EFEK MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU PETA KONSEP DAN PEMAHAMAN KONSEP AWAL TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF TINGKAT TINGGI FISIKA SISWA SMK.

(1)

EFEKMODELPEMBELAJARANADVANCE ORGANIZER BERBANTU PETA KONSEPDANPEMAHAMAN

KONSEPAWAL TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF TINGKAT TINGGI

FISIKA SISWA SMK

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

FADILLAH

NIM. 8146175008

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

Fadillah. Efek Model Pembelajaran Advance Organizer berbantu Peta Konsep dan Pemahaman Konsep Awal terhadap Kemampuan Kognitif Tingkat Tinggi Fisika Siswa SMK.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa dengan model pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep dan pembelajaran konvensional, kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di atas rata-rata dan konsep awal di bawah rata-rata serta interaksi model pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep dan pemahaman konsep awal dalam mempengaruhi kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa. Penelitian kuasi eksperimen ini menggunakan pretes-posttest control group design. Sampel dalam penelitian ini yaitu kelas XI.5 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI.2 sebagai kelas kontrol yang dipilih secara cluster random sampling. Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan kognitif tingkat tinggi dan tes pemahaman konsep awal yang berbentuk uraian. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan anava dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa dengan model pembelajaran advance organizer menggunakan peta konsep lebih baik daripada pembelajaran konvensional, kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di atas rata-rata lebih baik daripada siswa yang memiliki pemahaman konsep awal dibawah rata-rata dan terdapat interaksi antara model pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep dan pemahaman konsep awal dalam mempengaruhi kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa.


(6)

ABSTRACT

Fadillah. Advance Organizer Learning Model using Concept Map and Preconceptual Understanding on Students Physics Ability in Higher Cognitive Domain in Senior High School.

This research aimed to analyze: students physics ability in higher cognitive domain of advance organizer learning model using concept map and conventional learning, students physics ability in higher cognitive domain who has higher and lower preconceptual understanding and interaction of advance organizer learning model using concept map and preconceptual understanding on students physics ability in higher cognitive domain. The research was a quasi-experimental with pretest-posttest control group design. The sample of this research were the students of XI.5 as experiment group and XI.2 as control group that established by cluster random sampling. The preconceptual understanding data and the students physics ability in higher cognitive domain were collected by essay test. The data was analysed by using two-way analysis of varians. The result of this research are: students physics ability in higher cognitive domain of advance organizer learning model using concept map is better than conventional learning, students physics ability in higher cognitive domain who has higher preconceptual understanding is better than lower preconceptual understanding and there is a interaction of advance organizer learning model using concept map and preconceptual understanding on students physics ability in higher cognitive domain.


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan tugas akhir tesis yang berjudul“Efek Model Pembelajaran Advance Organizer Berbantu Peta Konsep dan Pemahaman Konsep Awal terhadap Kemampuan Kognitif Tingkat Tinggi Fisika Siswa SMK” ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Dalam penyusunan tugas akhir tesis ini, peneliti menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dan membimbing dalam penulisan tesis ini. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmatsyah, M.Si selaku ketua program studi pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah memberi perhatian pada penulisan tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Karya Sinulingga, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan, kritik, saran, dan motivasi sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

3. Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku narasumber I, bapak Dr. Makmur Sirait, M.Si selaku narasumber II, dan Ibu Dr. Derlina, M.Si selaku narasumber III selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun pada penulisan tesis ini.

4. Bapak Ady Ratno, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMKTI Budi Agung Medan, Bapak Pandu Subroto, SE, selaku waka kurikulum, Ibu Putri Adilah Noer, S.Pd dan Ibu Ir. Tri Wulan P. Ningsih, selaku guru fisika dan segenap dewan guru di SMKTI


(8)

Budi Agung Medan yang telah membantu terlaksananya penelitian ini hingga selesai. Dan juga kepada siswa-siswi kelas XI.2 dan XI.5 SMKTI Budi Agung Medan tahun ajaran 2015/2016 atas kerjasama dan bantuannya selama penelitian. 5. Seluruh pegawai perpustakaan UNIMED yang telah memberikan kemudahan dan

bantuan kepada penulis dalam pembacaan dan peminjaman buku-buku.

6. Suamiku tercinta Budi Santoso dan anak-anakku yang paling kusayangi yaitu Talita Zahra Nabila dan Alvin Habibi yang selalu memberikan motivasi dalam segala hal.

7. Kepada orang tua penulis, Ayahanda Alm. Supardi dan Ibunda Supiana, serta abang-abang penulis Kurniawan, Briptu Surya Dhana dan Darma Putra. Kak Siti, Kak Piah, Kak Erna, keponakan tersayang Nurul Hsb yang selalu mensupport penulis dan telah membantu penulis selama awal hingga akhir perkuliahan.

8. Kepada Putri Zuhra, kak Eni, temanku Mila Pane, Nurul Cibro memberikan solusi dalam setiap permasalahan. Kepada keluarga A-2, Arini, Bima, Envil, Fine, Haflah, Irdes, Ismadi, Johan, Naomi, Pesta, Aan, Siska dan Tio yang telah mewarnai kehidupan penulis selama dikampus tercinta ini.

9. Kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan tesis ini. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Juni 2016

Fadillah


(9)

v DAFTAR ISI

Abstrak i

Abstrac ii

Kata Pengantar iii

Daftar isi v

Daftar Tabel vii

Daftar Gambar ix

Daftar Lampiran x

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Identifikasi Masalah 8

1.3. Batasan Masalah 8

1.4. Rumusan Masalah 9

1.5. Tujuan Penelitian 9

1.6. Manfaat Penelitian 10

1.7. Defenisi Operasional 11

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 12

2.1 Kerangka Teoritis 12

2.1.1. Teori Belajar Bermakna 12

2.1.2. Model Pembelajaran Advance Organizer Berbantu

Peta Konsep 14

2.1.3. Pembelajaran Konvensional 26

2.1.4. Pemahaman Konsep Awal 27

2.1.5. Peta Konsep 29

2.1.5.1 Pengertian Peta Konsep 29

2.1.5.2 Cara Membuat Peta Konsep 30

2.1.5.3 Macam-Macam Peta Konsep 31

2.1.6. Hasil Belajar 32

2.1.6.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar 35

2.2. Penelitian yang Relevan 38

2.3. Kerangka Konseptual 40

2.4 Hipotesis Penelitian 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 46

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 46

3.2 Populasi dan Sampel 46

3.2.1 Populasi Penelitian 46

3.2.2 Sampel Penelitian 46

3.3 Variabel Penelitian 47

3.4. Jenis dan Desain Penelitian 47

3.4.1 Jenis Penelitian 47

3.4.2 Desain Penelitian 48

3.5 Prosedur Penelitian 50

3.6 Instrumen Penelitian 53

3.6.1. Tes Pemahaman Konsep 53


(10)

3.7. Teknik Analisis Tes 57

3.7.1. Validitas Isi 57

3.7.2. Validitas Ramalan 57

3.7.2.1. Validitas Tes 57

3.7.2.2. Reabilitas Tes 58

3.7.2.3. Tingkat Kesukaran Tes 59

3.7.2.4. Daya Pembeda Tes 60

3.8. Teknik Analisis Data 61

3.8.1. Menentukan Rata-rata ( ) 61

3.8.2. Standar Deviasi Atau Simpangan Baku 62

3.8.3. Uji Homogenitas 63

3.8.4. Uji Normalitas 63

3.8.5. Uji Hipotesis (ANAVA) 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 69

4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian 69

4.1.2. Analisis Statistika Data Hasil Penelitian Pretes 69

4.1.2.1 Deskripsi Data Pretes 69

4.1.2.2 Uji Normalitas 71

4.1.2.3 Uji Homogenitas 72

4.1.2.4 Uji Kesamaan Dua Rerata 73

4.1.3 Data Postes Kognitif Tingkat Tinggi Fisika Siswa 74

4.1.4. Uji Normalitas 78

4.1.5. Uji Homogenitas 78

4.1.6. Hasil Instrumen Pemahaman Konsep Awal 79

4.1.7. Analisis Hasil Penelitian 82

4.1.7.1. Analisis Data Postes Kognitif Tingkat Tinggi Fisika

Siswa 82

4.1.7.2. Analisis Data Kognitif Tingkat Tinggi Fisika Siswa

Berdasarkan Pemahaman Konsep Awal 83

4.2. Pengujian Hipotesis 84

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 108

5.2. Saran 109

DAFTAR PUSTAKA 111

LAMPIRAN 115


(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajran Advance Organizer 20 Tabel 2.2 Langkah-langkah dalam Membuat Peta Konsep 31

Tabel 2.3 Tabel Penelitian Yang Relevan 38

Tabel 3.1. Rancangan Desain Penelitian 48

Tabel 3.2 Desain Penelitian (Anava 2x2) 49

Tabel 3.3 Pedoman Penilaian Instrumen Tes Pemahaman Konsep Awal 53 Tabel 3.4 Tabel Spesifikasi Tes Kemampuan Kognitif Tingkat Tinggi 54 Tabel 3.5 Pedoman Penilaian Kemampuan Kognitif Tingkat Tinggi 55 Tabel 3.6 Validitas Instrumen Kemampuan Kognitif

Tingkat Tinggi Siswa 58

Tabel 3.7 Reabilitas Tes Kemampuan Kognitif Tingkat Tinggi Siswa 59

Tabel 3.8 Tingkat Kesukaran Soal 60

Tabel 3.9 Daya Pembeda 61

Tabel 3.10 . Rumus Unsur Tabel Persiapan dalam Anava Dua Jalan 65 Tabel 4.1 Data Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 70

Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Pretes 72

Tabel 4.3 Uji Homogenitas Data Pretes 72

Tabel 4.4 Uji-t Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 73 Tabel 4.5 Nilai Postes Kemampuan Kognitif Tingkat Tinggi Fisika

Siswa Kelas Kontrol 75

Dan Kelas Eksperimen

Tabel 4.6 Normalitas Distribusi Postes Kelas Eksperimen dan 78 Kelas Kontrol

Tabel 4.7 Homogenitas Nilai Postes 79

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Tabel 4.8 Data Pemahaman Konsep Awal Siswa Gabungan Kedua Kelas 80 Eksperimen dan Kelas Kontrol

Tabel 4.9 Kemampuan Kognitif Tingkat Tinggi Siswa Berdasarkan 81 Pemahaman Konsep Awal


(12)

Tabel 4.10 . Data Kemampuan Kognitif Tingkat Tinggi

Siswa Berdasarkan 83

Pemahaman Konsep Awal

Tabel 4.11. Hasil Uji Anava Dua Jalur 85

Tabel 4.12 . Data Faktor Antar Subjek 86

Tabel 4.13. Uji Homogenitas Antar Kelompok 86

Tabel 4.14.Statistik Deksriptif Anava 87

Tabel 4.15.Hasil Uji Anava 88

Tabel 4.16 Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Scheff (Pos_Hoc) 93


(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Keunggulan Model Pembelajaran Advance Organizer 17 Gambar 2.2 Dampak Instruksional dan Pengiring dari AO 23 Gambar 2.3 Skema Penerapan Model Pembelajaran AO 24

Gambar 3.1 Bagan Alur Pelaksanaan Penelitian 52

Gambar 4.1 Histogram Data Pretes Kelas Kontrol 71 Gambar 4.2 Histogram Data Pretes Kelas Eksperimen 71 Gambar 4.3 Histogram Data Postes Kelas Kontrol 76 Gambar 4.4 Histogram Data Postes Kelas Eksperimen 76 Gambar 4.5 Grafik Kemampuan Kognitif Tingkat Tinggi 77 Gambar 4.6 Grafik Postes dan Pretes Kelas Eksperimen dan 82

Kontrol

Gambar 4.7 Pola Garis Interaksi Antara Model Pembelajaran 92 dan Pemahaman Konsep Awal Siswa terhadap

Kemampuan Kognitif Tingkat Tinggi

Gambar 4.8 Hubungan model pembelajaran dengan nilai rata-rata 96 Kemampuan Kognitif Tingkat Tinggi Siswa

Gambar 4.9 Hubungan Pemahaman Konsep Awal dengan Nilai

Rata-Rata Kemampuan Kognitif Tingkat Tinggi Siswa 102 Gambar 4.10Hubungan Model Pembelajaran Dengan Nilai Rata-Rata 105

Kemampuan Kognitif Tingkat Tinggi Yang Memiliki Pemahaman Konsep Di atas Rata-Rata dan Di bawah Rata-Rata


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ... 115

Lampiran 2.a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran–1 ... 116

Lampiran 2.b Bahan Ajar–1 ... 127

Lampiran 2.c Lembar Kerja Siswa (LKS)–1 ... 135

Lampiran 2.d Evaluasi–1 ... 138

Lampiran 3.a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran–2 ... 140

Lampiran 3.b Bahan Ajar–2 ... 150

Lampiran 3.c Lembar Kerja Siswa (LKS)–2 ... 155

Lampiran 3.d Evaluasi–2 ... 156

Lampiran 4.a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran–3 ... 157

Lampiran 4.b Bahan Ajar–3 ... 168

Lampiran 4.c Lembar Kerja Siswa (LKS)–3 ... 174

Lampiran 4.d Evaluasi–3 ... 175

Lampiran 5.a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran–4 ... 176

Lampiran 5.b Bahan Ajar–4 ... 186

Lampiran 5.c Lembar Kerja Siswa (LKS)–4 ... 188

Lampiran 5.d Evaluasi–4 ... 190

Lampiran 6 Tabel Spesifikasi Instrumen Pemahaman Konsep Awal... 191

Lampiran 7 Tabel Spesifikasi Instrumen Kognitif Tingkat Tinggi ... 198

Lampiran 8 Pedoman Penilaian Tes Kemampuan Kognitif Tingkat Tinggi 204 Lampiran 9 Lembar Validitas Pemahaman Konsep ... 207

Lampiran 10 Lembar Validitas Tes Hasil Belajar ... 210

Lampiran 11 Tabel Validitas Instrumen Kognitif Tingkat Tinggi ... 213

Lampiran 12 Tabel Reliabilitas Instrumen Kognitif Tingkat Tinggi... 214

Lampiran 13 Tabel Taraf Kesukaran Instrumen Kognitif Tingkat Tinggi .... 215

Lampiran 14 Tabel Daya Pembeda Instrumen Kognitif Tingkat Tinggi... 216

Lampiran 15 Rekapitulasi Pemahaman Konsep Awal Kelas Kontrol ... 217

Lampiran 16 Rekapitulasi Pemahaman Konsep Awal Kelas Eksperimen .... 218

Lampiran 17 Rekapitulasi Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 219

Lampiran 18 Rekapitulasi Hasil Pretes Kelas Eksperimen ... 220

Lampiran 19 Rekapitulasi Hasil Postes Kelas Kontrol... 221

Lampiran 20 Rekapitulasi Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 222

Lampiran 21 Deskripsi Statistik ... 223

Lampiran 22 Analisis Statistik Data Pretes ... 226

Lampiran 23 Analisis Statistik Data Postes ... 229

Lampiran 24 Uji Hipotesis Dengan Anava Dua Jalur ... 232

Lampiran 25 Uji LKS ... 235

Lampiran 26 Rubrik Penilaian Laporan Praktikum ... 246

Lampiran 27 Laporan Praktikum Siswa ... 248

Lampiran 28 Lembar Jawaban Siswa ... 257


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Sanjaya, 2011).

Kualitas pendidikan hingga saat ini masih tetap merupakan suatu permasalahan dalam usaha pembaharuan Sistem Pendidikan Nasional, khususnya kualitas pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mendapat perhatian besar dalam memajukan pengetahuan dan teknologi. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari serangkaian proses ilmiah. Mata pelajaran Fisika baik yang ada di SLTP maupun di SMA adalah cabang dari mata pelajaran IPA yang memperlajari tentang sifat materi, gerak dan fenomena lainnya yang ada hubungannya dengan energi serta mempelajari keterkaitan antara konsep-konsep Fisika dengan


(16)

kehidupan nyata. Oleh karena itu, dalam mempelajari Fisika banyak memerlukan pemahaman tentang konsep-konsep yang disampaikan dalam tiap materi pelajaran tersebut.

Mata pelajaran fisika merupakan pelajaran yang mudah untuk dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Banyak konsep-konsep dalam fisika berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Tetapi pelajaran dianggap sulit, tidak menarik dan tidak disenangi oleh sebagian siswa di tingkat SMK. Hal ini tampak dari rata-rata hasil belajar siswa dalam mata pelajaran fisika masih belum menggembirakan. Nilai ujian akhir semester untuk pelajaran fisika selalu menduduki rangking di bawah mata pelajaran lainnya (Mardana, 2008).

Terlihat bahwa dari hasil TIMSS 2007 dan 2011 untuk mata pelajaran fisika mengalami penurunan. Rendahnya sumber daya manusia ini, salah satunya diakibatkan oleh rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Rendahnya kualitas pendidikan dan sumber daya manusia Indonesia juga ditunjukkan oleh berbagai riset dan survei internasional yang melibatkan Indonesia. Indonesia juga mengikuti survei Internasional mengenai kemampuan literasi sains dan kemampuan kognitif pada mata pelajaran fisika yaitu PISA yang dikoordinasikan oleh OECD yang berkedudukan di Paris, Perancis dan TIMSS yang dikoordinasikan oleh IEA yang berkedudukan di Amsterdam, Belanda. Skor mata pelajaran SAINS hasil PISA yang diadakan pada tahun 2009 dan 2012 berturut-turut Indonesia peringkat 60 dari 65 negara peserta (Tim PISA Indonesia) dan 64 dari 65 negara peserta (Mailizar, 2013). Sedangkan hasil TIMSS tahun 2007 dan 2011 berturut-turut menunjukkan bahwa “rata-rata skor pada mata pelajaran fisika


(17)

3

berturut-turut 426 dan 397 dengan skor rata-rata internasional yaitu 500 (Martin, et, al., 2012).

Berdasarkan data rata-rata skor untuk domain kognitif pada konten sains khususnya mata pelajaran fisika pada survey TIMSS pada tahun 2007 dan 2011, “rata-rata skor siswa Indonesia untuk proses kognitif knowing (mengetahui) applying (menetapkan) dan reasoning (penalaran) mengalami penurunan rata-rata skor berturut-turut sebesar 22,23 dan 17” (Martin, et al., 2012). Dari data tersebut tampak bahwa nilai siswa Indonesia pada mata pelajaran fisika dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar fisika siswa masih rendah.

Rendahnya hasil belajar fisika ini tidak terlepas dari proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah-sekolah. Antara lain siswa sebagai subyek proses pembelajaran kurang aktif menyampaikan ide, mencari solusi atas masalah yang dihadapi dan menentukan langkah-langkah berikutnya sehingga pengetahuan itu dapat bermakna dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu pemahaman konsep fisika siswa juga rendah sehingga menyebabkan siswa tidak maksimal dalam menganalisis soal fisika. Hal tersebut dapat diidentifikasi dari bagaimana peserta didik menyelesaikan soal yang diberikan guru ketika pembelajaran berlangsung. peserta didik kesulitan dalam memahami konsep-konsep fisika. Kesulitan- kesulitan tersebut tampak dalam beberapa hal; pertama, dalam proses pembelajaran peserta didik sering kali tidak mampu mengaitkan konsep-konsep yang mereka pelajari, akibatnya mereka mengalami hambatan dalam menyelesaikan tigas-tugas yang diberikan


(18)

oleh guru; kedua, hasil ujian fisika umumnya masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dengan KKM yang ditargetjan oleh sekolah adalah 70, sehingga untuk menuntaskannya harus diadakan remedial kepada siswa tersebut.

Hal ini dibuktikan dengan ujian semester siswa kelas XI SMK Budi Agung Tahun Pelajaran 2010/2011 diketahui bahwa hanya 35% dinyatakan lulus begitu pula tahun 2011/2012 hanya 32% yang lulus. Pada tahun 2012/2013, diketahui bahwa pada semester ganjil hanya 32,60% siswa yang dikatakan lulus, pada tahun 2013/2014 menurun menjadi 30,24% dari jumlah siswa dengan KKM sebesar 70. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar fisika masih rendah, karena siswa tidak aktif dalam kegiatan.

Dari fakta di atas terlihat bahwa masalah utama yang dihadapi adalah hasil belajar siswa yang masih rendah, ditunjukkan dengan masih ada siswa yang belum mencapai nilai KKM yang ditentukan. Hal ini dikarenakan dalam menerima pelajaran siswa hanya menghapal informasi tanpa mencoba mengaitkan dengan konsep yang pernah dimiliki sebelumnya dan juga pembelajaran yang kurang variatif, selain itu kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Kebanyakan siswa tidak menyukai pelajaran fisika karena dianggap sulit dan banyaknya rumus yang digunakan, sehingga siswa merasa bosan.

Sehubungan dengan masalah di atas, salah satu pendekatan pembelajaran yang dipilih dalam meningkatkan pemahaman konsep fisika dalam penelitian ini adalah model pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep yang merupakan salah satu rumpun pemrosesan informasi. Ausubel dalam (Joyce, 2009) pada dasarnya mendeskripsikan advance organizer berbantu peta konsep


(19)

5

sebagai materi pengenalan yang disajikan pertama kali dalam tugas pembelajaran dan dalam tingkat abstraksi dan inkluivitas yang lebih tinggi dari pada tugas pembelajaran itu sendiri. Tujuannya adalah menjelaskan, mengintegrasi, menghubungkan materi baru dalam tugas pembelajaran dengan materi yang sudah dipelajari sebelumnya (dan juga membantu pelajar membedakan materi baru dari materi yang dipelajari sebelumnya).

Penggunaan Model pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru, karena merupakan kerangka dalam bentuk abstraksi atau ringkasan konsep-konsep dasar tentang apa yang dipelajari dan hubungannya dengan materi yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Efek advance organizer berbantu peta konsep terhadap belajar ternyata tergantung pada bagaimana advance organizer berbantu peta konsep itu digunakan. Hal tersebut lebih berguna untuk mengajar isi pelajaran yang telah mempunyai struktur teratur yang mungkin tidak secara otomatis terlihat oleh para siswa jika ditata dengan baik, advance organizer berbantu peta konsep akan memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran yang beru serta hubungannya dengan materi yang telah dipelajari.

Pemberian model pembelajan advance organizer berbantu peta konsep sebelum memulai mata pelajaran yang baru akan membantu siswa ke materi yang akan mereka pelajari dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat membantu menanamkan pengetahuan baru. Model pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep akan lebih berperan diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan untuk menghubungkan materi


(20)

pelajaran yang baru tersebut dengan materi pelajaran sebelumnya yang telah dipelajari. Jika materi-materi pelajaran yang baru kurang begitu dikenal oleh siswa, pengajar wajib mengaitkan materi pelajaran yang baru dengan pengetahuan-pengetahuan yang relevan yang sudah ada di dalam struktur kognitif siswa, sehingga materi pelajaran yang baru dapat mudah dimengerti.

Temuan Rafiqoh (2012) tentang penelitian menggunakan model pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep berbasis peta konsep terdapat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Begitu juga dengan Rahayu (2012) model advance organizer berbantu peta konsep efektif meningkatkan hasil belajar siswa. Shihusa dan Keraro (2009) yang melaporkan bahwa kelas yang diberikan pembelajaran biologi melalui advance organizer berbantu peta konsep memiliki level motivasi lebih tinggi daripada pembelajaran tradisional tanpa advance organizer. Temuan Tasiwan (2012) advance berbantu peta konsep dapat meningkatkan kemampuan analisis-sintesis siswa . Dalam aspek menguraikan, mengkategorikan, mengidentifikasi, merumuskan pernyataan, merekonstruksi, menentukan dan menganalisa konsep. Temuan lain oleh Oloyede (2011) menyimpulkan bahwa advance organizer meningkatkan retensi pembelajaran kimia siswa. Temuan Babu (2013) menyimpulkan advance organizer berbantu peta konsep lebih efektif dari konvensional karena dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Temuan Gurlit (2011) advance organizerdapat mensupport skema dan dapat meningkatkan ingatan ‘lebih lama’. Menurut Ausubel dalam Joyce (2009), mengatakan bahwa model pembelajaran advance organizer adalah pendekatan pembelajaran bermakna yang


(21)

7

dirancang untuk memperkuat pengetahuan (struktur kognitif) siswa tentang pelajaran tertentu dan bagaimana mengelola, memperjelas, dan memelihara pengetahuan tersebut dengan baik. Advance organizer merupakan struktur kognitif yang mampu menolong siswa mengingat kembali yang telah dipelajari dan memindahkan pengetahuan tersebut ke materi yang baru. Ausubel percaya bahwa struktur kognitif yang ada dalam diri seseorang merupakan faktor utama yang menentukan apakah materi baru akan bermanfaat atau tidak dan bagaimana pengetahuan yang baru ini dapat diperoleh dan dipertahankan dengan baik, sehingga proses pembelajaran menjadi bermakna. Tujuan utama pendekatan pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep adalah memberi siswa informasi yang dibutuhkan untuk mempelajari pelajaran atau membantu dalam mengingat dan menerapkan pengetahuan yang ada. Pendekatan pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep digunakan sebagai konsep jembatan antara materi baru dan materi yang sudah dimiliki oleh peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti telah melakukan penelitian tentang pemahaman konsep fisika dengan judul “Efek Model Pembelajaran Advance Organizer Berbantu Peta Konsep dan Pemahaman Konsep Awal terhadap Kemampuan Kognitif Tingkat Tinggi Fisika Siswa SMK.


(22)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti mengidentifikasikan masalah yang ada di sekolah tersebut yaitu :

1. Siswa tidak bisa mengaitkan antara materi yang baru dengan materi sebelumnya.

2. Siswa sebagai subyek proses pembelajaran kurang aktif menyampaikan ide, mencari solusi atas masalah yang dihadapi dan menentukan langkah-langkah berikutnya sehingga pengetahuan itu dapat bermakna.

3. Pembelajaran yang kurang variatif sehingga siswa menjadi bosan. 4. Rendahnya hasil belajar fisika.

5. Pemahaman Konsep Awal fisika rendah.

1.3 Batasan Masalah

Untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang akan diteliti, maka perlu dijelaskan batasan masalah dalam penelitian, yaitu :

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep dan pembelajaran konvensional.

2. Materi pelajaran yang diajarkan adalah Gelombang.

3. Hal yang akan diteliti mengenai pemahaman konsep awal fisika dan kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa.


(23)

9

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah maka permasalahan utama pada penelitian ini adalah:

1. Apakah kemampuan kognitif tingkat tinggi Fisika Siswa SMK dengan model pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep berbantu peta konsep lebih baik dari pada hasil belajar fisika siswa dengan pembelajaran konvensional.

2. Apakah kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di atas rata-rata lebih baik daripada kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di bawah rata-rata.

3. Apakah terdapat Interaksi model pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep dan pemahaman konsep awal dalam mempengaruhi kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa.

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis kemampuan kognitif tingkat tinggi siswa dengan model pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep lebih baik daripada hasil belajar fisika siswa dengan pembelajaran konvensional.

2. Menganalisis kemampuan kognitif tingkat tinggi siswa yang memiliki pemahaman konsep awal diatas rata-rata lebih baik daripada siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di bawah rata-rata.


(24)

3. Menganalisis interaksi model pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep dan pembelajaran konvensional dengan tingkat pemahaman konsep awal terhadap kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa.

1.6 Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat berguna bagi: 1. Peneliti, dapat memberi pengetahuan tentang pengaruh model

pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep dan pemahaman konsep awal terhadap kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa. Selain itu, dapat memberikan wawasan, pengalaman, dan bekal berharga bagi peneliti sebagai guru fisika yang profesional, terutama dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.

2. Guru, dapat memberikan informasi tentang pemahaman konsep awal, sehingga dapat dijadikan sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan kognitif tingkat tinggi siswa dengan menggunakan model pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep.

3. Sekolah, dapat dijadikan sebagai masukan untuk mengoptimalkan pembelajaran dengan memanfaatkan suatu model pembelajaran.

4. Sebagai bahan perbandingan dan referensi bagi peneliti selanjutnya dalam mengkaji dan membahas masalah yang relevan dengan penelitian ini.


(25)

11

1.7 Defenisi Operasional

1. Model pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep adalah model pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan baru yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada pada struktur kognitif siswa dengan bantuan peta dengan fase-fase sebagai berikut a) Memilih suatu bahan bacaan, b)Menentukan konsep konsep yang relevan, c) Mengurutkan konsep konsep dari yang inklusif ke yang kurang inklusif, d) Menyusun konsep konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep yang inklusif diletakkan di bagian atas atau puncak peta lalu dihubungkan dengan kata penghubung misalnya ”terdiri atas”, “menggunakan” dan lain lain.

2. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran tradisional di mana proses pembelajaran masih dilakukan dengan cara yang lama, yaitu penyampaian materi pembelajaran masih mengandalkan ceramah.

3. Pemahaman konsep awal adalah kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa pada saat belajar getaran dan gelombang di SMP. Adapun indikator pemahaman konsep awal meliputi: menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan.

4. Kemampuan kognitif tingkat tinggi adalah hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengikuti tes hasil belajar dalam kategori mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.


(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan:

1. Kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa menggunakan model pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep dengan rata-rata 75,77 lebih baik dibandingkan dengan kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa menggunakan pembelajaran konvensional dengan rata-rata 65,03. 2. Kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa yang memiliki pemahaman

konsep awal di atas rata-rata 74,71 lebih baik dibandingkan hasil belajar fisika siswa yang memiliki pemahaman konsep awal dibawah rata-rata 66,63. 3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan pemahaman konsep

awal dalam meningkatkan kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa. Kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa yang diajarkan melalui model pembelajaran advance organizer pada kelompok pemahama konsep awal di atas rata-rata sebesar 79,83 dan pemahaman konsep awal di bawah rata-rata sebesar 69,67 lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa yang diajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelompok pemahaman konsep awal di atas rata sebesar 65,5 dan pada kelompok pemahaman konsep awal di bawah rata-rata sebesar 64,8.


(27)

109

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut:

1. Model pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep sangat baik untuk diterapkan disekolah karena dapat meningkatkan kemampuan kognitif tingkat tinggi siswa dengan memanfaatkan fasilitas laboratorium dan media peta konsep.

2. Guru sebaiknya dapat menggunakan media peta konsep agar dapat menguatkan struktur konseptual siswa serta dapat meningkatkan minat dan antusias siswa untuk belajar.

3. Pemahaman siswa terhadap konsep-konsep fisika perlu diperhatikan agar dapat membantu model pembelajaran yang digunakan untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi.

4. Pendidik hendaknya memilih model pembelajaran yang sesuai, dengan tujuan pembelajaran.

5. Pendidik dalam mengajar dengan menggunakan model pembelajaran advance organizer lebih baik diterapkan pada siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di atas rata-rata karena dapat meningkatkan kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa.

6. Agar proses pembelajaran berjalan dengan baik, dalam penerapan model pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep perlu diperhatikan pembagian anggota kelompok, sebaiknya jangan terlalu banyak karena dapat menyebabkan anggota kelompok tidak bekerja sepenuhnya.


(28)

7. Pendidik dalam mengajar dengan menggunakan model pembelajaran advance organizer lebih baik diterapkan pada siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di atas rata-rata karena dapat meningkatkan kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa.

8. Guru diharapkan untuk lebih memperhatikan hasil belajar siswa dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang tersedia, memantau kegiatan siswa serta mengarahkan siswa untuk tekun belajar.


(29)

111

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, O. W and Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. Addison Wesley Longman, Inc.

Arends, R. I. 2012. Learning to Teach. Newyork: McGraw-Hill Companies. Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2015. Dasar–Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Dahar, R. W. 2006. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Denny, M. 2012. “Pengaruh Model Pembelajaran Advance Organizer Berbasis

Mind Map Dan Aktivitas terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada Materi Pokok Besaran dan Satuan Di KelasX SMA”.Journal Pendidikan Fisika, Volume 1 No.2, halaman 1-6.

Dick, W & Carrey, L. 1995. The Sistematic Design of Instruction, Third Edition. USA: Harpet Collins Publishers.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, S. B dan Zain, A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka

Cipta.

Djamarah, S. B. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Djiwandono, Sri Esti. W. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Gagne, Robert J and Leslie J. Briggs. 1979. Principles of Intructional Design. New York:Rinchart and Winston.

Gani, Abdul. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran dan Persepsi Tentang Matematika terhadap Minat Dan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP NEGERI di Kecamatan Salomekko Kabupaten Bone. Jurnal daya matematis, volume 3 No 3 halaman 337-343.

Gurlit. 2011. Differently Structured Advance Organizers LeadTo Different Initial Schemata And Learning Outcomes,Departement of Educational Science. University of Freiburg: Germany.


(30)

Hakim, A.R. 2012. “Upaya penguatan struktur kognitif siswa melalui model pembelajaran advance organizer dengan pemberian LKS terstruktur berdasarkarkan teori APOS”. Journal Online Pembelajaran Fisika, Volume 2 No.(1), halaman 34-41.

Hamiyah, N dan Jauhar, M. 2014. Strategi Belajar-Mengajar Di Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya.

Ivie, S. D. 1998. Ausubel’s Learning Theory : An Approaching ToTeaching Higher Order Thinking Skills. Educational Psychologist David Paul Ausubel. High School Journal. Vol. 82 (1): 1-40.

Joyce, B. 2009. Models Of Teching Model-model Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mailizar. 2013. PISA 2012: Pembelajaran Untuk Indonesia. Wordpress, halaman 1-2.

Mariati, P.S. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi Dan Pemahaman Konsep Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 8: 52-60.

Martin, M.O., Mullis I.V.S., Foy, Pierre., & Stanco, G. M. 2012. TIMSS 2011 International Results in Science. Boston Colledge: TIMSS & PIRLS International Study Center.

Mudilarto.2002. Kapita Selekta Pendidikan Fisika, Yogyakarta: FMIPA UNY Oloyede, O.I. 2011. “A Meta-analysis of Effects of the Advance Organizers on

Acknowledgment and Retention of Senior secondary School (SSS) Chemistry”. International Journal Education Science, Volume 3 No. 2, halaman129-135.

Prikasih. 2003. Penggunaan model pembelajaran advance organizer untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan fisika. Tesis: FPS UPI: Tidak diterbitkan.

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Rafiqoh, H. 2012. “Efek Model Pembelajaran Advance Organizer Berbasis Peta Konsep dan Aktivitas terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”. Journal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika, Volume 4 No.2, halaman 32-37. Rahayu, S. 2012. “Pengembangan Model Pembelajaran Advance Organizer Untuk

Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pokok Bahasan Koloid”. Journal of Innovative Science Education, Volume 1 No. 1, halaman 28-35.


(31)

113

Rasyid, Abd. 2015. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Nimbered Heads Togethaer) dan Kemampuan Awal terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fisika di SMP Negeri 2 Poso.” Jurnal Mitra Sains, Volume 3 No.1, halaman 61-68.

Roestiyah, NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta ; Rajawali Press

Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Saka, A. Z. 2011. Investigation of Student-Centered Teaching Application of Physics Student Teacher. Eurasian Journal of Physics and Chemistry Education, Jan (Special Issue): 51-58.

Saniman., Bukit, N. & Mariati, P. S. 2015. Efek Model Problem Based Learning dan Pemahaman Konsep Fisika terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Tabularasa PPS Unimed, 12 (2):130-139

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sebayang, S.R. 2015. Efek Model Pembelajaran Discovery dan Pemahaman Konsep Awal Terhadap Hasil Belajar fisika SMA. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED.

Shihusa, H., and Keraro, F.N. 2009. “Using Advance Organizers to Enhance Students’ Motivation in Learning Biology”. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Volume 5 No. 4., halaman 413-120.

Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2008. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Suprayitno, Totok. 2011. Pedoman Pembuatan Alat Peraga Fisika Untuk SMA. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Suparman, A. 1997. Desain Instruksional. Jakarta ; PPAI Universitas Terbuka. Supriadi, B. 2009 Pengaruh Penggunaan Media Model, Media Gambar Dan

Kemampuan Awal Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ipa Sekolah Dasar, Tesis Universitas Sebelas Maret. Surakarta.


(32)

Susilana, R dan Riyana. C. 2009. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Sutejo. 2009. Fisika 2 SMK Kelas XI Kelompok Teknologi, Kesehatan, dan Pertanian. Jakarta: Yudhistira.

Syarifuddin, dan Nasution.I. 2005. Manajemen Pembelajaran. Ciputat: Penerbit Quantum Teaching.

Tasiwan, Nugroho dan Hartono 2014, Analisis Tingkat Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran Ipa Model Advance Organizer Berbasis Proyek, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 10 (2014) 1-8, Jurusan Fisika FMIPA UNNES Semarang.

Tim PISA Indonesia.2011. Survei Internasional PISA. Kemdikbud: Badan Penelitian dan Pengembangan.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. PT Imperial Bhakti Utama.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya: Kencana Prenada Media Grup

Uno, 2006. Perencanaan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Wachanga. 2013., Effects Of Advance Organizer Teaching Approach On Secondary School Students’ Achievement In Chemistry In Maara District, Kenya. A journal of Social Science IJSSIR Vol 2(6), Faculty of Education Karatina University: Kenya.

Winkel WS. 2007. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta ; Media Abadi. `


(1)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut:

1. Model pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep sangat baik untuk diterapkan disekolah karena dapat meningkatkan kemampuan kognitif tingkat tinggi siswa dengan memanfaatkan fasilitas laboratorium dan media peta konsep.

2. Guru sebaiknya dapat menggunakan media peta konsep agar dapat menguatkan struktur konseptual siswa serta dapat meningkatkan minat dan antusias siswa untuk belajar.

3. Pemahaman siswa terhadap konsep-konsep fisika perlu diperhatikan agar dapat membantu model pembelajaran yang digunakan untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi.

4. Pendidik hendaknya memilih model pembelajaran yang sesuai, dengan tujuan pembelajaran.

5. Pendidik dalam mengajar dengan menggunakan model pembelajaran advance organizer lebih baik diterapkan pada siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di atas rata-rata karena dapat meningkatkan kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa.

6. Agar proses pembelajaran berjalan dengan baik, dalam penerapan model pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep perlu diperhatikan pembagian anggota kelompok, sebaiknya jangan terlalu banyak karena dapat menyebabkan anggota kelompok tidak bekerja sepenuhnya.


(2)

7. Pendidik dalam mengajar dengan menggunakan model pembelajaran advance organizer lebih baik diterapkan pada siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di atas rata-rata karena dapat meningkatkan kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa.

8. Guru diharapkan untuk lebih memperhatikan hasil belajar siswa dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang tersedia, memantau kegiatan siswa serta mengarahkan siswa untuk tekun belajar.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, O. W and Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. Addison Wesley Longman, Inc.

Arends, R. I. 2012. Learning to Teach. Newyork: McGraw-Hill Companies. Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2015. Dasar–Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Dahar, R. W. 2006. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Denny, M. 2012. “Pengaruh Model Pembelajaran Advance Organizer Berbasis

Mind Map Dan Aktivitas terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada Materi Pokok Besaran dan Satuan Di KelasX SMA”.Journal Pendidikan Fisika, Volume 1 No.2, halaman 1-6.

Dick, W & Carrey, L. 1995. The Sistematic Design of Instruction, Third Edition. USA: Harpet Collins Publishers.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, S. B dan Zain, A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka

Cipta.

Djamarah, S. B. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Djiwandono, Sri Esti. W. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Gagne, Robert J and Leslie J. Briggs. 1979. Principles of Intructional Design. New York:Rinchart and Winston.

Gani, Abdul. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran dan Persepsi Tentang Matematika terhadap Minat Dan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP NEGERI di Kecamatan Salomekko Kabupaten Bone. Jurnal daya matematis, volume 3 No 3 halaman 337-343.

Gurlit. 2011. Differently Structured Advance Organizers LeadTo Different Initial Schemata And Learning Outcomes,Departement of Educational Science. University of Freiburg: Germany.


(4)

Hakim, A.R. 2012. “Upaya penguatan struktur kognitif siswa melalui model pembelajaran advance organizer dengan pemberian LKS terstruktur berdasarkarkan teori APOS”. Journal Online Pembelajaran Fisika, Volume 2 No.(1), halaman 34-41.

Hamiyah, N dan Jauhar, M. 2014. Strategi Belajar-Mengajar Di Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya.

Ivie, S. D. 1998. Ausubel’s Learning Theory : An Approaching ToTeaching Higher Order Thinking Skills. Educational Psychologist David Paul Ausubel. High School Journal. Vol. 82 (1): 1-40.

Joyce, B. 2009. Models Of Teching Model-model Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mailizar. 2013. PISA 2012: Pembelajaran Untuk Indonesia. Wordpress, halaman 1-2.

Mariati, P.S. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi Dan Pemahaman Konsep Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 8: 52-60.

Martin, M.O., Mullis I.V.S., Foy, Pierre., & Stanco, G. M. 2012. TIMSS 2011 International Results in Science. Boston Colledge: TIMSS & PIRLS International Study Center.

Mudilarto.2002. Kapita Selekta Pendidikan Fisika, Yogyakarta: FMIPA UNY Oloyede, O.I. 2011. “A Meta-analysis of Effects of the Advance Organizers on

Acknowledgment and Retention of Senior secondary School (SSS) Chemistry”. International Journal Education Science, Volume 3 No. 2, halaman129-135.

Prikasih. 2003. Penggunaan model pembelajaran advance organizer untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan fisika. Tesis: FPS UPI: Tidak diterbitkan.

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Rafiqoh, H. 2012. “Efek Model Pembelajaran Advance Organizer Berbasis Peta Konsep dan Aktivitas terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”. Journal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika, Volume 4 No.2, halaman 32-37. Rahayu, S. 2012. “Pengembangan Model Pembelajaran Advance Organizer Untuk

Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pokok Bahasan Koloid”. Journal of Innovative Science Education, Volume 1 No. 1, halaman 28-35.


(5)

Rasyid, Abd. 2015. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Nimbered Heads Togethaer) dan Kemampuan Awal terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fisika di SMP Negeri 2 Poso.” Jurnal Mitra Sains, Volume 3 No.1, halaman 61-68.

Roestiyah, NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta ; Rajawali Press

Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Saka, A. Z. 2011. Investigation of Student-Centered Teaching Application of Physics Student Teacher. Eurasian Journal of Physics and Chemistry Education, Jan (Special Issue): 51-58.

Saniman., Bukit, N. & Mariati, P. S. 2015. Efek Model Problem Based Learning dan Pemahaman Konsep Fisika terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Tabularasa PPS Unimed, 12 (2):130-139

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sebayang, S.R. 2015. Efek Model Pembelajaran Discovery dan Pemahaman Konsep Awal Terhadap Hasil Belajar fisika SMA. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED.

Shihusa, H., and Keraro, F.N. 2009. “Using Advance Organizers to Enhance Students’ Motivation in Learning Biology”. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Volume 5 No. 4., halaman 413-120.

Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2008. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Suprayitno, Totok. 2011. Pedoman Pembuatan Alat Peraga Fisika Untuk SMA. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Suparman, A. 1997. Desain Instruksional. Jakarta ; PPAI Universitas Terbuka. Supriadi, B. 2009 Pengaruh Penggunaan Media Model, Media Gambar Dan

Kemampuan Awal Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ipa Sekolah Dasar, Tesis Universitas Sebelas Maret. Surakarta.


(6)

Susilana, R dan Riyana. C. 2009. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Sutejo. 2009. Fisika 2 SMK Kelas XI Kelompok Teknologi, Kesehatan, dan Pertanian. Jakarta: Yudhistira.

Syarifuddin, dan Nasution.I. 2005. Manajemen Pembelajaran. Ciputat: Penerbit Quantum Teaching.

Tasiwan, Nugroho dan Hartono 2014, Analisis Tingkat Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran Ipa Model Advance Organizer Berbasis Proyek, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 10 (2014) 1-8, Jurusan Fisika FMIPA UNNES Semarang.

Tim PISA Indonesia.2011. Survei Internasional PISA. Kemdikbud: Badan Penelitian dan Pengembangan.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. PT Imperial Bhakti Utama.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya: Kencana Prenada Media Grup

Uno, 2006. Perencanaan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Wachanga. 2013., Effects Of Advance Organizer Teaching Approach On Secondary School Students’ Achievement In Chemistry In Maara District, Kenya. A journal of Social Science IJSSIR Vol 2(6), Faculty of Education Karatina University: Kenya.

Winkel WS. 2007. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta ; Media Abadi. `


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran advance organizer dengan peta konsep terhadap hasil belajar siswa: kuasi eksperimen pada kelas XI IPA SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

4 28 246

EFEK MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA.

0 2 25

EFEK MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH DAN PEMAHAMAN KONSEP AWAL TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF TINGKAT TINGGI FISIKA SISWA SMA.

0 3 32

EFEK MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBASIS PETA KONSEP DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA.

1 8 30

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP AWAL DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS BIDANG STUDI FISIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION.

8 18 30

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETA KONSEP DAN STUDENT EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETA KONSEP DAN STUDENT TEAM HEROIC LEADERSHIP YANG DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP

0 0 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Dengan Peta Konsep Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika (PTK di

0 0 17

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH.

5 17 48

PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTUAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TEORI KINETIK GAS SISWA SMA.

0 2 44

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER DALAM PEMBELAJARAN SISTEM SARAF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN MEMBUAT PETA KONSEP DAN RETENSI PENGETAHUAN SISWA.

0 2 44