Pengaruh model pembelajaran advance organizer dengan peta konsep terhadap hasil belajar siswa: kuasi eksperimen pada kelas XI IPA SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk

Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Iftahussadiyah

NIM :109016100067

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Iftahussadiyah. 109016100067. Pengaruh Model Pembelajaran Advance

Organizer dengan Peta Konsep terhadap Hasil Belajar Siswa (Kuasi

Eksperimen di SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan). Skripsi, Program

Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran advance organizer dengan peta konsep terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem pencernaan. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian non equivalent (pre-test and post-test) control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Sampel penelitian berjumlah 85 siswa yang terdiri dari 42 siswa kelas eksperimen dan 43 siswa kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar, yang berupa tes objektif berbentuk pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Analisis data pada kedua kelompok menggunakan uji-t, diperoleh thitung 2,93 dan ttabel pada taraf signifikan α

= 0.05 sebesar 1.99, maka maka thitung > dari ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran advance organizer dengan peta konsep terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem pencernaan.

Kata Kunci : Pembelajaran Bermakna, Advance Organizer, Peta Konsep, Hasil Belajar Siswa.


(6)

ii

Outcomes.BA Thesis, Biology Education Study Program, Department of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiya and Teachers’ Training, ‘Syarif Hidayatullah’ State Islamic University.

The objective of this study is to know the empirical evidence about the influence of Advance Organizer learning model through concept mapping toward students’ Biology learning outcomes in dygestive system concept. This research was conducted at SMAN 8 of South Tangerang. The research method used was quasi-experimental design. The data were obtained through pretest and posttest. They were then analyzed by using t-test formula to see the effect of using Advance Organizer learning model through concept mapping toward students’ Biology learning outcomes. The cluster random sampling technique was applied in choosing the sample. The sample was 85 students which were divided into two classes, namely 42 in experiment and 43 in control class. The research instrument used in collecting the data was multiple choice objective test. The findings showed that the value of tarithmetic in experimental group posttest was 2,93 and ttable was 1,99 in the significance degree α=0.05. It indicated that, to > ttable. As the result, the null hypothesis (Ho) was rejected and the alternative hypothesis (Ha) was accepted that there was the influence of Advance Organizer learning model through concept mapping toward students’ Biology learning outcomes in digestive system concept.

Keyword: Meaningful Learning Advance Organizer, Concept Map, Biology Learning Outcomes.


(7)

iii

dan ridho-Nya yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Advance Organizer dengan Peta

Konsep terhadap Hasil Belajar Siswa.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih. Dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Nurlena, M.A, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. Zulfiani, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd selaku pembimbing I dan Ibu Meiry Fadillah Noor, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan dan koreksi dalam penyusunan skripsi ini

5. Neni Handayani, S.Pd, selaku guru bidang studi IPA-Biologi kelas XI IPA Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama terlaksananya penelitian skripsi. 6. Ayahanda H.Dudung Hudri dan Ibunda Hj. Eti, terimakasih atas segala kasih

sayang serta kesabaranya.

7. Kakak-kakak tercinta dan adikku tersayang terima kasih untuk semua doa dan semangatnya.

8. M. Rasyid Ridho atas segala semangat dan dukungannya.

9. Sahabat dekatku, Endah, Awal, Lola, Syarifah, Yunia, Rimba, Ria, Sitmel, terimakasih atas bantuan dan dukungannya.


(8)

iv

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu baik secara langsung maupun tidak langsung, dari lubuk hati yang paling dalam saya ucapkan terima kasih.

Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Jakarta, September 2014


(9)

v

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. PembatasanMasalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian………. 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretis ... 9

1. Model Pemrosesan Informasi ... 9

a. Model Pembelajaran... 9

b. Teori Pemrosesan Informasi ... 10

c. Pengertian Model Pemrosesan Informasi... 11

d. Strategi Model Pemrosesan Informasi ... 14

2. Model Pembelajaran Advance Organizer ... 14

a. Advance Organizer... 14

b. Model Pembelajaran Advance Organizer ... 17

c. Peta Konsep ... 24


(10)

vi

d. Syarat – Syarat Belajar Bermakna ... 31

4. Hasil Belajar ... 32

a. Pengertian Hasil Belajar ... 32

b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar ... 33

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 34

C. Kerangka Berpikir ... 34

D. Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

B. Metode dan Desain Penelitian ... 37

C. Populasi dan Sampel Penelitian... 39

D. Prosedur Penelitian ... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ... 40

F. Variabel Penelitian ... 40

G. Instrumen Penelitian ... 41

H. Kalibrasi Instrumen ... 43

1. Validitas ... 43

2. Reliabilitas ... 43

3. Tingkat Kesukaran ... 43

4. Daya Beda ... 44

I. Teknik Analisis Data ... 44

a. Uji Normalitas ... 44

b. Uji Homogenitas ... 45

c. Uji Hipotesis Statistik ... 46


(11)

vii

B. Pengujian Prasyarat Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 49

1. Uji Normalitas ... 49

2. Uji Homogenitas ... 50

3. Uji Hipotesis ... 52

4. Data Rata – Rata Nilai LKS Setiap Pertemuan ... 53

5. Data Nilai AO dalam Bentuk Skor Peta Konsep ... 54

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 54

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61


(12)

viii

Tabel Halaman

1.1 Rekapitulasi Hasil Ulangan Harian Kelas XI IPA ... 2

2.1 Tahapan Model Advance Organizer ... 20

2.2 Langkah-Langkah dalam Membuat Peta Konsep ... 24

3.1 Desain Penelitian ... 36

3.2 Kisi=Kisi Instrumen Penelitian ... 40

3.3 Persentase Ranah Kognitif Instrumen Penelitian ... 41

3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 51

3.5 Klasifikasi Daya Pembeda Soal ... 51

4.1 Data Pretest dan Postest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 47

4.2 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 48

4.3 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 49

4.4 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 50

4.5 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 50

4.6 Hasil Uji t Data Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 51

4.7 Hasil Uji t Data Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 51

4.8 Nilai Rata-Rata LKS Setiap Pertemuan ... 52


(13)

ix

2.1 Penskoran Peta Konsep Menurut Novak dan Gowen ... 27 2.2 Skema Kerangka Teoritik ... 35


(14)

x

Lampiran Halaman

1. RPP Sistem Pencernaan ... 65

2. Instrumen Penelitian...122

3. LKS Kelas Kontrol dan Eksperimen ...132

4. Rubrik Penilaian LKS ...144

5. Tugas Peta Konsep Setiap Pertemuan ...150

6. Data Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ...154

7. Data Nilai Prestest dan Posttest Kelas Eksperimen ...156

8. Data Nilai LKS Kelas Kontrol ...158

9. Data Nilai LKS Kelas Eksperimen . ...160

10. Data Nilai Rekapitulasi Peta Konsep Kelas Eksperimen ...162

11. Uji Normalitas Data Pretest Kelas Kontrol ...163

12. Uji Normalitas Data Posttest Kelas Kontrol ...167

13. Uji Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen ...170

14. Uji Normalitas Data Posttest Kelas Eksperimen ...174

15. Uji Homogenitas Data Pretest ...178

16. Uji Homogenitas Data Posttest ...180

17. Uji Hipotesis ...182

18. Lembar Hasil Wawancara...185

19. Uji Referensi ...186

20. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...194

21. Hasil Belajar Biologi siswa SMAN 8 Kota Tangsel 2011/2012 dan 2012/2013. ...219

22. Peta Konsep Siswa ...226


(15)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan di masa mendatang ditentukan oleh kualitas pendidikan yang

terjadi saat ini. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.1 Oleh karena itu, pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan proses perubahan sikap seseorang. Perubahan sikap seseorang dapat terjadi melalui proses pendidikan yang benar, yaitu dengan pemilihan model dan strategi pembelajaran yang tepat. Peserta didik tidak hanya mendapatkan pengetahuan akan tetapi mampu mengembangkan potensi pada diri peserta didik sehingga diharapkan dapat menghadapi dan memecahkan berbagai masalah di kehidupannya.

Guru memiliki peranan yang penting dalam keberhasilan proses pendidikan. Di dalam proses pendidikan, guru tidak hanya menjalankan fungsi alih ilmu pengetahuan (transfer knowledge), tetapi juga berfungsi untuk menanamkan nilai (value) serta membangun karakter (Character Building) secara berkelanjutan dan berkesinambungan.2 Oleh karena itu guru memegang peranan penting dalam dunia pendidikan.

Salah satu tugas guru adalah mengajar. Mengajar tidak hanya sebatas pentransferan ilmu melainkan bagaimana peserta didik dapat mengekspresikan diri mereka sesuai dengan potensi dan bakat yang mereka miliki. Guru tidak hanya bertugas mengajar melainkan juga mendidik siswa agar terjadi perubahan

1 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif,(Jakarta:Kencana Prenadia Media Group,2009),h.1.

2 Sri Sunarti dan Widyaiswara Pertama, “Peran Guru Sebagai Model dalam Pembelajaran Karakter dan Budaya Bangsa Melalui Pendidikan Bahasa Inggris,

”http://sumsel.kemenag.go.id/file/file/TULISAN/htbe1341373513.pdf diakses pada 05/07/2014 pukul 01 :10 WIB, h.2.


(16)

tingkah laku karena di dalam tugas mengajar dan mendidik terdapat proses yang membelajarkan dan mendidik peserta didik ke arah yang lebih baik.

Pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan peserta didik. Kegiatan pembelajaran merupakan bagian penting dari tugas pendidik (guru). Hal ini berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pasal 39 ayat (2) disebutkan bahwa “pendidik merupakan tenaga

profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik

pada perguruan tinggi.”3

Produk dari sebuah proses pembelajaran dinyatakan dalam bentuk hasil belajar. Hasil belajar sains di Indonesia telah diujikan secara internasional melalui program TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study). Berdasarkan hasil belajar sains di Indonesia pada tahun 2011, Indonesia berada pada peringkat 41 dari 43 negara. Skor ketercapaian untuk bidang sains hanya mencapai 406 dari rata-rata 500.4 Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa di Indonesia masih belum memberikan hasil yang baik. Sehingga diperlukan upaya yang lebih besar dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran sains.

Salah satu penyebab rendahnya pencapaian skor sains di Indonesia adalah kualitas pendidikan di Indonesia. Menurut Maisaroh dan Rostrieningsih menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar, ada banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian nilai hasil belajar siswa, baik yang berasal dari dalam diri siswa (internal) maupun dari lingkungan luar (eksternal). Faktor internal terkait dengan disiplin, respon dan motivasi siswa, sementara faktor eksternal adalah lingkungan belajar, tujuan pembelajaran, kreatifitas pemilihan media belajar oleh pendidik, serta metode pembelajaran. Faktor-faktor tersebut

3 Undang–Undang Republik Indonesia No. 20 Th 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 4 TIMSS and PIRLS, TIMSS 2011 International Result in Science, 2014, h.2.

(http://timssandpirls.bc.edu/data-release-2011/pdf/Overview-TIMSS-and-PIRLS-2011 Achievement.pdf).


(17)

mempengaruhi satu sama lain dan merupakan satu kesatuan yang mendasari hasil belajar siswa.5

Metode pembelajaran yang dipilih oleh seorang pendidik menjadi sumber rendahnya hasil belajar. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan membawa suasana belajar yang menyenangkan, sehingga siswa dapat memahami konsep dengan baik. Rendahnya hasil belajar menunjukkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Salah satu keadaan siswa yang perlu mendapat perhatian guru adalah kesulitan di dalam belajar. Kesulitan siswa untuk memahami konsep yang diajarkan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : pimpinan, guru, metode dan pendekatan yang digunakan oleh guru, dan latar belakang siswa itu sendiri.6

Hasil observasi di SMAN 8 Kota Tangerang Selatan pada tahun pelajaran 2013/2014 pada hasil belajar konsep sistem pencernaan menunjukkan bahwa mayoritas peserta didik kelas XI IPA mendapatkan nilai di bawah KKM.7 Hal ini menunjukkan pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih belum berhasil. Penyebab rendahnya hasil belajar siswa di SMAN 8 Kota Tangerang Selatan diperkirakan dalam proses pembelajaran guru bidang studi lebih banyak menggunakan metode ceramah sehingga siswa tidak berperan aktif dalam proses pembelajarannya. Metode ceramah tidaklah buruk untuk digunakan dalam proses pembelajaran, akan tetapi komposisi penggunaannya harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Selain itu, siswa kelas XI IPA di SMAN 8 Kota Tangerang Selatan tidak menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam proses pembelajarannya, hanya mendapat buku pelajaran dan penjelasan dari guru. Penggunaan LKS dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan kemandirian siswa dalam belajar, sehingga siswa belajar tidak hanya melalui buku pelajaran dan penjelasan guru saja, akan tetapi dapat menguji kemampuan pengetahuan

5Maisaroh dan Rostrieningsih,Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Pada Mata Pelajaran Keterampilan Dasar Komunikasi Di SMK Negeri 1 Bogor –Maisaroh dan Rostrieningsih”,Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 8 Nomor 2, November, 2010. h.158.

6 Karya Sanulingga & Denny Munte, Jurnal Pendidikan Fisika, “Pengaruh Model Pembelajaran Advance Organizer Berbasis Mind Map terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Besaran dan Satuan di Kelas X SMA”,Vol. 1 No 2, Desember 2012. h.2.


(18)

siswa dengan menggunakan LKS. Keadaan ini mengakibatkan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.8

Fakta tersebut menjelaskan masalah utama rendahnya hasil belajar siswa disebabkan pengunaan model, metode, dan strategi pembelajaran yang kurang tepat yang berupa ceramah. Diduga sumber masalahnya adalah proses belajar siswa yang hanya menghafal informasi, hal ini ditunjukkan dengan fakta bahwa pembelajaran di kelas lebih banyak menggunakan metode ceramah. Dalam menerima informasi, ada kemungkinan siswa lebih cenderung menghapalkan informasi yang didapatkan tanpa mencoba mengkaitkan dengan konsep yang pernah dimilikinya.9

Metode pembelajaran ceramah lebih banyak berpusat pada guru, dimana komunikasi lebih banyak satu arah dari guru ke siswa menyebabkan siswa terpaku mendengar dan cenderung membosankan. Dalam proses pembelajaran di SMAN 8 Kota Tangerang Selatan siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir, siswa lebih banyak diarahkan kepada kemampuan untuk menghafal informasi yang diberikan oleh guru. Berdasarkan masalah-masalah di atas, dalam pembelajaran diperlukan upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam bidang studi biologi. Karena dalam pembelajaran biologi siswa tidak hanya dituntut untuk menghapal konsep akan tetapi penguasaan berfikir kritis juga diperlukan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menggunakan model pembelajaran advance organizer.

Model pembelajaran advance organizer (AO) menekankan pada proses pembelajaran yang bermakna. Advance organizer adalah suatu model yang membantu siswa untuk memperkuat kemampuan kognitifnya.10 Sehingga dengan demikian, melalui model pembelajaran ini hasil belajar siswa dalam ranah kognitif akan ditingkatkan dan tujuan akhirnya siswa akan memahami konsep pelajaran dengan baik.

Menurut Ausubel dalam Bruce Joyce, bermakna atau tidaknya suatu materi bergantung pada kesiapan pelajar dan bagaimana mengorganisasikan

8Lampiran 18hal 185.

9 R.W. Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran,(Jakarta:Erlangga,2011),h.94. 10 Bruce Joyce, Models of Teaching, Pearson Educational Internatonal, h.249


(19)

materi. Jika pelajar dimulai dengan “set” yang benar dan jika bahan terorganisir

dengan baik maka pembelajaran bermakna akan terjadi.11 Menurut Abdul Azis, model pembelajaran advance organizer adalah model pembelajaran yang dirancang untuk memperkuat struktur kognitif siswa. Struktur kognitif adalah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Dengan kata lain, struktur kognitif merupakan jenis pengetahuan tertentu yang ada dalam pikiran. Impelementasi model advance organizer menyuguhkan rekomendasi kepada guru sebagai fasilitator untuk menyeleksi, mengatur, dan menyajikan informasi baru. Model tersebut berfungsi sebagai kerangka konseptual bagi pengetahuan pengetahuan berikutnya yang lebih rinci dan abstrak.12 Oleh karena itu model pembelajaran advance organizer merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Model pembelajaran pembelajaran advance organizer mempunyai kelebihan antara lain siswa dapat berinteraksi dengan memecahkan masalah untuk menemukan konsep-konsep yang dikembangkan, dapat membangkitkan perolehan materi akademik dan keterampilan sosial siswa, dapat mendorong siswa untuk mengetahui jawaban pertanyaan yang diberikan (siswa semakin aktif), dapat melatih meningkatkan keterampilan siswa melalui diskusi kelompok, meningkatkan keterampilan berfikir siswa baik secara individu maupun kelompok, menambah kompetensi siswa dalam kelas. Namun sebagai model pembelajaran, advance organizer juga memiliki kekurangan dalam proses pengajaran, yaitu dibutuhkan kontrol yang intensif dari guru sehingga jika siswa terlalu banyak, proses pembelajaran menjadi kurang efektif.13

Menurut Misran Rahman pembelajaran bermakna (meaningful) pada dasarnya mengupayakan agar siswa menghubungkan konsep-konsep yang telah

11Ibid, h.250.

12 Abdul Azis, “Model Advance Organizer dan Penerapannya dalam Pembelajaran”, Ta’allum, Vol.19, 2009, h.35.

13 Denny Munte, “Pengaruh Model Pembelajaran Advance Organizer Berbasis Mind Map Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Besaran Fisika Dan Satuannya Di Kelas X Semester I Sma Negeri 5 Pematang Siantar T.P. 2012/2013”, Skripsi, pada Universitas Negeri Medan. Diakses dari http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-22515-BAB%20II.pdf pada 04/07/2014 pada pukul 01 :10 WIB, h. 15.


(20)

diketahuinya dengan konsep yang akan dipelajari. Salah satu kegiatan pembelajaran bermakna adalah suatu representasi berupa jaringan konsep sebagai hasil dari konstruksi yang merupakan keterkaitan antara konsep dan prinsip yang mengatur struktur serta relasi matematika agar mudah dipahami siswa.

Representasi berupa jaringan konsep tersebut yang dikenal dengan “peta konsep”.

Melalui peta konsep pula proses belajar dan pembelajaran siswa akan menjadi lebih singkat, sederhana dan sistematis.14 Maka dapat disimpulkan bahwa peta konsep dapat dijadikan salah satu alat agar pembelajaran bermakna dapat terjadi karena pengetahuan atau informasi “baru” dengan pengetahuan terstruktur yang telah dimiliki oleh siswa dapat saling berkaitan sehingga menjadi lebih diserap dan dipahami oleh siswa.

Beberapa teori yang telah dipaparkan sebelumnya melandasi penulis untuk menyusun dan melaksanakan sebuah penelitian tentang hasil belajar dalam pembelajaran sains khususnya Biologi. Dalam penelitian ini diharapkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Penggunaan model AOdengan peta konsep dalam pembelajaran membuat siswa tidak hanya belajar menghafal informasi baru yang didapat, tetapi juga berusaha menghubungkan dengan pengetahuan yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa, memahami dan mengorganisasikan pengetahuan mereka sehingga siswa mengalami belajar bermakna dan dapat membuat hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Oleh karena itu peneliti

mengambil judul “pengaruh pembelajaran advance organizer dengan peta konsep terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem pencernaan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi masalah yang terjadi, yaitu:

1. Penerapan metode atau model pembelajaran yang kurang tepat oleh guru. 2. Hasil belajar siswa sains di Indonesia masih rendah.

14 Misran Rahman, Pembelajaran dengan Peta Konsep Bidang Studi Matematika di Kelompok


(21)

3. Siswa kesulitan dalam memahami materi karena masih belajar mengahafal informasi bukan memahami

4. Siswa kurang aktif terlibat dalam proses pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah ini dibahas dengan jelas dan tidak meluas, maka masalah dalam penelitian ini harus dibatasi. :

1. Strategi advance organizer yang digunakan adalah peta konsep, karena peta konsep merupakan salah satu alat agar pembelajaran bermakna dapat terjadi. 2. Hasil belajar siswa dalam penelitian ini diukur pada tingkat pengetahuan

(C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan

evaluasi (C6), karena C1-C6 menjadi indikator untuk menilai ranah kognitif yaitu hasil belajar.

3. Penelitian ini dilakukan di kelas XI SMA pada konsep sistem pencernaan, karena sistem pencernaan merupakan salah satu konsep dimana dalam konsep tersebut siswa harus mempunyai pemahaman yang baik.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut “Apakah penggunaan model pembelajaran advance organizer dengan peta konsep dapat mempengaruhi hasil belajar siswa?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh penggunaan model pembelajaran advance organizer dengan peta konsep pada konsep sistem pencernaan terhadap hasil belajar siswa.


(22)

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru

Menambah wawasan tentang salah satu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa serta dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar di kelas.

2. Bagi peneliti

Memberikan pengetahuan dan pengalaman baru mengenai penerapan model pembelajaran advance organizer dengan petakonsep serta memahami bagaimana kondisi sosial yang cocok dalam sebuah aktivitas belajar.

3. Bagi pembaca

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan suatu kajian yang menarik untuk diteliti lebih lanjut dan lebih mendalam sehingga menghasilkan model pembelajaran baru yang dapat menjadi solusi dari pembelajaran biologi.


(23)

9

A. Deskripsi Teoritik

1. Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi

a. Model Pembelajaran

Menurut Zulfiani dkk menjelaskan bahwa “model adalah rencana atau pola yang dapat dipakai untuk merancang mekanisme suatu pengajaran meliputi

sumber belajar, subyek pembelajar, lingkungan belajar dan kurikulum.”1

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang sistematis sebagai perancang bagi para pengajar untuk mencapai tujuan belajar.

Menurut Joyce and Weil dalam Wawan menjelaskan para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan, teori-teori psikologis, sosiologis, psikiatri, analisis sistem, atau teori-teori lain. Joyce and Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar para ahli pendidikan tertentu. 2) Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.

3) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan KBM di kelas.

4) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan : (1) urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax), (2) adanya prinsip-prinsip reaksi, (3) sistem sosial, (4) sistem pendukung.

5) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran yang meliputi dampak pembelajaran dan dampak pengiring.

1 Zulfiani,dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta,2009), cet. 1, h.117.


(24)

6) Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pebelajaran yang dipilihnya.2

b. Teori Pemrosesan Informasi

Salah satu teori yang kognitif yang menjelaskan proses belajar pada diri seseorang yang berkenaan dengan tahap-tahap proses pengolahan informasi adalah Teori Pemrosesan Informasi. Menurut teori ini, proses belajar tidak berbeda halnya dengan proses menerima, menyimpan, dan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah diterima sebelumnya. Gejala-gejala tentang belajar dapat dijelaskan jika proses belajar itu dianggap sebagai proses transformasi masukan menjadi keluaran.3 Menurut Trianto teori pemrosesan informasi menjelaskan pemrosesan, penyimpanan dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Peristiwa-peristiwa mental diuraikan sebagai transformasi-transformasi informasi dari input (stimulus) ke output (respon).4

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa teori pemrosesan informasi adalah teori yang menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera.

c. Pengertian Model Pemrosesan Informasi

Menurut Rusman, model ini berdasarkan Teori Belajar Kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan informasi merujuk pada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan : mengorganisasi data,

2 Wawan Danasasmita, “Model Pembelajaran dan Pendekatannya”,

(

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_JEPANG/195201281982031-WAWAN_DANASASMITA/Makalah/PENDEKATAN_DAN_MODEL_PEMBELAJARAN.pdf) diakses pada tanggal 05/06/2014 pukul 02 :24 WIB, h.2.

3Muthia,”Memahami Belajar dari Sisi Pandang Teori Pemrosesan Informasi,

( http://file.upi.edu/Direktori/FIP/Jur._Kurikulum_dan_Tek._Pendidikan/195806191986012-Muthia_Alinawati/Memahami_Belajar_Dari_Sisi_Pandang_Teori_Pemrosesan_Informasi.pdf) diakses pada tanggal 06/07/2014 pukul 02:48 WIB, h.1.

4 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,2009). Cet. 4, h.32.


(25)

memecahkan masalah, menemukan konsep dan menggunakan simbol verbal dan visual.5 Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa mengumpulkan atau menstimulus dari lingkungan mereka kemudian mengolah stimulus yang mereka dapat agar kemampuan mereka dalam mengolah dan menggunakan informasi yang mereka dapat dari lingkungan bisa lebih baik dan dapat digunakan dalam kehidupan mereka.

Menurut Zulkifli, model belajar pemrosesan informasi ini sering pula disebut model kognitif information processing, karena dalam proses belajar ini tersedia tiga taraf struktural sistem informasi, yaitu:

1) Sensory atau intake register: informasi masuk ke sistem melalui sensory register, tetapi hanya disimpan untuk periode waktu terbatas. Agar tetap dalam sistem, informasi masuk ke working memory yang digabungkan dengan informasi di long-term memory.

2) Working memory: pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working memory, dan di sini berlangsung berpikir yang sadar. Kelemahan working memory sangat terbatas kapasitas isinya dan memperhatikan sejumlah kecil informasi secara serempak.

3) Long-term memory, yang secara potensial tidak terbatas kapasitas isinya sehingga mampu menampung seluruh informasi yang sudah dimiliki peserta didik. Kelemahannya adalah sulit mengakses informasi yang tersimpan di dalamnya. 6

Menurut Joyce and Weil dalam Indrawati model pembelajaran informasi yaitu model-model pembelajaran dalam rumpun ini bertitik tolak dari prinsip-prinsip pengolahan informasi, yang beracuan pada cara-cara bagaimana manusia merespon lingkungan, mengorganisasi data, mengidentifikasi masalah, menyusun konsep, memecahkan masalah, dan menggunakan simbol-simbol. Model-model pembelajaran dalam rumpun ini berhubungan dengan kemampuan siswa untuk

5 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: RajaGrafindo, 2010), h.139.

6 Zulkifli, http://blogzulkifli.wordpress.com/2011/06/08/teori-pemrosesan-informasi/ diakses pada 05/07/2014 pukul 22 : 09 WIB


(26)

memecahkan masalah dan siswa dalam belajar ditekankan supaya berpikir produktif.7

Model pembelajaran pemrosesan informasi dapat dinyatakan sebagai model pembelajaran yang menjelaskan bagaimana cara individu memberi respon yang datang dari lingkungannya dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan masalah serta penggunaan simbol-simbol verbal dan non verbal. Model ini memberikan kepada pelajar sejumlah konsep, pengetesan hipotesis, dan memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif.

Menurut Bruce Joyce and Weil dalam Indrawati menjelaskan tentang jenis-jenis model pembelajaran yang termasuk ke dalam model pemrosesan informasi. Model pembelajaran yang termasuk rumpun model pembelajaran pemrosesan informasi adalah :

1) Model Berpikir Induktif

Tokohnya adalah Hilda Taba. Model ini memiliki keunggulan melatihkan kemampuan menganalisis informasi dan membangun konsep yang berhubungan dengan kecakapan berpikir.

2) Model Latihan Inkuiri

Tokohnya adalah Richard Suchman. Model ini bertujuan untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif yang banyak diperlukan dalam kegiatan akademik.

3) Model Pembentukan Konsep

Tokohnya, Jerome Bruner, Goodnow, dan Austin. Model ini memiliki tujuan untuk kemampuan berpikir induktif, siswa dilatih untuk mempelajari konsep secara efektif.

4) Model Perkembangan Kognitif.

Tokohnya, Jean Pieget, Irving sigel, Edmund Sulivan, dan Lawrence Kohlberg, tujuannya adalah untuk meningkatkan perkembangan intelektual,

7 Indrawati, Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi,

(http://www.p4tkipa.net/modul/Tahun2005/SMP/Kimia/Model%20Pemrosesan%20Informasi.pdf) diakses pada 05/07/2014 pukul 22 : 15 WIB, h.4.


(27)

terutama penalaran logis, tetapi dapat pula diterapkan pada perkembangan sosial moral.

5) Model Advance Organizer

Tokohnya, David ausebel. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan mengolah informasi melalui penyajian materi beragam (ceramah, membaca, dan media lainnya) dan menghubungkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah ada.

6) Model mnemonics

Tokohnya,Pressley, Levin, dan Delaney. Model ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengingat dan mengasimilasi informasi.8

Model pemrosesan informasi menjelaskan bagaimana cara individu memberi respon yang datang dari lingkungannya dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan masalah. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran advance organizer termasuk dalam model pemrosesan informasi yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi kemampuan pemrosesan informasi guna menyerap dan mengkaitkan bidang-bidang pengetahuan. secara bermakna.

d. Strategi Model Pemrosesan Informasi

Setiap model pembelajaran memiliki strategi untuk mencapai tujuan penmbelajaran. Menurut Wawan, model proses informasi ini meliputi beberapa strategi pembelajaran, diantaranya:

1) Mengajar induktif, yaitu untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan membentuk teori.

2) Latihan inquiry, yaitu untuk mencari dan menemukan informasi yang memang diperlukan.


(28)

3) Inquiry keilmuan, bertujuan untuk mengajarkan sistem penelitian dalam disiplin ilmu, dan diharapkan akan memperoleh pengalaman dalam domai-domain disiplin ilmu lainnya.

4) Pembentukan konsep, bertujuan untuk mengembangkan intelegensi umum, terutama berpikir logis, aspek sosial dan moral.

5) Model advanced organizer bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memproses informasi yang efisien untuk menyerap dan menghubungkan satuan ilmu pengetahuan secara bermakna.9

Strategi-strategi model pemrosesan informasi tersebut digunakan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran yang bertujuan untuk memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.

2. Model Pembelajaran Advance Organizer

a. Advance Organizer

1) Pengertian Advance Organizer

Menurut Novak, advance organizer adalah jembatan kognitif yang digunakan guru untuk membantu membuat peserta didik membuat hubungan antara apa yang mereka tahu dan apa yang akan mereka pelajari. Menurut Ausubel advance organizer adalah materi yang diperkenalkan sebelum materi/konten yang asing sehingga memudahkan asimiliasi pengetahuan yang baru. Oleh karena itu, advance organizer bertindak sebagai pengait untuk penerimaan konten baru.10

Menurut Kirkman & Shaw dalam Dell„Olio mengemukakan bahwa

advance organizer tidak sama dengan ikhtisar atau rangkuman yang terdiri dari teks pada tingkat abstraksi yang sama sebagai bahan yang harus dipelajari ,

9 Wawan Danasasmita, op.cit ., h.5.

10Hudson Shihusa and Fred N. Kerato, Using Advance Organizers to Enhance Students‟ Motivation in Learning Biology, Eurasia Journal of Mathematics, Science&Technology


(29)

melainkan dirancang untuk menjembatani kesenjangan antara apa yang sudah siswa tahu dan apa yang dia perlu tahu sebelum ia berhasil mengerjakan tugas

yang diberikan.”11

Menurut Hansiswany dalam Sri Rahayu, “advance organizer adalah suatu rencana pembelajaran yang digunakan untuk menguatkan struktur kognitif siswa ketika mempelajari konsep-konsep atau informasi yang baru dan bagaimana sebaiknya pengetahuan itu disusun serta dipahami dengan benar. Advance organizer merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran untuk menyiapkan siswa melihat kebermaknaan konsep yang akan dipelajari dan menghubungkan dengan konsep yang sudah dimiliki.12

Advance organizer dapat dinyatakan sebagai sebuah alat yang digunakan sebelum kegiatan pembelajaran yang membantu menghubungkan antara apa yang akan dipelajari dan apa yang telah siswa ketahui.

Menurut Diptoadi dalam Djoko, strategi dalam pengorganisasian pembelajaran yang baik, yang dilatarbelakangi oleh teori Ausubel, harus memenuhi prinsip progressive differentiation dan integrative reconciliation. Kedua prinsip ini diduga kuat dapat memperkuat struktur kognitif siswa. Prinsip yang pertama berarti ide-ide yang sangat umum dari kegiatan pembelajaran kemudian disajikan pertama kali secara bertahap, dirinci dan dispesifikasi, sedangkan prinsip yang kedua berarti bahwa ide-ide yang sudah ada yang sebelumnya telah dipelajari kemudian dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada. 13

Pengorganisasian pembelajaran supaya dapat bermakna (meaningful) dan bukan hapalan (rote) maka hal yang harus dilakukan adalah mengaitkan bahan ajar yang kemungkinan bermakna dengan ide-ide yang ada pada struktur kognitif siswa. Kemudian mengaitkan sifat substansif bahan baru terhadap keterbatasan

11Dell „Olio and Tony Donk, Models of Teaching : Connecting StudentLearning With

Standards 2007, h. 393.

12 Sri Rahayu, Journal of Innovative Science Education, “Pengembangan Model Pembelajaran

Advance Organizer untuk Meningkatkan Aktivitas dan hasil Belajar Siswa Pokok Bahasan

Koloid”, 2012, h.29.

13Djoko Apriono, “Advance Organizer : Konsep, Komponen Model, dan Implementasi dalam


(30)

struktur kognitif. Salah satu strategi yang efektif yang bisa diimplementasikan adalah menggunakan advance oganizer.

2) Jenis – Jenis Advance Organizer

Memilih atau mendesain sebuah advance organizer itu sendiri juga sulit, karena sebuah advance organizer yang efektif harus sesuai dengan konten dan siswa. Karena advance organizer ini sebagai alat yang digunakan untuk menghubungkan pengetahuan yang akan diketahui siswa dan apa yang akan dipelajari oleh siswa maka pemilihan advance organizer sendiri harus tepat. Advance organizer tidak perlu panjang lebar tetapi harus bisa dirasakan secara sadar oleh siswa, dipahami dengan jelas, dan berhubungan dengan bahan organizer itu sendiri.

Adapun jenis-jenis advance organizer menurut Abdul Azis ada dua tipe yaitu expository organizer dan comparative organizer. Sebuah Expository organizer menyediakan informasi untuk mempelajari materi-materi yang tidak familiar.14 Contoh, jika kita ingin menjelaskan tentang fungsi jaringan hewan terlebih dahulu dijelaskan tentang struktur jaringan hewan. Kemudian Comparative organizers. Comparative organizers membandingkan dan mempertentangkan dua konsep, teori, atau proses untuk menghindari kebingungan yang ditimbulkan oleh kesamaan keduanya. Advance organizer merupakan alat untuk memberikan setting atau struktur familiar untuk mengaitkan materi baru yang berpotensi asing.15

3) Kelebihan dan Kekurangan Advance Organizer

Setiap hal pasti mempunyai kekurangan dan kelebihan, begitu juga dengan advance organizer. Menurut Joyce dalam Cahyo adapun kelebihan advance organizer diantaranya : (1) guru dapat mengontrol guru dapat mengontrol keleluasaan materi pembelajaran sehingga peserta didik dapat menguasai bahan pelajaran yang disampaikan. (2) Apabila materi pembelajaran cukup luas dan

14 Abdul Azis, “Model Advance Organizer dan Penerapannya dalam Pembelajaran”, Ta’allum, Vol.19, 2009, h.39.


(31)

waktu yang dimiliki luas maka teori ini sangat tepat dilakukan. (3) Peserta didik dapat mendengar melalui pearutan dalam suatu materi pembelajaran sekaligus peserta didik dapat melihat atau mengobservasi. (4) pembelajaran ini dapat digunakan dalam jumlah peserta didik yang cukup banyak. Selain kelebihan juga terdapat kekurangan, kekurangannya diantara lain : (1) materi pra syarat harus sudah diajarkan. (2) Harus ada kerjasama aktif antara guru dan peserta didik.16

b. Model Pembelajaran Advance Organizer

1) Pengertian Model Pembelajaran Advance Organizer

Model pembelajaran advance organizer dikembangkan oleh David Ausubel. Ia adalah seorang penganut aliran psikologi perkembangan kognitif. Ia menekankan bahwa pada cara verbal, yaitu suatu cara belajar yang menurut dia merupakan kenyataan dalam praktik pengajaran yang berlangsung di sekolah.

Menurut Hunaidah “model pembelajaran advance organizer adalah model pembelajaran yang menekankan pada cara belajar secara verbal bermakna, yaitu suatu cara belajar dan merupakan kenyataan dalam praktek pengajaran. Model advance organizer menekankan pada upaya membantu guru dalam menyajikan informasi secara bermakna dan efisien.”17 Jadi model pembelajaran ini membantu guru dalam menyajikan informasi secara verbal dan bermakna.

Menurut Ausubel dalam Bruce Joyce menjelaskan bahwa “model pembelajaran advance organizer dirancang untuk memperkuat struktur kognitif siswa. Pengetahuan siswa tentang topik tertentu pada waktu tertenu dan bagaimana mengorganisir secara baik, jelas, dan menstabilkan pengetahuan

tersebut.”18

Menurut Kirkman & Shaw dalam Dell„Olio menjelaskan bahwa “model pembelajaran advance organizer adalah model yang membantu siswa itu

16 Cahyo Budiarto, ”Implementasi Model Pembelajaran Advance Organizer PADA Materi Pokok Persamaan Kuadrat untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik X SMA,” Skripsi pada IAIN Walisongo Semarang, Semarang, 2010, h.25, tidak dipublikasikan.

17 Hunaidah M, “Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika dan Keterampilan Beriquiri melalui

Model Pembelajaran Advance Organizer pada Siswa SMAN 8 Kendari”,MIPA, Vol.7, No 2, Agustus 2008, h.177-184 .


(32)

mengorganisasikan informasi dengan menghubungkannya ke struktur kognitif yang lebih besar dan mencerminkan organisasi dari disiplin ilmu itu sendiri.19

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran advance organizer merupakan suatu cara belajar untuk memperoleh pengetahuan baru yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada dalam pembelajaran, artinya setiap pengetahuan mempunyai struktur konsep tertentu yang membentuk kerangka dari sistem pemrosesan informasi yang dikembangkan dalam pengetahuan (ilmu).

2) Tujuan Model Pembelajaran Advance Organizer

Setiap model pembelajaran pasti memiliki tujuan dan manfaat pembelajaran masing-masing. Begitu pula dengan model pembelajaran advance organizer. Model pembelajaran advance organizer memiliki mempunyai tiga tujuan sebagai berikut:

a) Memberikan arahan bagi siswa untuk mengetahui apa yang terpenting dari materi yang dipelajarinya.

b) Meng-highlight diantara hubungan-hubungan yang akan dipelajari c) Memberikan penguatan terhadap pengetahuan yang diperoleh/dipelajari.

Sedangkan manfaatnya adalah:

a) Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi belajar yang akan dipelajari siswa.

b) Dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang

sedang dipelajari siswa “saat ini” dengan “apa” yang akan dipelajari siswa.

c) Mampu membantu siswa untuk memahami bahan pelajaran secara lebih mudah20

19Dell „Olio and Tony Donk, op. cit., h. 388.

20Denny Munte, “Pengaruh Model Pembelajaran Advance Organizer Berbasis Mind Map Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Besaran Fisika Dan Satuannya Di Kelas X

Semester I Sma Negeri 5 Pematang Siantar T.P. 2012/2013”, Skripsi, pada Universitas Negeri Medan. Diakses dari http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-22515-BAB%20II.pdf pada 04/07/2014 pada pukul 01 :10 WIB, h. 15.


(33)

Menurut Syah dalam Herlina menjelaskan bahwa “model pembelajaran advance organizer dalam suatu pengajaran dimaksudkan untuk mempersiapkan mental siswa terhadap materi yang akan diberikan guru. Dalam model pembelajaran advance organizer guru memberikan informasi yang relevan dengan materi tersebut.”21 Berdasarkan pendapat tersebut, dalam model pembelajaran advance organizer guru bertugas untuk menyiapkan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa mudah untuk menerima informasi baru pada konsep yang disajikan guru.

Berbeda dari Syah, Suwama menyebutkan bahwa “model pembelajaran advance organizer bertujuan untuk memperkuat struktur kognitif siswa dan menambah daya ingat (retensi) siswa terhadap informasi yang bersifat baru.”22 Berdasarkan pendapat tersebut model pembelajaran advance organizer memiliki tujuan berbeda dari teori sebelumnya. Model advance organizer dirancang supaya pengetahuan yang baru bisa bertahan lama di dalam struktur kognitif siswa.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model advance organizer adalah model pembelajaran yang bertujuan untuk memperkuat struktur kognitif siswa dan dapat menghubungkan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa dengan konsep yang akan dipelajari siswa. Model advance organizer. Kemudian, dengan menggunakan model pembelajaran advance organizer diharapkan dalam struktur kognitif siswa akan tercipta kerangka berpikir tentang suatu topik pelajaran yang berguna untuk memulai suatu pelajaran baru dan mengaitkannya dengan pengetahuan yang relevan yang sebelumnya sudah ada di dalam stuktur kognitif siswa.

21 Herlina Kusuma Dewi, ”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Melalui Model Pembelajaran advance organizerdengan Peta Konsep,” Skripsi pada Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, 2011, h.16, tidak dipublikasikan.

22Suwama,” Pengaruh Pembelajaran dengan Starter Eksperimen Approach dan Advance

Organizer terhadap Hasil Belajar Biologi dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA”,

(http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_ipa/article/viewFile/482/274) diakses pada tanggal 07/07/2014 pukul 20: 10 WIB, h.5.


(34)

3) Tahapan Model Pembelajaran Advance Organizer

Perbedaan antara strategi, metode dan model salah satunya yaitu model pembelajaran memiliki sintak atau tahapan yang harus dilakukan. Tidak boleh ada yang dikurangi atau ditambahkan setiap tahapan dalam masing-masing model pembelajaran. Begitu pula dengan model pembelajaran advance organizer, model pembelajaran advance organizer juga memiliki tahapan-tahapan yang harus dilakukan.

Ausubel mengemukakan langkah-langkah yang harus dilalui dalam melaksanakan model advance organizer. Langkah-langkah yang harus dilalui dalam melaksanakan model advance organizer adalah23 :

Tabel 2.1 Tahapan model advance organizer

Tahapan Komponen

1. Mempresentasikan advance organizer

a. Mengklarifikasi tujuan-tujuan pengajaran b. Mengidentifikasi atribut-atribut pendefinisi c. Memberi contoh

d. Memberi konteks e. Mengulangi

f. Membangkitkan kesadaran pengetahuan dan pengalaman siswa yang relevan.

2. Mempresentasikan tugas/konten belajar

a. Mempresentasikan materi b. Mempertahankan perhatian c. Mengeksplisitkan organisasi

d. Mengeksplisitkan urutan logis dari materi belajar 3. Memperkuat

organisasi kognitif

a. Menggunakan rekonsiliasi integratif b. Mendorong belajar penerimaan aktif

c. Memunculkan pendekatan kritis terhadap materi d. Mengklarifikasi

Menurut Hidayat dalam Mawax tahapan dalam pembelajaran advance organizer terdapat tiga tahapan, yaitu mempresentasikan advance organizer, penyajian tugas atau bahan ajar, dan penguatan organisasi kognitif. 24 Tahap pertama yaitu mempresentasikan advance organizer, komponen pada tahap

23 Bruce Joyce, op. cit., h.256.

24 Mawax, (http://mawax.wordpress.com/2011/10/05/model-pembelajaran-advance-organizer/) di akses pada tanggal 06/07/2014 pukul 13 : 14 WIB


(35)

pertama diantaranta adalah mengklarifikasi tujuan pengajaran. Penjelasan tujuan pengajaran adalah suatu cara untuk memperoleh perhatian siswa dan memberikan prientasi kepada mereka terhadap tujuan pengajaran. Penjelasan tujuan ini juga penting bagi guru dalam merancang pengajarannya. Kemudian selanjutnya adalah menyampaikan advance organizer. Advance organizer adalah gagasan dalam dirinya sendiri dan, seperti materi pelajaran, harus dieksplorasi secara terampil. Ia juga harus dibedakan dari pernyataan-pernyataan pengenalan, yang hanya berguna untuk pelajaran tetapi tidak untuk advance organizer. Kemudian dalam

menyajikan advance organizer menurut Herlina dalam menyajikan organizer terdapat beberapa hal penting dan harus dilakukan yaitu : mengidentifikasi materi pelajaran, memberi contoh-contoh, menyediakan dan mengatur suasana dan konsep, dan mengulangi.25 Selanjutnya komponen membangkitkan kesadaran pengetahuan dan pengalaman siswa yang relevan. Pada bagian ini peran aktif siswa tampak dalam bentuk memberikan respon terhadap presentasi organizer yang diberikan oleh guru.

Pada tahap kedua penyajian tugas atau bahan ajar yang terdiri atas menyajikan bahan, mempertahankan perhatian, membuat organisasi secara eksplisit, dan menyusun urutan bahan ajar secara logis. Penyajian bahan belajar bisa dilakukan dengan ceramah, diskusi, film, percobaan, atau membaca. Selama presentasi bahan ajar kepada siswa perlu dibuat secara eksplisit sehingga mereka memiliki suatu pengertian secara keseluruhan tentang tujuan dan dapat melihat urutan logis tentang bahan dan bagaimana organisasi itu berkaitan dengan advance organizer.

Selanjutnya pada tahap ketiga adalah penguatan organisasi kognitif. Tujuan tahap ini adalah mengendapkan pengetahuan atau bahan baru ke dalam struktur kognitif yang ada pada siswa. Hal ini dilakukan dengan cara memperkuat struktur kognitif siswa. Dalam alur pengajaran yang berlangsung secara wajar, beberapa prosedur ini mungkin dikaitkan dengan tahap kedua. Namun demikian, Menurut Joyce, Weil, & Showers seperti yang dikutip Denny Munte, ingin menekankan bahwa mengolah kembali bahan baru merupakan suatu tugas


(36)

pengajaran yang terpisah dengan serangkaian kegiatan dan keterampilan itu sendiri.26 Pada tahap ketiga ini ada empat kegiatan yang dilakukan yaitu : (1) mendorong rekonsiliasi integratif (2) mempromosikan penerimaan belajar aktif, (3) memunculkan pendekatan kritis dengan materi pelajaran, dan (4) klarifikasi.

Rekonsiliasi integratif yaitu pengetahuan baru yang harus dihubungkan dengan isi materi pelajaran sebelumnya. Penyusunan ini berguna untuk mengatasi atau mengurangi pertentangan kognitif. Ada beberapa cara untuk mamfasilitasi rekonsiliasi integratif. 1) mengingatkan siswa tentang gagasan-gagasan (gambaran yang lebih besar); (2) meminta ringkasan tentang sifat-sifat penting materi pembelajaran baru; (3) mengulangi definisi-definisi yang tepat; (4) meminta perbedaan-perbedaan di antara aspek-aspek materi.

Pembelajaran aktif dapat ditingkatkan dengan (1) meminta siswa untuk memasok tambahan contoh konsep dalam materi pembelajaran baru; (2) meminta siswa untuk menggambarkan bagaimana cara pembelajaran baru dihubungkan dengan aspek pengetahuan mereka atau pengalaman pribadi mereka; (3) meminta siswa untuk memberikan materi secara lisan dan menerjemahkannya ke dalam istilah mereka sendiri dan kerangka acuan sendiri.

Pendekatan kritis terhadap pengetahuan dapat dilatih dengan meminta siswa mengenali asumsi-asumsi atau kesimpulan-kesimpulan yang mungkin dibuat dalam materi pembelajaran, mempertimbangkan atau menantang asumsi-asumsi dan kesimpulan- kesimpulan ini, dan mendamaikan kotradiksi antar keduanya.

4) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Advance Organizer

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model advance organizer dalam pengajaran adalah sebagai berikut:

a) Siswa dapat berinteraksi dengan memecahkan masalah untuk menemukan konsep-konsep yang dikembangkan

b) Dapat membangkitkan perolehan materi akademik dan keterampilan sosial siswa


(37)

c) Dapat mendorong siswa untuk mengetahui jawaban pertanyaan yang diberikan (siswa semakin aktif)

d) Dapat melatih siswa meningkatkan keterampilan siswa melalui diskusi e) Meningkatkan ketrampilan berfikir siswa baik secara individu mupun

kelompok

f) Menambah kompetensi siswa dalam kelas.

Namun sebagai model pembelajaran, advance organizer juga memiliki kekurangan dalam proses pengajaran, yaitu dibutuhkan control yang intensif dari guru, sehingga bila siswa terlalu banyak, proses pembelajaran kurang efektif.27

5) Dampak Model Pembelajaran Advance Organizer

Salah satu ciri model pembelajaran yaitu mempunyai dampak di dalam pembelajaran. Menurut Solihah dalam Mawax ada dua dampak model pembelajaran advance organizer.

a) Dampak instruksional

Dampak instruksional dari model ini yaitu ide/gagasan yang pernah dipelajari digunakan sebagai organizer dan dipresentasikan secara jelas seperti halnya dalam mempresentasikan materi pelajaran. Sehingga siswa mampu menggunakan struktur kognitif mereka untuk menunjang materi baru. b) Dampak pengiring

Dampak model ini secara tidak langsung siswa memperoleh kemampuan untuk belajar dari membaca, dan media lain yang digunakan dalam penyajian pembelajaran. Hal ini akan membangkitkan kesadaran akan pengetahuan yang relevan dan sikap kritis dalam belajar


(38)

c. Peta Konsep

1) Pengertian Peta Konsep

Menurut Martin dalam Trianto menyatakan bahwa peta konsep adalah ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama.28

Menurut Martinis Yasmin menyatakan bahwa peta konsep adalah menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dapat dihubungkan antara satu dengan yang lainnya sehingga membentuk proposisi.29

Menurut beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa peta konsep merupakan diagram yang menunjukkan hubungan antara konsep-konsep yang mewakili dalam pembelajaran.

2) Membuat Peta Konsep

Menurut Arends dalam Trianto langkah-langkah dalam membuat peta konsep adalah sebagai berikut30 :

Tabel 2.2 Langkah-langkah dalam membuat peta konsep

Langkah Keterangan

1 Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep. Contoh : ekosistem

2 Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama. Contoh : individu, populasi, dan komunitas

3 Tempatkan ide-ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut

28 Trianto, loc. cit, h.158

29 Martinis Yasmin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada

Press,2004), h.119.


(39)

4 Kelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama

Peta konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna. Oleh karena itu, setiap siswa hendaknya pandai menyusun peta konsep untuk meyakinkan bahwa pada siswa hal tersebut telah berlangsung. Bagaimana mengajarkan membuat peta konsep akan dibahas

di bawah ini:

a) Pilihlah suatu bacaan dari buku pelajaran b) Tentukan konsep-konsep yang relevan

c) Urutkan konsep-konsep itu dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif atau contoh-contoh.

d) Susunlah konsep-konsep itu di atas kertas, mulai dengan konsep yang paling inklusif di puncak ke konsep yang paling tidak inklusif

e) Hubungkanlah konsep-konsep itu dengan kata-kata atau kata-kata penghubung.31

3) Kegunaan Peta Konsep

Menurut Dahar dalam Zulfianim dalam pendidikan peta konsep dapat diterapkan untuk berbagai tujuan. Manfaat peta konsep antara lain :

a) Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa. Berdasarkan peta konsep yang dihasilkan oleh para siswa, guru dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan para siswa tentang pokok bahasan yang akan diajarkan.

b) Mempelajari cara belajar. Peta konsep sesungguhnya harus dibuat oleh siswa untuk mengungkapkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi. Dengan cara ini dapat diketahui kekurangan dalam mengaitkan konsep-konsep dan guru dapat menyaranlan agar siswa bersangkutan lebih baik dalam belajar.

c) Mengungkapkan miskonsepsi atau konsepsi yang salah. Peta konsep dapat mengungkapkan konsepsi yang salah yang terjadi pada siswa. Konsepsi yang


(40)

salah biasanya timbul karena terdapat kaitan antara konsep-konsep yang mengakibatkan proposisi yang salah.

d) Alat evaluasi. Peta konsep dapat digunakan sebagai alat evaluasi. Menurut Novak dalam Zulfiani memperhatikan empat kriteria penilaian yaitu : (1) kesahihan proposisi, (2) adanya hierarki, (3) adanya kaitan silang, (4) adanya contoh-contoh.32

Selain itu, menurut M. Safdar dkk mempunyai pendapat lain tentang kegunaan peta konsep yaitu:

a) Mengkonstruksi pengetahuan: bagaimana siswa membangun pengetahuan mereka

b) Belajar

c) Evaluasi (mengevaluasi bagaimana siswa mengatur pengetahuan mereka d) Penilaian: digunakan sebagai penilaian yang dilakukan sebelum dan sesudah

tentang apa yang sudah siswa pelajari e) Catatan pemahaman

f) Pemecahan masalah g) Aplikasi,

h) Integrasi i) Instruksi33

4) Rubrik Peta Konsep

Penilaian peta konsep menurut Novak dan Gowen seperti yang dikutip oleh Calvin Hall adalah :

a) Proposisi adalah dua konsep yang dihubungkan oleh kata penghubung. Proposisi dikatakan sahih jika menggunakan kata penghubung yang tepat. Untuk setiap proposis yang sahih diberi skor 1.

b) Hirarki adalah tingkatan dari konsep yang paling umum sampai konsep yang paling khusus. Urutan penempatan konsep yang lebih umum dituliskan di atas

32 Zulfiani, loc. cit. h.32.

33 Safdar et al., European Journal of Education Research Concept Maps : An Instructional Tool to Facilitate Meaningful Learning, 2012, Vol 1. h. 58.


(41)

(42)

3. Belajar

Belajar merupakan kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

masyarakat. Bagi pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan kata yang tidak terpisahkan. Semua kegiatan baik di masyarakat dan menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal terdapat proses belajar. Kegiatan belajar dilakukan setiap waktu sesuai keinginan.

Masalah pengertian belajar, para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing. Para ahli mempunyai teori masing-masing dan alasan mengapa mereka mengemukakan teori tersebut, dan tentunya teori tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Beberapa pendapat ahli mengenai pengertian belajar adalah :

a) Cronbach berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman;

b) Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training. Belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Sedangkan Geoch merumuskan learning is change is performance as a result of practice;

c) Drs.Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar. Menurut beliau belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.35

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan seorang individu akibat adanya interaksi dengan lingkungannya dan hasil dari pengalaman.

35 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2011), Ed. Rev., cet. 3, h.12.


(43)

a. Belajar Bermakna

Menurut Dahar dalam Ariyanto, Demensi pertama tentang cara penyajian informasi atau materi kepada siswa. Demensi ini meliputi belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final dan belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang diajarkan Demensi kedua, tentang cara siswa mengkaitkan materi yang diberikan dengan struktur kognitif yang telah dimilikinya. Jika siswa dapat menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan yang telah dimilikinya maka dikatakan terjadi belajar bermakna. Tetapi jika siswa menghafalkan informasi baru tanpa menghubungkan pada konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya maka dikatakan terjadi belajar hafalan.36

Setelah melihat beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa substansi teori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna. Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Bermakna

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif itu; demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. Jika struktur kognitif itu stabil, dan diatur dengan baik, maka arti-arti yang sahih dan jelas atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya jika struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan, dan tidak teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat belajar dan retensi37

36 Ariyanto, Penerapan Teori Ausubel pada Pembelajaran Pokok Bahasan

Pertidaksamaan Kuadrat di SMU, Seminar Nasional Pendidikan Matematika, 2012, h.56. 37http://kuliahgratis.net/teori-belajar-bermakna-menurut-ausubel/ diakses pada 06/07/2014 pukul 21 :27 WIB


(44)

c. Belajar dan Pembelajaran Bermakna (Meaningful Learning)

Belajar bermakna (meaningfull learning) pada dasarnya merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan substanstif antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Proses belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka (root learning), namun berusaha menghubungkan konsep-konsep tersebut menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang telah dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan.

Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna, maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan. Bila tidak dilakukan usaha untuk memadukan pengetahuan baru dengan konsep-konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa, maka pengetahuan baru tersebut cenderung akan dipelajari secara hafalan.

Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang akan dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.38

d. Syarat – Syarat Belajar Bermakna

Menurut Rosser dalam Ariyanto belajar bermakna dapat terjadi bila memenuhi tiga komponen yaitu materi pelajaran harus bermakna secara logis, siswa harus bertujuan untuk memasukkan materi itu kedalam struktur kognitifnya dan dalam struktur kognitif siswa harus terdapat unsur-unsur yang cocok untuk mengkaitkan atau menghubungkan materi baru secara nonarbitrar dan substantif.


(45)

Jika salah satu komponen tidak ada,maka materi itu akan dipelajari secara hafalan. Materi yang nonarbitrar adalah materi yang konsisten dengan yang telah diketahui, sedangkan materi yang substantive adalah materi yang dapat dinyatakan dalam berbagai cara tanpa mengubah artinya.39

Menurut Ausubel dan Novak ada tiga kebaikan belajar bermakna, yaitu: 1) Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat;

2) Informasi baru yang telah dikaitkan dengan konsep-konsep yang relevan sebelumnya dapat meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya sehingga memudahkan proses belajar mengajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip;

3) Informasi yang dilupakan setelah pernah dikuasai sebelumnya masih meninggalkan bekas, sehingga memudahkan proses belajar mengajar untuk materi pelajaran yang mirip walaupun telah lupa.40

4. Hasil Belajar

a) Pengertian Hasil Belajar

Menurut Bloom dalam Agus, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakteriasasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-outline, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap.41

39 Ariyanto, op.cit ., h.58.

40 Ratna WIlis Dahar, op.cit., h.98.

41 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2012), Cet.10. h.6.


(46)

Hasil belajar digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran demikian dimungkinkan karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan.42

Setelah melihat beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu tujuan yang ingin dicapai oleh suatu proses pembelajaran. Hasil belajar yang baik tentu diharapkah oleh semua guru yang telah melaksanakan proses pembelajaran. Kemudian hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena siswa mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

b) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya Psikologi Belajar menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor lingkungan, faktor instrumental, kondisi fisiologis, dan kondisi psikologis.43 1) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkungannya anak didik berinteraksi dalam mata rantai yang disebut ekosistem. Selama hidup, anak didik tidak bisa menghindarkan diri dari lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Kedua lingkungan ini memberikan pengaruh terhadap belajar anak di sekolah.

2) Faktor instrumental

Faktor intrumental merupakan faktor yang berasal dari sekolah, baik dari tujuan pembelajaran maupun fasititas yang ada di sekolah. Faktor

42 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), Cet.3, h.44. 43 Syaiful Bahri Djamarah, op.cit, h. 176.


(47)

instrumental terdiri dari kurikulum, program pendidikan, darana dan prasarana serta guru.

3) Kondisi fisiologis

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Tentu akan berbeda hasil yang didapatkan dari orang yang belajar dalam keadaan segar jasmaninya dengan orang yang dalam keadaan kelelahan.

4) Kondisi psikologis

Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologiis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Faktor psikologis sebagai faktor yang berasal dari dalam merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seseorang. Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Hudson Shihusa dan Fred N Keraro dengan

judul “Using Advance Organizers to Enhance Students’ Motivation in Learning Biology” mengemukakan bahwa ada perbedaan yang signifikan yang telah diidentifikasi antara kelompok sarana siswa yang diajarkan dengan menggunakan advance organizer dan mereka yang diajar dengan pembelajaran konvensional. Jadi advance organizer dapat meningkatkan motivasi belajar biologi siswa dibandingkan dengan metode mengajar konvensional

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Hunaidah M dengan judul

“Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika dan Keterampilan Berinquiri Melalui Model Pembelajaran Advance Organizer pada Siswa SMAN 8 Kendari” menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran advance organizer dapat meningkatkan aktivitas guru selama dalam pembelajaran, meningkatkan keterampilan inquiri siswa selama dalam pembelajaran dan peningkatan hasil belajar siswa.


(48)

Penelitian Napsin Palisoa dengan judul “Strategi Advance Organizer dalam Pembelajaran Kimia” menyimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran dan strategi Advance Organizer digunakan oleh guru dalam merancang pembelajaran dan sebagai inovasi dalam pembelajaran untuk membantu siswa meningkatkan konsep baru dan menghubungkannya dengan konsep-konsep lama yang telah dimiliki.

Selanjutnya, penelitian Zuhairi dengan judul “Pembelajaran Model Advance Organizer dan Model Tradisional pada mata pelajaran IPS di MIN” menyimpulkan bahwa model pembelajaran advance organizer mejadikan siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan memudahkan siswa memahami pelajaran. Penelitian yang dilakukan oleh H.Banjarnahor dengan judul “Application of Learning Model of Advance Organizer and Concept Map Media ti Increase Motivation and Learning Achievement of Junior High School Students in Mathematics” menyimpulkan bahwa penerapan model advance organizer dengan menggunakan media peta konsep dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan bangun datar segi empat di kelas VII SMP Negeri 22 Kecamatan Percut Sel Tuan Kabupaten Deli Serdang.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Sri Rahayu dkk dengan judul

“Pengembangan Model Pembelajaran Advance Organizer untuk Meningkatkan

Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa” menyimpulkan bahwa pengembangan model

pembelajaran advance organizer pada pelajaran kimia pokok bahasan koloid dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat meningkatkan aktivitas siwa dalam kegiatan pembelajaran.

C. Kerangka Berfikir

Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pembelajaran yang biasa digunakan yaitu dengan metode ceramah yang dapat diindikasikan sebagai salah satu faktor yang dapat menghambat proses pemahaman siswa terhadap konsep yang diajarkan.


(49)

Untuk menambah pemahaman konsep siswa SMA Kelas XI pada konsep sistem pencernaan manusia harus memperhatikan beberapa faktor yang memengaruhinya. Konsep sistem pencernaan dianggap sebagai salah satu konsep yang cukup sulit, karena siswa dituntut memiliki pemahaman konsep materi yang cukup baik. Tingkat kesulitan yang cukup tinggi ini mengharuskan proses belajar tidak terjadi hanya satu arah yang menyebabkan hanya terjadi proses transfer informasi dan belajar hapalan. Tetapi terjadi pembelajaran aktif sehingga terjadi interaksi antara guru dan siswa. Pembelajaran bermakna bisa menjadi salah satu alternatif di dalam pembelajaran agar siswa lebih memahami konsep. Pembelajaran bermakna tidak hanya memahami konsep tetapi juga bagaimana mengaitkan pengetahuan yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa dengan pengetahuan yang akan dipelajarinya. Oleh karena itu diperlukan suatu model pembelajaran yang bisa menjadikan siswa mengalami pembelajaran bermakna.

Model pembelajaran advance organizer menekankan pada proses pembelajaran yang bermakna. Yaitu suatu model yang disetiap sintak pembelajarannya membantu siswa untuk memperkuat kemampuan kognitifnya. Sehingga dengan demikian, melalui model pembelajaran ini hasil belajar siswa dalam ranah kognitif akan ditingkatkan dan tujuan akhirnya siswa akan memahami konsep pelajaran dengan baik.

Peta konsep merupakan salah satu alat agar pembelajaran bermakna dapat

terjadi karena pengetahuan atau informasi “baru” dengan pengetahuan terstruktur

yang telah dimiliki oleh siswa dapat saling berkaitan sehingga menjadi lebih diserap dan dipahami oleh siswa. Oleh sebab itu, dalam hal ini alternatif pembelajaran yang dapat digunakan untuk membuat belajar menjadi lebih bermakna adalah model pembelajaran advance organizer yang dalam implikasinya di dalam penelitian ini menggunakan peta konsep.

Sehingga dengan mengintegrasikan antara model pembelajaran advance organizer dan peta konsep diharapkan hasil belajar biologi siswa dapat meningkat. Adapun skema berpikir sebagai berikut :


(50)

Gambar 2.2 Skema Kerangka Teoritis

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan di atas, maka

dirumuskan hipotesis sebagai berikut “terdapat pengaruh positif penggunaan model pembelajaran advance organizer dengan peta konsep terhadap hasil belajar siswa SMA Kelas XI dalam konsep Sistem Pencernaan”.

Model advance organizer dengan peta

konsep

Pembelajaran bermakna, penstrukturan kognitif,asimilasi bermakna dari informasi dan ide


(51)

37

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014, yaitu pada bulan Januari sampai Februari. Tempat penelitian adalah SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan yang beralamat di Jalan Cireundeu Raya 5, Ciputat Timur - Tangerang Selatan.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen atau eksperimen semu. Seperti halnya dalam riset-riset yang menggunakan pendekatan kuantitatif, riset yang menggunkan kuasi eksperimen juga melibatkan kegiatan pengukuran variabel, terutama variabel terikat.

Penelitian kuasi eksperimen dalam menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dilakukan secara acak dalam memasukannya (nonrandom assignment)1, hal inilah yang membedakannya dengan true experiment. Desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent (pre-test and post-test) control group design. Dalam rancangaan ini, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diseleksi tanpa prosedur penempatan acak (without random assignment). Pada dua kelompok tersebut sama-sama dilakukan pretest dan posttest dan kelompok yang mendapatkan perlakuan (treatment) hanya kelompok eksperimen.2Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.3 Berikut desain kuasi ekperimen yang dilakukan dalam penelitian ini:

1John W. Creswell, Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, terj. Achmad Fawaid, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 238.

2Ibid., h. 242.

3 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung : Alfabeta, 2011) h. 114.


(52)

Tabel 3.1 Tabel Desain Penelitian

Group Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O1 X2 O2

Keterangan :

O1= Tes diberikan sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, diberukan

kepada dua kelompok (eksperimen dan kontrol).

O2= Tes diberikan setelah kegiatan belajar mengajar, diberikan kepada

kedua kelompok (eksperimen dan kontrol)

X= Treatment di kelas eksperimen berupa penggunaan model advance organizer dengan peta konsep dalam pembelajaran (X1) dan

kelompok kontrol (X2 ) menggunakan model konvensional berupa

metode ceramah dan diskusi kelompok.

Berdasarkan tabel 3.1, sebelum diberi perlakuan kedua kelas tersebut (eksperimen dan kontrol) dilakukan tes awal (pretest). Fungsi pretest tesebut untuk mengukur sejauh mana kemampuan awal siswa terhadap materi yang akan diajarkan. Kemudian pada kegiatan pembelajaran, kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model advance organizer dengan peta konsep dalam pembelajaran. Sedangkan pada kelas kontrol dengan menggunakan model konvensional yaitu berupa metode ceramah dan diskusi kelompok. Setelah diberi perlakuan pada kedua kelas sampel penelitian, kemudian dilakukan tes akhir berupa posttest. Pemberian posttest bertujuan untuk mengetahui kemampuan dan hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMA Negeri 8 Tangerang Selatan semester genap tahun ajaran 2013/2014. Sedangkan populasi


(53)

terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 8 Tangerang Selatan kelas XI IPA tahun ajaran 2013/2014.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.4 Untuk memudahkan pengambilan dan pengolahan data, peneliti mengambil dua kelas dari tiga kelas XI IPA yang ada di SMA Negeri 8 Tangerang Selatan sebagai sampel penelitian. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas XI IPA 1 dan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrol yaitu kelas XI IPA 2. Pemilihan sampel kelas dilakukan secara acak (Random Sample) dengan menuliskan nama kelas di kertas yang kemudian digulung dan dikocok, nama kelas yang keluar pertama sebagai kelas kontrol dan nama kelas kedua keluar sebagai kelas eksperimen. Diharapkan sampel yang nantinya terpilih merupakan sampel yang dapat mewakili dari keseluruhan populasi yang ada di SMA Negeri 8 Tangerang Selatan.

D. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan Penelitian

Langkah awal pada tahap persiapan adalah mengurus surat izin penelitian. Kemudian melakukan survei tempat penelitian untuk memohon izin uji coba instrumen dan melaksanakan penelitian. Langkah selanjutnya, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan dalam teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut. a. Dibuat instrumen penelitian, yaitu tes pilihan ganda yang akan divalidasi oleh

ahli.

b. Setelah didapatkan validasi dari ahli, dilakukan uji coba instrumen pada kelompok yang telah mendapatkan materi sistem pencernaan.

c. Selanjutnya, dilakukan analisis data hasil uji coba instrumen untuk menentukan soal-soal yang akan digunakan dalam penelitian.


(54)

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Beberapa langkah yang harus dilakukan pada tahap pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut.

a. Ditentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen.

b. Masing-masing kelas diberikan pretest dengan menggunaan soal yang telah dilakukan uji validitas dan reabilitas.

c. Diberikan perlakuan yang berbeda pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional, video, power point, dan LKS. Sedangkan kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran advance organizer dengan peta konsep, video, power point, LKS, dan peta konsep.

d. Diberikan postest kepada masing-masing kelas yang telah diberi perlakuan.

3. Tahap Akhir Penelitian (Pengolahan Data)

Setelah kedua kelompok melaksanakan tes akhir (postest), langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data hasil postest dengan menggunakan uji statistik. Setelah itu, dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan sesuai dengan hipotesis penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui tes hasil belajar Biologi pada sistem pencernaan yang berupa tes pilihan ganda. Tes tersebut berjumlah 25 soal dengan 5 alternatif jawaban. Tes ini dilakukan di awal penelitian (pretest) dan di akhir penelitian (postest).

F. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini, terdapat dua variabel yang menjadi fokus penelitian, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel bebas (X) : Model Pembelajaran Advance Organizer dengan peta konsep


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pembelajaran Model Advance Organizer terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Protista

0 16 225

Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VII Di SMP Negeri 142 Jakarta.

0 4 239

Pengaruh pembelajaran model advance organizer terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep protista : Eksperimen di SMAN 9 Kota Tangerang

0 30 225

EFEK MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA.

0 2 25

EFEK MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBASIS PETA KONSEP DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA.

1 8 30

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBASIS PETA PIKIRAN TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN.

0 1 8

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETA KONSEP DAN STUDENT EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETA KONSEP DAN STUDENT TEAM HEROIC LEADERSHIP YANG DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP

0 0 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Dengan Peta Konsep Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika (PTK di

0 0 17

PEMBELAJARAN MODEL ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETAKONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PEMBELAJARAN MODEL ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 3 SUKOHARJO.

0 1 8

PEMBELAJARAN MODEL ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETAKONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PEMBELAJARAN MODEL ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 3 SUKOHARJO.

0 2 145