Kesiapan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham dalam Implementasi Sistem Keselamatan Pasien (Patient Safety) Tahun 2015

Pedoman Wawancara Mendalam
KESIAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. R.M. DJOELHAM
DALAM IMPLEMENTASI SISTEM KESELAMATAN PASIEN
(PATIENT SAFETY )TAHUN 2015

I.

Identitas Informan
Nama

:

Umur

:

Jenis Kelamin

:

Jabatan


:

Tanggal/Waktu Wawancara :
II. Daftar Pertanyaan
1. Direktur/ Wakil Direktur
a. Apakah Bapak/ Ibu mengetahui tentang Sistem Keselamatan Pasien ?
b. Apakah Bapak/ Ibu mengetahui isi dari Permenkes RI No
1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien ?
c. Apakah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham ini sudah
menerapkan sistem keselamatan pasien ?
d. Apakah Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKPRS) di rumah
sakit ini sudah dibentuk ?
e. Jika sudah, bagaimana berjalannya selama ini ?

f. Apakah Bapak/ Ibu mengetahui adanya Standar Akreditasi Rumah
Sakit versi 2012 dimana keselamatan pasien menjadi indikator standar
utama penilaian akreditasi ?
g. Apa saja upaya yang telah dilakukan dari pihak rumah sakit dalam
mengimplementasikan


Permenkes

RI

No

1691/MENKES/PER/

VIII/2011 ?
h. Apa saja hambatan yang dialami dalam implementasi sistem
keselamatan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham
ini ?
2. Kabid Pelayanan Medis dan Penunjang Medis
a. Apakah Bapak/ Ibu mengetahui tentang Sistem Keselamatan Pasien ?
b. Apa yang dimaksud dengan Sistem Keselamatan Pasien ?
c. Apakah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham ini sudah
menerapkan sistem keselamatan pasien ?
d. Apa saja program yang sudah dibuat dan diterapkan pada Bagian
Pelayanan Medis dan Penunjang Medis dalam mendukung sistem

keselamatan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M.
Djoelham ini ?
3. Kabid Keperawatan
a. Apakah Bapak mengetahui tentang Sistem Keselamatan Pasien?
b. Apa yang dimaksud dengan Sistem Keselamatan Pasien ?
c. Apakah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham ini sudah
menerapkan sistem keselamatan pasien ?

d. Apa saja pelayanan/

program

yang sudah diberikan dalam

implementasi sistem keselamatan pasien ini?
4. Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKPRS)
a. Sudah berapa lamakah TKPRS ini dibentuk ?
b. Apa saja kegiatan/ program kerja yang dilakukan dalam implementasi
sistem keselamatan pasien di RS ini ?
c. Bagaimana berjalannya selama ini ? Apakah ada hambatan dalam

mengimplementasikannya ?
d. Bagaimana proses monitoring dan evaluasi sistem keselamatan pasien
di RS ini ?
5. Dokter
a. Apakah yang Bapak ketahui tentang Sistem Keselamatan Pasien ?
b. Apakah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham ini sudah
menerapkan sistem keselamatan pasien ?
c. Apa saja hambatan dalam implementasi sistem keselamatan pasien di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham ini ?
6. Perawat
a. Apa yang dimaksud dengan Sistem Keselamatan Pasien ?
b. Apakah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham ini sudah
menerapkan sistem keselamatan pasien ?
c. Apakah pelayanan yang diberikan kepada pasien khususnya sebagai
perawat sudah sesuai dengan standar keselamatan pasien ?

7. Pasien
a. Sudah berapa lama Bapak/ Ibu di rawat atau berobat di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham ini ?
b. Kenapa memilih di rawat atau berobat di rumah sakit ini ?

c. Bagaimana menurut pendapat Bapak/ Ibu pelayanan di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham ini ?

Dokumentasi Penelitian

Wastafel Cuci Tangan

Informasi/ Petunjuk Mencuci Tangan

Tempat Tidur dengan Palang Pengaman

Kamar Mandi dengan Pegangan

Kewajiban dan Hak Pasien

Kewajiban dan Hak Dokter

Pemasangan Gelang Identifikasi Pasien di IGD

DAFTAR PUSTAKA


Cahyono, Suharjo B., 2008. Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam
Praktik Kedokteran. Yogyakarta : Kanisius
Departemen Kesehatan RI, 2006, Panduan Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (Patient Safety), Jakarta
__________, 2008, Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(Patient Safety), Jakarta
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS), 2008, Pedoman Pelaporan
Insiden Keselamatan Pasien (IKP) (Patient Safety Incident Report),
Jakarta : PERSI, KKP-RS.
Marseno, Rhudy, 2011. Patient Safety (Keselamatan Pasien Rumah Sakit),
https://marsenorhudy.wordpress.com/2011/01/07/patient-safetiykeselamatan-pasien-rumah-sakit/ diakses pada tanggal 11Mei 2015
Marshall dan Allan Propublica., 2013. Kesalahan Medis di Rumah Sakit
Penyebab Kematian ke 3 di Amerika. Scientific Journal : Arsada
Moleong, Lexy J., 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Permenkes, 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tanggal 8 Agustus 2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta : Kementrian Kesehatan
__________, 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

012 Tahun 2012 tanggal 15 Maret 2012 tentang Akreditasi Rumah
Sakit. Jakarta : Kementrian Kesehatan
__________, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
56 Tahun 2014 tanggal 18 Agustus 2014 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit. Jakarta : Kementrian Kesehatan

RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai, 2014. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
R.M. Djoelham Binjai.
Sutanto, Henny, 2014. Analisis Implementasi Keselamatan Pasien Di Rumah
Sakit Umum Deli Medan. Tesis. Medan : Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Veronica, Sinta, 2013. Pengaruh Persepsi tentang Mutu Pelayanan Kesehatan
terhadap Minat Kunjung Ulang Pasien Rawat Inap di RSUD Dr. R.M.
Djoelham Binjai. Tesis. Medan : Universitas Sumatera Utara

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis dan lisan dari orang-orang
yang akan diamati (Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2010). Penelitian ini
dipilih untuk mengetahui bagaimana kesiapan RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
dalam implementasi Sistem Keselamatan Pasien (Patient Safety).
3.2 Lokasi Penelitian
RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai ini terletak di Jl. Sultan Hasanuddin No 9
Binjai, Sumatera Utara.
3.3 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November- Desember tahun 2015.
3.4 Informan
Informan dalam penelitian ini adalah unsur yang sedang terlibat dan atau
memiliki pengetahuan berkaitan dengan kebijakan Permenkes 1691/ Menkes/ Per/
VIII/ 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit di RSUD Dr. R.M.
Djoelham Binjai. Informan dalam penelitian ini adalah yang mengetahui
permasalahan dengan jelas, mampu mengemukakan pendapat secara baik dan
benar, dapat dipercaya untuk dapat menjadi sumber data yang baik serta bersedia
dan mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan topik penelitian yaitu
kesiapan RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai dalam implementasi sistem
keselamatan pasien. Informan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang yang terdiri


dari direktur atau wakil direktur, kabid pelayanan medis atau penunjang medis,
kabid keperawatan , TKPRS, dokter, perawat dan pasien.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara (interview)
dengan informan di rumah sakit tersebut dengan berpedoman pada panduan
wawancara yang telah dipersiapkan dan observasi langsung. Wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Data sekunder
diperoleh dari dokumen-dokumen atau laporan-laporan rumah sakit yang
berkaitan dengan

kesiapan dalam mengimplementasikan sistem keselamatan

pasien (patient safety). Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dokumen yang ditunjukkan dalam hal ini adalah segala dokumen yang
berhubungan dengan kelembagaan dan administrasi.
3.6 Definisi Operasional

1. Kesiapan adalah tingkatan atau keadaan yang harus dicapai dalam proses
pengembangan untuk menanggapi dan mempraktekkan suatu kegiatan.
2. Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen
yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi
untuk mencapai suatu tujuan.

3. Implementasi adalah suatu pelaksanaan atau penerapan dari sebuah
rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci.
3.7 Instrumen Penelitian
Alat untuk pengumpulan data adalah pedoman wawancara terkait kesiapan
RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai dalam pengimplementasian sistem keselamatan
pasien (patient safety).
3.8 Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri dan orang lain.
Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara dengan informan kunci,

yaitu seseorang yang benar-benar memahami dan mengetahui situasi obyek
penelitian. Setelah melakukan wawancara, analisis data dimulai dengan membuat
transkrip hasil wawancara, dengan cara menuliskan hasil wawancara tersebut
kedalam transkrip, selanjutnya peneliti harus membaca secara cermat untuk
kemudian dilakukan reduksi data. Peneliti membuat reduksi data dengan cara
membuat abstraksi, yaitu mengambil dan mencatat informasi-informasi yang
bermanfaat sesuai dengan konteks penelitian atau mengabaikan kata-kata yang
tidak perlu sehingga didapatkan inti kalimatnya saja.

Abstraksi yang sudah dibuat dalam bentuk satuan-satuan yang kemudian
dikelompokkan dengan berdasarkan taksonomi dari domain penelitian. Analisis
Domain menurut Sugiyono (2009:255), adalah memperoleh gambaran yang
umum dan menyeluruh dari obyek/penelitian atau situasi sosial. Domain sangat
penting bagi peneliti, karena sebagai pijakan untuk penelitian selanjutnya.
Data yang telah diperoleh melalui wawancara mengenai kesiapan RSUD Dr.
R.M. Djoelham Binjai dalam menerapkan sistem keselamatan pasien (patient
safety) diolah dengan teknik analisis kualitatif.

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
4.1.1 Sejarah RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
Rumah Sakit Daerah Dr. R.M. Djoelham Binjai terletak di Kota Binjai.
Sejarah tentang RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai belum dapat dikisahkan
secara pasti. Namun berdasarkan kisah-kisah yang dikumpulkan, RSUD Dr. R.M.
Djoelham Kota Binjai berawal dari sebuah gedung yang memberikan pelayanan
kesehatan dengan nama RSU Binjai. Gedung ini telah ada sejak zaman
Kesultanan. Dengan luas bangunan yang tidak begitu besar, fasilitas peralatan
medis yang disediakan pun sangat sederhana. Bangunan tersebut diperkirakan
letaknya di Gedung A RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai saat ini.
RSU Binjai sudah berdiri sejak tahun 1927, yang didirikan oleh Tengku
Musa. Pada masa itu telah ada seorang dokter umum yang bertugas memberikan
pelayanan kesehatan, baik bagi keluarga kesultanan maupun masyarakat. Dokter
tersebut adalah dr. Jalaluddin Siregar. Tidak ada catatan resmi sampai kapan
beliau melaksanakan pengabdiannya di RSU Binjai.
Sejak tahun 1937 Dr. R.M. Djoelham mulai memberikan pelayanan
kesehatan di RSU Binjai. Pada masa penjajahan Jepang, disamping berjuang
dalam memberikan pelayanan kesehatan, Dr. R.M. Djoelham juga aktif
memperjuangkan kemerdekaan Kota Binjai. Antara tahun 1942-1945 Dr. R.M.
Djoelham tercatat dalam sejarah Kota Binjai sebagai Anggota Dewan Eksekutif
Kota Binjai.

Seiring dengan ditetapkannya Kota Binjai sebagai Kota Administrasi
sekitar tahun 1960 mulai dikenal suatu jawatan yang disebut Dinas Kesehatan
Rakyat (DKR). Pada awal berdirinya, DKR membawahi jajaran bidang kesehatan
termasuk rumah sakit secara langsung. Hal ini berarti bahwa Kepala DKR adalah
juga Kepala (Pimpinan) Rumah Sakit. Karena itu pada sekitar tahun 1963
Pimpinan RSU Binjai dijabat oleh Kepala DKR Kota Binjai yaitu dr. Abdoellah
Hoed. Kondisi ini berlanjut pada periode 1966-1971 yaitu Kepala DKR yang juga
Pimpinan RSU Binjai dijabat oleh dr. Maringan E. Hutapea.
Pada tahun 1971-1976, Kepala DKR yang juga pimpinan RSU Binjai
dijabat oleh dr. H. Mahyuddin. Pada periode ini mulai ada pemisahan jabatan
Kepala DKR dengan pimpinan rumah sakit. Namun penyelenggaraan pelayanan
kesehatan belum mengalami perubahan, pelayanan yang diberikan hanya
pelayanan kesehatan dasar.
Selanjutnya pada periode 1976-1980 pimpinan RSU Binjai dijabat oleh dr.
H. Azwar Hamid. Pada periode ini RSU Binjai ditetapkan sebagai RSUD Kelas D
yang merupakan Rumah Sakit Pembantu, dengan RSU Tanjung Pura sebagai
Rumah Sakit Induk. Sebagai rumah sakit pembantu, RSU Binjai hanya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, sedangkan pelayanan spesialistik
dilaksanakan di Rumah Sakit Induk.
Perkembangan yang cukup berarti dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan terjadi pada masa RSU Binjai dipimpin oleh dr. H. Ahmad Yusmadi
Yusuf pada tahun 1981-1985. Pada periode ini RSU Binjai tidak hanya
melaksanakan pelayanan kesehatan dasar, namun sudah ditambah beberapa

kunjungan pelayanan spesialistik yang dilaksanakan dengan Sistem Paket
Pelayanan Dokter Spesialis dari Rumah Sakit Induk yaitu RSU Tanjung Pura.
Pelaksanaan Sistem Paket Pelayanan Dokter Spesialis ini merupakan langkah
awal penyelenggaraan pelayanan 4 (empat) spesialistik dasar, yang merupakan
langkah awal persiapan menuju RSUD kelas C.
Pada periode tahun 1985-1987, pimpinan RSU Binjai dijabat oleh dr. H.
Sofyan Siregar, MPH. Pada kurun waktu tersebut, terbitlah kebijaksanaan
Departemen Kesehatan RI untuk menempatkan dokter spesialis yang dikenal
dengan Program Penempatan Dokter Spesialis (PPDS). Kebijakan ini merupakan
wujud komitmen Pemerintah dalam upaya meningkatkan cakupan dan jangkauan
pelayanan

spesialistik

yang

sangat

dibutuhkan

masyarakat

di

daerah.

Kebijaksanaan PPDS tersebut memungkinkan RSU Binjai memiliki 4 (empat)
pelayanan spesialistik dasar yaitu pelayanan spesialistik penyakit dalam,
pelayanan spesialistik kandungan dan kebidanan, pelayanan spesialistik bedah,
dan pelayanan spesialistik kesehatan anak.
Dengan tersedianya 4 pelayanan spesialistik dasar tersebut, RSU Binjai
telah memenuhi standar pelayanan klasifikasi Rumah Sakit Umum Daerah Kelas
C. Klasifikasi Kelas C ini ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 303/Menkes/SK/IV/1987 tentang Penetapan Rumah Sakit Umum Binjai
sebagai Rumah Sakit Kelas C. Dengan penetapan kelas ini, pimpinan RSU Binjai
disebut dengan Direktur.
Direktur RSU Binjai pada periode 1987-1990 dijabat oleh Dr. H. Abdul
Syukur Pane dan pelayanan telah dilaksanaan dengan penerapan pola tarif. Pada

masa itu kantor Dinas Kesehatan Kota Binjai tergabung dalam satu lokasi dengan
RSU Binjai. Pada periode selanjutnya, yaitu tahun 1990-1994 direktur dijabat oleh
Dr. H. Syamsul Ma‟arif Pohan. Pada masa itu Kantor Dinas Kesehatan
dipindahkan sehingga bangunan eks Kantor Dinas Kesehatan diserahkan
pemanfaatannya kepada RSU Binjai.
Pada tanggal 18 Mei 1992, berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya
Binjai Nomor 4 Tahun 1992, RSU Binjai berubah nama menjadi RSUD Dr. R.M.
Djoelham. Perubahan nama ini merupakan penghormatan dan mengenang jasa
besar Dr. R.M. Djoelham sebagai dokter yang mengabdi baik untuk bidang
kesehatan maupun memperjuangkan kemerdekaan. Dan berdasarkan Surat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Bina Pelayanan
Medik Nomor TU.07.01/III.3.2/407, ditetapkan perubahan Status Kelas RSU
Binjai dari RSUD Kelas C menjadi RSUD Kelas B Non Pendidikan.
Pada periode ini, pelayanan spesialistik bertambah menjadi lima pelayanan
yaitu pelayanan spesialistik THT dan mata.
Periode selanjutnya yaitu tahun 1994-2001 RSUD Dr. R.M. Djoelham
Kota Binjai dipimpin oleh Dr. Mahim MS Siregar. Kondisi sarana prasarana
rumah sakit tidak mengalami perubahan karena keterbatasan dana APBD.
Pada periode berikutnya yaitu tahun 2001-2009 Direktur RSUD Dr. R.M.
Djoelham adalah Dr. H.T. Murad El Fuad, Sp. A. Dengan dukungan Walikota
Binjai yang saat itu dijabat oleh H.M. Ali Umri, SH. M.Kn. sarana prasarana
rumah sakit mengalami kemajuan yang pesat, diantaranya :

1. Penambahan luas lahan untuk rumah sakit seluas 3921 m2.
2. Peresmian poliklinik spesialis rawat jalan
3. Tersusunnya master plan rencana pengembangan rumah sakit
4. Pembangunan gedung pelayanan rawat jalan satu atap
5. Pembangunan gedung rawat inap sebanyak tiga lantai.
Periode selanjutnya adalah tahun 2009-2010 Direktur RSUD Dr. R.M.
Djoelham Kota Binjai dijabat oleh Dra. Hj. Sri Sutarti, Apt.
Selanjutnya dari bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 2011
ditunjuk Dr. H.T. Murad El Fuad, Sp. A. Yang saat itu adalah Kepala Dinas
Kesehatan Kota Binjai sebagai Plt. Direktur.
Periode selanjutnya tahun 2011-2012 Direktur RSUD Dr. R.M. Djoelham
Kota Binjai dijabat oleh drg. Susyanto Markidi. Setelah masa ini, direktur sering
mengalami pergantian. Untuk mengisi kekosongan jabatan direktur, ditunjuk drg.
Effendi Ibral sebagai pelaksana direktur.
Selanjutnya diangkat kembali Dr. Mahim MS Siregar sebagai direktur,
namun tidak lama kemudian direktur diberhentikan dari jabatannya. Sealnjutnya
ditunjuk Ir. Darianto Bangun, M.Si yang saat itu menjabat sebagai Wakil Direktur
Umum dan SDM sebagai Plt. Direktur sampai dengan bulan Juni 2013.
Sejak bulan Juni 2013 sampai dengan bulan September 2014, direktur
RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai dijabat oleh dr. Tengku Amri Fadli. Mulai
bulan September 2014 kepimpinan RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai
dilanjutkan oleh dr. Mahaniari Manalu, M. Kes sampai dengan sekarang.

RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai efektif di 5 Kecamatan dengan 11 Desa
dan 37 Kelurahan yakni : Kecamatan Binjai Kota, Kecamatan Binjai Barat,
Kecamatan Binjai Utara, Kecamatan Binjai Timur, serta Kecamatan Binjai
Selatan. Letak Rumah Sakit yang sangat strategis karena berada pada jalur lintas
antar Kota Medan (± 22 Km) dan diapit oleh dua Kabupaten (Kabupaten Deli
Serdang dan Kabupaten Langkat) serta lintas Objek Wisata Bukit Lawang
(Kabupaten Langkat) dan Provinsi D. I. Aceh, yang menyebabkan kunjungan
pasien ke Rumah Sakit ini cukup tinggi. Jadi RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota
Binjai disamping melayani masyarakat Kota Binjai sendiri juga melayani pasien
dari Kabupaten Langkat, Deli Serdang dan Kota Medan.
Erat kaitannya dengan cakupan pelayanan kesehatan adalah jangkauan
pelayanan kesehatan. Jangkauan pelayanan kesehatan RSUD Dr. R.M. Djoelham
Binjai, meliputi pelayanan kesehatan kepada masyarakat Kota Binjai sendiri
(61,42%), masyarakat Kabupaten Langkat (khususnya Langkat Hulu mencapai
26,54%), masyarakat Kabupaten Deli Serdang (7,46%) dan sebagian masyarakat
Medan (4,58%).
4.1.2 Visi dan Misi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
Visi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai adalah : “ Terwujudnya Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai sebagai rumah sakit yang
berdaya saing dan nyaman bagi masyarakat”.
Penjelasan Visi :

1. Berdaya saing artinya RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai dalam
memberikan pelayanan dapat diandalkan jika dibandingkan dengan rumah
sakit yang lain di Kota Binjai.
2. Nyaman artinya pelayanan yang diberikan membuat pasien merasa
nyaman sehingga upaya penyembuhan yang dilakukan dapat berjalan
dengan baik dan jika memerlukan pelayanan kesehatan, pasien akan
datang kembali ke RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai.
Adapun misinya :
1. Meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit,
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat,
3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang jujur professional dan
berdedikasi tinggi terhadap pelayanan.
4.2 Karakteristik Informan
Karakteristik dari masing-masing informan pada penelitian ini ialah pada
tabel berikut.
Tabel 4.1 Karakteristik Informan
Jenis
No.
Informan
Kelamin
1 dr. Romy Ananda
Laki-Laki
Lukman

2

Giyatno

Laki-Laki

Umur
(Tahun)
38

34

Jabatan
1. Ketua Tim
Keselamatan
Pasien Rumah
Sakit Dr. R.M.
Djoelham
2. Kabag
Perencanaan dan
Rekam Medis
1. Anggota Tim
Keselamatan
Pasien Rumah
Sakit Dr. R.M.

Djoelham
2. Pegawai Bagian
Rekam Medis
3

dr. A.M. Setia Putra,
Sp. PD

Laki-Laki

54

4

Perempuan

46

Kabid Penunjang Medis

Laki-Laki

58

Kabid Keperawatan

6

Dr. Mennaita Meliala
M. Kes
Drs. H. Agusmanto
S.Kep, Ners
Marwansyah Hsb

Laki-Laki

40

Pasien rawat inap

7

Ida Ramlan Siregar

Perempuan

80

Pasien rawat inap

5

1. Wakil Direktur
Pelayanan RSUD
Dr. R.M.
Djoelham
2. Dokter spesialis
penyakit dalam

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa jumlah informan pada penelitian ini
ialah tujuh informan yang terdiri dari satu informan Ketua Tim Keselamatan
Pasien Rumah Sakit sebagai koordinator Tim Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham yang berusia 38 tahun, satu informan Anggota
Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang berusia 34 tahun, satu informan
Wakil Direktur Pelayanan RSUD Dr. R.M. Djoelham yang berusia 54 tahun, satu
informan Kabid Penunjang Medis yang berusia 46 tahun, satu informan Kabid
Keperawatan yang berusia 58 tahun, dan 2 informan pasien rawat inap.
4.3 Verbatim Wawancara Kesiapan Rumah Sakit Umum Daerah DR. R.M.
Djoelham dalam Implementasi Sistem Keselamatan Pasien (Patient
Safety) Tahun 2015
4.3.1 Pernyataan Informan tentang Sistem Keselamatan Pasien di Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham

Tabel 4.2
Informan
Informan 1

Matriks Pernyataan Informan tentang Sistem Keselamatan
Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham
Pernyataan
Sistem Keselamatan Pasien itu yang saya tau.. Pasien itu kalo masuk,
selamat masuk selamat pulang. Itu yg saya tau secara umum. Jadi
waktu dia masuk masuk dari depan pintu Rumah Sakit, dia itu masuk
sudah merasa dia nyaman. Dilayani oleh perawat, oleh dokter yang
mengerti tentang keselamatan pasien, bagaimana cara menghadapi
atau melayani pasien baik keselamatan dia waktu menaiki tempat
tidur, selama di periksa, selama memasang pemeriksaan alat2
penunjang, contoh EKG, foto rongent, pemeriksaaan darah segala
macem sampai dia di transfer ke ruangan rawatan, dalam masa
transfer juga diperhatikan cara-cara dia transfer pasien sampai dia di
ruangan, sampai dia selama masa perawatan dan pulang kembali. Itu
itu yg saya tau.. jadi selamat masuk selamat pulang.. itulah dia...
Yah memang kaidahnya macem-macem yaa istilahnya untuk
keselamatan ini ada itemnya. Tapi yang saya tau secara umum itu..
Selamat masuk selamat pulang.

Informan 2

Keselamatan pasien di rekam medis itu terangnya di identifikasinya.
Identifikasi,, identifikasi pasien itu jadi faktor rekam medis, dari
pendaftaran, dia harus jelas. Kalo sekarang uda di terapkan pake
gelang itu, tapi masih tulis tangan. Kemudian itulah peran dari kami,
ketepatan identifikasi pasien tersebut, agar gak gak salah tindakan,
gak salah prosedur, gak salah pengambilan sampel, obat

Informan 3

Sistem Keselamatan Pasien itu adalah Bagaimana kita sebenarnya
melindungi pasien , baik dari begitu sejak awal pasien itu masuk di
lingkungan rumah sakit sampai dia keluar dari lingkungan rumah
sakit. Jadi tidak jauh berbeda dengan keselamatan kerja.. bahwa
setiap orang setiap individu yang berada di dalam tempat kerja itu
wajib mendapatkan perlindungan keselamatan dan kesehatan oleh
..management.. hmhm instansi tersebut. Jadi itu secara umum saya
bilang seperti itu... jadii... Pasien masuk mulai start dia harus
mendapatkan perlindungan.

Informan 4

Maksudnya hmhm pasien itu datang... itu dia hm tidak.. tidak.. tidak
mendapatkan yang hm yang tidak diinginkan (kelalaian) baik secara
pelayanan maupun secara kualitas.

Informan 5

Keselamatan Pasien adalah untuk menyelamatkan baik jiwa, hm
maupun... ehm hm baik jiwa, rohani, dan jasmani pasien tersebut
sehingga dengan demikian mereka akan merasa nyaman, tidak
merasa terbebani sehingga untuk psikis dari pasien itu akan terhindar.

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar informan
mengetahui tentang sistem keselamatan pasien. Namun pengetahuan dan
pemahaman yang dimiliki kurang mendalam.
4.3.2

Pernyataan Informan tentang Persiapan atau Upaya yang Dilakukan
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham dalam Implementasi
Sistem Keselamatan Pasien

Tabel 4.3 Matriks Pernyataan Informan tentang Persiapan atau Upaya yang
Dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah DR. R.M. Djoelham
dalam Implementasi Sistem Keselamatan Pasien
Informan
Pernyataan
Informan 1
terus terang saya bilang kalau mbak mau nanya sekarang, minta
data, mau apa.. saya bilang saya angkat tangan. Saya ga ad.. karena
ini baru dibentuk, baru dibentuk baru mau kami kumpul.. baru mau
tentukan hm..kerja, apa yang mau dikerjain,, ya kan... mau
kumpulin data.. karena kan itu yg penting data dulu yaa.. itu yg mau
kita.. karena kan hm setau kami..kalo yang ini.. berhubungan ke
semua sektor , departemen yaa
Ini baru dibentuk, SK-nya juga belum sampai di saya. Nanti kalo
udah baru bisa kita kerja.
Informan 2

Kalo sekarang uda di terapkan pake gelang itu, tapi masih tulis
tangan. Semua masih dalam proses, timnya juga SK nya baru keluar.

Informan 3

Menerapkan ini tidak mudah. Sangat menyangkut dengan prilaku.
Ada poin penting dalam keselamatan. Untuk melindungi pasien kita
harus ada komitmen. Komitmen pasien agar selamat. Mengirim
orang yang dianggap mampu, membentuk tim, menyediakan
anggaran, dan memfollow up. Penilaian kepada orang-orang yang
ditunjuk. Bagaimana kegiatan yang berorientasi pasien tersebut
berjalan dengan baik. Misal pasien jatuh dari tempat tidur itu fatal.
Perlindungan diri sendiri dgn APD.
Pertama sekali adalah
komitmen, kebijakan, peraturan. Standar operasional prosedur,
dokumen pendukung, form-form yang disiapkan, labeling obatobatan. Disiapkan dari level dokumentasi.
Kesiapan... Omong kosong kita bilang kita siap
Tapi ga ada pembiayaan. Rumah sakit negeri itu pembiayaan komite
itu agak sulit.. tapi kalo dia melekat pada suatu departemen dia akan
lebih kuat. APBD pembiayaan komite, dia jalurnya ga begitu kuat..
Tapi kalo departemen, bidang, bagian... Tapi kalo di komite,, mata
anggarannya dimana ini? Karena ga ada mata anggarannya.. itu agak
repot.

Tapi kalo di swasta mudah,, Kalo di negeri, mata anggaran komite
kemana ? Di tanggungjawabi kepada siapa.. Di bawah bagian
umum, atau di bawah direktur operasional,, maka ada anggaran...
Kalo mengkaji soal kesiapan tidak lepas dari biaya.. Ketika melekat
Membentuk tim utk buat kegiatan ini,, ini darimana ambil
darimana? Misal butuh tempat, komputer, mata anggaran darimana?
Nanti jadi terpaksa minjem.. Kalo swasta, di bawah direktur.. jadi
gampang mata angarannya
Informan 4

Keselamatan pasien disini sudah coba diterapkan dari 2012, karena
kami mau ikut akreditasi, dalam proses. Keselamatan Pasien di
tempat kami ini mau di buat 100 %. mau dibuat.. yaa walaupun
dalam pelaksanaannya itu masih dalam proses. Belum belum belum
siap... dari hasil evaluasi kami, kami belum siap. Karena kan ada..
ada.. ada.. sasaran ada kriteria.. ada kriteria yg harus dipenuhi. Jadi
dari misalnya 100% yang harus dipenuhi. Kami lebih kurang masih
merasa masih 70%,, Karena dia harus 80 80 nilai nya... harus 80
100. Nilai terendah itu 80%, jadi kan kalo nilai terendah 80%, di
nilai yang lain kami rendah nanti kan kami ga lulus. Jadi kalo untuk
100% itu kan repot, jadi kami terus aja mengevaluasi, terus lanjut
mengevaluasi rumah sakit.
Kalo dari bagian penunjang medis, sarana prasarana sesuai standar
keselamatan pasien, sejauh ini beberapa sudah ada. Wastafel, tempat
tidur dengan penghalang pengaman. Untuk kendala penerapan
sistem keselamatan pasien ini salah satunya di fasilitas karena
berkaitan dengan keuangan.

Informan 5

Timnya sudah ada, pelatihan ada, laporan ada

Dari pernyataan informan diketahui bahwa Sistem Keselamatan Pasien di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham sudah berjalan, walaupun dalam
penerapannya masih dalam proses. Berdasarkan pernyataan informan, bahwa Tim
Keselamatan Pasien Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M.
Djoelham ini baru saja dibentuk, dan SK-nya tertanggal 04 November 2015. Oleh
karena itu, baru mau rapat menyusun rencana kerja, dan mengumpulkan data-data
yang berkaitan dengan keselamatan pasien. Dengan kata lain, TKPRS belum
berjalan secara aktif. Dari SDM-nya sudah ada pelatihannya, dari sarana dan

prasarana masih terus dalam proses peningkatan dan penambahan dalam hal
keselamatan pasien, misalnya tempat tidur dengan palang pengaman, kamar
mandi yang ada pegangannya, gelang pasien untuk memudahkan dalam
identifikasi pasien walaupun masih manual (tulisan tangan) tapi akan diganti
dengan sistem barcode ke depannya, wastafel mencuci tangan di beberapa titik
ruangan untuk memudahkan pasien, keluarga pasien, dokter, perawat dan semua
pegawai rumah sakit untuk tetap menjaga kebersihan tangan.
4.3.3

Pernyataan Informan tentang Kendala yang Dihadapi dalam
Implementasi Sistem Keselamatan Pasien di RSUD Dr. R.M.
Djoelham.

Tabel 4.4 Matriks Pernyataan Informan tentang Kendala yang Dihadapi
dalam Implementasi Sistem Keselamatan Pasien di RSUD Dr.
R.M. Djoelham
Informan
Pernyataan
Informan 1
Ya itu tadi kendalanya sering hm di masalah orang nya.. anggota
yang di hm yang mau direkrut satu kedua hmhm disini yaa apa
namanya.. orang orang yg berkompeten di dalam itu hm masih
kurang dalam hal pendidikan SDM-nya.. jadi contohnya kalo untuk
keselamatan pasien yang.. ee sorry.. untuk K3 rumah sakit aja...
yang baru ikut pelatihan itu,, baru kami 3 orang ajaa.. saya,,saya
dokter dedi pelayanan medis sama si danil.. nah yang lain-lain ee
belum pernah ikut... Cuma ada pelatihan di rumah sakit itu aja jadi
yaa mungkin pengetahuan itu belum tersebar merata tapi intinya
mereka selama selama dalam bekerja sudah tau sebenarnya dasar
keselamatan itu.. sudah tau.. cuman belum dilaksanakan secara by
SOP. Itulah dia
Informan 2

Kendalanya di SDM-nya.. SDM-nya...hmhm.. Yang pertama ini kan
tim nya.. selain dia di tim hm sebenernya ini kan pekerjaan harian
masing-masing.. itulah yang menjadi kendala. Kalo saya di rekam
medis.. yaa tugas sehari-hari di rekam medis,, kalo nanti ada
pertemuan baru kumpul.. kalo yang di atas gak... gak rajin bikin
pertemuan.. itu lama-lama tim ini gak ada gunanya

Informan 3

Omong kosong kita bilang kita siap
Tapi ga ada pembiayaan. Rumah sakit negeri itu pembiayaan komite
itu agak sulit.. tapi kalo dia melekat pada suatu departemen dia akan

lebih kuat. APBD pembiayaan komite, dia jalurnya ga begitu kuat..
Tapi kalo departemen, bidang, bagian... Tapi kalo di komite,, mata
anggarannya dimana ini? Karena ga ada mata anggarannya.. itu agak
repot.
Informan 4

SDM-nya... hmhm.. terus fasilitas.. yaa.. Kalo fasilitas pastikan nnt
ujung-ujungnya keuangan yaa. Kalo SDM biasanya kan pelatihan,
merubah mindset.

Informan 5

Hambatan-hambatannya itu-lah masalah pendanaannya ini..

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa kendala dalam
mengimplementasikan sistem keselamatan pasien di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. R.M. Djoelham ini adalah sumber daya manusia dan anggaran. SDM
yang masih butuh pelatihan terkait keselamatan pasien, karena diharapkan SDM
dapat mengubah mindset dan perilakunya berfokus kepada keselamatan pasien,
sehingga dapat berkomitmen dan membangun budaya keselamatan pasien di
rumah sakit tersebut. Sementara itu, kendala lain yang dihadapi dalam
implementasi sistem keselamatan pasien ini berdasarkan pernyataan informan di
atas adalah terletak pada anggarannya. Yang berkaitan dengan fasilitas dan
keuangan untuk mengatur dan menerapkan sistem keselamatan pasien di Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham ini secara menyeluruh. Karena dari
pernyataan informan bahwa dana untuk keselamatan pasien belum ada. Dana
untuk anggaran di rumah sakit diperoleh dari APBD, dan dana khusus untuk
keselamatan pasien tidak ada.

4.3.4

Pernyataan Informan yang Menerima Pelayanan di RSUD Dr. R.M.
Djoelham.

Tabel 4.5 Matriks Pernyataan Informan yang Menerima Pelayanan di RSUD
Dr. R.M. Djoelham
Informan
Informan 6

Pernyataan
Rumah sakitnya bagus... bersih.. fasilitasnya
Yahh kayak yang adek liat... bagus laa disini...

Informan 7

Pelayanannya baik, sudah sering disini...
Kalo sakit memang dibawa kesini aja, karena kebetulan askesnya
disini.
Fasilitasnya... TVnya ada, ruangannya bersih.
Dalam menangani pasien, cepat.. kayak misal infusnya habis,
dipanggil langsung diganti. Kalo disuntik atau kasih obat, terkadang
yang jaga pasien harus cerewet supaya tau obat apa yang dikasi.
Tapi kalo kasih obat, ditanya lagi namanya, untuk memastikan.

Dari pernyataan di atas diketahui bahwa pelayanan di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. R.M. Djoelham baik. Dalam penanganan pasien juga sudah
mengarah kepada sistem keselamatan pasien terlihat dari diidentifikasi kembali
pasien sebelum diberi obat.
4.4

Lampiran Hasil Observasi Kesiapan Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
R.M. Djoelham dalam Implementasi Sistem Keselamatan Pasien

Tabel 4.6 Lampiran Hasil Observasi Kesiapan Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. R.M. Djoelham dalam Implementasi Sistem Keselamatan
Pasien
Indikator Yang diobservasi
Ya
Tidak Ket.
Input
TKPRS (SK-nya)

SK TKPRS
tgl
04
November
2015
Pelatihan SDM

Sarana dan Prasarana
a. Wastafel cuci tangan

b. Petunjuk Cuci Tangan Yang

Baik dan Benar

c. Hand rub
d. Pegangan di kamar mandi
e. Palang pengaman tempat
tidur
f. Gelang Pasien (manual)
g. Gelang Alergi Pasien
h. Peringatan Lantai Licin
i. Pelabelan
j. APD
Proses

Output

Identifikasi
pasien
penanganan
Pelaporan insiden
Evaluasi

sebelum

Kesiapan Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. R.M. Djoelham dalam
Implementasi Sistem Keselamatan
Pasien

















Melalui hasil observasi yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. R.M. Djoelham menunjukkan bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
R.M. Djoelham dalam menerapkan sistem keselamatan pasien masih dalam
proses. Sarana dan prasarana sebagian besar sudah dilengkapi, seperti tempat tidur
yang sesuai untuk keselamatan pasien dengan palang pengaman. Gelang pasien
untuk memudahkan dalam identifikasi pasien, hanya saja masih sistem manual
belum barcode, dan gelang alergi juga belum tersedia. Yang ada masih gelang
warna merah muda untuk pasien wanita dan biru untuk pasien pria. Tapi dari hasil
wawancara dengan informan akan terus memperbaiki dan menambah segala
sarana dan prasarana yang berkaitan dan sesuai dengan standar keselamatan
pasien.

BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Masukan (Input)
5.1.1 TKPRS
Menurut Permenkes Nomor 1691/ Menkes/ Per/ VIII/ 2011 bahwa setiap
rumah sakit wajib membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKPRS)
yang ditetapkan oleh kepala rumah sakit sebagai pelaksana kegiatan keselamatan
pasien. TKPRS bertanggung jawab kepada kepala rumah sakit. Keanggotaan
TKPRS terdiri dari manajemen rumah sakit dan unsur dari profesi kesehatan di
rumah sakit.
Berdasarkan pernyataan dari Ketua Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Dr. R.M. Djoelham bahwa TKPRS di rumah sakit ini baru dibentuk dengan SK
TKPRS tanggal 4 November 2015. Sehingga saat ini tim belum mengumpulkan
data terkait keselamatan pasien, belum menyusun rencana program kerja yang
berkaitan dengan keselamatan pasien dan belum mensosialisasikan Sistem
Keselamatan Pasien kepada semua unit di Rumah Sakit Dr. R.M. Djoelham.
Namun persiapan mengarah kepada sistem keselamatan pasien sudah mulai ada,
terlihat dari sarana dan prasarana dan fasilitas yang terdapat di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham yang sudah mengarah kepada keselamatan
pasien. Berdasarkan wawancara kepada Ketua TKPRS RSUD Dr. R.M. Djoelham
bahwa mereka akan segera mengumpulkan data terkait keselamatan pasien, dan
akan menyusun rencana program kerja keselamatan pasien.

Namun berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan kepala bidang
penunjang medis, diketahui bahwa Sistem Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
Dr. R.M. Djoelham sudah sejak tahun 2012 dipersiapkan dan mulai diterapkan
karena rumah sakit mau ikut serta dalam Akreditasi Versi 2012. Dalam standar
Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 mencakup standar pelayanan berfokus pada
pasien, standar manajemen rumah sakit, sasaran keselamatan pasien di rumah
sakit dan standar program MDG‟s (Permenkes, 2012). Oleh karena itu, terkait
pengetahuan dan segala proses dalam penerapan sistem keselamatan pasien sudah
mulai dijalankan. Namun tetap belum siap, belum semua kriteria terpenuhi. Dan
dalam proses penerapannya juga ada kendala, diantaranya fasilitas yang berkaitan
dengan anggaran.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peran TKPRS untuk
melakukan motivasi, edukasi, konsultasi, pemantauan dan penilaian terhadap
implementasi program keselamatan pasien masih belum berjalan.
5.1.2 Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham
sudah ada yang mengikuti pelatihan, hanya saja jumlah SDM yang mengikutinya
masih sangat sedikit. Pelaksanaan pelatihan di RSUD Dr. R.M. Djoelham belum
dilaksanakan secara intensif dan berkala. Karena selama ini pelatihan yang diikuti
oleh

beberapa

tenaga

kesehatan

tersebut

dibuat

oleh

Dinkes

mengikutsertakan tenaga kesehatan dari RSUD Dr. R.M. Djoelham.

yang

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan beberapa informan yang
merupakan tenaga kesehatan diketahui bahwa informan mengetahui tentang
sistem keselamatan pasien, namun tidak memahami lebih dalam.
Dalam hal penerapan sistem keselamatan pasien, tenaga kesehatan sangat
mengambil peran penting. Dimana tenaga kesehatan seperti dokter, perawat,
adalah orang yang langsung berhubungan dengan pasien. Dan pengetahuan serta
pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan harus sesuai dan mengarah kepada
keselamatan pasien. Bentuk peran tenaga kesehatan dalam penerapan keselamatan
pasien adalah tenaga kesehatan harus senantiasa tepat dalam identifikasi pasien
sebelum memberikan penanganan. Menanyakan nama dan memastikannya dengan
melihat gelang identifikasi sebelum memberi obat atau melakukan intervensi
lainnya. Bentuk lainnya adalah bagaimana prosedur tenaga kesehatan dalam
pemindahan pasien, menangani pasien dengan alergi, pasien yang beresiko jatuh,
dan sebagainya. Oleh karena itu, pengetahuan dan pelatihan tenaga kesehatan
harus menjadi prioritas untuk ditingkatkan. Agar penerapan sistem keselamatan
pasien dapat berjalan maksimal dan tepat sasaran.
Berdasarkan pernyataan dari pasien sebagai informan, diketahui bahwa
tenaga kesehatan yang memberi penanganan kepada pasien melakukan
identifikasi pasien dengan menanyakan namanya terlebih dahulu. Dan dari
pengamatan yang dilakukan, dilihat bahwa tenaga kesehatan melakukan
pemindahan pasien sesuai dengan prosedur.

5.1.3 Sarana, Prasarana dan Peralatan
Sarana, prasarana dan peralatan yang tersedia di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. R.M. Djoelham dalam penerapan sistem keselamatan pasien belum
memadai. Namun sudah mengarah kepada sistem keselamatan pasien.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan RSUD Dr. R.M. Djoelham ini sudah
tersedia wastafel mencuci tangan di beberapa tempat yang berguna untuk selalu
menjaga kebersihan sebelum dan sesudah mengunjungi pasien. Walaupun belum
tersedianya hand rub. Kemudian adanya petunjuk tertulis cara mencuci tangan
dengan benar yang di tempel di dinding, adanya palang pengaman untuk tempat
tidur pasien untuk menghindari resiko pasien jatuh. Adanya pegangan di kamar
mandi, adanya gelang identifikasi pasien, adanya peringatan lantai licin, dan
adanya pelabelan. Namun, gelang pasien yang tersedia hanya ada 2 warna, yaitu
warna merah muda untuk pasien wanita dan warna biru untuk pasien pria,
sementara itu gelang alergi dan gelang pasien dengan resiko jatuh belum ada
disediakan. Dan penulisan gelang juga masih manual (belum sistem barcode)
yang memperbesar kemungkinan adanya kesalahan dalam mengidentifikasi dan
memberi tindakan kepada pasien.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan, dikatakan bahwa
sarana, prasarana dan peralatan dalam penerapan keselamatan pasien ini akan
terus dilengkapi.
5.1.4 Dana
Dana untuk mengimplementasikan sistem keselamatan pasien di Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham ini diperoleh dari APBD. Belum ada

anggaran khusus untuk implementasi sistem keselamatan pasien tersebut. Dana
yang diperlukan untuk penerapan sistem keselamatan pasien ini digunakan untuk
penyediaan berbagai fasilitas atau sarana maupun prasarana yang mendukung
sistem keselamatan pasien. Seperti membuat pelatihan khusus untuk tenaga
kesehatan di RSUD Dr. R.M. Djoelham dalam implementasi sistem keselamatan
pasien, dan untuk keperluan lainnya yang berkaitan dalam upaya implementasi
sistem keselamatan pasien di RSUD Dr. R.M. Djoelham.
5.2 Proses
5.2.1 Implementasi Sistem Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. R.M. Djoelham
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham
menurut informasi yang peneliti dapat dari informan bahwa program ini telah
berjalan. Menurut salah seorang dari informan, rumah sakit ini sudah mulai
mencoba menerapkan sistem keselamatan pasien ini sejak tahun 2012. Namun
pelaksanaannya belum maksimal. Belum ada organisasi yang dibentuk, belum ada
sosialisasi terkait keselamatan pasien ke semua unit, belum ada petunjuk atau SOP
yang tertulis.
Mengingat rumah sakit akan mengikuti akreditasi, dan sesuai dengan
pedoman akreditasi versi 2012 dimana salah satu kegiatan yang dinilai itu adalah
keselamatan pasien. Karena hal tersebut, maka baru dibentuk tim keselamatan
pasien. Tim keselamatan pasien yang baru dibentuk tanggal 04 November 2015
ini yang nantinya akan mulai menyusun program-program keselamatan pasien
secara tertulis.

Oleh karena itu, meskipun tim keselamatan pasien masih baru dibentuk,
bukan berarti rumah sakit baru saja menerapkan sistem keselamatan pasien ini.
Kegiatan-kegiatan penerapan sudah lama mengarah kepada sistem keselamatan
pasien. Bukti pelaksanaan keselamatan pasien ada di dalam isi wawancara dengan
petugas pelaksana.
Dalam penerapan sistem keselamatan pasien ini memang tidak mudah.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan informan bahwa dalam
penerapan keselamatan pasien ini berkaitan dengan komitmen, prilaku semua
petugas pelaksana dalam menerapkan keselamatan pasien ini. Kendala lain
terletak di SDM dan fasilitas (anggaran). Selain itu, di beberapa periode direktur
rumah sakit sering mengalami pergantian. Hal ini juga dapat memengaruhi,
karena aturan dan struktural di rumah sakit sering mengalami perubahan. Periodeperiode kepemimpinan rumah sakit ada di sejarah rumah sakit Dr. R.M.
Djoelham.
5.3 Output
Luaran dari penelitian ini ialah kesiapan Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
R.M. Djoelham dalam implementasi sistem keselamatan pasien. Melalui
penelitian ini diperoleh informasi terkait implementasi kebijakan Permenkes RI
No. 1691 /Menkes /PER /VIII /2011 tentang Keselamatan Pasien. Dari penelitian
ini diketahui bahwa RSUD Dr. R.M. Djoelham masih dalam proses dalam
penerapan sistem keselamatan pasien tersebut.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. R.M. Djoelham tentang
Kesiapan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham dalam implementasi
sistem keselamatan pasien dapat disimpulkan bahwa:
1. Sistem keselamatan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham
sudah diterapkan sejak tahun 2012, namun dalam implementasinya belum
terorganisir dengan baik.
2. Rumah sakit akan mengikuti akreditasi, dan salah satu penilaian dalam
akreditasi adalah keselamatan pasien. Untuk itu telah dibentuk Tim
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKPRS) pada tanggal 04 November 2015.
3. Dalam implementasi Sistem Keselamatan Pasien, RSUD Dr. R.M. Djoelham
belum optimal, dikarenakan :
a. Peran TKPRS yang kurang optimal dalam memberikan informasi,
motivasi, edukasi, konsultasi pemantauan dan penilaian.
b. Penyusunan

rencana

program

kerja

keselamatan

pasien

belum

dilaksanakan.
c. Penyusunan dan sosialisasi SOP dalam sistem keselamatan pasien ke
semua unit belum berjalan maksimal.
d. Peran Direktur yang belum maksimal dalam implementasi sistem
keselamatan pasien.

e. Penyediaan fasilitas, sarana dan prasarana di semua unit belum memadai
untuk implementasi keselamatan pasien.
6.2 Saran
1. Kepada Direktur RSUD Dr. R.M. Djoelham untuk :
a. Meningkatkan perannya dalam penetapan berbagai kebijakan dan
penyediaan fasilitas, sarana dan prasarana yang belum memadai,
b. menginstruksikan kepada TKPRS untuk segera menyusun program kerja
keselamatan pasien, dan
c. mensosialisasikan SOP kepada semua unit.
2. Kepada Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit di RSUD Dr. R.M. Djoelham
untuk :
a. segera menyusun rencana program kerja keselamatan pasien,
b. melakukan sosialisasi sistem keselamatan pasien kepada semua unit di
rumah sakit (sosialisasi SOP), agar semua unsur di rumah sakit memahami
dan dapat menerapkan sistem keselamatan pasien,
c. melaksanakan pelatihan terkait keselamatan pasien kepada semua tenaga
kesehatan, dan
d. melakukan evaluasi berkala terhadap program-program yang nantinya
akan dibuat oleh TKPRS.
4. Kepada semua tenaga kesehatan di RSUD Dr. R.M. Djoelham agar saling
berkoordinasi dan melaksanakan standar operasional prosedur berkaitan
dengan implementasi keselamatan pasien.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Keselamatan Pasien
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah
sakit. Ada 5 (lima) isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah
sakit yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas
kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa
berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan
(green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan
keselamatan “bisnis” rumah sakit yang terkait kelangsungan hidup rumah sakit.
Namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada
pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk
dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra perumahsakitan
(Depkes RI, 2008).
The Institute of Medicine (IOM) mendefinisikan keselamatan sebagai freedom
from accidental injury. Keselamatan dinyatakan sebagai ranah pertama dari mutu
dan definisi dari keselamatan ini merupakan pernyataan dari perspektif pasien
(Kohn, dkk, 2000 dalam Sutanto, 2014). Pengertian lain menurut Hughes (2008)
dalam Sutanto (2014), menyatakan bahwa keselamatan pasien merupakan
pencegahan cedera terhadap pasien. Pencegahan cedera didefinisikan sebagai
bebas dari bahaya yang terjadi dengan tidak sengaja atau dapat dicegah sebagai
hasil perawatan medis. Sedangkan praktek keselamatan pasien diartikan sebagai

menurunkan risiko kejadian yang tidak diinginkan yang berhubungan dengan
paparan terhadap lingkup diagnosis atau kondisi perawatan medis.
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit/ KKP-RS (2008) mendefinisikan
bahwa keselamatan (safety) adalah bebas dari bahaya atau risiko (hazard).
Keselamatan pasien (patient safety) adalah pasien bebas dari harm/ cedera yang
tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang potensial akan terjadi
(penyakit, cedera fisik/ sosial/ psikologis, cacat, kematian dan lain-lain), terkait
dengan pelayanan kesehatan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/ Menkes/ Per/ VIII/
2011, keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Harus

diakui,

pelayanan

kesehatan

pada

dasarnya

adalah

untuk

menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan Hippocrates kira-kira 2400
tahun yang lalu yaitu Primum, non nocere (First, do no harm). Namun diakui
dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan
khususnya di rumah sakit menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinya
Kejadian Tidak Diharapkan- KTD (Adverse Event) apabila tidak dilakukan
dengan hati-hati karena di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes

dan prosedur, banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi
dan non profesi yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus.
Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik
dapat terjadi KTD (Depkes RI, 2008).
Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap
kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak
Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya
disingkat KTD adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien. Kejadian
Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat disingkat KNC adalah terjadinya insiden
yang belum sampai terpapar ke pasien. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya
disingkat KTC adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul
cedera. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yang
sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera
yang serius (Permenkes Nomor 1691/ Menkes/ Per/ VIII/ 2011).

2.2. Pelaksanaan Keselamatan Pasien Rumah Sakit
2.2.1. Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Menurut Permenkes Nomor 1691/ Menkes/ Per/ VIII/ 2011 bahwa rumah
sakit dan tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit wajib melaksanakan
program dengan mengacu pada kebijakan nasional Komite Nasional Keselamatan
Pasien Rumah Sakit. Setiap rumah sakit wajib membentuk Tim Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (TKPRS) yang ditetapkan oleh kepala rumah sakit sebagai

pelaksana kegiatan keselamatan pasien. TKPRS yang dimaksud bertanggung
jawab kepada kepala rumah sakit. Keanggotaan TKPRS terdiri dari manajemen
rumah sakit dan unsur dari profesi kesehatan di rumah sakit. TKPRS
melaksanakan tugas:
1. Mengembangkan program keselamatan pasien di rumah sakit sesuai
dengan kekhususan rumah sa