA PENGANTAR

Segala Puji serta Syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat Rahmat dan Hidayah- Nya yang telah memberikan kesehatan dan keselamatan serta pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan senantiasa memeberikan petunjuk kepada Penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul “Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Sanksi Administrasi Denda Terlambat atau Tidak

Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur” ini dengan baik guna memenuhi salah satu syarat kelulusan untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian tugas akhir ini, Penulis telah banyak menerima bantuan moril, spiritual, dorongan serta bimbingan maupun informasi dari berbagai pihak yang sangat berperan aktif mulai dari tahap awal hingga selesainya tugas akhir ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkab terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin,M.Sc selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara,M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Arlina, S.H, M.Hum selakua Sekretaris Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Dr. Bastasri M, MM, BKP selaku dosen pembimbing.


(4)

5. Ibu Nurida Dwiningrum selaku Supervisor dan selaku Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.

6. Bapak dan Ibu dosen beserta pegawai yang berada di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

7. Teristimewa kepada Ayahanda tercinta Maryuni dan Ibunda Kamiyem, yang tidak pernah lelah mengasihi, menyayangi, membimbing dan mendo’akan anak-anaknya. Semoga Allah SWT mengasihi dan mengampuni keduanya. Amin.

8. Teristimewa kepada Abangda, Ayunda dan Adik- Adikku yang tercinta serta Keluarga Besar ku, terima kasih atas dukungan dan kasih sayangnya.

9. Buat K’ Lia, K’ Siti dan kost 2D, terima kasih kalian telah jadi bagian dari perjalanan hidupku.

10.Buat teman-teman yang sama-sama berjuang Winda, Opi, Anjas, Bayu, Muazin, Nelly, Pita, Welly, Mia, Sylvia. Yang memberi dukungan, motivasi, semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih temen-teman.

11.Buat teman-teman ku kelas C dan semua teman seperjuangan di DIII Administrasi Perpajakan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan kalian semua. Semoga kita sukses semua. Amin.

Dalam penulisan Tugas kahir ini penulis menyadari kekurangan dan kelemahan baik dalam teknik penulisan maupun isi, untuk itu dengan segala kerendaha hati penulis

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.


(5)

Akhir kata penulis mendoakan semoga Allah SWT selalu memberikan magfirah-Nya kepada kita semua dan semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2012 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang PKLM ... 1

B. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 4

C. Uraian Teoritus ... 6

D. Ruang Lingkup PKLM ... 15

E. Metode PKLM ... 15

F. Metode Pengumpulan Data ... 17

G. Sistematika Penulisan PKLM ... 18

BAB II : GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN TIMUR ... 20

A. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Timur ... 20

B. Gambaran Umum KPP Pratama Medan Timur ... 23

C. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Timur ... 25

D. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Timur ... 25

E. Deskripsi dan Aktivitas KPP Pratama Medan Timur ... 27

BAB III : GAMBARAN DATA WAJIB PAJAK ... 32

A. Wajib Pajak (WP) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Terdaftar ... 32

B. Penyampaian SPT Masa PPh Pasal 21 ... 33

C. Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak ... 35


(7)

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI ... 39

A. Perkembangan Wajib Pajak PPh Pasal 21 Terdaftar ... 39

B. Perkembangan Wajib Pajak yang Menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 ... 40

C. Permasalahan Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) ... 45

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Pajak merupakan iuran wajib yang diberlakukan pada setiap wajib pajak atas objek pajak yang dimilikinya dan hasilnya diserahkan kepada pemerintah. Jenis pajak yang diberlakukan di Indonesia diantaranya adalah Pajak Penghasilan, Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Hadiah dan lain-lain.

Pajak penghasilan merupakan pajak yang dipungut pada objek pajak atas penghasilannya. Pajak penghasilan akan selalu dikenakan terhadap orang atau badan usaha yang memperoleh penghasilan di Indonesia. Pajak yang berlaku bagi pegawai/karyawan adalah pajak penghasilan pasal 21. Undang-undang yang dipakai untuk tata cara pembayaran dan pelaporan pajak sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 80/PMK/.03/2010 . Undang-undang pajak penghasilan telah menetapkan sistem pemungutan pajak penghasilan secara self assessment, dimana wajib pajak diberi kepercayaan dan tanggung jawab penuh dari pemerintah untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terhutang. Dengan sistem ini pemerintah berharap agar pelaksanaan pemungutan pajak penghasilan dapat berjalan dengan lebih mudah dan lancar.

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi sebagai subjek pajak dalam negeri. Adapun


(9)

jenis-jenis pajak penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 21 diantaranya adalah penghasilan pegawai atau penerimaan pension secara teratur, mantan pegawai secara tidak teratur, upah harian,upah mingguan, upah satuan, upah borongan, uang tebusan pension, jaminan hari tua, uang pesangon, honorarium, uang saku, hadiah, komisi, bea siswa, imbalan yang sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang terdiri dari tenaga ahli serta gaji.

Pemotong Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 adalah pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, bendahara atau Pemegang Kas Pemerintah termasuk Bendahara atau Pemegang Kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI dan POLRI, Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga Negara lainnya dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri. Yang mempunyai kewajiban untuk menghitung pajak yang terutang, memotong pajak yang sehubungan dengan penghasilan yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang sehubungana dengan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan, serta melaporkan PPh Pasal 21 yang terutang.

Pemotong PPh Pasal 21 wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh Pasal 21. Batas waktu penyetoran PPh Pasal 21 adalah tanggal 10 bulan berikutnya, namun apabila tanggal 10 jatuh pada hari libur maka penyetoran dapat dilakukan pada hari berikutnya. Sedangkan batas waktu pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 adalah 20 hari setelah berakhirnya masa pajak (tanggal 20 bulan berikutnya), apabila tanggal 20 jatuh pada hari libur, maka penyampaian SPT Masa PPh Pasal 21 harus dilakukan pada hari kerja sebelumnya. Apabila wajib pajak tidak menyampaikan SPT Masa PPh pasal 21 atau terlambat menyampaikan SPT Masa PPh pasal 21, maka dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp. 100.000,- sesuai dengan Pasal 7 ayat 1 Undang- Undang Nomor


(10)

28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Untuk menagih denda dikenakan akibat tidak atau terlambat meyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 kantor pajak tempat wajib pajak terdaftar mengeluarkan Surat Tagihan Pajak (STP).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan praktik kerja lapangan mandiri dengan judul “ TATA CARA PENERBITAN SURAT TAGIHAN PAJAK (STP) SANKSI ADMINISTRASI DENDA TERLAMBAT ATAU TIDAK MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN TIMUR”.


(11)

B. TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui kepatuhan pemotong pajak menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

b. Untuk mengetahui Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Sanksi Administrasi Denda Terlambat atau Tidak Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

c. Untuk mengetahui permasalahan yang timbul dalam penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Sanksi Administrasi Denda Terlambat atau Tidak Menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 2.1Bagi mahasiswa yaitu:

a. Memahami tatacara penerbitan surat tagihan pajak.

b. Sebagai sarana latihan berfikir mahasiswa dalam menyusun suatu karya ilmiah berdasarkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan. c. Meningkatkan keahlian berkomunikasi serta aplikasi ilmu yang di


(12)

2.2Bagi Universitas yaitu:

a. Meningkatkan hubungan kerjasama antara pihak universitas khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan instansi pemerintah khususnya pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

b. Memberi dorongan untuk meningkatka kualitas pendidikan.

c. Mempromosikan sumber daya manusia yang dimiliki Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU) kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.

d. Mendapatka masukan dan saran untuk penyempurnaan dan perbaikan kurikulum yang berlaku di Diploma III Administrasi Perpajakan. 2.3Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Timur

a. Membantu pihak KPP dalam hal sosialisasi perpajakan kepada masyarakat Wajib Pajak melalui peserta mahasiswa PKLM khususnya sivitas akademika FISIP USU.

b. Peningkatan kerjasama yang lebih baik dengan pihak universitas. c. Mendapat masukan dan saran dalam menangani masalah penagihan


(13)

C. URAIAN TEORITIS 1. Pengertian Pajak

Secara umum Pajak merupakan iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyrakarat (Wajib Pajak) berdasarkan Undang-Undang tanpa memberikan balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung.

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.(Burton,2008:1)

Menurut S.I Djajadiningrat, Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum.(Resmi,2008:1)

Menurut Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007, Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan ti,dak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dari pengertian diatas maka terdapat 4 (empat) unsur pokok dalam defenisi pajak tersebut yaitu pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang, sifatnya dapat dipaksakan, tidak ada kontraprestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar pajak, dan untuk membiayai pengeluaran umum Pemerintah.


(14)

2. Fungsi Pajak

Ada dua fungsi pajak, yaitu : a. Fungsi Penerimaan (budgetair)

Pajak mempunyai fungsi budgetair,artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.

Contoh : dimasukkannya pajak dalam APBN seabagi penerimaan dalam Negara. b. Fungsi Mengatur ( Reguler)

Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.

Contoh :

1. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman kera untuk mengurangi konsumsi minuman keras.

2. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.

3. Pengelompokkan Pajak 3.1Menurut Golongannya :

a. Pajak Langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajakdan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh : Pajak Penghasilan (PPh)

b. Pajak Tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.


(15)

3.2Menurut Sifatnya :

a. Pajak subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperlihatkan keadaan diri wajib pajak.

Contoh : Pajak Penghasilan

b. Pajak Objektif yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya tanpa memperlihatkan diri wajib pajak.

Contoh : PPN

3.3Menurut Lembaga Pemungutannya:

a. Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunkan untuk membiayai rumah tangga Negara.

Contoh : PPh, PPN, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, PBB, Bea Materai b. Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayi rumah tangga daerah. Pajak Daerah terdiri dari :

1. Pajak Daerah Tingkat I (Provinsi)

Contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 2. Pajak Daerah Tingkat II (Kotamadya/Kabupaten)

Contoh : Pajak Penerangan Jalan dan Pajak Reklame

4. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Pajak Penghasilan Pasal 21, selanjutnya disingkat PPh Pasal 21 , merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan


(16)

nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri.

Pembayaran PPh ini dilakukan dalam tahun berjalan melalui pemotongan pihak-pihak tertentu. Pihak yang wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 adalah pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pension, badan, perusahaan, dan penyelenggara kegiatan.

Jumlah pajak yang telah dipotong dn disetorkan dengan benar oleh pemberi kerja dan pemotong lainnya dpat digunakan oleh Wajib Pajak untuk dijadikan kredit pajak atas PPh yang terutang pada akhir tahun.

4.1 Pemotong PPh Pasal 21

Pemotong PPh Pasal 21 adalah setap orang pribadi atau badan yangdiwajibkan oleh UU No. 7 tahun 1983 tentang PPh sebagaiman telah diubah terakhir dengan UU No. 17 Tahun 2000 untuk memotong PPh Pasal 21. Termasuk pemotong PPh Pasal 21 adalah :

a. Pemberi kerja yang terdiri atas orang pribadi dan badan termasuk bentuk usaha tetap (BUT), baik meruoakan pusat maupun cabang, perwakikan atau unit, yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apa pun, sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.

b. Bendaharawan pemerintah termasuk bendaharawan Pemerintah Pusat, Pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga Negara lainnya dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri yang membayarkan gaji, upah,


(17)

honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apa pun sehubungan dengan pekerjaan, jabatan, jasa, dan kegiatan.

c. Dana pensiun, badan penyelengara Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) dan badan-badan lain yang membayar uang pensiunan dan Tabungan Hari Tua ( THT) atau Jaminan Hari Tua (JHT).

d. Perusahaan, badan dan bentuk usaha tetap, yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan, jasa termasuk jasa tenaga ahli dengan status Wajib Pajak dalam negeri yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya.

e. Perusahaan, badan, dan bentuk usaha tetap, yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan, jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Wajib Pajak luar negeri.

f. Yayasan (termasuk yayasan di bidang kesejahteraan, rumah sakit, pendidikan, kesenian, olahraga, kebudayaan), lembaga, kepanitian, asosiasi, perkumpulan organisasi massa, organisasi sosial politik, dan organisasi lainnya dalam bentuk apa pun dalam segala bidang kegiatan sebagai pembayar gaji, upah, honorarium, atau imbalan dengan nama apa pun sehubungan denga pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi.

g. Perusahaan, badan, dan bentuk usaha tetap, yang membayarkan honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan.

h. Penyelenggara kegiatan (termasuk badan pemerintah, organisasi termasuk organisasi internasional, perkumpulan,orang pribadi, serta lembaga lainnya yang


(18)

menyelenggarakan kegiatan) yang membayar honorarium, hadiah atau penghargaan dalam bentuk apa pun kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.

4.2 Yang Dipotong PPh Pasal 21

Yang penghasilannya dipotong PPh Pasal 21 adalah :

a. Pejabat Negara, yaitu :

1. Presiden dan Wakil Preseiden,

2. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota DPR/MPR, DPRD Provinsi dan DPRD kabupaten/kota,

3. Ketua dan Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan,

4. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Mahkamah Agung, 5. Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung,

6. Menteri, Menteri Negara, dan Menteri Muda, 7. Jaksa Agung,

8. Gubernur dan Wakil Gubernur Kepala Daerah Provinsi, 9. Bupati dan Wakil Bupati Kepala Daerah Kabupaten, 10.Walikota dan Wakil Walikota.

b. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah PNS-Pusat, PNS-Daerah, dan PNS lainnyayang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah sebagaimana diatur dalam UU No. 8 Tahun1974.


(19)

c. Pegawai adalah setiap orang pribadi, yang melakukan pekerjaan berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja, baik tertulis maupun tidak tertulis, termasuk yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau BUMN atau BUMD.

d. Pegawai Tetap adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur terus-menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung.

e. Tenaga Lepas adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang hanya menerima atau memperoleh imbalan apabila orang pribadi yang bersangkutan. f. Penerima Pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau

memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu, termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima Tabunngan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua.

g. Penerima Honorarium adalah orang pribadi yang menerima atau memperoleh imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan, atau kegiatan yang dilakukannya.

h. Penerima Upah adalah orang pribadi yang menerima upah harian, upah mingguan, upah borongan, atau upah satuan.

i. Orang Pribadi lainnya yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan dari Pemotong Pajak.


(20)

5. Pengertian Surat Tagihan Pajak (STP)

Pengertian Surat Tagihan Pajak berdasarkan Pasal 1 angka 20 UU KUP, Surat Tagihan Pajak (disingkat STP) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda . Yang menerbitkan STP adaalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat seseorang atau badan terdaftar sebagai Wajib Pajak. Terbitnya STP ini biasanya disebabkan Wajib Pajak tidak melakukan satu atau beberapa kewajiban pajak yag dinamakan oleh Undang- Undang.

STP digunakan untuk menagih pajak tetapi bukan utang pajak yang tercantum dalam SKPKB/SKPKBT, melainkan utang pajak yang belum dikeluarkan ketetapannya, sehingga tidak akan terjadi ketetapan pajak ganda untuk satu utang pajak.

Oleh karena itu, disebutkan bahwa STP mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan SKPKB/SKPKBT sehingga dalam hal penagihan juga dapat dilakukan dengan Surat Paksa.

6. Penyebab Terbitnya Surat Tagihan Pajak (STP)

Hal- hal yang menyebabkab terbitnya Surat Tagihan Pajak (STP) diatur dalam Pasal 14 ayat (1) UU KUP yaitu :

a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.

b. Dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung.


(21)

d. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu.

e. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak mengisi faktur pajak secara lengkap , selain:

- Identitas pembeli atau

- Identitas pembeli serta nama dan tandatangan, dalam hal penyerahan dilakuan Pengusaha Kena Pajak pedagang eceran.

f. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak.

g. Pengusaha Kena Pajak yang mengalami gagal berproduksi dan telah diberikan

7. Fungsi Surat Tagihan Pajak (STP)

Fungsi Surat Tagihan Pajak adalah sebagai berikut :

1. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang Surat Pemberitahuan wajib Pajak. artinya jika dalam tahun pajak berjalan yang tidak atau kurang bayar ataupun kekurangan pembayaran atau penyetoran pajak, akibat salah tulis atau salah hitung dalam Surat Pemberitahuan.

2. Sebagai sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga dan/atau denda.

3. Sebagai alat untuk menagih pajak STP dipersamakan kekuatan hukumnya dengan Surat Ketetapan Pajak (SKP) sehingga dalam hal penagihannya dapat dilakukan juga dengan Surat Paksa (Pasal 14 ayat 2).


(22)

8. Jangka Waktu Pembayaran Surat Tagihan Pajak (STP)

Dalam Pasal 9 ayat 3 UU KUP disebutkan bahwa STP harus dilunasi dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterbitkan. Jadi saat jatuh tempo pembayaran STP adalah satu bulan dari tanggal penerbitannya.

9. Sanksi Administrasi Denda Terlambat atau Tidak Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)

a. Rp. 500.000,00 untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nili (PPN)

b. Rp. 100.000,,00 untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Masa lainnya.

c. Rp. 1.000.000,00 untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Wajib Pajak badan dan Rp. 100.000,00 untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi.

10. Dasar Hukum Surat Tagihan Pajak

Ketentuan yang mengatur mengenai Surat Tagihan Pajak adalah sebagai berikut :

1. Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang telah diperbaharui menjadi Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2007

2. Peraturan MenteriKeuangan Nomor 189/PMK.03/2007 jo. PMK Nomor 84/PMK.03/2010 TentangTata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak’


(23)

3. Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 25/PJ/2008 jo. PER 21/PJ/2010 Tentang Bentuk dan Isi Nota Perhitungan,Surat Ketetapan Pajak, dan Surat Tagihan Pajak.

11. Kegiatan Setiap Seksi Yang Terkait Dengan Penerbitan Surat Tagihan Pajak

Seksi yang terkait dengan penerbitan STP adalah sebagai berikut : 1. Seksi Waskon

Seksi Pengawasan dan Konsultasi bertanggung jawab untuk mengelola Surat Setoran Pajak (SSP) Lembar ke-2 yang merupakan segi pembayaran itau bukti Wajib Pajak telah melakukan pembayaran. Seharusnya SSP lembar ke-2 tiap hari diambil ke Kantor Pembendarahaan dan Kas Negara (KPKN), namun kurangnya tenaga pelaksana maka pengambilan SSP Lembar ke-2 sering terlambat. Setelah SSP tersebut diambil, lalu dilakukan sortasi, perekaman, dan perekapan. Setelah perekaman dilakukan, SSP Lembar ke-2 itu nantinya akan dikirim kesetiap seksi yang membutuhkannya.

Dasar pertimbangan untuk menerbitkan STP PPh adalah SPT Masa yang berupa SSP Lembar ke-3 yang diterima oleh Wajib Pajak atau dikirimkan melalui Pas dan segi pembayaran yang berupa SSP Lembar ke-2 yang diterima oleh Seksi Waskon. SSP Lembar ke-3 yang merupakan bukti pelaporan dicatat Seksi Waskon dalam buku tabelaris. Dari buku tabelaris dapat diketahui Wajib Pajak yang melakukan pembayaran dan pelaporan tepat waktu dan yang tidak tepat waktu, atau yang dan/atau kurang membayar. Jika diketahui wajib pajak yang melakukan


(24)

keterlambatan dan kekurangan pembayaran maupun pelaporan, maka akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga atas keterlambatan atau kekurangan membayar dan denda atas keterlambatan melapor.

Karena Kantor Pelayanan Pajak (KPP) telah melakukan Sistem Informasi Perpajakan modifikasi (SIPMOD), maka data tabelaris dapat dilihat dikomputer dan dicocokan dengan table tabelaris. Hal ini lebih efektif dan memudahkan. Jika data-data dibuku tabelaris dikomputer saja, perekaman SSP Lembar ke-2 sering belum masuk di Seksi Waskon sedangkan SSP Lembar ke-3 sudah masuk ketika Wajib Pajak melapor ke Tempat Pelayanan Terpadu (TPT).

Dari tabelaris di computer dapat terlihat berapa pokok angsuran wajib pajak dan tanggal pembayran dan pelaporan. Pokok angsuran Wajib Pajak tahun lalu ataupun berdasarkan angsuran yang harus dibayar akibat pemeriksaan yaitu dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Seksi waskon lah yang melakunan perhitungan atas penerbitan STP.

2. Seksi Pelayanan

Memiliki Kepala Seksi dan mempunyai beberapa pelaksana yang melaksanakan penerbitan yang meliputi STP, SKPKB, SKPLB dan SKPKBT. Oleh karena itu tidak jarang Nota Perhitungan yang berasal dari Seksi Waskon ditunda penerbitannya karena sibuk dengan tugas lain. Jadi Seksi Pelayanan tugasnya mencetak Surat Tagihan Pajak (STP) yang akan diterbitkan.


(25)

D. RUANG LINGKUP PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Adapun yang menjadi ruang lingkup PKLM yaitu melakukan pengumpulan data dan menbahas permasalahan mengenai:

1. Untuk mengetahui kepatuhan pemotong pajak menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

2. Untuk mengetahui Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Sanksi Administrasi Denda Terlambat atau Tidak Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. 3. Untuk mengetahui permasalahan yang timbul dalam penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Sanksi Administrasi Denda Terlambat atau Tidak Menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21.

E. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta memperoleh informasi sesuai dengan metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan yang menyangkut PKLM ini, dimulai dari pengajuan judul, pemilihan tempat, penentuan judul, menyusun proposal, seminar, penentuan dosen pembimbing diskusi tahapan konsultasi dengan dosen pembimbing.

2. Studi Literatur

Penulis mengumpulkan data serta informasi-informasi yang menyangkut masalah yang akan dibahas melalui sumber bacaan seperti buku perpajakan, Peraturan


(26)

Perundang-undangan Perpajakan, Peraturan Pemerintah, Surat Edaran, Direktorat Jendral Pajak, Keputusan Menteri Keuangan, informasi dari majalah, surat kabar, catatan-catatan serta landasan teori yang ada hubungannya dengan Laporan PKLM.

3. Observasi Lapangan

Dalam tahap ini penulis melakukan pengamatan secara langsung pada objek PKLM, mencari data-data dan informasi serta mempelajari laporan- laporan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

4. Pengumpulan Data

Mengumpulkan data-data lapangan mengenai Tatacara Penerbitan Surat Tagihan Pajak (SPT) Sanksi Adminitrasi Denda Terlambat atau Tidak Menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:

a. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari wawancara dan observasi. b. Data primer merupakan data yang diperoleh dari referensi ilmiah seperti laporan

atau dokumen-dokumen, jurnal, dan lain-lain 5. Analisis dan Evaluasi

Penulis menganalisa dan mengevaluasi data mengenai Tatacara Penerbitan Surat Tagihan Pajak (SPT) Sanksi Administrasi Denda Terlambat atau Tidak Menyampaikan SPT Masa Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

F. METODE PENGUMPULAN DATA

Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:


(27)

1. Metode Wawancara (Interview)

Dalam metode ini penulis mengumpulkan dan mencari data, serta hal yang berhubungan dan mendukung hasil laporan dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan kepada pegawai instansi yang berkompeten dan dapat

menambah objektif yang berkaitan dengan kebutuhan untuk melengkapi laporan PKLM.

2. Metode Observasi

Dalam metode ini penulis langsung turun kelapangan untuk melakukan peninjauan dengan cara mengamati, mendengar serta mencatat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas, meneliti tata cara penerbitan STP. 3. Metode Dokumentasi

Dalam tahap metode ini merupakan kegiatan yang berhubungan dengan mengumpulkan dan mencari data-data pendukung yang berhubungan dengan data-data objek PKLM yang telah diperoleh dari instansi.

G. SISTEMATIKA PENULISAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai Latar belakang yang menjadi dasar pemilihan dalam penyusunan laporan, Uraian teoritis, Tujuan dan


(28)

Manfaat, Ruang lingkup, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan Data, serta Sistematika Penulisan Laporan PKLM.

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA (KPP) MEDAN TIMUR

Bab ini akan dibahas mengenai Sejarah Singkat, Struktur Organisasi, Uraian tugas serta Tugas pokok dan Fungsi di setiap masing-masing jabatan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dalam penulisan laporan PKLM.

BAB III GAMBARAN TATA CARA PENERBITAN SURAT TAGIHAN

PAJAK (STP) SANKSI ADMINISTRASI DENDA TERLAMBAT ATAU TIDAK MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN TIMUR

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang pengertian, dasar hukum, fungsi Surat Tagihan Pajak (STP), sanksi administrasi yang dapat ditagih dengan STP dan menjelaskan data-data apa saja yang telah didapat selama PKLM. BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA

Pada bab ini penulis akan mengemukakan analisa data yang diperoleh, serta menganalisis masalah yang timbul dan evaluasi terhadap data-data yang berhubungan dengan judul laporan dan alternatif pemecahan masalah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini berisikan kesimpulan yang merupakan inti sari yang mencakup seluruh objek pembahasan yang di bahas dalam PKLM yang


(29)

bersumber dari hasil penelitian, serta saran yang menjadi hal-hal atau gagasan atas masalah yang dibahas dari objek pembahasan yang terdapat dalam laporan pelaksanaan PKLM.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(30)

BAB II

GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN TIMUR

A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur

Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak pada masa itu bernama Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan Republik Indonesia berubah nama menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya adalah Direktorat Jenderal Pajak. Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri tiga kantor inspeksi pajak, yaitu:

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan 2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara 3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

Pada tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua, yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk memudahkan dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pajak kepada masyarakat, maka dibuatlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jenderal Pajak yang berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 267/KMK.01/1989. Hal itu


(31)

mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak, sekaligus mendirikan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 April 1994

didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

Terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak di kota Medan berubah menjadi empat wilayah kerja, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 443/KMK.01/2001 tentang “Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak”, maka Kantor Pelayanan Pajak di kota Medan menjadi enam wilayah kerja,yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi wilayah : a. Kecamatan Medan Timur

b. Kecamatan Medan Area c. Kecamatan Medan Tembung


(32)

d. Kecamatan Medan Perjuangan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang lingkup meliputi wilayah : a. Kecamatan Medan Barat

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah : a. Kecamatan Medan Kota

b. Kecamatan Medan Denai c. Kecamatan Medan Johor d. Kecamatan Medan Amplas

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :

a. Kecamatan Medan Polonia b. Kecamatan Medan Maimun c. Kecamatan Medan Baru d. Kecamatan Medan Tuntungan e. Kecamatan Medan Selayang

5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah : a. Kecamatan Medan Belawan

b. Kecamatan Medan Marelan c. Kecamatan Medan Labuhan d. Kecamatan Medan Deli

6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai, dengan ruang lingkup meliputi wilayah : a. Kota Binjai


(33)

Setelah adanya modernisasi perpajakan tahun 2008, struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak sebelumnya, yaitu berdasarkan jenis pajak berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang struktur organisasinya berdasarkan fungsi jabatan. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur mulai beroperasi pada tanggal 27 Mei 2008, berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 95/PJ.01/2008 tanggal 19 Mei 2008.

B. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur beralamat di Jalan Pangeran Diponegoro Nomor 30 A Gedung Keuangan Negara Lantai II Medan. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur didirikan pada tanggal 1 april 1994 berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Repuplik Indonesia Nomor 758/KMK.01/1993 tanggal 3 agustus 1993. Adapun wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, yaitu:

1. Kecamatan Medan Tembung

Kecamatan Medan di Tembung adalah daerah pintu gerbang kota Medan di sebelah Timur yang merupakan pintu masuk dari Kabupaten Deli Serdang atau daerah lainnya melalui transportasi darat. Di Kecamatan Medan Tembung ini banyak terdapat jenis usaha industri kecil seperti kerajinan rotan. Disamping itu banyak pula yang bergerak di bidang usaha industri rumah tangga seperti pembuatan sepatu. 2. Kecamatan Medan Timur

Di Kecamatan Medan Timur ini terdapat Stasiun Kereta Api Medan yang dikenal dengan “Stasiun Besar” sebagai salah satu sarana transportasi darat antar kota dan


(34)

antar daerah dari dan ke Kota Medan. Walaupun bukan sebagai daerah pusat industri di Kecamatan Medan Timur ini juga banyak terdapat usaha-usaha industri kecil seperti bengkel kenderaan bermotor, bengkel bubut, show room serta usaha perdagangan dan jasa.

3. Kecamatan Medan Perjuangan

Kecamatan Medan Perjuangan adalah salah satu daerah padat pemukiman di kota Medan. Kecamatan Medan Perjuangan pada umumnya bergerak di sektor perdagangan baik itu perdagangan besar, menengah maupun kecil. Di Kecamatan Medan Perjuangan terdapat industri-industri kecil seperti perabot rumah tangga, pengolahan kopi, sulaman border, roti/ bika ambon, dan sebagainya.

C. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Timur

Keberhasilan program modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat membawa perubahan paradigma dan perubahan prilaku pegawai DJP. Tetapi lebih jauh juga dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan praktik-praktik “good governance” pada institusi pemerintah secara keseluruhan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jendral Pajak telah mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.

Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut: VISI

Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.


(35)

MISI

Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi.

D. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Timur

Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan secara sistematis mengenai pembagian tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing pegawai dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan struktur organisasi tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja agar setiap pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara maksimal. Struktur organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, antara lain:

1) Sub Bagian Umum

2) Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 3) Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

4) Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 5) Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 6) Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 7) Seksi Ekstensifikasi Perpajakan 8) Seksi Penagihan

9) Seksi Pemeriksaan 10)Seksi Pelayanan


(36)

Wilayah kerja masing-masing seksi pengawasan dan konsultasi (WASKON) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah sebagai berikut:

a. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, meliputi Kelurahan Pulo Brayan Darat I dan II, Kelurahan Sidodadi, dan Kelurahan Perintis.

b. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, meliputi Kelurahan Sei Kera Hilir I dan II, Kelurahan Sidorame Barat I dan II, Sidorame Timur, Kelurahan Pahlawan, Kelurahan Sei Kera Hulu, Kelurahan Pandau Hilir dan Kelurahan Tegal Rejo.

c. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, meliputi Kelurahan Bandar Selamat, Kelurahan Bantan, Kelurahan Bantan Timur, Kelurahan Indrakasih, Kelurahan Sudirejo, Kelurahan Sudirejo Hilir, Kelurahan Tembung.

d. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV, meliputi Kelurahan Durian, Kelurahan Gaharu, Kelurahan Glugur Darat I dan II, Kelurahan Gang Buntu, Kelurahan Pulo Brayan Bengkel, dan Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru.

E. Deskripsi dan Aktivitas KPP Pratama Medan Timur

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yang terletak di Jln. Diponegoro No. 30 A Medan. KPP Pratama Medan Timur dipegang oleh seorang Kepala Kantor yang mempunyai tugas mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja KPP, mengkoordinasikan penyusunan rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi yang ada dan mengkoordinasikan segala hal yang bersangkutan dengan rencana kerja yang telah ditargetkan oleh Kanwil yang bersangkutan. Kepala Kantor tersebut membawahi 10 seksi dan 1 kelompok jabatan fungsional, yang gambaran tugas dari masing-masing bagian kerja tersebut adalah sebagai berikut:


(37)

1. Sub Bagian Umum mempunyai prosedur standar kerja sebagai berikut : a. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk

b. Pelaksanaan pelantikan, sumpah serah terima jabatan serta pengambilan sumpah Pegawai Negeri Sipil (PNS)

c. Pelaksanaan pembayaran tagihan melalui mekanisme langsung pada rekannya d. Pemusnahan dokumen, penyusunan laporan berkala KPP dan pembuatan

laporan tahunan

e. Penyusunan tanggapan/ tindak lanjut terhadap Surat Hasil Pemeriksaan (SHP)/ Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dari Dirjen Depkeu/BPK/BPKP/ unit fungsional pemeriksaan lainnya.

2. Seksi Pelayanan mempunyai prosedur standar kerja sebagai berikut :

a. Pelaksanaan penatausahaan surat, dokumentasi, dan laporan Wajib Pajak pada Tempat Pelayanan Terpadu

b. Pelaksanaan pendaftaran dan penghapusan NPWP c. Pengukuhan dan perubahan identitas Wajib Pajak

d. Penyelesaian pemindahan Wajib Pajak dan Pengusaha Kena Pajak (PKP) di KPP lama/baru

e. Pengolahan penerimaan SPT Tahunan PPh dan SPT Masa

f. Penyelesaian Permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT tahunan PPh.

3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi mempunyai prosedur standar kerja sebagai berikut :


(38)

a. Pelaksanaan pemprosesan dan penatausahaan Dokumen Masuk di seksi pengawasan dan konsultasi

b. Pelaksanaan penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) dan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPIMB)

c. Pelaksanaan penyelesaian permohonan penggunaan nilai buku dalam rangka penggabungan usaha, pengambilan usaha, atau pemekaran usaha

d. Pelaksanaan penyelesaian permohonan keberatan, pembetulan, pengurangan dan penghapusan sanksi administrasi pajak pengahsilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di Kantor Pelayanan Pajak.

e. Pelaksanaan penyelesaian permohonan SKB, Bea Materai, PPh, PPN, SKPKB, SPT, SKPKBT, STP

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai prosedur standar kerja sebagai berikut :

a. Pelaksanaan tatacara pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi PDI

b. Pelaksanaan tatacara penatausahaan alat keterangan

c. Pelaksanaan tatacara penyusunan rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan ekonomi dan keuangan

d. Pelaksanaan tatacara pembentukan Bank Data e. Pelaksanaan tatacara Pemanfaatan Bank Data

5. Seksi Penagihan mempunyai prosedur standar kerja sebagai berikut :

a. Pelaksanaan pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi penagihan


(39)

b. Pelaksanaan penagihan yang bertugas membantu penyiapan surat tagihan, surat paksa, surat perintah melaksanakan penyitaan, usulan lelang dank penagihan lainnya

c. Pelaksanaan penatausahaaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak beserta bukti pembayarannya.

d. Pelaksanaan penatausahaan Surat Keputusan Pembetulan/ Keberatan/ putusan/ pengurangan atau pembatalan Ketetapan Pajak

6. Seksi Ekstensifikasi mempunyai prosedur standar kerja sebagai berikut :

a. Pelaksanaan pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi Ekstensifikasi perpajakan

b. Pelaksanaan pendaftaraan objek pajak baru dengan penelitian kantor dan lapangan

c. Pelaksanaan pencarian data potensi perpajakan dalam rangka pembuatab Monografi Fiskal

d. Pelaksanaan pembuatan daftar biaya komponen bangunan

e. Pelaksanaan mutasi seluruhnya dan sebagian objek dan subjek pajak

f. Pelaksanaan penyelesaian permohonan surat keterangan Nilai Jual Objek Pajak g. Pelaksanaan penerbitan Daftar Nominatif untuk usulan SP3 PSL Ekstensifikasi 7. Seksi Pemeriksaan mempunyai prosedur standar kerja sebagai berikut :

a. Pelaksanaan tatacara pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi pemeriksaan

b. Pelaksanaan tatacara penyelesiaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahun pajak c. Pelaksanaan penyelesaian usaha pemeriksaan


(40)

d. Pelaksanaan pengamatan oleh Kantor Pelayanan Pajak e. Pelaksanaan pemeriksaan kantor

f. Pelaksanaan penatausahaan Laporan Pemeriksaan Pajak dan Nota Perhitungan g. Pelaksanaan penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran

Pajak Penjualan Barang Mewah 8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan berlaku. Kelompok jabatan fungsional sesuai dengan bidang keahliannya. Setiap kelompok dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah dan Kepala KPP Pratama yang bersangkutan.


(41)

BAB III

GAMBARAN DATA WAJIB PAJAK

A. Wajib Pajak Pemotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Terdaftar

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, yang meliputi pembayaran pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Salah satu kewajiban Wajib Pajak adalah mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak. (Mardiasmo : 2008).

Wajib Pajak Pemotong PPh Pasal 21 yang terdaftar di KPP Pratama Medan Timur Tahun 2011, dapat terlihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.1 Wajib Pajak Pemotong PPh Pasal 21 yang Terdaftar di KPP Medan Timur Tahun 2011

No Bulan Wajib Pajak Pemotong PPh Pasal 21 Terdaftar

1 Januari 8.718

2 Febuari 8.719

3 Maret 8.771

4 April 8.854

5 Mei 8.898

6 Juni 8.950

7 Juli 8.998

8 Agustus 9.040

9 September 9.074

10 Oktober 9.122

11 November 9.192

12 Desember 9.264


(42)

Tabel di atas merupakan jumlah data Wajib Pajak Pemotong PPh Pasal 21 yang terdaftar di KPP Pratama Medan Timur, secara kumulatif dari bulan Januari sampai dengan Desember 2011.

Data di atas juga dapat digambarkan dalam grafik seperti berikut ini :

Grafik 3.1 Wajib Pajak Pemotong PPh Pasal 21 yang Terdaftar di KPP Pratama Medan Timur

Tahun 2011

B. Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh Pasal 21

Surat Pemberitahuan merupakan sarana bagi Wajib Pajak untuk melaporkan hal-hal yang berkaitan dengan kewajiban perpajakan. SPT harus diisi dengan benar, lengkap, dan jelas dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin dan angka arab, satuan mata uang rupiah dan menandatangani serta menyampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

8400 8600 8800 9000 9200 9400

Wajib Pajak Terdaftar


(43)

Penyampaian SPT untuk SPT Masa paling lama 20 hari setelah akhir Masa Pajak. Penyampaian SPT Masa PPh Pasal 21 di KPP Pratama Medan Timur Tahun 2011, dapat terlihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3.2 Penyampaian SPT Masa PPh Pasal 21 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Tahun 2011

No Penyampaian SPT Masa PPh Pasal 21

Bulan Tepat Waktu Terlambat

1 Januari 1.903 486

2 Febuari 1.996 376

3 Maret 2.223 531

4 April 2.238 594

5 Mei 2.240 575

6 Juni 2.261 463

7 Juli 2.265 245

8 Agustus 2.278 549

9 September 2.286 405

10 Oktober 2.288 285

11 November 2.299 587

12 Desember 2.344 605

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Dari data di atas, Wajib Pajak tidak seluruhnya menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 secara tepat waktu pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur sejak bulan Januari – Desember. Perbandingan antara penyampaian SPT Masa PPh Pasal 21 yang tepat waktu dengan penyampaian SPT Masa PPh Pasal 21 yang terlambat di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dapat dilihat pada grafik berikut :


(44)

Grafik 3.2 SPT Masa PPh Pasal 21 yang Diterima KPP Pratama Medan Timur Tahun 2011

C. Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)

Penerbitan Surat Tagihan Pajak dilakukan melalui Seksi Pengawasan dan Konsultasi. Berdasarkan Standar Operating Procedures (SOP) Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Surat Tagihan Pajak diterbitkan dengan prosedur :

1. Berdasarkan data pembayaran, pelaporan, PBK, penundaan jatuh tempo, dan penundaan ditolak, sistem menghasilkan data sanksi-sanksi yang akan diterbitkan STP sesuai dengan ketentuan yang mengatur tentang dasar penerbitan STP.

2. Selanjutnya AR membuat Lembar Perhitungan beserta Nota Penghitungnya. 3. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) meneliti dan

menandatangani Lembar Perhitungan dan Nota Penghitungan.

0 500 1000 1500 2000

2500 Tepat

Waktu Terlambat


(45)

4. AR meng- input data STP dan mengirimkannya ke Case Management.

5. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan melakuna persetujuan

(approve) penerbitan STP.

6. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak STP yang telah disetujui.

7. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak STP dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi Pelayanan.

8. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan menandatangani STP, selanjutnya menyerahkan kembali kepada Pelaksana Seksi Pelayanan untuk diproses lebih lanjut.

9. Pelaksana Seksi Pelayanan menatausahakan dan menyampaikan STP ke Wajib Pajak sesuai dengan SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak dan SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP.

10.Proses selesai.

Secara gambar, Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) , dapat dilihat dalam gambar berikut ini :


(46)

Gambar 3.1 Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)

TATA CARA PENERBITAN SURAT TAGIHAN PAJAK (STP)

Wajib Pajak Account Representative Kepala Seksi Pengawasan dan Kosultasi

Kepala Seksi Pelayanan

Pelaksana Seksi Pelayanan

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Mulai Data sanksi-sanksi yang akan diterbitkan Memilih kasus

Membuat lemhit dan nothit

Menginput data dan mengirimkan ke Case

management Meneliti dan menandatangani Meneliti dan menyetujui Menugaskan untuk mencetak Mencetak STP Meneliti dan menandatangani Konsep STP

STP Menatausahakan dan menyampaikan

SOP Tata cara Penatausahaan Dokumen

SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP

Selesai STP


(47)

Berdasarkan Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur selama tahun 2011 mengeluarkan Surat Tagihan Pajak sebanyak 347 Wajib Pajak.

D. Masalah Yang Timbul Dalam Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Hendra pada tanggal 15 Juni 2012 masalah yang dihadapi oleh KPP Pratama Medan Timur dalam menerbitkan STP terhadap Wajib Pajak Pemotong PPh Pasal 21 yang terlambat atau tidak menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 sesuai dengan ketentuan Pasal 7 UU KUP adalah :

1. Jadwal waktu penerbitan yang tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan. 2. Kekurangan tenaga pelaksana.


(48)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Perkembangan Wajib Pajak Pemotong PPh Pasal 21 Terdaftar

Dari data yang telah disajikan pada bab sebelumnya yaitu jumlah Wajib Pajak Pemotong PPh Pasal 21 yang terdaftar dari bulan Januari – Desember 2011 mengalami peningkatan, dalam tabel dibawah ini akan disajikan persentase jumlah kenaikan Wajib Pajak :

Tabel 4.1 Persentase Kenaikan Wajib Pajak Pemotong PPh Pasal 21 Terdaftar di KPP Pratama Medan Timur

Tahun 2011 NO Bulan Jumlah Wajib Pajak

Pemotong PPh Pasal 21 Terdaftar

Persentase

Kenaikan/Penurunan

1 Januari 8.718 -

2 Febuari 8.719 0,01%

3 Maret 8.771 0,6%

4 April 8.854 0,9%

5 Mei 8.898 0,5%

6 Juni 8.950 0,6%

7 Juli 8.998 0,5%

8 Agustus 9.040 0,4%

9 September 9.074 0,3%

10 Oktober 9.122 0.5%

11 November 9.192 0,8%

12 Desember 9.264 0,8%

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumlah Wajib Pajak Pemotong PPh Pasal 21 terdaftar di KPP Pratama Medan Timur dari bulan Januari – Desember tahun 2011 selalu mengalami kenaikan ini dapat dilihat dari persentase yang bertambah, misalnya bulan Januari sampai Febuari tahun 2011 Wajib Pajak yang mendaftarkan diri ke KPP Pratama


(49)

Medan Timur naik sebesar 0,01%. Kenaikan persentase ini membuktikan tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya dengan mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak semakin meningkat.

B. Perkembangan Wajib Pajak Pemotong PPh Pasal 21 yang Menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21

Orang pribadi atau badan yang telah mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak PPh Pasal 21, kewajiban lainnya adalah menyampaikan SPT Masa . Wajib Pajak wajib menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 untuk melaporkan pajaknya ke kantor pajak. Dalam penyelengaraannya, Direktorat Jenderal Pajak menunjuk setiap Kantor Pelayanan Pajak untuk melaksanakan penerimaan SPT Masa bagi seluruh Wajib Pajak yang terdaftar di wilayah kerja masing-masing. Setelah SPT Masa yang telah diisi oleh Wajib Pajak dengan benar dan lengkap disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar, maka selanjutnya fiskus akan mengolah SPT yang telah masuk. Proses pengolahan SPT secara benar dan benar merupakan tahap yangpenting dalam administrasi pajak. Pengolahan SPT adalah serangkaian kegiatan yang meliputi penelitian SPT dan perekaman SPT, baik meliputi penatausahaan yang meliputi penerimaan SPT, pencatatan/perekaman (recording)

SPT, penggolongan SPT dan penyimpanan (filling) dokumen SPt maupun dalam pelayanan yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak.

Kendala yang terjadi dalam penyampaian SPT Masa adalah wajib Pajak kurang memahami pelaksanaan peraturan perpajakan. Wajib Pajak terutama yang baru mendaftar umumnya masih kurang jelas dalam hal pembayaran angsuran bulanan atau pembayaran masa. Padahal Wajib Pajak yang terdaftar mengalami peningkatan tetapi tidak dalam


(50)

penyampaian SPT Masa-nya. Hal ini berlangsung dari bulan ke bulan sehingga fiskus dapat melihat tingkat kesadaran Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 sehingga fiskus dapat membandingkan dari bulan ke bulan. Sebagai contoh, penulis memberikan data tentang Wajib Pajak terdaftar di KPP Pratama Medan Timur dan Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 yang tepat waktu dan terlambat tahun 2011, yang dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.2 Wajib Pajak Pemotong PPh Pasal 21 Terdaftar dan yang Menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 di KPP Pratama Medan Timur

Tahun 2011

No Bulan

Wajib Pajak Pemoton PPh

Pasal 21 Terdaftar

SPT Masa PPh Pasal 21

Disampaikan Tidak

Disampaikan Tepat

Wa ktu

Terlambat Jumlah

1 Januari 8.718 1.903 486 2.389 6.329 2 Febuari 8.719 1.996 376 2.372 6.347 3 Maret 8.771 2.223 531 2.754 6.017 4 April 8.854 2.238 594 2.832 6.022

5 Mei 8.898 2.240 575 2.815 6.066

6 Juni 8950 2.261 463 2.750 6.226

7 Juli 8.998 2.205 245 2.450 6.548 8 Agustus 9.040 2.278 549 2.827 6.213 9 September 9.074 2.286 405 2.691 6.383 10 Oktober 9.122 2.188 285 2.473 6.649 11 November 9.192 2.299 587 2.886 6.306 12 Desember 9.264 2.244 605 2.849 6.415


(51)

Data di atas juga dapat dilihat dalam grafik berikut ini :

Grafik 4.1 Perbandingan Wajib Pajak Pemotong PPh Pasal 21 yang Terdaftar dengan yang Menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 di KPP Pratama Medan Timur

Tahun 2011

Dari tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa jumlah Wajib Pajak Pemotong PPh Pasal 21 yang terdaftar di KPP Pratama Medan Timur sejak bulan Januari – Desember tahun 2011 selalu mengalami peningkatan dari bulan ke bulan, namun yang menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 sangat sedikit jumlahnya. Pada bulan Januari Wajib Pajak terdaftar sebanyak 8.718 orang sedangkan yang menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 yang tepat waktu dan terlambat hanya 2.389 orang (27,4%), pada bulan Febuari Wajib Pajak terdaftar sebanyak 8.719 orang sedangkan yang menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 yang tepat waktu dan terlambat hanya 2.372 ( 27,2%), bulan Maret Wajib Pajak yang terdaftar sebanyak 8.771 orang sedangkan yang menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 yang tepat waktu dan terlambat hanya 2.754 (31,4%), bulan April Wajib Pajak yang terdaftar sebanyak

0 2000 4000 6000 8000 10000

Wajib Pajak Terdaftar Tepat Waktu Terlambat


(52)

8.854 orang sedangkan yang menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 yang tepat waktu dan terlambat hanya 2.832 (32%), bulan Mei Wajib Pajak yang terdaftar sebanyak 8.898 orang sedangkan yang menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 yang tepat waktu dan terlambat hanya 2.815 (31,6%), bulan Juni Wajib Pajak yang terdaftar sebanyak 8.950 orang sedangkan yang menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 yang tepat waktu dan terlambat hanya 2724 (30,4%), bulan Juli Wajib Pajak yang terdaftar sebanyak 8.998 orang sedangkan yang menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 yang tepat waktu dan terlambat hanya 2.450 (27,2%), bulan Agustus Wajib Pajak yang terdaftar sebanyak 9.040 orang sedangkan yang menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 yang tepat waktu dan terlambat hanya 2.827 (31,3%), bulan September Wajib Pajak yang terdaftar sebanyak 9.074 orang sedangkan yang menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 yang tepat waktu dan terlambat hanya 2.691 (29,6%), bulan Oktober Wajib Pajak yang terdaftar sebanyak 9.122 orang sedangkan yang menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 yang tepat waktu dan terlambat hanya 2.473 (27,1%), bulan November Wajib Pajak yang terdaftar sebanyak 9.192 orang sedangkan yang menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 yang tepat waktu dan terlambat hanya 2.886 (31,4%), bulan Desember Wajib Pajak yang terdaftar sebanyak 9.264 orang sedangkan yang menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 yang tepat waktu dan terlambat 2.849 (30,7%).

Dilihat dari persentase Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 mengalami kenaikan dan penurunan setiap bulannya, ini disebabkan oleh masih banyak Wajib Pajak yang belum memenuhi kewajibannya dikarenakan Wajib Pajak kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pajak, pajak dianggap beban yang mengurangi penghasilan.


(53)

Apabila dibandingkan jumlah Wajib Pajak Pemotong PPh Pasal 21 yang terdaftar setiap bulannya dengan jumlah yang menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 persentase itu sangatlah rendah yaitu rata-rata 32,4% {(27,4% + 27,2% + 31,4% + 32% + 31,6% + 30,4% + 27,2% + 31,3% + 29,6% + 27,1% + 31,4% + 30,7%) / 12} dari bulan Januari – Desember tahun 2011. Untuk menanggapi hal tersebut memang sudah ada peraturan yang tercantum dalam Undang – Undang Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan Pasal 7 ayat (1) apabila SPT Masa PPh Pasal 21 tidak disampaikan maka akan dikenakan sanksi denda sebesar Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah). Yang akan ditagih dengan menggunkan Surat Tagihan Pajak (STP).

Berdasarkan data yang di dapat dari KPP Pratama Medan Timur, penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) selama tahun 2011 sebanyak 347 sedangkan jumlah Wajib Pajak yang tidak menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 sebanyak 75.521. Sehingga dapat dilihat rata-rata STP yang dikeluarkan selama tahun 2011 sebesar 0,45% {(347 STP/ 75.521 Wajib Pajak) x 100%} sangat rendah dari STP yang seharusnya diterbitkan.

Selain adanya peraturan yang mengatur agar Wajib Pajak sadar dan patuh terhadap kewajiban dalam menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 juga diperlukan upaya dari fiskus untuk mengantisipasi agar Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakannya dalam menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 tepat waktu.

C. Permasalahan Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)

Masalah yang dihadapi dalam penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) adalah :

1. Faktor penyebab hambatan teknis dalam penerbitan STP adalah jadwal waktu penebitan yang tidak sesuai dengan waktu ditentukan.


(54)

Keterlambatan dalam penerbitan STP terlihat dalam penerbitan STP terhadap Wajib Pajak. Menurut peraturan, pelaksanaan penerbitan STP untuk Wajib Pajak dikeluarkan setiap saat setelah lewat jatuh tempo pembayaran/penyetoran. Dengan masih ditundanya pembuatan Nota Penghitungan oleh Seksi Waskon tidak jarang akhirnya atas sanksi bunga atau denda di kumulatifkan dengan bulan berikutnya. 2. Kekurangan Tenaga Pelaksana

Di Seksi Pelayanan memiliki Kepala Seksi dan mempunyai beberapa pelaksana yang melaksanakan penerbitan yang meliputi STP, SKPKB, SKPLB, dan SKPKBT. Oleh karena itu, tidak jarang terdapat Nota Perhitungan yang berasal dari Seksi Waskon ditunda penerbitannya karena sibuk dengan tugas lain. Kurangnya petugas bila dibandingkan dengan kuantitasnya pekerjaan juga merupakan faktor penghambat bagi kelancaran penerbitan.

3. Banyak Surat Tagihan Pajak (STP) yang kembali pos (kempos)

Surat Tagihan Pajak (STP) yang kembali pos ( kempos) dapat disebabkan karena alamat yang tercantum di dalam STP tersebut tidak lengkap, misalnya dalam suatu STP hanya tercantum nama jalan saja, tidak lengkap sampai nomor rumah ataupun RT/RW-nya. Ketidaklengkapan alamat tersebut bisa saja karena unsur kesengajaan dari Wajib Pajak. Selain itu juga dikarenakan alamat tersebut tidak atau sudah bukan ditempati oleh Wajib Pajak sebagaimana yang dimaksud dalam Surat Tagihan Pajak.

Upaya untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam penerbitan Surat Tagihan Pajak adalah:


(55)

Setiap seksi yang terkait dengan Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) sengat memerlukan Tenaga Pelaksana. Sehingga toleransi pekerjaan anatar seksi sedikit dikurangi dan pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu dan berjalan dengan baik.

2. Lebih memaksimalkan kinerja pegawai, sehingga penerbitan Surat Tagihan Pajak dapat terlaksana.

3. Terhadap STP yang kembali pos dan tidak ditemukannya alamat Wajib Pajak sebenarnya bisa diantisipasi sejak awal oleh petugas di Seksi Pelayanan yang menerima permohonan pendaftaran NPWP dari Wajib Pajak dengan cara meneliti kelengkapan alamat dan nomor telepon yang dapat dihubungi. Apabila data tersebut tidak lengkap, maka petugas di Seksi Pelayanan tersebut dapat meminta Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dengan ini, dimungkinkan kesempatan bagi Wajib Pajak yang berniat curang akan semakin kecil.


(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis memberikan kesimpulan sehubungan dengan apa yang telah dikemukan antara lain sebagai berikut :

1. Tingkat kepatuhan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh Pasal 21 pada KPP Pratama Medan Timur sangatlah rendah, hanya 32,4% apabila dibandingkan dengan jumlah Wajib Pajak yang terdaftar.

2. Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) yang dikeluarkan KPP Pratama Medan Timur sangatlah rendah, hanya 0,45% apabila dibandingkan dengan jumlah Surat Tagihan Pajak (STP) yang seharusnya dikeluarkan.

3. Masalah yang dihadapi KPP Pratama Medan Timur dalam menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) adalah:

a. Jadwal waktu penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) yang tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan.

b. Kekurangan tenaga pelaksana.


(57)

B. Saran

Adapun yang menjadi saran yang penulis kemukakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Perlu diberikannya penyuluhan terus menerus kepada Wajib Pajak tentang masalah-masalah yang terkait dengan perpajakan sehingga dalam pelaksanaan kewajiban perpajakannya tidak merasa terpaksa atau karena takut terkena sanksi administrasi. 2. Bagi fiskus agar menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) atas sanksi administrasi

denda terlambat atau tidak menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 dan apabila Wajib Pajak tidak menanggapinya maka perlu di tindaklanjuti dengan pemeriksaan pajak.

3. KPP Pratama Medan Timur hendaknya meningkatkan kinerja penerbitan STP atas keterlambatan dan tidak dipenuhinya kewajiban penyampaan SPT Masa PPh Pasal 21 dengan cara :

a. Melakukan pengawasan yang ketat dalam penerbitan STP sanksi administrasi denda terlambat atau tidak menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21.

b. Menambah pegawai yang mengerjakan penerbitan STP.

c. Melakukan penelitian alamat Wajib Pajak Pemotong PPh Pasal 21 dan mengupdatenya.


(58)

DAFTAR PUSTAKA Mardiasmo, 2008, Perpajakan (Edisi Revisi), Andi, Yogyakarta.

Resmi, Siti, 2008, Perpajakan: Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 84/PMK.03/2010 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 189/PMK/.03/2007 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 80/PMK.03/2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, Serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak


(1)

Apabila dibandingkan jumlah Wajib Pajak Pemotong PPh Pasal 21 yang terdaftar setiap bulannya dengan jumlah yang menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 persentase itu sangatlah rendah yaitu rata-rata 32,4% {(27,4% + 27,2% + 31,4% + 32% + 31,6% + 30,4% + 27,2% + 31,3% + 29,6% + 27,1% + 31,4% + 30,7%) / 12} dari bulan Januari – Desember tahun 2011. Untuk menanggapi hal tersebut memang sudah ada peraturan yang tercantum dalam Undang – Undang Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan Pasal 7 ayat (1) apabila SPT Masa PPh Pasal 21 tidak disampaikan maka akan dikenakan sanksi denda sebesar Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah). Yang akan ditagih dengan menggunkan Surat Tagihan Pajak (STP).

Berdasarkan data yang di dapat dari KPP Pratama Medan Timur, penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) selama tahun 2011 sebanyak 347 sedangkan jumlah Wajib Pajak yang tidak menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 sebanyak 75.521. Sehingga dapat dilihat rata-rata STP yang dikeluarkan selama tahun 2011 sebesar 0,45% {(347 STP/ 75.521 Wajib Pajak) x 100%} sangat rendah dari STP yang seharusnya diterbitkan.

Selain adanya peraturan yang mengatur agar Wajib Pajak sadar dan patuh terhadap kewajiban dalam menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 juga diperlukan upaya dari fiskus untuk mengantisipasi agar Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakannya dalam menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 tepat waktu.

C. Permasalahan Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)

Masalah yang dihadapi dalam penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) adalah :

1. Faktor penyebab hambatan teknis dalam penerbitan STP adalah jadwal waktu penebitan yang tidak sesuai dengan waktu ditentukan.


(2)

Keterlambatan dalam penerbitan STP terlihat dalam penerbitan STP terhadap Wajib Pajak. Menurut peraturan, pelaksanaan penerbitan STP untuk Wajib Pajak dikeluarkan setiap saat setelah lewat jatuh tempo pembayaran/penyetoran. Dengan masih ditundanya pembuatan Nota Penghitungan oleh Seksi Waskon tidak jarang akhirnya atas sanksi bunga atau denda di kumulatifkan dengan bulan berikutnya. 2. Kekurangan Tenaga Pelaksana

Di Seksi Pelayanan memiliki Kepala Seksi dan mempunyai beberapa pelaksana yang melaksanakan penerbitan yang meliputi STP, SKPKB, SKPLB, dan SKPKBT. Oleh karena itu, tidak jarang terdapat Nota Perhitungan yang berasal dari Seksi Waskon ditunda penerbitannya karena sibuk dengan tugas lain. Kurangnya petugas bila dibandingkan dengan kuantitasnya pekerjaan juga merupakan faktor penghambat bagi kelancaran penerbitan.

3. Banyak Surat Tagihan Pajak (STP) yang kembali pos (kempos)

Surat Tagihan Pajak (STP) yang kembali pos ( kempos) dapat disebabkan karena alamat yang tercantum di dalam STP tersebut tidak lengkap, misalnya dalam suatu STP hanya tercantum nama jalan saja, tidak lengkap sampai nomor rumah ataupun RT/RW-nya. Ketidaklengkapan alamat tersebut bisa saja karena unsur kesengajaan dari Wajib Pajak. Selain itu juga dikarenakan alamat tersebut tidak atau sudah bukan ditempati oleh Wajib Pajak sebagaimana yang dimaksud dalam Surat Tagihan Pajak.

Upaya untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam penerbitan Surat Tagihan Pajak adalah:


(3)

Setiap seksi yang terkait dengan Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) sengat memerlukan Tenaga Pelaksana. Sehingga toleransi pekerjaan anatar seksi sedikit dikurangi dan pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu dan berjalan dengan baik.

2. Lebih memaksimalkan kinerja pegawai, sehingga penerbitan Surat Tagihan Pajak dapat terlaksana.

3. Terhadap STP yang kembali pos dan tidak ditemukannya alamat Wajib Pajak sebenarnya bisa diantisipasi sejak awal oleh petugas di Seksi Pelayanan yang menerima permohonan pendaftaran NPWP dari Wajib Pajak dengan cara meneliti kelengkapan alamat dan nomor telepon yang dapat dihubungi. Apabila data tersebut tidak lengkap, maka petugas di Seksi Pelayanan tersebut dapat meminta Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dengan ini, dimungkinkan kesempatan bagi Wajib Pajak yang berniat curang akan semakin kecil.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis memberikan kesimpulan sehubungan dengan apa yang telah dikemukan antara lain sebagai berikut :

1. Tingkat kepatuhan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh Pasal 21 pada KPP Pratama Medan Timur sangatlah rendah, hanya 32,4% apabila dibandingkan dengan jumlah Wajib Pajak yang terdaftar.

2. Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) yang dikeluarkan KPP Pratama Medan Timur sangatlah rendah, hanya 0,45% apabila dibandingkan dengan jumlah Surat Tagihan Pajak (STP) yang seharusnya dikeluarkan.

3. Masalah yang dihadapi KPP Pratama Medan Timur dalam menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) adalah:

a. Jadwal waktu penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) yang tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan.

b. Kekurangan tenaga pelaksana.


(5)

B. Saran

Adapun yang menjadi saran yang penulis kemukakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Perlu diberikannya penyuluhan terus menerus kepada Wajib Pajak tentang masalah-masalah yang terkait dengan perpajakan sehingga dalam pelaksanaan kewajiban perpajakannya tidak merasa terpaksa atau karena takut terkena sanksi administrasi. 2. Bagi fiskus agar menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) atas sanksi administrasi

denda terlambat atau tidak menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 dan apabila Wajib Pajak tidak menanggapinya maka perlu di tindaklanjuti dengan pemeriksaan pajak.

3. KPP Pratama Medan Timur hendaknya meningkatkan kinerja penerbitan STP atas keterlambatan dan tidak dipenuhinya kewajiban penyampaan SPT Masa PPh Pasal 21 dengan cara :

a. Melakukan pengawasan yang ketat dalam penerbitan STP sanksi administrasi denda terlambat atau tidak menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21.

b. Menambah pegawai yang mengerjakan penerbitan STP.

c. Melakukan penelitian alamat Wajib Pajak Pemotong PPh Pasal 21 dan mengupdatenya.


(6)

DAFTAR PUSTAKA Mardiasmo, 2008, Perpajakan (Edisi Revisi), Andi, Yogyakarta.

Resmi, Siti, 2008, Perpajakan: Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 84/PMK.03/2010 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 189/PMK/.03/2007 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 80/PMK.03/2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, Serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak


Dokumen yang terkait

Pengaruh Implementasi E-SPT, Implementasi E-Filing, dan Sanksi Administrasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Melaporkan SPT Masa PPN di KPP Pratama Medan Kota

4 144 113

Pelaksanaan Pengawasan Penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

1 59 110

Penyelasaian Keberatan Atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Badan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I

7 82 67

Pelaksanaan Pengawasan Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

1 56 66

Prosedur Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Pajak Penghasilan Badan Dalam Rangka Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dan Penerimaan Pajak Dikantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat

22 163 61

Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (SPT PPH OP) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Barat

0 48 61

Proses Administrasi Penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

0 31 50

Prosedur Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Pajak Penghasilan (PPH) Badan Dalam Rangka Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dan Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

8 119 63

Analisa Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

0 57 56

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN TIMUR A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur - Tatacara Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Sanksi Administrasi Denda Terlambat Atau Tidak Menyampaika

0 0 11