PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER DALAM PEMBELAJARAN SISTEM SARAF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN MEMBUAT PETA KONSEP DAN RETENSI PENGETAHUAN SISWA.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK………... i
KATA PENGANTAR……… ii
DAFTAR ISI………... v
DAFTAR TABEL………... viii
DAFTAR GAMBAR……….. ix
BAB I PENDAHULUAN………... 1
A. Latar Belakang……… 1
B. Rumusan Masalah………... 6
C. Pertanyaan Penelitian…...……….. 6
D. Batasan Masalah ……….... 7
E. AsumsiPenelitian..……….. 8
F. Hipotesis Penelitian ………... 8
G. Tujuan Penelitian ………... 8
H. Manfaat Penelitian ………. 9
BAB II MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER, PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN MEMBUAT PETA KONSEP, RETENSI, DAN KONSEP SISTEM SARAF ………... 11
A. Model Pembelajaran Advance Organizer…..………... 11
B. Penguasaan Konsep .………... 16
(2)
D. Retensi………...….………... 18
E. Konsep Sistem Saraf …………...………... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…….……… 34
A.Definisi Operasional………..……… 34
B.Metode dan Desain Penelitian ……….. 35
C.Populasi dan Sampel Penelitian..……….. 36
D.Lokasi Penelitian……….………... 37
E.Instrumen Penelitian ………. 37
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ……….. G.Uji Coba Instrumen ……….. 39 42 H.Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ………. 47
I. Alur Penelitian ……….. 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 55
A.Hasil Penelitian ………... 55
1) Peningkatan Penguasaan Konsep dan Retensi Pengetahuan Siswa ………. 55
2) Kemampuan Membuat Peta Konsep Sistem Saraf Manusia ………. 59
3) Hasil Analisis Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Menggunakan Model Advance Organizer pada Materi Sistem Saraf ……….. 63
B.Pembahasan Hasil Analisis Data Penelitian ……….…… 65
1) Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa ………. 65
2) Kemampuan Membuat Peta Konsep Sistem Saraf Manusia ……… 71
3) Kemampuan Retensi Siswa ………. 76
4) Kelebihan dan Kelemahan Model Advance Organizer ……… 79
(3)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………...
DAFTAR PUSTAKA………... LAMPIRAN……….... RIWAYAT HIDUP………....
83
87 91 173
(4)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.6.
3.7. 3.8. 3.9. 4.1.
Desain Penelitian ………....
Kriteria Koefisien Korelasi ………....
Interpretasi Reliabilitas ………. Interpretasi Tingkat Kesukaran (TK) Butir Soal …………... Interpretasi Daya Pembeda (DP) Butir Soal …………...
Hasil Analisis Uji Coba Soal Tes Penguasaan Konsep Materi Sistem Saraf ………... Kategori Nilai N-Gain ………...
Predikat Skor Peta Konsep ……….. Predikat Skor Retensi ………..
Rekapitulasi Rerata Nilai Kemampuan Penguasaan Konsep
Siswa ……….
35 43 43 44 45
46 49 45 51
(5)
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1. Proses-proses Mengingat ……… 19
2.2. Sel Saraf ….….………...... 22
2.3. 2.4. 2.5. Saraf Sensoris yang Menerima Rangsang dari Indera…………... Perbedaan Konsentrasi Ion Antar Membran Plasma……….. Proses Sinapsis Kimiawi dalam Transfer Ca2+………... 25 28 31 3.1. Alur Penelitian ………... 54
4.1 Perbandingan Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest serta N-Gain Kemampuan Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Sistem Saraf di Kelas Perlakuan……….………. 56
4.2. Perbandingan Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest Penguasaan Konsep dan Nilai Retest 1 dan Retest 2 Siswa pada Materi Sistem Saraf di Kelas Perlakuan ……….. 58
4.3. Perbandingan Persentase Skor Peta Konsep pada Tes Awal dan Tes Akhir ………... 62
4.4. Grafik Sebaran Nilai Pretest……….. 68
4.5. Grafik Sebaran Nilai Posttest………. 69
4.6. Grafik Sebaran Nilai Retest 1………. 77
(6)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep sistem saraf dalam mata pelajaran Biologi SMA merupakan materi yang kompleks dan memiliki banyak keterkaitan dalam informasi didalamnya. Materi sistem saraf merupakan materi yang proses didalamnya sulit diamati dan merupakan salah satu materi yang penting untuk dapat memahami konsep biologi selanjutnya terutama fisiologi hewan (Mulyani, 2009). Berdasarkan hasil observasi di lapangan dengan menggunakan angket pengetahuan awal materi sistem saraf dan proses wawancara langsung, siswa banyak mengalami kesulitan dalam memahami keterkaitan antar konsep sistem saraf. Guru tidak banyak memberikan penjelasan berupa contoh ataupun gambar proses sistem saraf sehingga siswa kesulitan dalam membayangkannya. Hal tersebut menyebabkan pencapaian nilai menjadi rendah dan harus dibantu dengan penambahan kegiatan remedial. Peneliti telah melakukan pengukuran pengetahuan awal siswa SMA mengenai konsep sistem saraf dengan menggunakan angket dan dilakukan sebelum penelitian dimulai. Hasil angket pengetahuan awal menyatakan bahwa mayoritas siswa belum memahami dan hanya sebatas menghafal. Perlu adanya pembelajaran materi sistem saraf yang lebih bermakna agar siswa paham dan mampu mengaplikasikan materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti dalam teori Ausubel dalam Dahar (1996) bahwa belajar harus lebih bermakna dengan cara mengaitkan informasi baru dengan konsep yang relevan
(7)
dalam struktur kognitif seseorang. Adanya pembelajaran bermakna diharapkan peneliti mampu meningkatkan penguasaan konsep siswa terkait dengan mata pelajaran Biologi untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, guru sebaiknya banyak mencari metode atau model pembelajaran yang sesuai untuk membuat siswa mengerti, mengetahui keterkaitan antar konsep dan mampu mengaplikasikan konsep sistem saraf dalam kehidupan nyata.
Model pembelajaran diartikan sebagai suatu rencana mengajar yang memperlihatkan pembelajaran tertentu di kelas. Model pembelajaran sesungguhnya disusun untuk mengarahkan proses belajar dimana guru membantu siswa untuk memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, dan mengekspresikan dirinya (Rusman, 2010). Terdapat empat kelompok model-model pembelajaran yang dikemukakan oleh Joyce, Weil & Calhoun (2009), salah satunya yaitu Model Pengajaran Memproses Informasi yang penekanannya pada berpikir produktif dengan menggunakan keterampilan intelektual umum yang semuanya berasal dari struktur kognitif seseorang. Model pembelajaran dalam kelompok ini diantaranya concept attainment, inductive thinking, inquiry training, memory model dan Advance Organizer. Rumpun model pemrosesan informasi ini membantu mengembangkan kecakapan berpikir seseorang dan banyak digunakan dalam pembelajaran IPA karena lebih menekankan bagaimana seseorang berpikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah informasi (Indrawati, 2005). Salah satu model pembelajaran dalam rumpun pemrosesan informasi adalah model Advance Organizer, dimana guru melakukan sebuah pengaturan awal terhadap proses belajar siswa, misalnya dengan membuat organisasi materi
(8)
sebaik mungkin yang dihubungkan dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
Ausubel dalam Dahar (1996) memperkenalkan model Advance Organizer dimana guru mengarahkan siswa pada materi yang akan mereka pelajari dan menolong mereka untuk mengingat kembali materi yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru. Guru menyajikan kerangka konsep yang umum dan menyeluruh untuk materi baru dengan sebelumnya membantu siswa mengingat kembali materi relevan yang dimilikinya. Selanjutnya guru melakukan penyajian materi yang lebih spesifik dengan memancing dan mendorong pengetahuan dan pengalaman dari siswa (Indrawati, 2005). Model Advance Organizer memiliki tahapan pembelajaran yang sederhana seperti yang telah dikemukakan di atas, sehingga diharapkan guru biologi SMA akan mudah menerapkannya dalam pembelajaran sehari-hari (Indrawati, 2005).
Penggunaan Model Advance Organizer pernah dilakukan oleh Coffey dan Canas (2002) untuk menarik minat siswa terhadap pelajaran komputer dan teknologi, dimana penyajian model Advance Organizer menggunakan multimedia interkatif berupa peta konsep. Selain itu, penggunaan Advance Organizer yang pernah dilakukan oleh Shihusa dan Keraro (2009), dapat membuktikan bahwa model tersebut meningkatkan motivasi siswa SMP terhadap pelajaran Biologi terutama dalam mempelajari materi polusi. Model Advance Organizer juga terbukti dapat meningkatkan hasil belajar dan retensi pengetahuan siswa SMP secara signifikan dalam mata pelajaran Kimia (Oloyede, 2011). Pembelajaran Advance Organizer yang digunakan menggunakan media gambar dan peta konsep
(9)
untuk materi siklus energi dan hasilnya membuktikan bahwa siswa laki-laki maupun perempuan menyukai cara pembelajaran tersebut (Oloyede, 2011). Berdasarkan beberapa penelitian diatas, diketahui bahwa peningkatan penguasaan konsep, motivasi dan hasil belajar siswa banyak dijadikan acuan untuk menganalisis efektifitas penggunaan model pembelajaran Advance Organizer.
Salah satu evaluasi alternatif yang bisa dilakukan dalam penelitian untuk mengukur penguasaan konsep siswa mengenai materi pembelajaran adalah dengan membuat peta konsep (Ali, 2004). Dahar (1996) menyebutkan bahwa peta konsep dapat menghubungkan antar konsep dalam bentuk penjelasan proposisi-proposisi materi dan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa agar belajar menjadi lebih bermakna. Siswa yang sudah mempelajari materi tertentu dapat diukur pemetaan pemahamannya melalui pembuatan peta konsep (Dahar, 1996). Adanya pemetaan pemahaman siswa diharapkan dapat membantu guru untuk selanjutnya mengembangkan materi yang belum dikuasai oleh siswa dan melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran. Model Advance Organizer dapat dianggap semacam pertolongan mental awal yang disajikan sebelum materi baru. Model pembelajaran ini memberikan sebuah pengaturan awal yang terorganisir dan dapat mengembangkan pengetahuan siswa dengan memanfaatkan pengetahuan sebelumnya yang sudah didapatkan (Joyce, Weil & Calhoun, 2009). Adanya perkembangan pengetahuan siswa diharapkan dapat membantu penguasaan konsep siswa yang diukur melalui pembuatan peta konsep dan hasil tes objektif.
(10)
Retensi pengetahuan merupakan salah satu fase penerimaan pengetahuan seseorang dimana terjadi pemindahan informasi dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Kemampuan retensi pengetahuan seseorang yang tinggi terhadap suatu informasi akan mempermudah penggunaan informasi tersebut pada kehidupan nyata (Custers, 2010). Pembelajaran yang bermakna dan disajikan dengan adanya keterkaitan antar konsep akan mampu meningkatkan retensi pengetahuan (Dahar, 1996). Materi sistem saraf yang memiliki keterkaitan antar konsep yang disajikan dengan proses belajar bermakna dan aktif melalui model Advance Organizer diharapkan peneliti dapat meningkatkan retensi pengetahuan siswa. Retensi pengetahuan yang tinggi membantu siswa memahami materi untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (Indrawati, 2005).
Penelitian ini dilakukan untuk melihat adanya penguasaan konsep siswa, kemampuan membuat peta konsep dan retensi pengetahuan siswa dengan pembelajaran menggunakan model Advance Organizer. Salah satu tahapan dalam model Advance Organizer yaitu adanya pengulangan materi awal yang telah dipelajari siswa yang dihubungkan dengan materi baru yang akan dipelajari kemudian disajikan dari yang bersifat umum menuju spesifik (Indrawati, 2005). Model Advance Organizer terdiri atas dua jenis yaitu ekspositori dan komparatif. Jenis ekspositori akan mengungkap materi yang berada pada tingkat abstraksi tinggi dengan mempresentasikan informasi baru secara keseluruhan. Jenis komparatif membantu membedakan konsep baru dengan konsep lama dan melihat keterkaitan antar konsep (Joyce, Weil & Calhoun, 2009). Berdasarkan hal tersebut, diprediksikan bahwa siswa akan lebih memahami konsep sistem saraf
(11)
untuk menunjang pembelajaran Sistem Regulasi secara keseluruhan. Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka dilakukan penelitian yaitu “Penerapan Model Advance Organizer dalam Pembelajaran Sistem Saraf untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Kemampuan Membuat Peta Konsep dan Retensi Pengetahuan Siswa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan diatas dan latar belakang yang telah dikemukakan, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep, kemampuan membuat peta konsep dan retensi pengetahuan siswa setelah penerapan model Advance Organizer pada pembelajaran sistem saraf?”.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep siswa pada pembelajaran sistem saraf melalui penerapan model advance organizer ?
2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan membuat peta konsep siswa pada pembelajaran sistem saraf melalui penerapan model advance organizer ? 3. Bagaimanakah retensi pengetahuan siswa pada pembelajaran sistem saraf
melalui penerapan model advance organizer ?
4. Bagaimanakah faktor pendorong dan penghambat yang muncul saat penerapan model advance organizer dalam pembelajaran sistem saraf?
(12)
5. Bagaimanakah respon siswa terhadap penerapan model advance organizer dalam pembelajaran sistem saraf?
D. Batasan Masalah
Pada penelitian yang akan dilakukan, terdapat beberapa pembatasan ruang lingkup masalah, yaitu:
1. Model pembelajaran Advanced Organizer yang digunakan adalah tipe Ekpositori dan Komparatif Advanced Organizer yang akan memperluas dan mempertajam penguasaan konsep siswa dengan mengintegrasikan konsep baru dengan konsep lama yang telah dimiliki oleh siswa. Langkah pembelajaran model ini dimulai dari mengidentifikasi atribut konsep, memberi contoh, mengulang konsep, memancing dan mendorong pengetahuan serta pengalaman dari siswa (Joyce, Weil & Calhoun, 2009). 2. Materi pelajaran pada penelitian ini adalah konsep Sistem Regulasi yang dibatasi pada sub konsep sistem saraf pada manusia, kelainan dan penyakit yang dapat terjadi pada sistem saraf manusia.
3. Penguasaan konsep siswa yang diukur mengacu pada tingkatan kognitif Taksonomi Bloom Revisi.
4. Peta konsep digunakan sebagai instrumen pembelajaran untuk penyajian materi dalam tahapan model Advance Organizer dan sebagai instrumen pengambilan data untuk mengukur kemampuan membuat peta konsep.
(13)
E. Asumsi Penelitian
Asumsi yang digunakan untuk penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran menggunakan model Advanced Organizer berada pada tingkat observasi yang tertinggi, sehingga dapat menjelaskan, mengintegrasikan dan menghubungkan materi baru dengan materi yang telah dimiliki sebelumnya dalam struktur kognitif siswa (Ausubel, 1964 dalam Dahar, 1996)
2. Proses penyusunan peta konsep merupakan strategi belajar yang memaksa siswa untuk secara aktif memikirkan hubungan-hubungan di antara konsep-konsep atau faktor-faktor sains (Iskandar, 2004).
3. Retensi pengetahuan akan maksimal saat menggunakan pembelajaran aktif yang berulang secara simultan (Kolb & Fry, 1975).
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan pertanyaan penelitian di atas, maka hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan adalah:
“ Terdapat peningkatan penguasaan konsep, kemampuan membuat peta konsep dan retensi pengetahuan siswa setelah penerapan model Advance Organizer pada pembelajaran sistem saraf “
G. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan, yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis efektifitas penggunaan model Advance Organizer dalam pembelajaran sistem saraf untuk meningkatkan
(14)
penguasaan konsep, kemampuan membuat peta konsep dan retensi pengetahuan siswa.
H. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu diantaranya: 1. Teoritis
Secara teoritis diharapkan penelitian ini mampu menerapkan model pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran biologi khususnya dalam mempelajari konsep sistem saraf dimana memerlukan cara yang terorganisir dan terususun dengan terperinci.
2. Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, yaitu:
a. Bagi Peneliti, akan memperoleh pengalaman dalam melakukan model pembelajaran tertentu yang sesuai untuk pembelajaran konsep sistem saraf. Selain itu, peneliti dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa untuk membuat proses pembelajaran biologi lebih baik lagi.
b. Bagi Guru Biologi SMA, akan menjadi pertimbangan dalam pemilihan model pembelajaran di kelas terutama saat akan meningkatkan ranah kognitif dan pemetaan pengetahuan.
c. Bagi Siswa, akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam mempelajari konsep biologi dengan menggunakan suatu model
(15)
pembelajaran terutama materi sistem saraf dan meningkatkan minat siswa dalam mempelajari Biologi.
(16)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Definisi Operasional
Untuk lebih memahami makna dari penelitian yang dilakukan maka digunakan penjelasan definisi operasional sebagai berikut:
1. Penguasaan Konsep
Penguasaan konsep dalam penelitian ini adalah skor kemampuan siswa dalam mengingat, memahami dan mengaplikasikan pengetahuan sesuai dengan tingkatan kognitif Taksonomi Bloom Revisi. Penguasaan konsep diukur dengan menggunakan tes pilihan ganda yang dikembangkan oleh penulis sendiri dengan nilai reliabilitas 0,73 yang termasuk kriteria tinggi. 2. Kemampuan Membuat Peta Konsep
Kemampuan siswa dalam membuat peta konsep diukur setelah sebelumnya dilakukan pengenalan, latihan dan penugasan membuat peta konsep pada materi sistem respirasi dan ekskresi. Penilaian peta konsep yang digunakan berdasarkan aturan Novak dan Gowin (1985). Nilai peta konsep yang didapatkan kemudian dibandingkan dengan nilai peta konsep rujukan dan dipersentasekan sehingga didapatkan predikat skor peta konsep (Syah, 2010).
3. Retensi Pengetahuan
Retensi sebagai bagian dari ingatan dapat terlihat kuat dengan menilai hasil belajar yang merupakan bagian dari pengalaman dalam proses belajar
(17)
siswa. Retensi pengetahuan siswa diukur menggunakan tes penguasaan konsep yang diberikan 2 dan 4 minggu setelah tes akhir (Haynie, 1997). Pengukuran hasil retensi pengetahuan siswa diukur dengan menggunakan recognition method (Syah, 2010).
B. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Weak experiment (Fraenkel & Wallen, 2006). Metode ini merupakan metode penelitian eksperimen tetapi tanpa penggunaan kelompok kontrol. Perlakuan hanya difokuskan pada satu kelompok saja.
2. Desain Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan bentuk rancangan penelitian dengan One Group pre-post-re test Design (Perluasan dari One Group Pre-Post Design) (Fraenkel & Wallen, 2006). Desain penelitian ini melaksanakan tes sebelum dan sesudah perlakuan serta pengukuran retensi. Pengukuran retensi sebanyak dua kali yaitu dalam 2 dan 4 minggu setelah posttest (Haynie, 1997). Rancangan penelitian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 3.1. Desain Penelitian One Group pre-post-re test Design
Pretest Perlakuan Posttest Retest 1 Retest 2
(18)
Keterangan:
X : perlakuan pembelajaran menggunakan model Advanced Organizer T1 : tes awal sebelum perlakuan (pretest)
T2 : tes akhir setelah perlakuan (posttest) T3 : tes 1 setelah posttest (Retest 1) T4 : tes 2 setelah posttest (Retest 2 )
Adanya perbedaan nilai T2 dan T1 dijadikan pengukuran akibat dari perlakuan pembelajaran, sedangkan nilai T3 dan T4 untuk melihat retensi pengetahuan siswa.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi sasaran untuk mengukur penguasaan konsep, kemampuan membuat peta konsep dan retensi pengetahuan adalah peserta didik kelas XI IPA SMAN E Tasikmalaya yang akan mempelajari materi sistem regulasi.
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian diambil dengan teknik convenience sampling yaitu cara pengambilan sampel yang sudah tersedia (Fraenkel & Wallen, 2006). Pertimbangan pengambilan sampel yaitu adanya keterbatasan perizinan dari kepala sekolah, guru biologi yang mengajar dan keterbatasan waktu. Kelas XI IPA 4 SMAN E Tasikmalaya tahun ajaran 2011-2012 yang dijadikan sampel penelitian untuk mengukur penerapan Advance Organizer pada materi Sistem Saraf dalam meningkatkan penguasaan konsep, kemampuan membuat peta konsep dan retensi pengetahuan dengan jumlah 42 siswa. Kelas yang dijadikan sampel
(19)
memiliki karakter siswa yang aktif, bermotivasi sedang dalam belajar biologi dan nilai mata pelajaran Biologi rendah.
D. Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SMAN E Tasikmalaya.
E. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran yang digunakan terdiri atas :
a) Silabus dan RPP
b) Video transport aktif dan video penghantaran impuls (sumber: youtube).
c) Peta konsep keseluruhan Sistem Saraf tingkatan SMP disertai contoh gambar dan kasus serta peta konsep khusus materi Organisasi Sistem Saraf tingkatan SMA disertai contoh gambar (Sumber: dibuat oleh peneliti).
d) LKS (Lembar Kegiatan Siswa) (Sumber: dibuat oleh peneliti).
e) Handout 1 mengenai materi struktur, fungsi dan bagian-bagian sistem saraf serta handout 2 berisi macam-macam kelainan dan penyakit sistem saraf (Sumber: dibuat oleh peneliti).
(20)
2. Instrumen Pengambilan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : a) Tes Penguasaan Konsep
Tes Penguasaan Konsep mencakup ranah kognitif Taksonomi Bloom revisi mulai dari aspek C1-C3 dalam bentuk tes pilihan ganda dan diberikan saat pretest dan posttest. Langkah pembuatan tes penguasaan konsep adalah dengan membuat kisi-kisi soal yang dibimbingkan pada dosen ahli dan dua orang teman sejawat guru Biologi SMA yang telah menempuh pendidikan S2 dan berpengalaman mengajar lebih dari 15 tahun. Soal kemudian diuji coba dan dianalisis kelayakan melalui uji validitas, uji reliabilitas, tingkat kesukaran dan indeks daya beda soal. Soal awal yang dibuat sebanyak 30 soal dan diujicobakan kepada siswa kelas XII IPA 4 SMAN E Tasikmalaya yang telah sebelumnya mempelajari materi sistem saraf.
b) Peta Konsep Hasil Siswa
Siswa telah ditugaskan untuk membuat peta konsep sistem saraf sebelum dan sesudah pembelajaran untuk mendapatkan skor tes awal dan tes akhir. Peta konsep hasil siswa diberi skor dan dibandingkan dengan peta konsep rujukan yang dibuat oleh peneliti.
c) Retensi
Pengukuran retensi menggunakan instrumen yang sama untuk tes penguasaan konsep dengan sebelumnya dilakukan pengacakkan urutan
(21)
soal dan diberikan 2 dan 4 minggu setelah pembelajaran. Skor predikat retensi diukur dengan rumus Recognition Methods (Syah, 2010). d) Angket
Angket yang digunakan adalah angket tertutup untuk melihat respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan model Advance organizer.
e) Lembar observasi terhadap aktivitas guru dan siswa saat penerapan model pembelajaran Advance organizer.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Tahap pelaksanaan penelitian penerapan model Advance Organizer adalah sebagai berikut:
1. Siswa diberi tugas untuk membuat peta konsep (tes awal) mengenai keseluruhan materi sistem saraf sesuai dengan pengetahuan mereka 2. Siswa melaksanakan pretest penguasaan konsep materi sistem saraf 3. Pelaksanaan proses belajar mengajar menggunakan model Advance
Organizer dengan langkah-langkah ( modifikasi dari Joyce, Weil & Calhoun, 2009):
a) Kegiatan Instruksional
Dilakukan pengenalan model pembelajaran Advance Organizer oleh guru kepada siswa dengan menjelaskan tahapan dan pengaturan materi yang akan dilakukan.
(22)
b) Presentasi Advance Organizer
1) Guru menarik perhatian siswa dan menjelaskan tujuan pembelajaran dengan beberapa peragaan yang melibatkan siswa sehingga siswa dapat menemukan sendiri tujuan pembelajarannya 2) Siswa disajikan perangkat Advance Organizer seperti handout (materi penyusun sistem saraf pada manusia dan kelainan pada sistem saraf), video (transport aktif dan penghantaran impuls) dan peta konsep (organisasi sistem saraf)
3) Guru menjelaskan penyajian Advance Organizer dengan menunjukkan materi sebelumnya yang pernah dipelajari siswa seperti sel saraf, sel hewan, proses transport aktif, struktur neuron dan proses terjadinya gerak refleks dengan menghubungkannya dengan materi baru yang akan dipelajari
4) Selama penyajian perangkat Advance organizer seperti penjelasan handout, peta konsep dan pemutaran video, siswa dibimbing dan diberikan pertanyaan mengenai pemahamannya terhadap materi yang diberikan
5) Guru memberikan LKS untuk setiap pokok bahasan sebagai pemandu dan Siswa melakukan diskusi untuk menjawab LKS dan perwakilan siswa ditunjuk untuk menjelaskan di depan kelas mengenai jawaban dari LKS
(23)
c) Mengorganisasikan konsep baru dan penyajian tugas
1) Guru menanyakan pemahaman siswa mengenai gambar dan keterangan pada handout, peta konsep atau video dengan mengajukan pertanyaan
2) Siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dan membuat organisasi materi baru, misalnya membuat rangkuman
3) Guru mengarahkan siswa untuk menemukan kesimpulan mengenai materi baru yang didapatkan dan menghubungkan secara eksplisit dengan konsep yang mendasari materi tersebut d) Penguatan struktur kognitif
1) Siswa melakukan diskusi kelas untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru
2) Guru menunjuk siswa untuk menjelaskan materi yang telah dipahaminya, misalnya menggambarkan sel saraf di depan kelas dan dibimbing siswa lainnya
3) Guru mengklarifikasi materi agar siswa paham secara keseluruhan mengenai konsep yang disampaikan dan membimbing siswa menyusun kesimpulan materi
4. Siswa melaksanakan posttest penguasaan konsep materi sistem saraf 5. Siswa diberi tugas membuat peta konsep (tes akhir) keseluruhan materi
sistem saraf setelah selesai pembelajaran
6. Siswa melaksanakan retest 1 dan 2 dalam waktu 2 dan 4 minggu setelah posttest
(24)
G. Uji Coba Instrumen
Telah dilakukan analisis instrumen untuk mengetahui baik atau tidaknya instrumen pengambilan data. Analisis intrumen dilakukan dengan menguji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda instrumen. Berikut merupakan hasil analisis instrumen:
1. Analisis Validitas Instrumen
Adapun cara perhitungan uji validitas faktor adalah dengan mengorelasikan skor tiap faktor dengan skor total faktor item-item yang valid. Untuk menghitung analisis item dan korelasi antar faktor digunakan rumus koefisien korelasi product moment dan perhitungannya dibantu dengan program Anates Version 4. Taraf signifikansi untuk validitas instrumen adalah P=0,05 dengan df= N-2.
Rumus : rxy
N N N y x xyy
y
x
x
2 2 2 2(Arikunto, 1999) Keterangan :
rxy = koefisien korelasi variabel x dengan variabel y.
xy = jumlah hasil perkalian antara variabel x dengan variabel y. x = jumlah nilai setiap item.
y = jumlah nilai konstan. N = jumlah subyek penelitian.
(25)
Tabel 3.2.
Kriteria Koefisien Korelasi :
Koefisien Korelasi Keterangan
0,00 – 0,20 Sangat rendah
0,21 – 0,40 Rendah
0,41 – 0,60 Cukup
0.61 – 0,80 Tinggi
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
(Arikunto, 1999)
2. Analisis Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik Formula Alpha Cronbach dan dengan menggunakan program program Anates Version 4. Rumus :
α =
S x
j S k k 2 2 1 1 (Arikunto, 1999) Keterangan :
α = koefisien reliabilitas alpha
k = jumlah item
Sj = varians responden untuk item I Sx = jumlah varians skor total
Tabel 3.3.
Interpretasi Reliabilitas:
Koefisien Reliabilitas Kriteria Reliabilitas
0,81 ≤ r ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,61 ≤ r ≤ 0,80 Tinggi
0,41 ≤ r ≤ 0,60 Cukup
0,21 ≤ r ≤ 0,40 Rendah 0,00 ≤ r ≤ 0,20 Sangat Rendah
(26)
3. Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen
Uji tingkat kesukaran dilakukan untuk mengetahui sukar atau mudahnya suatu soal. Untuk menghitung tingkat kesukaran adalah:
P
=JS B
(Arikunto, 1999) Keterangan:
P = Indeks Kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Tabel 3.4.
Interpretasi Tingkat Kesukaran (TK) Butir Soal : Nilai TK Butir Soal
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
(Arikunto, 1999)
4. Analisis Daya Pembeda Instrumen
Analisis daya beda soal dilakukan untuk dapat membedakan kemampuan siswa. Untuk menghitung Daya Pembeda (DP) adalah:
D = A B
B B A
A P -P
J B -J B
(27)
Keterangan:
D = Daya Pembeda
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar Interpretasi daya pembeda adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5.
Interpretasi Daya Pembeda (DP) Butir Soal : Nilai DP Butir Soal
Negatif Soal Dibuang
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik Sekali
(Arikunto, 1999)
Hasil perhitungan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal tes penguasaan konsep yang digunakan dalam penelitian ini selengkapnya disajikan pada lampiran. Berdasarkan hasil analisis instrumen tes penguasaan konsep, dari sejumlah 30 soal yang diuji cobakan terdapat 20 soal yang dapat digunakan untuk pretest, posttest dan retest. Taraf soal dianggap valid adalah dengan taraf signifikansi P=0,05 dengan nilai r tabel = 0,349 (df=36). Hasil uji instrumen memiliki nilai reliabilitas yaitu 0,73 yang berarti 30 soal yang diujikan memiliki reliabilitas tinggi.
(28)
Berikut hasil rangkuman analisis butir soal yang telah dilakukan: Tabel 3.6.
Hasil Analisis Uji Coba Soal Tes Penguasaan Konsep Materi Sistem Saraf
No. Butir Baru No. Butir Asal Nilai (r)
Validitas Nilai Tingkat Kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran Nilai Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda Keterangan
1 1 0,489 Valid 39,47 Sedang 60,00 Baik Digunakan
2 0,165 Tidak Valid
42,11 Sedang 30,00 Cukup Tidak Digunakan
2 3 0,476 Valid 47,37 Sedang 60.00 Baik Digunakan
3 4 0,382 Valid 42,11 Sedang 40.00 Cukup Digunakan
5 0,205 Tidak Valid
39,47 Sedang 30,00 Cukup Tidak Digunakan
4 6 0,401 Valid 47,37 Sedang 40,00 Cukup Digunakan
7 0,074 Tidak Valid
34,21 Sedang 00.00 Jelek Tidak Digunakan
5 8 0,433 Valid 47,37 Sedang 60.00 Baik Digunakan
6 9 0,497 Valid 47,37 Sedang 70,00 Baik Digunakan
7 10 0,545 Valid 42,11 Sedang 60,00 Baik Digunakan
8 11 0.483 Valid 89. 47 Mudah 40,00 Cukup Digunakan
9 12 0,551 Valid 47,37 Sedang 80,00 Baik Sekali
Digunakan
13 0,103 Tidak Valid
23,68 Sukar 10.00 Jelek Tidak Digunakan
10 14 0,381 Valid 52,63 Sedang 40.00 Cukup Digunakan
11 15 0.430 Valid 89,47 Mudah 30.00 Cukup Digunakan
16 0,140 Tidak Valid
21,05 Sukar 10.00 Jelek Tidak Digunakan
12 17 0,450 Valid 76.32 Mudah 50.00 Baik Digunakan
18 0,315 Tidak Valid
13,16 Sukar 20.00 Jelek Tidak Digunakan
13 19 0,357 Valid 55,26 Sedang 50.00 Baik Digunakan
14 20 0,503 Valid 50,00 Sedang 80.00 Baik Sekali
Digunakan
21 0,273 Tidak Valid
7.89 Sukar 10.00 Jelek Tidak Digunakan
22 0,198 Tidak Valid
15.79 Sukar 10.00 Jelek Tidak Digunakan
15 23 0,491 Valid 34,21 Sedang 50,00 Baik Digunakan
16 24 0,565 Valid 68.42 Sedang 80.00 Baik Sekali
Digunakan
(29)
No. Butir Baru No. Butir Asal Nilai (r)
Validitas Nilai Tingkat Kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran Nilai Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda Keterangan
18 26 0,468 Valid 65,79 Sedang 70,00 Baik Digunakan
19 27 0,418 Valid 44,74 Sedang 50,00 Baik Digunakan
28 -0,141
Tidak Valid
34.21 Sedang -20,00 Jelek Tidak Digunakan
20 29 0,385 Valid 50,00 Sedang 50,00 Baik Digunakan
30 0,291 Tidak Valid
18,42 Sukar 30,00 Cukup Tidak Digunakan
Soal yang digunakan untuk pretest, posttest dan retest yaitu nomor 1, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 17, 19, 20, 23, 24, 25, 26, 27 dan 29. Semua soal yang digunakan valid, dengan tingkat kesukaran sedang dan mudah serta nilai daya pembeda cukup dan baik. Terdapat pula pertimbangan berdasarkan hasil judgement soal dengan teman sejawat yang berpengalaman dalam pembuatan soal-soal ujian Biologi. Soal yang digunakan dapat dilihat lebih jelas dan terperinci pada lampiran B.
H. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Data utama meliputi penguasaan konsep yang dijaring melalui tes pilihan ganda (pretest dan posttest) dan kemampuan membuat peta konsep dengan melihat peta konsep sistem saraf hasil siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan model Advance Organizer.
(30)
b. Kemampuan retensi pengetahuan siswa yang diukur 2 dan 4 minggu setelah posttest dengan tes pilihan ganda melalui pengacakan urutan soal.
c. Pemberian angket siswa untuk melihat respon siswa terhadap pembelajaran dan lembar observasi aktifitas guru dan siswa saat pembelajaran berlangsung yang diobservasi oleh guru sekolah setempat.
2. Teknik Pengolahan Data
Data pretest dan posttest diolah secara statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Uji Objektif
Berdasarkan data yang terjaring dari hasil pre-post test dan retest dengan soal pilihan ganda sebanyak jumlah soal yang sudah valid dan masing-masing diberi skor 1 untuk jawaban benar. Jumlah jawaban benar kemudian dibagi jumlah soal dan dikali 100 sehingga diperoleh nilai maksimum adalah 100.
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pengolahan data tes objektif ini adalah sebagai berikut :
1) Menghitung skor dari setiap jawaban benar
2) Menghitung nilai total. Nilai akan dibandingkan dengan nilai KKM untuk mata pelajaran Biologi yang telah ditentukan.
(31)
3) Menghitung rata-rata (mean) dengan rumus:
�
=
�� 4) Menghitung gain :
Perhitungan N-Gain digunakan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep siswa (hasil pretest dan posttest). Rumus nya yaitu:
Skor Posttest- Skor Pretest Skor Maks. - Skor Pretest
(Meltzer, 2002) Dengan kriteria nilai N-Gain:
Tabel 3.7. Kategori nilai N-Gain
Kategori Perolehan N-Gain Keterangan g ≤ 0,20 Sangat rendah
0,21 – 0,40 Rendah
0,41 – 0,60 Sedang
0,61 – 0,80 Tinggi
0,81 – 1,00 Sangat Tinggi
(Meltzer, 2002)
b. Uji Normalitas
Pada pengolahan data penelitian ini dilakukan uji normalitas dalam terhadap hasil pretest dan posttest kemampuan penguasaan konsep dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov. Uji ini dilakukan untuk melihat data yang
(32)
didapatkan berdistribusi normal atau tidak. Data dikatakan normal jika hasil perhitungan probabilitas (Sig. (2-tailed) lebih besar dari taraf nyata yaitu dengan signifikansi 0,05.
c. Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk memeriksa apakah skor pretest dan posttest dari hasil penelitian yang dilakukan homogen atau tidak untuk signifikansi 0,05. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 menggunakan Uji Levene. Data dikatakan homogen jika nilai probabilitas (Sig.) > 0,05.
d. Penilaian Peta Konsep
Peta konsep dinilai menggunakan standar penilaian Novak & Gowin (1985), dengan kriteria:
1. Proposisi, menunjukkan hubungan yang bermakna diantara konsep dengan menggunakan kata penghubung. Proposisi yang benar mendapatkan skor satu,
2. Hirarki, menggambarkan urutan konsep dari yang umum ke yang khusus. Urutan yang benar mendapatkan skor lima.
3. Hubungan silang, untuk melihat hubungan yang bermakna antar konsep dan untuk hubungan silang yang bermakna. Hubungan silang yang bermakna dan benar mendapatkan skor sepuluh.
(33)
4. Contoh kasus yang spesifik sesuai dengan urutan konsep diberi skor satu.
Skor yang diperoleh dimasukkan ke dalam rumus: Skor Peta Konsep Skor Peta Konsep Rujukan
(Syah, 2010) Peta konsep Sistem Saraf rujukan sudah sebelumnya dibuat, di judgement oleh teman sejawat dan diberi skor total . Skor total untuk peta konsep rujukan yaitu :
Skor Proposisi : 42
Skor Hirarki : 20
Skor Hubungan Silang : 20 Skor Contoh : 10 +
Skor Total : 92
(Peta Konsep rujukan terdapat pada lampiran A) Hasil persentase :
Tabel 3.8.
Predikat Skor Peta Konsep Skor Predikat
0%-20% Sangat rendah
21%-40% rendah
41%-60% Sedang
61%-80% Tinggi
81%-100% Sangat Tinggi
(Syah, 2010)
X 100%
(34)
Pengukuran persentase tiap kemampuan membuat peta konsep menggunakan rumus:
Skor Kemampuan Peta Konsep Skor Kemampuan Peta Konsep Rujukan (Syah, 2010) e. Pengujian predikat skor retensi menggunakan rumus Recognition
Methods yaitu:
Hasil tes 2 Hasil tes 1
(Syah, 2010) Skor retensi yang diperoleh selanjutnya dikategorikan dalam beberapa predikat, yaitu:
Tabel 3.9. Predikat Skor Retensi Skor Predikat
≥ 80% Sangat baik
70%-79% Baik
60%-69% Cukup
50%-59% Kurang
≤ 49% Sangat Kurang
(Syah, 2010)
f. Perhitungan Angket Respon Siswa
Data dari angket akan diolah sebagai berikut (Mulyani, 2009):
Jumlah siswa yang menjawab Jumlah Siswa
X 100%
% Retensi =
X 100%
% Siswa =
X 100%
(35)
Selanjutnya penilaian angket didukung dengan deskripsi alasan yang digunakan siswa untuk mendukung jawaban angket. Dilakukan pengukuran kualitatif alasan yang diberikan oleh siswa.
g. Terdapat pengolahan data kualitatif yang akan langsung dideskripsikan yaitu hasil observasi aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran menggunakan model Advance Organizer berlangsung.
(36)
I. Alur Penelitian
Tahap Persiapan Penyusunan Proposal
Penyusunan Instrumen
Judgement dan perbaikan instrumen
Uji Coba Instrumen Observasi Awal
Analisis Butir Soal dan Pernaikan Instrumen
Tahap Pelaksanaan Pretest dan tugas membuat
peta konsep
Penerapan Model Advance Organizer pada konsep sistem saraf
Postest, tugas peta konsep dan angket respon siswa
3 x pertemuan
Retest 1
Retest 2
2 minggu setelah postest
4 minggu setelah postest
Tahap Akhir
Pengolahan Data
Pembahasan Bimbingan
dosen Observasi guru
dan siswa oleh observer
(37)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kepada siswa kelas XI SMA dengan menerapkan model pembelajaran Advance Organizer pada materi sistem saraf dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan penguasaan konsep siswa yang signifikan, terbukti dengan meningkatnya rata-rata nilai siswa dari hasil pretest (37,14) dan posttest (57,02) dengan N-Gain 0,53 atau termasuk kategori sedang. Walaupun terdapat peningkatan penguasaan konsep, tetapi rata-rata nilainya belum mencapai KKM sistem saraf yaitu 75. Kemampuan membuat peta konsep siswa mengalami peningkatan dengan rata-rata skor peta konsep sebelum dan sesudah pembelajaran dari 16 menjadi 47. Selain itu, dalam pembuatan peta konsep, siswa sudah mampu membuat komponen proposisi, hirarki dan contoh. Retensi pengetahuan siswa juga meningkat dengan rata-rata nilai hasil retest 1 dan retest 2 berturut-turut 58,33 dan 63,33, dengan predikat skor retensi sangat baik (104% dan 114%), walaupun tetap masih belum mencapai skor KKM yang ditentukan.
Respon siswa terhadap penerapan model advance organizer dalam pembelajaran sistem saraf baik. Terbukti sebanyak 62% siswa merasakan manfaat dari model pembelajaran ini karena membuat mereka lebih termotivasi dalam melakukan persiapan belajar sebelum pembelajaran. Adanya penggunaan media
(38)
belajar yang bervariasi dan pengulangan materi dasar pun cukup disukai siswa, terbukti sebanyak 74% siswa menyukai adanya cara tersebut. Siswa pun berharap penggunaan model advance organizer ini dapat diterapkan pada materi biologi lainnya agar mereka menjadi menyukai biologi dan merasakan manfaat ilmu biologi untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan penguraian diatas mengenai hasil penelitian dan respon siswa, menunjukkan bahwa penerapan model Advance Organizer belum cukup efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa. Kemampuan membuat peta konsep dan retensi pengetahuan siswa sudah meningkat cukup efektif setelah penerapan model pembelajaran ini pada materi sistem saraf. Masih diperlukan beberapa program remedial dan pengembangan proses pembelajaran agar model ini lebih efektif lagi terutama dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis menyarankan sebagai berikut: 1) Kepada Guru
a) Pembelajaran menggunakan model Advance Organizer masih jarang dilakukan di SMA terutama dalam pelajaran Biologi, mengingat guru harus mampu mengungkapkan pengetahuan awal siswa dan materi dasar yang tepat untuk menunjang materi baru yang akan diberikan. Oleh karena itu, disarankan guru lebih kreatif lagi dalam menggali berbagai materi yang dapat
(39)
diterapkan menggunakan model pembelajaran ini. Kemungkinan minat dan motivasi siswa terhadap biologi dapat lebih meningkat lagi jika model pembelajaran ini banyak digunakan.
b) Guru sebaiknya mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan bervariasi. Terbukti dalam penelitian yang dilakukan siswa terlalu sering mendapatkan cara belajar yang konvensional sehingga membuat kebiasaan belajarnya tidak berkembang. Guru diharapkan mampu meningkatkan pengetahuannya baik dalam penguasaan materi maupun berbagai model dan teknik pembelajaran untuk membuat biologi semakin menarik lagi.
c) Guru sebaiknya melakukan beberapa aktifitas pembelajaran lain untuk meningkatkan nilai agar mencapai KKM diantaranya melakukan kegiatan remedial, meningkatkan kualitas pembelajaran, pemberian umpan balik tugas sebelum melakukan pengukuran retensi siswa.
d) Guru memberikan lebih banyak pelatihan dan pengenalan mengenai pembuatan peta konsep terhadap materi Biologi lainnya agar siswa menjadi lebih terbiasa dan baik lagi dalam menyusun peta konsep. Selain itu, adanya arahan kepada siswa mengenai penentuan proposisi yang tepat, penentuan hirarki dan hubungan silang yang bisa diberikan tambahan warna atau kode dalam peta konsep sangat diperlukan agar peta konsep yang dibuat siswa menjadi lebih baik lagi.
(40)
2) Kepada Peneliti Selanjutnya
Perlu adanya pengembangan pemilihan materi dalam kompetensi dasar biologi lainnya yang tepat digunakan untuk model Advance Organizer dan juga penggunaan media lain yang lebih bervariasi. Selain itu, peneliti lain dapat mencoba menggabungkan model Advance Organizer dengan model pembelajaran lain yang mampu membuat siswa dapat lebih mengaitkan antar konsep, misalnya dengan Connected Model atau Contextual Teaching Learning (CTL).
(41)
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. (2004). Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Algesindo. Anderson, L.W & Krathwhol, D.R.(2001). A taxonomy for learning, teaching and
assessing: A revision of Bloom's Taxonomy of educational objectives: Tersedia: http://www.celt.iastate.edu/teaching/RevisedBlooms1.html (10 Desember 2012)
Arikunto, S. (1999). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Bency, P.B.B & Nagarajan, W.E. (2010). How Does Advance Organizer Model
Affect The Learning Outcomes and Comparison to Inquiry Training
Model. Tersedia:
http://www.mierjs.in/ojs/index.php/mjestp/article/download/63/44 (10 Desember 2012)
Bhinnety, M. (2008). Struktur dan Proses Memori. Yogyakarta: Buletin Psikologi UGM.Vol.16, No.2, 74-88.
Buntting, C., Coll, R.K., & Campbell, A. (2005). Student Views of Concept Mapping Use in Introductory Tertiary Biology Classes. Taiwan: Int. Journal of Math and Sci. Ed. National Sci. Council.
Campbell, N.A., Reece, J.B. & Mitchell, L.G. (2002). Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Coffey, J.W. & Canas, A.J. (2002). An Advance Organizer Approachto Distance Learning Course Presentation. Dept. of Compt.Sci. Univ. of West Florida
Custers, E. J. F. M. (2010). Long Term Retention of asic Science Knowledge: A Review Study. Adv. In Health Sci. Educ. 15: 109-128.
Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar , Jakarta:Erlangga.
Deese, J. (1959). The Psychology of Learning. New York: McGraw-hill, Book Fraenkel, J.R & Wallen, N.E. (2006). How to Design and Evaluate Research in
(42)
Franco, R., Bortner, CD., Cidlowski, J.A. 2006. Potential roles of electrogenic ion transport and plasma membrane depolarization in apoptosis. J. Membr. Biol. 209 (1): 43–58.
Gunarya, A. (2006). Model Perilaku Belajar. Tersedia: http://www.unhas.ac.id/maba/bss2009/manajemen%20diri/Modul%20M D01-Model%20Perilaku%20Belajar.pdf (10 Desember 2012)
Haynie,W.J. (1997). Effects of Anticipation of Tests on Delayed Retention Learning. Journal of Technology Education. Vol. 9 No. 1, 20-30.
Indrawati. (2005). Model Pembelajaran Pemrosesan Infromasi. Bandung: PPPG IPA Depdiknas.
Iskandar, S.M. (2004). Meningkatkan Hasil Pembelajaran Kimia Organik Dengan Menggunakan Peta Konsep, Tugas Berumpan Balik, Dan Musik Mozart. FMIPA.UNM. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. 2. ISSN 0215 - 8250
Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2009). Models of Teaching Second Edition. New Jersey:Prentice-Hall.Inc,Englewood Cliffs Company, Inc.
Kandel, E.R. et al. (2000). Nerve cells and Behavior.Principle of Natural Science.pdf.
Kolb. D.A., and Fry, R. (1975). Toward an applied theory of experiential learning. In: C. Cooper (ed.), Theories of group process. John Wiley, London, UK.pdf.
Meltzer, D.E. (2002). Normalized Learning Gain: A Key Measure of Student Learning. Addendum To: The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible
“Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores. Iowa Univesity: Dept. of Physics and Astronomy.
Mulyani, A. (2009). Pembelajaran Sistem Saraf Berbasis Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Generik Sains dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Tesis Pendidikan IPA. Sekolah Pascasarjana UPI. Bandung.
(43)
Novak, J.D. & and Gowin, D.B. (1985). Learning How to Learn. London: Cambride Univ. Press.
Oloyede, O.I. (2011). A Meta-analysis of Effects of the Advance Organizers on Acknowledgment and Retention of Senior Secondary School
(SSS) Chemistry. Int J Edu Sci, 3(2): 129-135. Kamla-Raj.
Pattrick, A.O. (2011). Concept Mapping as a Studdy Skill: Effect on Student Achievement in Biology. Nigeria: Int. J. Edu. Sci. 3(1). 49-57. Kamla-Raj. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20. 2007.
Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal.
Rusman, L. (2010). Model-Model Pembelajaran. Bandung: Mulia Mandiri Press. Santyasa, I.W. (2003). Pembelajaran Fisika Berbasis Keterampilan Berpikir
Sebagai Alternatif Implementasi KBK. Makalah Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran.
Shihusa, H & Keraro, F.N. (2009). Using Advance Organizers to Enhance
Students’ Motivation in Learning Biology. Eurasia Journal of
Mathematics, Science & Technology Education, 2009, 5(4), 413-420. ISSN: 1305-8223
Simons, P. R. J. (1997). Definitions and theories of active learning and Active learning for students and teachers In D. Stern, & G. L. Huber (Eds.), (pp. 19-39). Frankfurt: Peter Lang.
Sudjana, N. (2001). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Suhendri, H. (2009). Pemahaman Konsep Dasar Belajar Mengajar. Tersedia: [Online] http:/har-stkip.blogspot.com/2009/02-pemahaman-konsep-dasar-belajar-mengajar.htlmv. (diakses 3 Februari 2012)
Sukmadinata, S.N. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda karya Syah, M. (2010). Psikologi Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.
(44)
Willerman, M. & Mac-Harg, R.A. 1991. The Concept Map as an Advance
Organizer. Tersedia:
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/tea.366028080 (10 Desember 2012)
Winkel, W.S. (1989). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia
(1)
Ranti Nurtikasari, 2013
Penerapan Model Advance Organizer Dalam Pembelajaran Sistem Saraf Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Kemampuan Membuat Peta Konsep Dan Retensi Pengetahuan Siswa
diterapkan menggunakan model pembelajaran ini. Kemungkinan minat dan motivasi siswa terhadap biologi dapat lebih meningkat lagi jika model pembelajaran ini banyak digunakan.
b) Guru sebaiknya mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan bervariasi. Terbukti dalam penelitian yang dilakukan siswa terlalu sering mendapatkan cara belajar yang konvensional sehingga membuat kebiasaan belajarnya tidak berkembang. Guru diharapkan mampu meningkatkan pengetahuannya baik dalam penguasaan materi maupun berbagai model dan teknik pembelajaran untuk membuat biologi semakin menarik lagi.
c) Guru sebaiknya melakukan beberapa aktifitas pembelajaran lain untuk meningkatkan nilai agar mencapai KKM diantaranya melakukan kegiatan remedial, meningkatkan kualitas pembelajaran, pemberian umpan balik tugas sebelum melakukan pengukuran retensi siswa.
d) Guru memberikan lebih banyak pelatihan dan pengenalan mengenai pembuatan peta konsep terhadap materi Biologi lainnya agar siswa menjadi lebih terbiasa dan baik lagi dalam menyusun peta konsep. Selain itu, adanya arahan kepada siswa mengenai penentuan proposisi yang tepat, penentuan hirarki dan hubungan silang yang bisa diberikan tambahan warna atau kode dalam peta konsep sangat diperlukan agar peta konsep yang dibuat siswa menjadi lebih baik lagi.
(2)
2) Kepada Peneliti Selanjutnya
Perlu adanya pengembangan pemilihan materi dalam kompetensi dasar biologi lainnya yang tepat digunakan untuk model Advance Organizer dan juga penggunaan media lain yang lebih bervariasi. Selain itu, peneliti lain dapat mencoba menggabungkan model Advance Organizer dengan model pembelajaran lain yang mampu membuat siswa dapat lebih mengaitkan antar konsep, misalnya dengan Connected Model atau Contextual Teaching Learning (CTL).
(3)
Ranti Nurtikasari, 2013
Penerapan Model Advance Organizer Dalam Pembelajaran Sistem Saraf Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Kemampuan Membuat Peta Konsep Dan Retensi Pengetahuan Siswa
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. (2004). Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Algesindo.
Anderson, L.W & Krathwhol, D.R.(2001). A taxonomy for learning, teaching and assessing: A revision of Bloom's Taxonomy of educational objectives: Tersedia: http://www.celt.iastate.edu/teaching/RevisedBlooms1.html (10 Desember 2012)
Arikunto, S. (1999). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Bency, P.B.B & Nagarajan, W.E. (2010). How Does Advance Organizer Model Affect The Learning Outcomes and Comparison to Inquiry Training
Model. Tersedia:
http://www.mierjs.in/ojs/index.php/mjestp/article/download/63/44 (10 Desember 2012)
Bhinnety, M. (2008). Struktur dan Proses Memori. Yogyakarta: Buletin Psikologi UGM.Vol.16, No.2, 74-88.
Buntting, C., Coll, R.K., & Campbell, A. (2005). Student Views of Concept Mapping Use in Introductory Tertiary Biology Classes. Taiwan: Int. Journal of Math and Sci. Ed. National Sci. Council.
Campbell, N.A., Reece, J.B. & Mitchell, L.G. (2002). Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Coffey, J.W. & Canas, A.J. (2002). An Advance Organizer Approachto Distance Learning Course Presentation. Dept. of Compt.Sci. Univ. of West Florida
Custers, E. J. F. M. (2010). Long Term Retention of asic Science Knowledge: A Review Study. Adv. In Health Sci. Educ. 15: 109-128.
Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar , Jakarta:Erlangga.
Deese, J. (1959). The Psychology of Learning. New York: McGraw-hill, Book
Fraenkel, J.R & Wallen, N.E. (2006). How to Design and Evaluate Research in Education Sixth Edition. New York: McGraw-hill Companies, Inc International Edition.
(4)
Franco, R., Bortner, CD., Cidlowski, J.A. 2006. Potential roles of electrogenic ion transport and plasma membrane depolarization in apoptosis. J. Membr. Biol. 209 (1): 43–58.
Gunarya, A. (2006). Model Perilaku Belajar. Tersedia: http://www.unhas.ac.id/maba/bss2009/manajemen%20diri/Modul%20M D01-Model%20Perilaku%20Belajar.pdf (10 Desember 2012)
Haynie,W.J. (1997). Effects of Anticipation of Tests on Delayed Retention Learning. Journal of Technology Education. Vol. 9 No. 1, 20-30.
Indrawati. (2005). Model Pembelajaran Pemrosesan Infromasi. Bandung: PPPG IPA Depdiknas.
Iskandar, S.M. (2004). Meningkatkan Hasil Pembelajaran Kimia Organik Dengan Menggunakan Peta Konsep, Tugas Berumpan Balik, Dan Musik Mozart. FMIPA.UNM. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. 2. ISSN 0215 - 8250
Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2009). Models of Teaching Second Edition. New Jersey:Prentice-Hall.Inc,Englewood Cliffs Company, Inc.
Kandel, E.R. et al. (2000). Nerve cells and Behavior.Principle of Natural Science.pdf.
Kolb. D.A., and Fry, R. (1975). Toward an applied theory of experiential learning. In: C. Cooper (ed.), Theories of group process. John Wiley, London, UK.pdf.
Meltzer, D.E. (2002). Normalized Learning Gain: A Key Measure of Student Learning. Addendum To: The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores. Iowa Univesity: Dept. of Physics and Astronomy.
Mulyani, A. (2009). Pembelajaran Sistem Saraf Berbasis Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Generik Sains dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Tesis Pendidikan IPA. Sekolah Pascasarjana UPI. Bandung.
(5)
Ranti Nurtikasari, 2013
Penerapan Model Advance Organizer Dalam Pembelajaran Sistem Saraf Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Kemampuan Membuat Peta Konsep Dan Retensi Pengetahuan Siswa
Novak, J.D. & and Gowin, D.B. (1985). Learning How to Learn. London: Cambride Univ. Press.
Oloyede, O.I. (2011). A Meta-analysis of Effects of the Advance Organizers on Acknowledgment and Retention of Senior Secondary School
(SSS) Chemistry. Int J Edu Sci, 3(2): 129-135. Kamla-Raj.
Pattrick, A.O. (2011). Concept Mapping as a Studdy Skill: Effect on Student Achievement in Biology. Nigeria: Int. J. Edu. Sci. 3(1). 49-57. Kamla-Raj. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20. 2007.
Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal.
Rusman, L. (2010). Model-Model Pembelajaran. Bandung: Mulia Mandiri Press.
Santyasa, I.W. (2003). Pembelajaran Fisika Berbasis Keterampilan Berpikir Sebagai Alternatif Implementasi KBK. Makalah Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran.
Shihusa, H & Keraro, F.N. (2009). Using Advance Organizers to Enhance Students’ Motivation in Learning Biology. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 2009, 5(4), 413-420. ISSN: 1305-8223
Simons, P. R. J. (1997). Definitions and theories of active learning and Active learning for students and teachers In D. Stern, & G. L. Huber (Eds.), (pp. 19-39). Frankfurt: Peter Lang.
Sudjana, N. (2001). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Suhendri, H. (2009). Pemahaman Konsep Dasar Belajar Mengajar. Tersedia: [Online] http:/har-stkip.blogspot.com/2009/02-pemahaman-konsep-dasar-belajar-mengajar.htlmv. (diakses 3 Februari 2012)
Sukmadinata, S.N. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda karya
Syah, M. (2010). Psikologi Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.
(6)
Willerman, M. & Mac-Harg, R.A. 1991. The Concept Map as an Advance
Organizer. Tersedia:
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/tea.366028080 (10 Desember 2012)
Winkel, W.S. (1989). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia