PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DAN PEMBERATAN (Studi Putusan Perkara Nomor : 07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS)

ABSTRACT

CRIMINAL LIABILITY OF CHILDREN AS ACTORS CRIME THEFT
WITH VIOLENCE AND WEIGHING
(Study of Decision Number: 07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS)
By
Lucky Dina Ristama
Criminal offenses committed by children nowadays more varied one of which
occurred in the jurisdiction of the District Court of Mount Sugih namely theft with
violence and weighting in Case Number: 07 / Pid.Sus / Children / 014 / PN.GS.
Criminal punishment against the perpetrators adversely affects a child's
development. The problems that exist in this thesis are: How is the criminal
responsibility of children as perpetrators of the crime of theft with violence and
weighting, then What is the basis of legal considerations judges in imposing
criminal sanctions against children as perpetrators of the crime of theft with
violence and weighting.
This study uses normative juridical approach and empirical. The type of data used
are primary data and secondary data. The data obtained were analyzed
qualitatively juridical and conclusions drawn deductively.
The results showed that the criminal responsibility of children as perpetrators of
the crime of theft with violence and weighting the defendant violated Article 365

paragraph (2) of the 2nd Criminal Code and be healthy physically and mentally,
and not found reason eraser criminal defendant categorized able to be responsible
for the act of doing premises serving a sentence of imprisonment for ten (10)
months. Basic legal considerations judges in imposing criminal sanctions is the
indictment prosecutors, the purpose of punishment, the mitigating circumstances
and aggravating, and apply some theories of law that legal certainty purpose,
usefulness and fairness of law.
Suggestions in this study is the judge in giving consideration should first consider
the state of the perpetrators who are still minors then it certainly requires the form
of rehabilitation and development.
Keywords: Criminal liability, Child, Theft, Violence, Weighting.

ABSTRAK

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK SEBAGAI
PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN
DAN PEMBERATAN
(Studi Putusan Perkara Nomor : 07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS)
Oleh
Lucky Dina Ristama

Tindak pidana yang dilakukan oleh anak dewasa ini semakin beragam, salah
satunya terjadi di wilayah hukum Pengadilan Negeri Gunung Sugih yakni
pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara Nomor:
07/Pid.Sus/Anak/014/PN.GS. Pertanggungjawaban pidana terhadap terhadap
pelaku berakibat negatif terhadap perkembangan anak. Permasalahan yang ada
dalam tesis ini adalah: bagaimanakah pertanggungjawaban pidana terhadap anak
sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan serta
apa yang menjadi dasar pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan sanksi
pidana terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan
dan pemberatan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan secara yuridis normatif dan empiris. Jenis
data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh
dianalisis secara yuridis kualitatif dan ditarik kesimpulan secara deduktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertanggungjawaban pidana terhadap anak
sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan yakni
Terdakwa terbukti melanggar Pasal 365 ayat (2) ke-2 KUHP dan dalam keadaan
sehat jasmani dan rohani serta tidak ditemukan alasan penghapus pidana maka
terdakwa dikategorikan mampu bertanggungjawab atas perbuatan yang
dilakukannya denga menjalani hukuman pidana penjara selama 10 (sepuluh)
bulan. Dasar pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana

adalah dakwaan Jaksa, tujuan pemidanaan, hal-hal yang meringankan dan
memberatkan, serta menerapkan beberapa teori-teori tujuan hukum yakni
kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan hukum.
Saran dalam penelitian ini adalah Hakim dalam memberikan pertimbangan
sebaiknya lebih mempertimbangkan keadaan pelaku yang masih anak dibawah
umur maka hal ini tentunya mensyaratkan mengenai bentuk rehabilitasi dan
pembinaan.
Kata Kunci: Pertanggungjawaban
pemberatan.

pidana,

Anak,

pencurian,

kekerasan,

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK SEBAGAI
PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN

DAN PEMBERATAN
(Studi Putusan Perkara Nomor : 07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS)

(Tesis)

Oleh
Lucky Dina Ristama

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016

ABSTRACT

CRIMINAL LIABILITY OF CHILDREN AS ACTORS CRIME THEFT
WITH VIOLENCE AND WEIGHING
(Study of Decision Number: 07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS)
By
Lucky Dina Ristama

Criminal offenses committed by children nowadays more varied one of which
occurred in the jurisdiction of the District Court of Mount Sugih namely theft with
violence and weighting in Case Number: 07 / Pid.Sus / Children / 014 / PN.GS.
Criminal punishment against the perpetrators adversely affects a child's
development. The problems that exist in this thesis are: How is the criminal
responsibility of children as perpetrators of the crime of theft with violence and
weighting, then What is the basis of legal considerations judges in imposing
criminal sanctions against children as perpetrators of the crime of theft with
violence and weighting.
This study uses normative juridical approach and empirical. The type of data used
are primary data and secondary data. The data obtained were analyzed
qualitatively juridical and conclusions drawn deductively.
The results showed that the criminal responsibility of children as perpetrators of
the crime of theft with violence and weighting the defendant violated Article 365
paragraph (2) of the 2nd Criminal Code and be healthy physically and mentally,
and not found reason eraser criminal defendant categorized able to be responsible
for the act of doing premises serving a sentence of imprisonment for ten (10)
months. Basic legal considerations judges in imposing criminal sanctions is the
indictment prosecutors, the purpose of punishment, the mitigating circumstances
and aggravating, and apply some theories of law that legal certainty purpose,

usefulness and fairness of law.
Suggestions in this study is the judge in giving consideration should first consider
the state of the perpetrators who are still minors then it certainly requires the form
of rehabilitation and development.
Keywords: Criminal liability, Child, Theft, Violence, Weighting.

ABSTRAK

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK SEBAGAI
PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN
DAN PEMBERATAN
(Studi Putusan Perkara Nomor : 07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS)
Oleh
Lucky Dina Ristama
Tindak pidana yang dilakukan oleh anak dewasa ini semakin beragam, salah
satunya terjadi di wilayah hukum Pengadilan Negeri Gunung Sugih yakni
pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara Nomor:
07/Pid.Sus/Anak/014/PN.GS. Pertanggungjawaban pidana terhadap terhadap
pelaku berakibat negatif terhadap perkembangan anak. Permasalahan yang ada
dalam tesis ini adalah: bagaimanakah pertanggungjawaban pidana terhadap anak

sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan serta
apa yang menjadi dasar pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan sanksi
pidana terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan
dan pemberatan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan secara yuridis normatif dan empiris. Jenis
data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh
dianalisis secara yuridis kualitatif dan ditarik kesimpulan secara deduktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertanggungjawaban pidana terhadap anak
sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan yakni
Terdakwa terbukti melanggar Pasal 365 ayat (2) ke-2 KUHP dan dalam keadaan
sehat jasmani dan rohani serta tidak ditemukan alasan penghapus pidana maka
terdakwa dikategorikan mampu bertanggungjawab atas perbuatan yang
dilakukannya denga menjalani hukuman pidana penjara selama 10 (sepuluh)
bulan. Dasar pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana
adalah dakwaan Jaksa, tujuan pemidanaan, hal-hal yang meringankan dan
memberatkan, serta menerapkan beberapa teori-teori tujuan hukum yakni
kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan hukum.
Saran dalam penelitian ini adalah Hakim dalam memberikan pertimbangan
sebaiknya lebih mempertimbangkan keadaan pelaku yang masih anak dibawah
umur maka hal ini tentunya mensyaratkan mengenai bentuk rehabilitasi dan

pembinaan.
Kata Kunci: Pertanggungjawaban
pemberatan.

pidana,

Anak,

pencurian,

kekerasan,

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK SEBAGAI
PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN
DAN PEMBERATAN
(Studi Putusan Perkara Nomor : 07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS)

Oleh
Lucky Dina Ristama


Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
MAGISTER HUKUM
Pada
Program Pasca Sarjana Magister Hukum
Fakultas Hukum Universitas Lampung

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016

RIWAYAT HIDUP

Lucky Dinaristama dilahirkan di Bandar Lampung 9 Desember 1989, yang merupakan
anak tunggal pasangan Bapak Sukoco dan Ibu Risma Bandarsyah, S.H. Penulis
menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak Taruna Jaya Bandar Lampung pada
tahun 1996, Sekolah Dasar Negeri 1 Wayhalim Bandar Lampung pada tahun 2002,
penulis menyelesaikan studinya di Sekolah Menengah Pertama Negeri 19 Bandar
Lampung pada tahun 2005 dan Sekolah Menengah Atas YP Unila Bandar Lampung

pada tahun 2008. Dengan mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa akhirnya penulis
diterima di Fakultas Hukum Universitas Lampung pada Tahun 2008. Selama mengikuti
perkuliahan penulis aktif mengikuti beberapa kegiatan kemahasiswaan. Penulis
menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum Universitas Lampung pada Tahun 2012.

Penulis saat ini bekerja pada bagian Staf Kemahasiswaan Rektorat Universitas
Lampung. Penulis melanjutkan studinya di Program Pascasarjana Universitas Lampung
Magister Hukum dengan Program Kekhususan Hukum Pidana pada Tahun 2014.

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayahNYA,
maka dengan ketulusan dan kerendahan hati serta setiap perjuangan dan jerih payah
penulis, penulis persembahkan Tesis ini kepada :

Papa dan Mama yang penulis hormati, sayangi, dan cintai
Terima kasih untuk setiap pengorbanan kesabaran, kasih sayang yang tulus serta do’a
demi keberhasilan penulis

Suami Penulis Hadiancha Maliki,SE yang selalu menemani, memotivasi, membuat

tertawa dan merasa berharga terimakasih atas semangat, perhatian dan kasih sayang
serta kebersamaan dan semua waktu yang tak pernah terlupakan

Keluarga besar penulis yang senantiasa menemani dengan keceriaan dan kasih sayang

Para pengajar penulis
Semoga ilmu yang telah diberikan dapat berguna bagi Penulis untuk berbakti kepada
Bangsa dan Negara

Sahabat-sahabat penulis yang selalu hadir menemaniku dalam suka maupun duka

Almamater tercinta Universitas Lampung

MOTO

“Anak berharga adalah insan bangsa yang mau mengorbankan dan mempersembahkan
masa depannya untuk totalitas perjuangan yang dibutuhkan negeri bukan untuk
membudayakan kekerasan dan perilaku yang menyimpang”
(Kak Seto-KPAI)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaiakan Tesis ini. Meskipun banyak
rintangan dan hambatan yang penulis alami dalam proses pengerjaannya, namun
berhasil menyelesaikannya dengan baik Tesis ini sebagai salah satu syarat guna
memperoleh gelar Magister Hukum pada Program Pascasarjana Universitas
Lampung dengan judul: Pertanggungjawaban Pidana terhadap Anak Sebagai
Pelaku Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan (Studi
Putusan Perkara Nomor : 07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS)”.

Penulis menyadari selesainya Tesis ini tidak terlepas dari partisipasi, bimbingan
serta bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Maka kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada:
1.

Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas
Lampung.

2.

Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Lampung.

3.

Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Lampung.

4.

Ibu Dr. Nikmah Rosidah, S.H., M.H. dan Bapak Dr. Maroni, S.H., M.H.
serta Bapak Dr. Budiyono, S.H., M.H. selaku Penguji yang telah
memberikan kritikan, koreksi dan masukan dalam penyelesaian Tesis ini
dengan baik.

5.

Bapak Dr. Eddy Rifai, S.H., M.H. dan Ibu Dr. Erna Dewi, S.H., M.H. yang
telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis dalam proses
pembuatan Tesis ini.

6.

Para Dosen Magister Hukum Program Pascasarjana Universitas Lampung
yang tak bisa disebutkan satu persatu, atas bimbingan dan pengajarannya
selama penulis menjadi mahasiswa Magister Hukum Program Pascasarjana
Universitas Lampung.

7.

Seluruh staf dan karayawan Magister Hukum Program Pascasarjana
Universitas Lampung yang telah membantu penulis dalam proses akademis
dan kemahasiswaan atas bantuannya selama penyusunan Tesis ini.

8.

Kedua orangtua Penulis: Ayahanda Sukoco dan Ibunda Risma Bandarsyah,
S.H. yang telah memberi dukungan, dan nasehat serta doa untuk
keberhasilan Penulis.

9.

Suami Penulis Hadiancha Maliki,SE yang selalu menemani, memotivasi,
membuat tertawa dan merasa berharga terimakasih atas semangat, perhatian
dan kasih sayang.

10. Kedua Orang Tua dari Suami Penulis : Drs. H. Zulkifli Maliki &
Hj. Herawati yang juga telah memberi dukungan, dan nasehat serta doa
untuk keberhasilan Penulis.

11. Seluruh Keluarga Besar Penulis: AKBP. Asep Akbar Hikmana,S.IK & Noni
Mersiana,

KOMBES

Hefrilia,S.E.,

POL.

serta Anggi

Purwolelono,
Trinata Maliki,

S.IK.,M.M.

&

S.STP.,M.M.

Ledyana
& Rizki

Amalia,S.H.,M.H. Beserta seluruh keluarga besar lain ny terimakasih atas
doa dan dukungan ny.
12. Sahabat-sahabat Penulis dan teman-teman Magister Hukum Program
Pascasarjana Universitas Lampung yang tidak bisa disebutkan satu persatu
terimakasih atas kebersamaan, dan motivasinya.

Semoga Tesis ini dapat berguna dan bermanfaat bagi agama, masyarakat, Bangsa
dan Negara, para mahasiswa, akademisi, serta pihak-pihak lain yang
membutuhkan terutama bagi penulis.
Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhir kata penulis
ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan perlindungan
dan kebaikan bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 6 April 2016
Penulis

Lucky Dinaristama

DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ............................................................. 11
1. Permasalahan ......................................................................................... 11
2. Ruang Lingkup ....................................................................................... 12
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................ 12
1. Tujuan Penelitian ................................................................................... 12
2. Kegunaan Penelitian .............................................................................. 13
D. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 14
1. Alur Pikir ............................................................................................... 14
2. Kerangka Teori ...................................................................................... 15
3. Konseptual ............................................................................................. 24
E. Metode Penelitian ....................................................................................... 26
1. Pendekatan Masalah ............................................................................... 26
2. Sumber dan Jenis Data ........................................................................... 28
3. Penentuan Narasumber .......................................................................... 31
4. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ....................................... 32
a. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................. 32
b. Prosedur Pengolahan Data ................................................................ 33
5. Analisis Data .......................................................................................... 34
F. Sistematika Penulisan ................................................................................. 35

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pertanggungjawaban Pidana dalam Hukum di Indonesia ............. 37
B. Tinjauan tentang Pemidanaan dan Tujuan Pemidanaan ............................. 41
C. Pengertian Anak yang berhadapan dengan Hukum serta Hak dan
Kewajiban Anak ......................................................................................... 45
D. Jenis-Jenis Sanksi Pidana dan Tindakan dalam Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak ............................. 51
E. Dasar Hukum Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan dan
Pemberatan ................................................................................................ 55

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Putusan Pengadilan Negeri Gunung Sugih Nomor
07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS ................................................................... 58
B. Pertanggungjawaban Pidana terhadap Anak sebagai Pelaku Tindak Pidana
Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan........................................... 61
C. Dasar Pertimbangan Hukum Hakim dalam Menjatuhkan Sanksi Pidana
terhadap Anak sebagai Pelaku Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan
dan Pemberatan .......................................................................................... 75

IV. PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................................. 88
B. Saran ......................................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman saat ini cukup pesat, tidak hanya di bidang teknik industri
dan perdagangan tetapi juga dalam bidang hukum. Perkembangan zaman diikuti
juga oleh perkembangan tingkat kejahatan. Perkembangan kehidupan yang terjadi
di Indonesia saat ini sangat cepat. Kemajuan dan pelaksanaan di segala bidang
meliputi sosial, politik, ekonomi dan budaya membawa dampak negatif berupa
peningkatan kualitas dan kuantitas berbagai macam kejahatan yang merugikan
dan meresahkan masyarakat.

Kondisi saat ini tidak bisa dipungkiri bahwa dalam pemenuhan kebutuhan
ekonomi banyak penduduk Negara Indonesia maupun di Negara berkembang
lainnya mengalami kesulitan, hal ini disebabkan karena sulitnya mendapatkan
pekerjaan yang layak. Sebagai akibatnya beberapa kelompok masyarakat
menggunakan cara pintas seperti melakukan tindak pidana pencurian dengan
kekerasan dan pemberatan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain faktor
yang menjadi motif terjadinya tindak pidana, Tindak pidana juga dilakukan

2

dengan menggunakan berbagai macam cara atau modus operandi maupun pelaku
melakukan suatu tindak pidana tersebut.1

Penanggulangan terhadap berbagai kejahatan baik yang bersifat konvensional
maupun bersifat transnational crime dilakukan oleh profesionalisme aparatur
yang benar-benar ahli di bidangnya serta memiliki pengalaman praktik berkaitan
dengan bidang yang ditanganinya. Perlindungan hukum secara proporsional
sangat diperlukan oleh masyarakat. Kejahatan di Negara Indonesia kini semakin
beragam jenis dan modusnya. Beberapa tahun terakhir 2014 masih berkembang
tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan yang bahkan saat ini
dilakukan oleh anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan
dan pemberatan. Perilaku anak yang menyimpang sering disebut dengan
kenakalan anak (juvenile delinquency). Perilaku tersebut tidak sesuai dengan
norma-norma yang ada di masyarakat sehingga timbul pelanggaran-pelanggaran
yang pada akhirnya cenderung ke arah tindak pidana. 2

Tindak pidana yang dilakukan oleh anak atau dikenal dengan juvenile delinquency
dewasa ini semakin meluas dan beragam, baik frekuensi maupun dalam
keseriusan kualitas kejahatan. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus yang terjadi
antara lain perkelahian, pemerasan/penodongan, penganiayaan dan sebagainya.
Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat 2.008 kasus kriminalitas
yang dilakukan anak usia sekolah sepanjang kuartal pertama Tahun 2011. Jumlah
itu meliputi berbagai jenis kejahatan seperti pencurian, tawuran, penganiayaan dan

1

Tongat, Perspektif Perkembangan Hukum di Indonesia, UMM Press, Malang, 2012, hlm. 41
Santi Kusumaningrum, Penggunaan Diskresi Dalam Proses Peradilan Pidana, UI Press, Jakarta,
2014, hlm. 34

2

3

pelecehan seksual yang dilakukan siswa SD hingga SMA. Angka itu meningkat
setiap tahun. Tahun 2012 terjadi 2.413 kasus kriminal anak usia sekolah,
selanjutnya Tahun 2013 yakni sebanyak 2.508 kasus.3

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
mempertegas tentang pengertian anak di dalam Pasal 1 angka (3) disebutkan
bahwa:
“Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak
adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum
berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.
Undang-undang tentang Pengadilan Anak melihat sisi anak dari perbuatan
yang dilakukannya, apabila anak tersebut melakukan kejahatan sebelum
anak tersebut umur 12 (dua belas) tahun tidak dikategorikan anak nakal
sehingga dari sisi hukum ia belum dapat dimintai pertanggungjawaban,
sebalinya apabila sudah mencapai umur 12 (dua belas) tahun sampai 18
(delapan belas) tahun dapat dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan
yang dilakukannya, kemudian bila anak tersebut sebelum umur 18
(delapan belas) tahun sudah kawin maka bukan dikategorikan anak dan
proses peradilan melalui peradilan umum bukan peradilan anak.4”
Perilaku menyimpang menurut W.A. Gerungan yang cenderung mengarah pada
tindak kriminal yang dilakukan oleh anak tersebut dalam bentuk tindak pidana
digolongkan

sebagai

kenakalan.5

Kenakalan

tersebut

tampaknya

telah

mengganggu ketertiban, keamanan, kenyamanan masyarakat baik di kota-kota
besar maupun kota-kota kecil. Seperti yang dimukakan oleh Y. Bambang
Mulyono, Problema kejahatan anak bukan suatu masalah yang timbul dalam
lingkup kecil, tetapi hampir terjadi baik di kota-kota besar maupun di kota-kota

3

Komisi Perlindungan Anak Indonesia-home page. http://www.kpai.or.id/berita/ kriminalitasanak/
artikel.php. diakses tanggal 11 September 2015 Pkl. 17.00 WIB
4
Ketentuan Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Anak
5
W.A Gerungan, Psikologi Sosial Suatu Ringkasan, Eresco, Bandung, 1996, hlm. 27

4

kecil. Sebenarnya hampir tiap negara di dunia ini mengalami atau menghadapi
kejahatan yang dilakukan oleh anak.6

Masalah sosial delinquency anak sejauh ini seperti tersebut di atas tidak hanya
terjadi di negara-negara yang sedang berkembang, tetapi juga terjadi di negaranegara maju seperti Amerika Serikat. Robert Mevercic Iver dalam bukunya “The
Prevention and Control Of Delinquency” menyatakan bahwa berdasarkan data
statistik delikuensi anak meningkat setiap tahunnya juga dinyatakan bahwa
kenaikan itu cukup mencemaskan dan jika delikuensi anak itu dibiarkan maka hal
itu akan meningkat menjadi kejahatan anak atau Adult Criminality.7

Upaya pembinaan, pengembangan dan perlindungan anak memerlukan peran serta
masyarakat, baik lembaga perlindungan anak, lembaga keagamaan, lembaga
swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial, dunia usaha,
media massa atau lembaga pendidikan. Apabila anak melakukan kesalahan dan
tindak pidana, maka anak sudah sepatutnya mendapatkan perlindungan dan
perlakuan khusus dalam hal proses peradilannya sebagaimana yang diatur oleh
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.8

Persoalan hukum tidak hanya menimpa orang-orang dewasa. Anak-anak juga
seringkali terbentur dengan persoalan hukum. Seperti halnya orang dewasa, anakanak juga berhak mendapat perlindungan secara hukum. Perlindungan hukum ini
tidak hanya diberikan kepada anak yang menjadi korban dalam suatu masalah
6

Bambang Mulyono, Kenakalan remaja dalam persfektif pendekatan sosiologi psikologi dan
penanggulangannya, Gramedia, Jakarta, 2006, hlm. 11
7
Kartini Kartono, Patologi 2 kenakalan remaja, Rajawali Pers, Jakarta, 1992, hlm 16
8
Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak.

5

hukum, tapi juga kepada anak-anak yang menjadi pelakunya. Dalam hukum
nasional perlindungan khusus anak yang berhadapan dengan hukum juga diatur
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 jo Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan juga Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Berdasarkan masalah-masalah terhadap anak yang berkonflik dengan hukum
Pemerintah telah mengundangkan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Peradilan anak bertujuan memberikan
yang paling baik bagi anak, tanpa mengorbankan kepentingan masyarakat dan
tegaknya suatu keadilan. Tujuan Peradilan Anak tidak berbeda dengan peradilan
lainnya, yaitu memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara anak. Dalam hal
ini, pelaksanaan pembinaan dan perlindungan terhadap anak, diperlukan
dukungan baik yang menyangkut kelembagaan maupun perangkat hukum yang
lebih baik dan mewadahi.9

Fenomena sosial yang terjadi bahwa tindak pidana yang dilakukan oleh anak
(juvenile delinquency) dewasa ini juga terjadi di berbagai daerah, salah satunya
terjadi di wilayah hukum Pengadilan Negeri Gunung Sugih. Tindak pidana yang
dilakukan oleh anak adalah pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam
Putusan Perkara Pengadilan Negeri Gunung Sugih Nomor: 07/ Pid.Sus/ Anak/
014/PN.GS. Pada dasrnya seorang anak belum mampu mempertanggungjawabkan
semua kesalahannya karena lingkungan sekitarnya juga memberi peluang untuk
melakukan pelanggaran hukum, sehingga proses peradilannya pun mempunyai
Suara Pembaruan, “kejahatan anak”. http://www.prakarsarakyat.org/artikel/fokus/artikel.php?aid=29687.
diakses tanggal 10 September 2015 Pkl. 16.00 WIB

9

6

perbedaan dengan peradilan pada umumnya, dikarenakan demi menghindari
tekanan psikologis terhadap anak yang telah melanggar norma atau pun hukum
yang berlaku sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Fakta hukum yang terjadi dalam tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan
pemberatan dalam Putusan Perkara Pengadilan Negeri Gunung Sugih Nomor: 07/
Pid.Sus/ Anak/ 014/PN.GS yang dilakukan oleh Terdakwa Boby Fernandes Bin
Anshori yang masih berusia 17 Tahun telah terbukti melakukan tindak pidana
pencurian dengan kekerasan dan pemberatan. Secara singkat bahwa kronologi
dalam perkara tersebut yakni berawal pada hari selasa tanggal 09 September 2014
sekitar pukul 15.30 WIB di Jalan Lintas Sumatera Kabupaten Lampung Tengah
atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain dalam daerah hukum Pengadilan
Negeri Gunung Sugih Terdakwa Boby Fernandes Bin Anshori bersama-sama
dengan saksi Pendi (berkas terpisah) dan Akub (DPO), melakukan pencurian yang
didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.
Terdakwa Boby Fernandes Bin Anshori datang kerumah Akub (DPO) lalu
terdakwa saksi Akub main kerumah saksi Pendi sesampai dirumah saksi Pendi
Akub mengajak untuk merampas sepeda motor setelah disepakati bersama
kemudian Terdakwa Boby Fernandes Bin Anshori, saksi Pendi dan Akub pergi ke
arah Desa Buyut Udik untuk mencari korban tidak lama kemudian sepeda motor
yang dikendarai oleh saksi korban Gusti Ayu Artini dan saksi Rahmawati
melintas di jalan tersebut dipepet oleh sepeda motor yang dikendarai oleh Saksi
PENDI serta mencabut kontak sepeda motor milik saksi korban hingga sepeda
motor yang dikendarai oleh saksi korban terjatuh, selanjutnya kunci kontak

7

sepeda motor tersebut diberikan oleh saksi Pendi kepada terdakwa lalu diberikan
oleh terdakwa kepada Akub setelah itu terdakwa dan Akub turun dari sepeda
motor sedangkan saksi Pendi menunggu diatas sepeda motor sambil mengawasi
situasi sekitar selanjutnya Akub mendekati sepeda motor tersebut dan
memerintahkan saksi korban Gusti Ayu Artini dan saksi Rahmawati untuk
menjauh sambil mengancam dengan senjata tajam lalu korban Gusti Ayu Artini
dan saksi Rahmawati berlari ketakutan selanjutnya sepeda motor milik saksi
korban tersebut diambil oleh Akub dan dibawanya pergi sedangkan Terdakwa
Boby Fernandes Bin Anshori dan saksi Pendi membawa sepeda motor yang
dibawanya tadi kearah Buyut Udik namun sebelum Terdakwa Boby Fernandes
Bin Anshori dan saksi Pendi menyeberang rel sepeda motor yang dikendarai oleh
terdakwa dan saksi Pendi tersebut putus rantai lalu dari arah belakang ada warga
yang mengejar terdakwa dan saksi Pendi sambil berteriak begal hingga Terdakwa
Boby Fernandes Bin Anshori dan saksi Pendi berhasil diamankan oleh warga dan
dibawa ke Polres Lampung Tengah.

Tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan (gequalificeerde
diefstal) dalam Putusan Perkara Pengadilan Negeri Gunung Sugih Nomor
07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS Terdakwa Boby Fernandes Bin Anshori yang
masih berusia 17 Tahun dinyatakan telah dengan sengaja melakukan tindak
pidana pencurian dengan kekerasan dalam keadaan memberatkan, sebagaimana
diatur dalam Pasal 365 ayat (2) ke-2 KUHP. Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Gunung Sugih menjatuhkan pidana kepada Terdakwa Boby Fernandes Bin
Anshori dengan pidana penjara selama 10 (sepuluh) bulan.

8

Tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan (gequalificeerde
diefstal) sebagaimana diatur dalam Pasal 365 ayat (2) ke-2 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) merupakan suatu bentuk kejahatan. Pelaku dapat
mempertanggungjawabkan semua kesalahannya. Tindak pidana pencurian dengan
kekerasan dan pemberatan (gequalificeerde diefstal) masih sering terjadi di
Negara Republik Indonesia. Kasus-kasus yang terjadi demikian perlu mendapat
perhatian dari pemerintah. Dasar yuridis yang mengatur tentang tindak pidana
pencurian adalah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang secara
terperinci memaparkan tindak pidana pencurian tersebut pada Bab XXII tentang
Pencurian. 10

Ketentuan dalam Pasal 365 KUHP mengatur bahwa:
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian yang
didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah
pencurian itu, atau bila tertangkap tangan, untuk memungkinkan diri sendiri
atau peserta lainnya untuk melarikan diri, atau untuk tetap menguasai barang
yang dicuri.
(2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
Ke-1 bila perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau
pekarangan tertutup yang ada rumahnya, dijalan umum, atau dalam
kereta api atau trem yang sedang berjalan;
Ke-2 bila perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;
Ke-3 bila yang bersalah masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan
merusak atau memanjat ataa dengan memakai anak kunci palsu, perintah
palsu atau pakaian jabatan palsu;
Ke-4 bila perbuatan mengakibatkan luka berat.
(3) Bila perbuatan itu mengakibatkan kematian, maka yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
(4) Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, bila perbuatan itu
mengakibatkan luka berat atau kematian dan dflakukan oleh dua orang atau

10

Djoko Prakoso, Delik Dalam KUHP, Liberty, Yogyakarta, 2007, hlm. 29

9

lebih dengan bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan
dalam nomor 1 dan 3.
Seorang anak melakukan tindak pidana disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya adanya dampak negatif dari arus globalisasi, komunikasi dan
informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan gaya hidup yang
telah membawa perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat. Tindak pidana
yang dilakukan oleh anak perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah. Hal ini
menyebabkan akibat yang sangat buruk bagi masyarakat pada umumnya dan
terhadap perkembangan anak itu sendiri pada khususnya.11

Sanksi pidana yang terdapat dalam ketentuan dalam Pasal 365 Kitab UndangUndang Hukum Pidana (KUHP) merupakan bentuk kepastian hukum. Sanksi
pidana tersebut bertujuan guna menjamin kepastian hukum, ketertiban dan
perlindungan hukum pada modernisasi dan globalisasi saat ini dapat terlaksana,
apabila berbagai dimensi kehidupan hukum selalu menjaga keselarasan,
keseimbangan dan keserasian antara moralitas sipil yang didasarkan oleh nilainilai aktual di dalam masyarakat beradab.

Sanksi pidana terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan
kekerasan dan pemberatan dalam Putusan Perkara Nomor: 07/ Pid.Sus/ Anak/
2014/PN.GS diterapkan kepada pelaku melalui proses peradilan. Hakim dalam
menjatuhkan vonis sangat memperhatikan beberapa unsur kesalahan yang
terpenuhi

agar

dapat

mempertanggungiawabkan

perbuatannya

tersebut.

Penjatuhan pidana terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan
11

Romli Atmasasmita, Problem Kenakalan Anak-anak Remaja, Armico, Bandung, 1983, hlm. 37

10

kekerasan dan pemberatan dalam Putusan Perkara Nomor: 07/ Pid.Sus/ Anak/
2014/PN.GS dapat dimintai pertanggungjawabannya sesuai dengan unsur-unsur
tindak pidana, yaitu sehat jiwanya, mengetahui bahwa perbuatannya bertentangan
dengan hukum serta mampu mengetahui kehendak sesuai kesadarannya, sehingga
dapat dipidana oleh Hakim.

Pemberian sanksi pidana terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian
dengan kekerasan dan pemberatan yang telah memenuhi ketentuan Pasal 365 ayat
(2) ke-2 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dengan dijatuhi pidana
penjara selama 10 (sepuluh) bulan terhadap pelaku yang masih berusia 17 Tahun
dinilai belum tepat jika dilihat dari konsep pemidanaan terhadap anak. Pidana
penjara justru berakibat negatif terhadap perkembangan anak. Dalam UndangUndang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak saat ini
mengupayakan bentuk pemidanaan yang terbaik bagi anak.

Sanksi hukuman terhadap anak nakal (juvenile delinquency) dapat diberikan
tindakan sebagaimana ketentuan dalam Pasal 82 ayat (1) Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang menjelaskan bahwa:
(1) Tindakan yang dapat dikenakan kepada Anak meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.

pengembalian kepada orang tua/Wali;
penyerahan kepada seseorang;
perawatan di rumah sakit jiwa;
perawatan di LPKS;
kewajiban mengikuti pendidikan formal dan/atau pelatihan yang diadakan
oleh pemerintah atau badan swasta;
f. pencabutan surat izin mengemudi;
g. perbaikan akibat tindak pidana.
(2) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, huruf e, dan huruf f
dikenakan paling lama 1 (satu) tahun.

11

(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan oleh Penuntut
Umum dalam tuntutannya, kecuali tindak pidana diancam dengan pidana
penjara paling singkat 7 (tujuh) tahun.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan (gequalificeerde
diefstal) dalam Putusan Perkara Pengadilan Negeri Gunung Sugih Nomor
07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS Terdakwa Boby Fernandes Bin Anshori juga
dikarenakan hasutan dari rekan-rekannya serta belum sempat menikmati hasil
tindak pidana yang dilakukan, sehingga pemidanaan penjara bagi Terdakwa justru
akan menimbulkan dampak yang negatif terhadap perkembangan anak.
Terdakawa masih anak-anak dan masih dapat dibina. Tujuan pemidanaan ini
bukanlah suatu pembalasan melainkan pembinaan bagi terdakwa yang telah
berbuat salah dan agar dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis hendak melakukan
penelitian

yang

hasilnya

akan

dijadikan

tesis

dengan

judul

“Pertanggungjawaban Pidana terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana
Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan

(Studi Putusan Perkara

Nomor : 07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS)”.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah:

12

a. Bagaimanakah pertanggungjawaban pidana terhadap anak sebagai pelaku
tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan?
b. Apakah yang menjadi dasar pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan
sanksi pidana terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan
kekerasan dan pemberatan?

2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian tesis ini terbatas pada kajian bidang hukum Pidana
khususnya mengenai pertanggungjawaban pidana terhadap anak sebagai pelaku
tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan, dan dasar
pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap anak
sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan.
Adapun ruang lingkup tempat penelitian dilakukan di wilayah hukum Pengadilan
Negeri Gunung Sugih, Polres Lampung Tengah dan Kejkasaan Negeri Gunung
Sugih. Ruang lingkup waktu penelitian adalah pada Tahun 2016.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk menganalisis pertanggungjawaban pidana terhadap anak sebagai pelaku
tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan.
b. Untuk menganalisis dasar pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan
sanksi pidana terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan
kekerasan dan pemberatan.

13

2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah mencakup kegunaan teoritis dan
kegunaan praktis:

a. Kegunaan Teoritis
Kegunaan penulisan ini secara teoritis adalah memberikan sumbangan
terhadap pengembangan ilmu hukum pidana, yaitu hal-hal yang berkaitan
dengan beberapa permasalahan tentang pertanggungjawaban pidana terhadap
anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan
pemberatan dalam Putusan Perkara Nomor : 07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS.

b. Kegunaan Praktis
1. Hasil penulisan tesis ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat dan bagi
aparatur penegak hukum dalam memperluas serta memperdalam ilmu hukum
khususnya ilmu hukum pidana dan juga dapat bermanfaat bagi masyarakat
pada umumnya dan bagi aparatur penegak hukum pada khususnya untuk
menambah wawasan dalam berfikir dan dapat dijadikan sebagai masukan
dalam rangka pembaharuan hukum pidana.
2. Penulisan tesis ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Hukum pada Program Studi Magister Hukum Program Pasca Sarjana
Universitas Lampung.

14

D. Kerangka Pemikiran

1. Alur Pikir
Alur pikir mengenai pertanggungjawaban pidana terhadap anak sebagai pelaku
tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Putusan Perkara
Nomor : 07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:
Bagan 1. Alur Pikir Penelitian

Anak Pelaku Tindak Pidana
Pencurian Dengan Kekerasan
dan Pemeberatan (Terdakwa:
Boby Fernandes Bin Anshori)

Tindak Pidana Pencurian
Dengan Kekerasan (Pasal 365
ayat (2) ke-2 KUHP)

Proses Hukum Anak Pelaku
Tindak Pidana Pencurian Dengan
Kekerasan berdasarkan UndangUndang Nomor 11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana
Putusan Majelis Hakim Nomor :
07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS
Pembahasan

Pertanggungjawaban
Pidana

Dasar Pertimbangan
Hukum Hakim

Asas Kesalahan dan Unsur
Pasal 365 ayat (2) ke-2
KUHP

Tujuan pemidanaan, halhal yang meringankan dan
memberatkan, akibat yang
ditimbulkan.

Pasal 82 ayat (1) UndangUndang Nomor 11 Tahun
2012 Tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak

Pasal 5 Undang-Undang
Nomor 48 Tahun 2009 dan
Pasal 182 ayat (6) KUHAP

Simpulan

15

2. Kerangka Teori
Pertanggungjawaban dalam hukum pidana merupakan pertanggungjawaban
menurut hukum pidana. Setiap orang bertanggung jawab atas segala
perbuatannya, hanya kelakuannya yang menyebabkan hakim menjatuhkan
hukuman yang dipertanggungjawabkan pada pelakunya. Pertanggungjawaban ini
adalah pertanggungjawaban pidana. Menurut Bambang Purnomo menyatakan:
“Pertanggungjawaban pidana adalah seseorang itu dapat dipidana atau
tidaknya

karena

perbuatannya.

kemampuan
Dalam

dalam

bahasa

mempertanggungjawabakan
asing

dikenal

dengan

Toerekeningsvatbaarheid dan terdakwa akan dibebaskan dari tanggung
jawab jika itu tidak melanggar hukum”.12

Menurut teori pertanggungjawaban pidana Roeslan Saleh dalam arti luas
mempunyai tiga bidang, yaitu :
1). Kemampuan bertanggung jawab orang yang melakukan perbuatan.
2). Hubungan batin (sikap psikis) orang yang melakukan perbuatan dengan
perbuatannya:
a. Perbuatan yang ada kesengajaan, atau.
b. Perbuatan yang ada alpa, lalai, kurang hati-hati.
3). Tidak ada alasan penghapus pertanggungjawaban pidana bagi pembuat.13

Konsep pertanggungjawaban hukum bagi seseorang yang telah melakukan
perbuatan melawan hukum di Indonesia tidak terlepas dari konsep Negara hukum

12

Bambang Purnomo, Teori Pertanggungjawaban Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 1996, hlm. 54
Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, Aksara Baru, Jakarta,
1999, hlm. 93

13

16

yang menjadi dasar utama dalam penegakan hukum di Indonesia. Amandemen
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam Perubahan
ke-empat pada Tahun 2002, konsepsi Negara Hukum yang sebelumnya hanya
tercantum dalam Penjelasan UUD 1945, dirumuskan dengan tegas dalam Pasal 1
ayat (3) yang menyatakan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”.

Prinsip Negara Hukum the rule of law, not of man yang disebut pemerintahan
pada pokoknya adalah hukum sebagai sistem, bukan orang per orang yang hanya
bertindak sebagai objek dari sistem yang mengaturnya.14 Gagasan Negara Hukum
itu dibangun dengan mengembangkan perangkat hukum itu sendiri sebagai suatu
sistem yang fungsional dan berkeadilan, dikembangkan dengan menata supra
struktur dan infra struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial yang tertib
dan teratur, serta dibina dengan membangun budaya dan kesadaran hukum yang
nasional dan impersonal dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Untuk itu sistem hukum perlu dibangun (law making) dan ditegakkan
(law enforcing) sebagaimana mestinya, dimulai dengan konstitusi sebagai hukum
yang paling tinggi kedudukannya.15

Hukum Pidana sebagai salah satu bagian independen dari Hukum Publik
merupakan salah satu instrumen hukum yang sangat urgen eksistensinya sejak
jaman dahulu. Hukum pidana sangat penting eksistensinya dalam menjamin
keamanan masyarakat dari ancaman tindak pidana, menjaga stabilitas negara dan
bahkan) merupakan lembaga moral yang berperan merehabilitasi para pelaku

14

Darji Damordiharjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum : Apa dan Bagaimana Filsafat
Hukum di Indonesia. Ed. V, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1995, hlm.29
15
R. Tresna, Politik Hukum Pidana, Pustaka Tinta Mas, Surabaya, 2013, hlm. 42

17

pidana. Hukum pidana terus berkembang sesuai dengan tuntutan tindak pidana
yang ada di setiap masanya.16

Hukum pidana terdiri dari norma-norma yang berisi keharusan-keharusan dan
larangan-larangan yang (oleh pembentuk undang-undang) telah dikaitkan dengan
suatu sanksi berupa hukuman, yakni suatu penderitaan yang bersifat khusus.
Hukum pidana merupakan suatu sistem norma-norma yang menentukan terhadap
tindakan-tindakan yang mana (hal melakukan sesuatu atau tidak melakukan
sesuatu dimana terdapat suatu keharusan untuk melakukan sesuatu) dan dalam
keadaan-keadaan bagaimana hukum itu dapat dijatuhkan, serta hukuman yang
bagaimana yang dapat dijatuhkan bagi tindakan-tindakan tersebut.17

Hukum pidana adalah bagian dari hukum positif yang berlaku di suatu negara
dengan memperhatikan waktu, tempat dan bagian penduduk, yang memuat dasardasar dan ketentuan-ketentuan mengenai tindakan larangan atau tindakan
keharusan dan kepada pelanggarnya diancam dengan pidana, menentukan pula
bilamana dan dalam hal apa pelaku pelanggaran tersebut dipertanggungjawabkan,
serta ketentuan-ketentuan mengenai hak dan cara penyidikan, penuntutan,
penjatuhan pidana dan pelaksanaan pidana demi tegaknya hukum yang bertitik
berat kepada keadilan.18

Pidana memiliki pengertian perbuatan yang dilakukan setiap orang/subjek hukum
yang berupa kesalahan dan bersifat melanggar hukum ataupun tidak sesuai dengan
16

Adami Chazawi, Penafsiran dan Penegakan Hukum Pidana, Raja Grafindo, Jakarta, 2012,
hlm.36
17
P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti. Bandung, 1997,
hlm. 39
18
Andi Hamzah, Hukum Pidana dan Acara Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2006, hlm. 27

18

Perundang-Undangan. Sedangkan Tindak pidana adalah perbuatan melakukan
atau tidak melakukan sesuatu yang oleh peraturan Perundang-Undangan
dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana, untuk
dinyatakan sebagai tindak pidana, selain perbuatan tersebut dilarang dan diancam
pidana oleh peraturan Perundang-Undangan, harus juga bersifat melawan hukum
atau bertentangan dengan kesadaran hukum masyarakat. Setiap tindak pidana
selalu dipandang bersifat melawan hukum, kecuali ada alasan pembenar.19

Tindak pidana adalah suatu bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral
kemanusiaan, merugikan masyarakat, asosial, melanggar hukum serta undangundang pidana. Unsur-unsur yang mengkibatkan dipidananya seorang terdakwa
adalah mampu bertanggungjawab. Tujuan dipidananya seorang terdakwa
bukanlah suatu pembalasan melainkan pembinaan bagi terdakwa yang telah
berbuat salah dan agar dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya. Syaratsyarat seorang mampu bertanggungjawab adalah faktor akal dan faktor kehendak.
Faktor akal yaitu dapat membeda-bedakan antara perbuatan yang yang
diperbolehkan dan perbuatan yang tidak diperbolehkan. Faktor kehendak yaitu
menyesuaikan tingkah lakunya dengan keinsafan atas mana diperbolehkan dan
yang tidak.20

Seseorang yang melakukan perbuatan pidana akan mempertanggungjawabkan
perbuatannya tersebut dengan pidana, apabila ia mempunyai kesalahan. Seseorang
mempunyai kesalahan apabila pada waktu melakukan perbuatan, dilihat dari segi

19

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti. Bandung,
2002, hlm. 35
20
M. Solly Lubis, Penegakan Hukum Pidana, Mandar Maju, Bandung, 1989, hlm. 63

19

masyarakat menunjukkan pandangan yang normative mengenai kesalahan yang
telah dilakukan oleh orang tersebut.

Menurut Lili Rasdjidi dan Ira Rasjidi perbuatan pidana adalah perbuatan yang
dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang
berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut.
Pertanggungjawaban pidana atau kesalahan seseorang dapat tidaknya ia dipidana
harus memenuhi rumusan sebagai berikut:
a. Kemampuan bertanggungjawab orang yang melakukan perbuatan.
b. Hubungan bathin (sikap psikis) orang yang melakukan perbuatan dengan
perbuatannya, berupa kesengajaan (dolus) atau kealpaan (culpa).
c. Tidak ada alasan yang menghapus pertanggungjawaban pidana atau kesalahan
bagi pembuat.21

Dipidananya seseorang tidaklah cukup dengan membuktikan bahwa orang itu
telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau bersifat
melawan hukum. Untuk dapat dipertanggungjawabkan orang tersebut perlu
adanya syarat bahwa orang yang melakukan perbuatan itu mempunyai kesalahan
atau bersalah (subjective guilt).22

Selanjutnya menurut teori pertanggungjawaban pidana Roeslan Saleh dalam
hukum pidana dikenal dengan adanya tiga unsur pokok, yaitu:

21

Lili Rasdjidi dan Ira Rasjidi, 2001, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung, hlm. 74
22
Nikmah Rosidah, Asas-Asas Hukum Pidana, Pustaka Magister, Semarang, 2011, hlm.40

20

1). Unsur perbuatan
Unsur pertama adalah perbuatan atau tindakan seseorang. Perbuatan orang ini
adalah titik penghubung dan dasar untuk pemberian pidana.
2). Unsur orang atau pelaku
Orang atau pelaku adalah subjek tindak pidana atau seorang manusia.
Hubungan unsur orang atau pelaku mengenai hal kebatinan, yaitu hal
kesalahan si pelaku tindak pidana. Hanya sengan hubungan batin ini,
perbuatan yang dilarang dapat dipertanggungjawabkan pada si pelaku dan
baru akan tercapai apabila ada suatu tindak pidana yang pelakunya dapat
dijatuhi hukuman.
3). Unsur pidana, melihat dari pelaku
Pidana adalah penderitaan yang sengaja dibebankan kepada orang yang
melakukan perbuatan yang memenuhi syarat tertentu itu.23

Tujuan pemidanaan menurut Sudarto adalah:
a. Mempengaruhi peri kelakuan si pembuat agar tidak melakukan tindak pidana
lagi yang biasanya disebut prevensi sosial.
b. Mempengaruhi peri kelakuan anggota masyarakat pada umumnya agar tidak
melakukan tindak pidana seperti yang dilakukan oleh si terhukum.
c. Mendatangkan suasana damai atau penyelesaian konflik.
d. Pembalasan atau pengimbalan dan pembinaan dari kesalahan si pembuat.24

23

Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, Aksara Baru, Jakarta,
1999, hlm. 52
24
Sudarto, Hukum Pidana, Yayasan Sudarto, Fakultas Hukum UNDIP, Semarang, 1997, hlm.48

21

Tindak pidana adalah suatu bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral
kemanusiaan, merugikan masyarakat, asosial, melanggar hukum serta undangundang pidana. Unsur-unsur yang mengkibatkan dipidananya seorang terdakwa
adalah mampu bertanggungjawab. Tujuan dipidananya seorang terdakwa
bukanlah suatu pembalasan melainkan pembinaan bagi terdakwa yang telah
berbuat salah dan agar dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya. Syaratsyarat seorang mampu bertanggungjawab adalah faktor akal dan faktor kehendak.
Faktor akal yaitu dapat membeda-bedakan antara perbuatan yang yang
diperbolehkan dan perbuatan yang tidak diperbolehkan. Faktor kehendak yaitu
menyesuaikan tingkah lakunya dengan keinsafan atas mana dip

Dokumen yang terkait

Tindak Pidana Membantu Melakukan Pencurian dengan Kekerasan yang Dilakukan oleh Anak (Studi Putusan Nomor : 03/PID.SUS-Anak/2014/PN.MDN)

1 116 103

Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Negeri Boyolali No. 142/Pid.Sus/2011/Pn-Bi)

5 92 87

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Kejahatan Terhadap Ketertiban Umum Di Dalam Kuhp (Studi Putusan Ma No. 1914/K/Pid/2012)

2 116 124

Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

10 234 98

Pertanggungjawaban Pidana Bagi Terdakwa Anak Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Sesuai Dengan PASAL 340 KUHP(Studi Kasus Putusan No. 3.682 / Pid.B / 2009 / PN. Mdn)

5 97 123

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pelaku Tindak Pidana Perusakan dan Pencemaran Lingkungan (Studi Putusan MA RI No. 755K/PID.SUS/2007)

1 50 100

ANALISIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM ATAS PERKARA-PERKARA TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN ANALISIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM ATAS PERKARA-PERKARA TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN.

0 0 12

ANALISIS PENERAPAN KETENTUAN PIDANA TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN (STUDI PUTUSAN NOMOR : 02/PID.SUS.ANAK/2015/PN.KRG).

0 0 14

Pertanggungjawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Percobaan Pencurian Dengan Kekerasan Yang Dilakukan Oleh Anak

0 0 4

Pertanggungjawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Percobaan Pencurian Dengan Kekerasan Yang Dilakukan Oleh Anak

0 0 23