HAKEKAT DESAIN KOMUNKASI VISUAL LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA.

(1)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 10

BAB II

HAKEKAT DESAIN KOMUNKASI VISUAL

2.1. PENGERTIAN DAN SEJARAH DESAIN KOMUNIKASI VISUAL 2.1.1. Pengertian Desain Komunikasi Visual

Makna dari desain komunikasi visual jika ditinjau dari asal katanya (etimologi) terdiri dari tiga asal kata yang diambil dari beberapa bahasa yang berbeda. Desain diambil dari kata designo yang berasal dari Italia yang berarti gambar. Sedang dalam bahasa Inggris desain diambil dari bahasa latin designare yang berarti merencanakan atau merancang. Istilah desain dalam seni rupa dipadukan dengan reka bentuk, reka rupa, rancangan atau sketsa.

Kata komunikasi berarti menyampaikan suatu pesan dari komunikator (penyampai pesan) kepada komunikan (penerima pesan) dengan menggunakan suatu media dengan maksud tertentu. Komunikasi sendiri berasal dari bahasa Inggris communication yang diambil dari bahasa latin communis yang berarti

―sama‖(dalam bahasa Inggris : common). Lalu dalam proses pengertiannya dianggap sebagai proses menciptakan suatu kesamaan (commonness) atau suatu kesatuan pemikiran antara pengirim (komunikator) dan penerima (komunikan).

Sementara kata visual bermakna segala sesuatu yang dapat dilihat dan direspon oleh indera penglihatan manusia yaitu mata. Berasal dari kata latin

videre yang berarti melihat yang kemudian diadopsi ke dalam bahasa Inggris

visual.

Dari arti istilah yang ditemukan dapat diartikan Desain Komunikasi Visual sebagai seni menyampaikan pesan (art of communication) dengan menggunakan bahasa rupa (visual language) yang disampaikan melalui media berupa desain yang bertujuan menginformasikan, mempengaruhi hingga merubah perilaku target yang melihat sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Bahasa rupa yang dipakai mencakup grafis, tanda, symbol, ilustrasi gambar/foto, tipografi/huruf, dan sebagainya yang berdasar pada kaidah bahasa visual khas berdasar ilmu tata rupa. Pesan yang diungkapkan secara kreatif dan komunikatif, mengandung solusi untuk permasalahan yang hendak disampaikan.


(2)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 11 “Desain Komunikasi Visual adalah profesi yang mengkaji dan

mempelajari desain dengan berbagai pendekatan baik hal yang

menyangkut komunikasi, media, citra, tanda maupun nilai.”

(Agus Sachri)

“Desain Komunikasi Visual dalam pengertian modern adalah desain yang dihasilkan dari rasionalitas. Dilandasi pengetahuan, bersifat rasional, pramgatis. Jagat desain komunikasi visual

senantiasa dinamis, atraktif (penuh gerak), dan perubahan.

(Widagdo 1993:31)

Desain Komunikasi Visual mengkaji segala sesuatu hal yang berkaitan dengan komunikasi dan pesan, teknologi percetakan, penggunaan teknologi multimedia dan teknik persuasi dalam masyarakat.

Dalam kalangan pendidik di Indonesia, Desain Komunikasi Visual sering disingkat menjadi DKV. Pada dasarnya merupakan istilah penggambaran untuk proses pengolahan media dalam berkomunikasi mengenai pengungkapan suatu pemikirian ataupun penyampaian informasi terlihat dan terbaca. Proses berkomunikasi melalui pendalaman ide-ide dengan penambahan gambar berupa foto, diagram, tipografi, ilustrasi, permainan warna, dan sebagainya yang dapat menghasilkan efek terhadap pihak-pihak yang melihat. Efek yang dihasilkan bergantung dari tujuan yang ingin disampaikan oleh penyampai pesan dan kemampuan dari penerima pesan untuk memahami pesan tersebut.

Dalam perkembangannya dalam kalangan dunia iklan dan dunia akademik di bidang komunikasi, istilah Desain Komunikasi Visual telah banyak dikenal meskipun istilah ini masih terhitung baru dalam kurun waktu dua dekade ini. Dalam dunia pendidikan kerap digunakan istilah Dekave ataupun DISKOMVIS yang merupakan akronim dari Desain Komunikasi Visual.


(3)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 12

2.1.2. Sejarah Desain komunikasi Visual

Pada zaman pra-sejarah manusia telah mengenal dan telah mempraktekkan komunikasi secara visual. Lukisan-lukisan yang ditemukan dalam gua sejarah merupakan permulaan manusia menerapkan komunikasi visual kepada manusia lainnya. Kemudian berkembang lebih maju lagi dengan bentuk komunikasi visual lain seperti hieroglyphics, tulisan, prasasti, dan buku.

Pada tahun 1447, Johannes Guttenberg menciptakan teknologi mesin cetak. Pada awalnya teknik cetak ini membuat tulisan dan gambar pada satu halaman atau papan kayu saja. Namun dalam perkembangannya mesin ini digunakan pada satuan huruf saja, lalu disusun menjadi suatu kalimat. Penemuan ini menjadi perkembangan yang mutakhir pada saat itu dan menjadi titik balik kebangkitan Eropa.

Pada tahun 1797, Aloys Senefelder menciptakann teknik cetak baru yaitu Lithografi. Teknik cetak ini memanfaatkan prinsip saling tolak air dan media batu litho. Teknik ini memungkinkan untuk meggambar lebih luas dalam bentuk blok-blok yang besar dan dimungkinkan dilakukannya pemisahan warna dalam menggambar poster. Penemuan ini memulai masa kejayaan dari poster.

Berikut ini adalah peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah

perkembangan desain komunikasi visual :

1. Victorian

Gambar 2.1. Beberapa Contoh Karya Era Victorian Sumber: http://deskomvis.blogspot.com


(4)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 13 Dalam perkembangan revolusi industri membuat kebutuhan manusia semakin berkembang. Lalu bermuculan kebutuhan baru untuk mempromosikan dan menginformasikan sesuatu secara umum. Dengan semakin berkembangnya mesin cetak pada saat itu, muncul kebutuhan baru dalam bidang periklanan. Diantaranya kebutuhan mengedukasi pasar dagang dengan iklan, salah satunya dengan kemasan suatu produk.

Nama Victorian diambil dari ratu Inggris, ratu Victoria sebagai suatu penghormatan kepada beliau. Victorian cenderung kaya akan ornament dan dekoratif. Desainer yang paling berpengaruh pada masa itu ialah Rouchon, Salman Baidowi, dan Sir John Millais.

Ciri-ciri :

a. Ilustrasi mendekati dengan kenyataan.

b. Penggambaran karakter perempuan yang berbadan subur.

c. Dikelilingi dengan ornament-ornamen.

d. Cenderung simetris.

e. Penggunaan warna-warna yang natural.

Gambar 2.3. Lukisan Era Victorian Sumber: http://deskomvis.blogspot.com

2. Arts and Crafts Movement

Arts and Crafts Movement muncul sebagai suatu bentuk penolakan terhadap Victorian yang miskin nilai-nilai estetis karena sifat-sifatnya yang natural dan apa adanya.


(5)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 14 Art and Craft Movement hendak menghidupkan kembali ketrampilan tangan dalam seni kerajinan. Terinspirasi dari zaman Gothic, mengusung gaya ilustrasi yang kaya akan seni dekoratif yang memiliki nilai buah tangan yang tinggi. Desainer yang berpengaruh ialah William Morris, Henry Van de Velde, dan Aubrey Breadsley.

Ciri-ciri :

a. Sudah memiliki prinsip proporsi dan fungsi-fungsi bentukan. b. Memiliki nilai estetis dan karya tangan yang sangat tinggi.

c. Garis batas berupa seni ornamen yang umumnya berupa

sulur-sulur atau tumbuhan yang padat dan rumit. d. Dipengeruhi oleh gaya ilustrasi Gothic.

e. Bila dibandingkan dengan gaya ilustrasi sebelumnya yaitu Victorian, Arts and Crafts jauh terlihat lebih bagus dan inovatif.

Gambar 2.4. Lukisan Era Art and Craft Sumber: http://deskomvis.blogspot.com


(6)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 15

3. Art Nouveau

Gambar 2.5. Beberapa Contoh Karya Era Art Nouveau Sumber: http://deskomvis.blogspot.com

Mirip halnya dengan Arts and Crafts, Art Nouveau lahir sebagai suatu bentuk ketidakpuasan terhadap Victorian. Dianggap sebagai gaya ilustrasi pertama di dalam dunia desain secara internasional. Berkembang pesat pada tahun 1829 sampai 1914. Desainer yang berpengaruh pada saat itu ialah Alphonse Muca, Lautree, Eugene Grasset, Raymond Saviganic, dan Jules Cheret.

Ciri-ciri :

a. Dekoratif, namun lebih sederhana bila dibandin dengan Arts and Craft.

b. Pewarnaan yang bersifat datar.

c. Sudah memiliki prinsip penataan secara geometris.

d. Umumnya asimetris, gambar dan tulisan saling mengimbangi.


(7)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 16 Gambar 2.6. Lukisan Era Art Nouveau

Sumber: http://deskomvis.blogspot.com

4. Art Deco

Art Deco muncul pada sekitar tahun 1925, pada saat kegiatan

Exposition International Des Arts Decoratifts et Industrial Modernes di

Paris, Prancis 1925. Sebuah karya yang mempresentasikan kemewahan, ekstravaganza, glamour, kejayaan akan permesinan, konsumerisme dan kecepatan pada masa itu. Bermunculan bentukan-bentukan yang lebih modern, dimana terdapat bentuk-bentuk geometris dan kurva-kurva,

streamline, motion line dan lampu-lampu mesin. Desainer yang

berpengaruh pada masa itu ialah Cassandre, Paul Collin, Charles Loupot.

Ciri-ciri :

a. Memunculkan kesan mewah, kejayaan akan mesin dan

kecepatan.

b. Bentuk-bentuk geometris dan kurva-kurva.


(8)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 17 Gambar 2.7. Lukisan Era Art Deco

Sumber: http://deskomvis.blogspot.com

5. De Stijl

Gambar 2.7. Beberapa Contoh Karya Era De Stijl Sumber : http://deskomvis.blogspot.com

Kemunculannya pada tahun 1917 di Belanda. Gaya visual geometris-abstrak dari garis vertical dan horizontal dengan komposisi bidang berisi warna-warna primer yaitu merah, biru, kuning, putih, dan abu-abu.

Mengingat spirit ini dipelopori oleh pelukis, tidaklah

mengherankan pada awal eksistensinya spirit seni baru De Stijl diwujudkan dalam bentuk lukisan sang tokoh, Theo van Doesburg dan Piet Mondrian.


(9)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 18 Gambar 2.8. Lukisan De Stijl yang Diaplikasikan Pada Media Kaos

Sumber: http://deskomvis.blogspot.com

6. Kitsch

Kitsch dalam bahasa Jerman bermakna ―bad taste‖. Dalam dunia

seni, Kitsch bisa digunakan menjelaskan bahwa suatu karya memiliki nilai sentimental yang berlebihan, vulgar, dan, memiliki maksud tertentu. Isitilah ini jarang disebutkan dalam dunia pendidikan Desain, namun mewakili gaya ilustrasi pada era 50-an. Seniman yang berpengaruh pada masa itu ialah Grant Wood, James Montgomery, dan Norman Rockwell.

Ciri-ciri :

a. Realisme dan sering dijumpai menggunakan teknik-teknik

pencampuran dengan teknik lain seperti fotografi dan kolase. b. Telah mengenal prinsip judul dan sub-judul.

c. Penggunaan warna-warna yang lebih menarik dan bervariasi.


(10)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 19 Gambar 2.9. Lukisan Era Art Kitsch

Sumber: http://deskomvis.blogspot.com

7. Latemodern

Gaya ilustrasi pada Latemodern terinspirasi dari European Avant Garde yang modernist yang didominasi oleh inovasi-inovasi dari Amerika. Pada masa inilah bidang periklanan mengalami zaman keemasannya. Fotografi, typesetting, dan printing yang jauh lebih modern dan telah banyak digunakan sehingga semakin menambah berbagai macam metode prinsip-prinsip dalam mendesain. Teknik gunting-tempel muncul sebagai inovasi pada masa ini. Desainer berpengaruh pada masa itu ialah Paul Rand, Saul Bass, dan Lester Beall.

Ciri-ciri :

a. Komunikasi yang terkonsep.

b. Cerdas dan kreatif.


(11)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 20 Gambar 2.10. Lukisan Era Latemodern

Sumber: http://deskomvis.blogspot.com

8. Swiss

Gambar 2.11. Beberapa Contoh Karya Era Swiss Sumber: http://deskomvis.blogspot.com

Swiss memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan dunia desain. Desain corporate identity menjadi pengaruh besar yang diberikan Swiss terhadap dunia. Para desainer Swiss adalah para desainer yang sangat perfeksionis dalam bentuk tipografi sans serif serta desainnya yang minimalis dan lebih mengutamakan pesan yang disampaikan. Simetris dan Asimetris didaptakn dari pemanfaatan grid-grid untuk mengorganisir elemen-elemen grafis dalam sebuah karya. Desainer yang paling berpengaru pada saat itu ialah Grasset, Steinlen, dan Felix Valloton.


(12)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 21 Ciri-ciri :

a. Dingin dan impresional. b. Asimetris dan simetris.

c. Penggunaan grid pada proses desain.

d. Mayoritas menggunakan jenis gaya huruf Sans Serif.

Gambar 2.12. Sistem Grid Latemodern Sumber: http://deskomvis.blogspot.com

9. Psychedelia

Psychedelia muncul beriringan dengan budaya hippies yang berkembang pada tahun 60-an di daerah Haight Ashbury, San Fransisco. Nama psychedelic berkaitan erat dengan psychedelic drugs yang popular di kalangan kaum muda pada saat itu, terutama seringkali ditemui penggunaannya pada konser-konser music rock. Poster artis berusaha untuk menangkap kesan visual penglihatan para pengguna drugs pada saat

sedang ‗fly‘. Gaya-gaya tipografi pada Psychedelic terpengaruh oleh Art Nouveau, tetapi terdapat pemadatan, bentuknya curvilinear dan berupa handwriting. Pada pewarnaan terpengaruh gaya Pop Art denganwarna-warnanya yang mencolok dan ramai. Seniman yang berpengaruh pada saat itu ialah Victor Moscosco, Wes Wilson, dan Rick Griffin.

Ciri-ciri:

a. Penggunaan warna-warna yang mencolok dan ramai.

b. Tipografi handwriting dan curvilinear shape. c. Keterbacaan tipografi rendah.


(13)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 22 Gambar 2.13. Lukisan Era Psychedelia

Sumber : http://deskomvis.blogspot.com

10.Kontemporer

Kontemporer tidak termasuk dalam perkembangan Desain Grafis, karena ini adalah kumpulan dari berbagai macam aliran-aliran desain yang sedang berkembang pada sekitar tahun 1965 hingga sekarang. Desainer berpengaruh pada saat itu ialah Niklaus Toxier, Gregory Cutshaw, dan Damia Mattews.

Ciri-ciri :

Tipografi yang semakin kreatif dan inovatif, tipografi tidaklah lagi hanya sekedar tulisan tetapi sudah menjadi bagian dari gambar.

Gambar 2.14. Karya Era Contemporary Sumber: http://deskomvis.blogspot.com


(14)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 23

2.2. PERKEMBANGAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DI

INDONESIA

Perkembangan Desain Komunikasi Visual di Indonesia sudah berkembang sejak zaman kolonial. Mesin cetak pertama kali didatangkan dari Belanda ke pulau Jawa pada tahun 1659. Namun karena ketiadaan operator, mesin tersebut menganggur puluhan tahun. Tujuan didatangkan mesin cetak ini erat dikaitkan dengan niat misionaris untuk mencetak kitab suci dan buku-buku pendidikan Kristen di Indonesia. Selain kitab suci dan buku-buku pendidikan Kristen, mereka juga akan menerbitkan surat kabar berhaluan pendidikan Kristen

Gambar 2.15. Mesin Cetak ―Faber & Schleider‖ Era Kolonial Sumber: karungboy.blogspot.com

Pada Desember 1974 terjadi peristiwa yang dikenal dengan sebutan Desember Hitam. Pada waktu itu terjadi pergolakan seniman muda yang memprotes terhadap pemberian penghargaan pemerintah kepada lima pelukis, yang karyanya dikritisi bercorak seragam, yaitu dekoratif dan lebih ditujukkan pada kepentingan konsumtif. Persitiwa Desember Hitam ini kelak menjadi cikal bakal terbentuknya Gerakan Seni Rupa Baru (GSRB) pada tahun 1975. GSRB menolak batasan antara seni murni dan seni terap, semua kesenian termasuk desain dianggap sederajat. GSRB ini yang kelak akan memberikan pemahaman baru tentang seni di Indonesia.

Gert Dumbar, seorang desainer grafis Belanda pada tahun 1977 mengenalkan istilah semiotika dan komunikasi visual di FSRD ITB. Menurutnya desain grafis tidak hanya menangani percetakan saja tetapi juga gambar bergerak, display, dan pameran. Dan sejak saat itu istilah desain komunikasi visual mulai


(15)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 24 dipakai menggantian desain grafis. Lalu pada akhir era 1970-an mulai banyak bermunculan perusahaan-perusahaan desain grafis yang dipimpin desainer grafis.

Pada era 1980-an semakin banyak studio-studio desain grafis di Indonesia. Menjamurnya studio grafis di masa ini membuat studio grafis dimanapun dituntut untuk bisa mengerjakan pekerjaan apapun. Pop Art merupakan gaya yang paling umum digunakan pada saat itu. Majalah Tempo dan Zaman termasuk penerbit yang menggunakan gaya Pop Art pada sampulnya.

Pada tanggal 16-24 Juni 1980 pameran desain grafis pertama “Erasmus Huis”di Pusat Kebudayaan Belanda yang dilakukan oleh tiga desainer grafis Indonesia. Pameran itu mengusung tujuan untuk mengenalkan profesi desainer grafis ke masyarakat umum. Dalam perkembangannya, pada tanggal 24 Semptember 1980 diresmikan organisasi desainer grafis pertama di Indonesia dengan diberi nama Ikatan Perancang Grafis Indonesia (IPGI). IPGI sendiri diresmikan bersamaan dengan sebuah pameran besar bertajuk ―Grafis ‗80‖ di Wisma Seni Mitra Budaya, Jakarta. Dengan ini dimulailah era pameran desain grafis di Indonesia.

Menjelang akhir 1990-an, muncul era baru dalam dunia Desain Komunikasi Visual di Indonesia. Mulai bermunculan penyampaian ide seniman pada karya yang menggunakan media yang tak lazim pada masanya. Lahirnya

performance art, instalasi, dan media lainnya yang unik dan mengundang

kontroversi.

Yogyakarta berperan penting dalam perkembangan Desain Komunikasi Visual pada masa ini. Bienalle IX di Yogykarta yang sebagian besar karyanya berupa instalasi. Perkembangan kecanggihan teknologi juga turut berperan penting dalam perkembagangan era ini. Forum dialog Yogyakarta-Bandung sempat mewarnai perkembangan Desain Komunikasi Visual di Indonesia. Seniman Bandung yang cenderung lebih mudah mendapatkan teknologi secara lengkap menampakkan kecenderungan karyanya perayaan modernism pada karyanya. Berbeda dengan Yogyakarta yang terbatas pada teknologi media yang digunakan dan cenderung menampakkan karya seni terait kehidupan sosial kemasyarakatan. Perbedaan visi pada kedua kota ini lalu mengkerucut dan


(16)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 25 kemudian membuat patokan tentang dunia Desain Komunikasi Visual yang berbeda di Indonesia.

2.3. PERKEMBANGAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DI

YOGYAKARTA

Yogykarta yang memiliki semboyan kota pelajar berperan penting dalam perkembangan Desain Komunikasi Visual di Indonesia. Berbagai pameran Desain Komunikasi Visual mulai banyak diselenggarakan di Yogyakarta. Pameran yang diselanggarakanpun beragam, mulai dari berskalakan regional sampai internasional pernah diadakan di Yogyakarta.

Dalam satu dua dekade ini Yogyakarta banyak menyelenggarakan festival Desain Komunikasi Visual yang berkelanjutan. Bentara Budaya, Jogja National Museum, dan Langgeng Art Galery setiap tahunnya mengadakn pameran Desain Komunikasi Visual minimal dua kali setahun. Pameran ini diikuti oleh beragam kalangan, mulai dari pelajar, mahasiswa, maupun seniman umum. Adapun Binealle yang setiap tahunnya selalu menyelenggarakan pameran berskalakan internasional dan pesertanya selalu meningkat dari tahun ketahun.

Dengan semakin tingginya minat untuk belajar di Yogyakarta dan semakin seringya pameran Desain Komunikasi Visual serta forum diskusi Desain Komunikasi Visual, semakin berkembang pula pendidikan Desain Komunikasi Visual di Yogyakarta. Apalagi pasca diadakannya forum Yogyakarta-Bandung pada 2009, menjadikan Yogyakarta sebagai salah satu kibat Desain Komunikasi Visual di Indonesia.

2.4. PERAN DAN FUNGSI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

Desainer Komunikasi Visual harus memiliki pengetahuna dan kemampuan yang luas dalam komunikasi visual. Selain bakat yang dimiliki, diperlukan juga kemampuan menganalisa suatu masalah, mencari solusi, dan mampu mempresentasikan pemecahan masalah tersebut dalam bentuk visual.

Dalam perkembangannya, Desain Komunikasi Visual mempunyai tiga fungsi dasar, yaitu :


(17)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 26

a. Desain Komunikasi Visual sebagai sarana identifikasi.

Menjelaskan tentang siapa, apa, asal, kualitas, dan mudah dikenali bagi produsen maupun konsumen.

b. Desain Komunikasi Visual sebagai sarana informasi dan instruksi.

Menunjukkan hubungan atara suatu hal dengan hal lain dalam petunjuk, arah, posisi, dan skala

c. Desain Komunikasi Visual sebagai sarana presentasi dan juga promosi.

Menyampaikan pesan, mendapatkan perhatian masyarakat yang melihat, dan membuat pesan tersebut dapat diingat.

Dalam Buku Pengantar Metode Penelitian Budaya Rupa, Agus Sachari menjelaskan Desain Komunikasi Visual adalah Profesi yang mengkaji dan mempelajari desain dengan berbagai pendekatan baik hal yang menyangkut komunikasi, media, citra tanda maupun nilai.

Desain komunikasi Visual juga mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi dan pesan, teknologi percetakan, penggunaan teknologi multimedia dan teknik persuasi pada masyarakat.

Ruang lingkup Desain Komunikasi Visual Meliputi: 1. Advertising (periklanan)

2. Animasi

3. Desain identitas Usaha

4. Desain marka lingkungan

5. Multimedia

6. Desain Grafis Industri (tenaga kreatif)

7. Desain Grafis Media (buku, surat kabar, majalah, dll) 8. Cergam (komik, karikatur, dan poster)

9. Fotografi, tipografi dan ilustrasi

2.5. FUNGSI PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

Dalam perkembangan desain komunikasi visual di Indonesia, semakin meningkatnya masyarakat yang ingin mengenyam pendidikan dalam desain komunikasi visual. Dalam perjalanan waktu mulai marak pula pusat-pusat


(18)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 27 pendidikan desain komunikasi visual di Indonesia. Pusat pendidikan inipun beragam dan tersebar di Indonesia menghasilkan sarjana dan akadamisi desain komunikasi visual. Di Yogykarta baru terdapat Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta yang berstatus sekolah tinggi, MSD Yogyakarta, dan ADVY bertaraf diploma (D-3).

Pendidikan desain komunikasi visual terus mendidik dan menghasilkan sarjana maupun akademisi kreatif dalam bidang periklanan, animasi, desain identitas perusahaan, multimedia, fotografi dan banyak lainnya. Dalam perjalanan waktunya, pusat pendidikan ini juga memiliki tugas untuk mengembangkan, membudayakan, serta berkompetisi dengan lembaga pendidikan desain komunikasi visual lain baik di nusantara maupun di dunia Internasional.

2.6. STUDI PERBANDINGAN

Dalam merancang pusat pendidikan desain komunikasi visual modern di Yogyakarta, penulis mengidentifikasi serta mebandingkan desain-desain dari bangunan pendidikan desain komunikasi visual yang telah ada dan bangunan-bangunan lainnya yang dianggap memberikan penyempurnaan dalam mendesain pusat pendidikan desain komunikasi visual modern di Yogyakarta.

2.6.1. Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta

Fakultas Seni Rupa (FSR) ISI Yogyakarta merupakan lembaga pendidikan tinggi seni rupa tertua di Indonesia yang telah berdiri sejak 15 Januari 1950. Dahulu bernama Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) yang bertujuan memperkuat dan membangun seni budaya Indonesia.

Gambar 2.16. Gedung Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta


(19)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 28 Kampus FSR ISI Yogyakarta berdiri di lingkungan yang luas, teduh, dan asri. Memiliki fasilitas ruang kelas, studio, bengkel kerja ditunjang hot spot area serta ruang pameran di setiap program studi. Lingkungan yang asri dan luas, dapat menjadi alternatif perkuliahan di luar ruan kelas serta menjadi tempat mahasiswa untuk diskusi dan berkarya di area kampus.

Gambar 2.17. Pameran Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta

Sumber:isi.ac.id

2.6.2. Modern School of Design

Akademi Seni Rupa dan Disain MSD Yogyakarta yang ada sekarang ini merupakan perluasan dari Lembaga Pendidikan Ketrampilan Modern School Of Disaign Yogyakarta (LPK MSD). Di bawah pengelolaan Yayasan Pakapti Mulia, LPK MSD Yogyakarta resmi berdiri pada tanggal 2 Oktober 1993 dengan ijin dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan serta menjadi anggota Himpunan Penyelenggara Pendidikan Luar Sekolah dan Masyarakat (HPPLSM) Yogyakarta Nomor 140/HPPLSM/93.

Pada tahun 1998, MSD menempati kampus baru yang dirancang khusus untuk beutuhan pendidikan seni rupa dan desain pada saat itu. Setutrut dengan permintaan untuh berkuliah di kampus tersebut, maka pada 12 Desember 2000 diresmikanlah Akademi Seni Rupa dan Desain MSD dengan program studi Desain Komunikasi Visual untuk jenjang pendidikan program diploma (DIII). Dapat dikatakan bahwa ASRD MSD Yogyakarta merupakan akademi Desain Komunikasi Visual terbesar di Yogyakarta dan Jawa Tengah.

ASRD MSD Yogyakarta menyediakan fasilitas-fasilitas penunjang akademik, fasilitas tersebut adalah :


(20)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 29

1. Studio Komputer

Terdapat dua buah Laboratorium Komputer, yang berisi total 62 unit komputer, sistem jaringan dan Server.

2. Studio Foto

Terdapat studio foto dengan berbagai peralatan fotografi yang lengkap dan modern seperti Digital Imaging Box, Spiral Light Banks, Kamera Digital, model manekin, background dan sebagainya.

3. Studio Airbrush

Untuk praktek ilustrasi airbrush, tersedia studio dengan unit airbrush Badger.

4. Studio Cetak Saring dan Reproduksi Grafika

Sebagai salah satu media dalam berkomunikasi visual, teknik cetak saring dan sketching juga diberikan di ASRD MSD Yogyakarta, untuk itu disediakan studio cetak saring lengkap dengan screen, rakel dan bahan-bahan yang dibutuhkan.

5. Perpustakaan

Untuk menambah wawasan mahasiswa, disediakan perpustakaan yang cukup luas dan nyaman, dengan berbagai koleksi buku-buku seni rupa, periklanan, fotografi, dan disain grafis terbitan luar maupun dalam negeri.

8. Fasilitas dan Peralatan pendukung lain

Lobi ruang pameran karya mahasiswa, Layanan cetak digital dan sarana perkuliahan seperti LCD Proyektor, Laptop, Kamera Handycam.


(21)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 30 Gambar 2.18. Gedung MSD Yogyakarta

Sumber:msd.ac.id

2.6.3. Akademi Desain Visi Yogyakarta (ADVY)

Akademi Desain Visi Yogyakarta (ADVY) didirikan pada tanggal 2 Juli 1996 di bawah pengelolaan Yayasan Pendidikan Visi Indonesia. Sebagai Kampus ini menawarkan beberapa program studi seperti Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, Fotografi Desain, dan Program Profesi Desain Grafis dengan fasilitas-fasilitas perkuliahan sebagai berikut :

1. ruang kuliah 2. ruang praktek kerja 3. ruang multi media 4. studio gambar interior 5. studio komputer

6. studio ilustrasi dan grafika 7. studio fotografi

8. studio proses fotografi (ruang gelap) 9. ruang penerbitan dan percetakan 10.perpustakaan


(22)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 31 Gambar 2.19. Gedung ADVY

Sumber:www.advy.ac.id

Gambar 2.20. Suasana Pembelajaran dan Pameran ADVY

Sumber:www.advy.ac.id

2.6.4. Universitas Teknologi Nanyang

Universitas Teknologi Nanyang (Nanyang Technological

University/NTU) terletak di Jurong, Singapura. Universitas ini berdiri pada lahan

seluas dan berada pada pusat kota Singapura. Pada November 2000, kampus

ini berpindah pada gedung baru yang memiliki nilai arsitektur yang tinggi dan modern.

Pemanfaatan green roof dan bahan material kaca member nilai estetik yang tinggi pada gedung ini. Berdiri pada lahan yang luas dan juga asri disertai perancangan landscape yang unik membuat kampus ini terasa nyaman. Desain interiornya pun mencermikan kemajuan teknologi yang ada di Singapura.


(23)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 32 Gambar 2.21. Eksterior dan Interior Gedung NTU Singapura

Sumber:www.ntu.edu.sg

Gambar 2.22. Interior Gedung NTU Singapura


(24)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 33 Gambar 2.23. Denah Gedung NTU Singapura

Sumber:www.ntu.edu.sg

Gambar 2.24. Potongan Gedung NTU Singapura


(25)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 34 Gambar 2.25. Siteplan Gedung NTU Singapura

Sumber:www.ntu.edu.sg

Gambar 2.26. Gedung NTU Singapura

Sumber:www.ntu.edu.sg

2.6.5. Selasar Sunaryo Art Space Bandung

Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) adalah sebuah ruang dan organisasi

nirlaba yang bertujuan mendukung pengembangan praktik dan pengkajian seni dan kebudayaan visual di Indonesia. Dididirikan pada tahun 1998 oleh Sunaryo, SSAS aktif menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada edukasi publik. Dengan arahan dan dukungan dari Yayasan Selasar Sunaryo, fokus utama


(26)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 35 SSAS adalah pada penyelenggaraan program-program seni rupa kontemporer, melalui pameran, diskusi, residensi dan lokakarya.

“Bagi saya dunia seni rupa itu, apapun bentuk karya seni yang saya kreasi adalah merupakan hasil seni yang lahir dari dunia kontemplasi. Hasil renungan. Dengan demikian karya seni bukan semata-mata peristiwa atau buah karya dari daya imajinasi belaka. Didalamnya ada pergulatan pikiran, ada perjalanan ruang dan waktu yang mengental dalam lumpur pengalaman di batin saya”

Sunaryo

Sebagai pusat kebudayaan, SSAS menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan disiplin-disiplin seni lain seperti desain, kriya, seni pertunjukan, sastra, arsitektur, dan lain sebagainya. Selain memajang koleksi permanen, SSAS juga menyelenggarakan pameran-pameran tunggal atau bersama yang menampilkan karya-karya para seniman muda dan senior, dari Indonesia maupun mancanegara.

Gambar 2.27. Suasana Pameran dan Interior Selasar Sunaryo Sumber: www.selasarsunaryo.com

Semua jenis kegiatan di SSAS—mencakup program anak-anak, konser musik, pementasan tetaer, pemutaran film, pembacaan karya sastra, ceramah dan

berbagai aktivitas lainnya—dirancang berdasarkan arahan dari Dewan


(27)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 36 seni. SSAS juga berkiprah dalam jejaring seni rupa kontemporer internasional melalui kerjasama dengan berbagai insitusi di luar negeri.

Gambar 2.28. Eksterior Selasar Sunaryo Sumber: www.selasarsunaryo.com

Gambar 2.29. Sudut Gedung Selasar Sunaryo Sumber: www.selasarsunaryo.com


(28)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 37 Gambar 2.30. Pembagian Ruang Selasar Sunaryo

Sumber: www.selasarsunaryo.com

Selain aktifitas utama galeri seni yaitu memamerkan, merawat, dan mengapresiasikan karya seni; Selasar Sunaryo tentunya juga berfungsi sebagai studio kerja mengingat galeri seni ini adalah milik personal. Selain itu, terdapat beberapa ruang dengan fungsinya masing-masing untuk menunjang keberadaan Selasar Sunaryo ini.

a. Ruang A

Digunakan untuk pameran karya-karya Sunaryo dengan urutan berdasarkan tahun pembuatan. Selain itu juga digunakan untuk pameran dalam skala besar bagi karya seniman Indonesia dan luar-negeri untuk promosi karya mereka.


(29)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 38 Gambar 2.31. Ruang A Selasar Sunaryo

Sumber: www.selasarsunaryo.com

b. Stone Garden

Ruang terbuka yang digunakan untuk memamerkan kesenian yang terbuat dari batu, hasil karya Sunaryo.

Gambar 2.32. Stone Garden Selasar Sunaryo Sumber: www.selasarsunaryo.com

c. Ruang Sayap (Wing Gallery)

Gambar 2.33. Ruang Sayap Selasar Sunaryo Sumber: www.selasarsunaryo.com

Digunakan sebagai ruang pamer yang menampilkan karya seni dari para seniman muda Indonesia maupun manca-negara. Karya-karya tersebut dipamerkan secara permanen (tidak diganti dalam waktu yang lama) di ruang ini sehingga dapat dinikmati pengunjung kapanpun waktunya.


(30)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 39

d. Ruang B

Digunakan untuk mempresentasikan karya seni dari para seniman muda Indonesia maupun manca-negara. Karya-karya tersebut dipamerkan secara permanen (tidak diganti dalam waktu yang lama) di ruang ini sehingga dapat dinikmati pengunjung kapanpun waktunya.

Gambar 2.34. Ruang B Selasar Sunaryo Sumber: www.selasarsunaryo.com

e. Kopi Selasar

Kafe outdoor yang digunakan untuk menikmati kopi dan makanan kecil (disediakan) sambil menikmati keindahan pemandangan bukit Dago.

Gambar 2.35. RuangKopi Selasar Sunaryo Sumber: www.selasarsunaryo.com

f. Cinderamata Selasar

Toko dimana pengunjung dapat membeli oleh-oleh/souvenir berupa produk kesenian serta buku dan jurnal yang berisikan tentang seni dan budaya.


(31)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 40 Gambar 2.36. Selasar Shop Selasar Sunaryo

Sumber: www.selasarsunaryo.com

g. Amphitheater

Ruang terbuka yang membentuk 3/4 lingkaran dan dapat menampung maksimun 300 orang. Digunakan untuk pertunjukan, pembacaan puisi, dan seni-budaya lain.

Gambar 2.37. Amphitheater Selasar Sunaryo Sumber: www.selasarsunaryo.com

h. Bamboo House

Bangunan yang terbuat dari bambu, digunakan untuk seniman yang sedang mengikuti suatu program atau untuk menyambut tamu spesial.

Gambar 2.38. Bamboo House Selasar Sunaryo Sumber: www.selasarsunaryo.com


(32)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 41

i. Bale Handap

Ruang serbaguna yang digunakan untuk diskusi, pertunjukan, acara-acara tertentu, dan workshop. Letaknya agak terpisah dari bangunan utama lainnya.

Gambar 2.39. Bale Handap Selasar Sunaryo Sumber: www.selasarsunaryo.com

j. Bale Tonggoh (Upper Hall)

Bangunan semi-permanen yang digunakan untuk project room dann ruang pamer temporer (sementara) sehingga pengunjung hanya dapat menikmati pameran karya seni saat dilakukan kegiatan pameran.

Gambar 2.40. Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Sumber: www.selasarsunaryo.com

k. Pustaka Selasar

Ruangan ini baru dibuka untuk umum pada tahun 2008 dan memiliki berbagai data tentang kesenian dalam bentuk dokumentasi kesenian Indonesia, fotografi, katalog pameran, katalog tentang Selasar Sunaryo, buku dan jurnal, film, poster, dan juga paper.


(33)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 42 Gambar 2.41. Pustaka Selasar Sunaryo

Sumber: www.selasarsunaryo.com

2.6.6. Sapporo Art Park, Jepang

Sapporo Art Park terletak di taman 7,5 hektar bidang tanah dan terdapat 74 karya seni yang dihasilkan oleh 65 seniman dipamerkan, termasuk potongan oleh pemahat Jepang modern dan Gustaf Viegeland, seorang pematung Norwegia, dan karya-karya lain yang disajikan oleh seniman kota Sapporo.

Para seniman benar – benar bekerja serius untuk menyesuaikan karya mereka ke dalam lansekap geologi, kondisi sekitar, dan iklim Sapporo.

Patung - patung menunjukkan berbagai ekspresi sesuai dengan waktu dan cuaca dari Jepang utara, yang bervariasi dari musim ke musim. Anda dapat menemukan patung-patung antara pohon-pohon di udara terbuka. Fasilitias yang ada pada Sapporo Art Park ini adalah sebagai berikut :

a.

Sapporo Sculpture Garden

Gambar 2.42. Sapporo Sculpture Garden Sumber: www.artpark.or.jp.e.mq.hp.transer.com


(34)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 43

b. Museum of Contemporaray Art, Sapporo

Gambar 2.43. Museum of Contemporaray Art, Sapporo Sumber: www.artpark.or.jp.e.mq.hp.transer.com

c.

Art Park Center

Gambar 2.44. Art Park Center

Sumber: www.artpark.or.jp.e.mq.hp.transer.com

d.

Art Hall

Gambar 2.45. Art Hall


(35)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 44

e.

Outdoor Stage

Gambar 2.46. Outdoor Stage

Sumber: www.artpark.or.jp.e.mq.hp.transer.com

f. Craft Hall

Gambar 2.47. Craft hall


(1)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 39

d. Ruang B

Digunakan untuk mempresentasikan karya seni dari para seniman muda Indonesia maupun manca-negara. Karya-karya tersebut dipamerkan secara permanen (tidak diganti dalam waktu yang lama) di ruang ini sehingga dapat dinikmati pengunjung kapanpun waktunya.

Gambar 2.34. Ruang B Selasar Sunaryo Sumber: www.selasarsunaryo.com

e. Kopi Selasar

Kafe outdoor yang digunakan untuk menikmati kopi dan makanan kecil (disediakan) sambil menikmati keindahan pemandangan bukit Dago.

Gambar 2.35. RuangKopi Selasar Sunaryo Sumber: www.selasarsunaryo.com

f. Cinderamata Selasar

Toko dimana pengunjung dapat membeli oleh-oleh/souvenir berupa produk kesenian serta buku dan jurnal yang berisikan tentang seni dan budaya.


(2)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 40 Gambar 2.36. Selasar Shop Selasar Sunaryo

Sumber: www.selasarsunaryo.com

g. Amphitheater

Ruang terbuka yang membentuk 3/4 lingkaran dan dapat menampung maksimun 300 orang. Digunakan untuk pertunjukan, pembacaan puisi, dan seni-budaya lain.

Gambar 2.37. Amphitheater Selasar Sunaryo Sumber: www.selasarsunaryo.com

h. Bamboo House

Bangunan yang terbuat dari bambu, digunakan untuk seniman yang sedang mengikuti suatu program atau untuk menyambut tamu spesial.

Gambar 2.38. Bamboo House Selasar Sunaryo Sumber: www.selasarsunaryo.com


(3)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 41

i. Bale Handap

Ruang serbaguna yang digunakan untuk diskusi, pertunjukan, acara-acara tertentu, dan workshop. Letaknya agak terpisah dari bangunan utama lainnya.

Gambar 2.39. Bale Handap Selasar Sunaryo Sumber: www.selasarsunaryo.com

j. Bale Tonggoh (Upper Hall)

Bangunan semi-permanen yang digunakan untuk project room dann ruang pamer temporer (sementara) sehingga pengunjung hanya dapat menikmati pameran karya seni saat dilakukan kegiatan pameran.

Gambar 2.40. Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Sumber: www.selasarsunaryo.com

k. Pustaka Selasar

Ruangan ini baru dibuka untuk umum pada tahun 2008 dan memiliki berbagai data tentang kesenian dalam bentuk dokumentasi kesenian Indonesia, fotografi, katalog pameran, katalog tentang Selasar Sunaryo, buku dan jurnal, film, poster, dan juga paper.


(4)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 42 Gambar 2.41. Pustaka Selasar Sunaryo

Sumber: www.selasarsunaryo.com

2.6.6. Sapporo Art Park, Jepang

Sapporo Art Park terletak di taman 7,5 hektar bidang tanah dan terdapat 74 karya seni yang dihasilkan oleh 65 seniman dipamerkan, termasuk potongan oleh pemahat Jepang modern dan Gustaf Viegeland, seorang pematung Norwegia, dan karya-karya lain yang disajikan oleh seniman kota Sapporo.

Para seniman benar – benar bekerja serius untuk menyesuaikan karya mereka ke dalam lansekap geologi, kondisi sekitar, dan iklim Sapporo.

Patung - patung menunjukkan berbagai ekspresi sesuai dengan waktu dan cuaca dari Jepang utara, yang bervariasi dari musim ke musim. Anda dapat menemukan patung-patung antara pohon-pohon di udara terbuka. Fasilitias yang ada pada Sapporo Art Park ini adalah sebagai berikut :

a.

Sapporo Sculpture Garden

Gambar 2.42. Sapporo Sculpture Garden Sumber: www.artpark.or.jp.e.mq.hp.transer.com


(5)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 43

b. Museum of Contemporaray Art, Sapporo

Gambar 2.43. Museum of Contemporaray Art, Sapporo Sumber: www.artpark.or.jp.e.mq.hp.transer.com

c.

Art Park Center

Gambar 2.44. Art Park Center

Sumber: www.artpark.or.jp.e.mq.hp.transer.com

d.

Art Hall

Gambar 2.45. Art Hall


(6)

PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA 44

e.

Outdoor Stage

Gambar 2.46. Outdoor Stage

Sumber: www.artpark.or.jp.e.mq.hp.transer.com

f. Craft Hall

Gambar 2.47. Craft hall