COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN. docx

COOPERATIVE LEARNING
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Model Pengajaran Kemahiran Berbahasa Arab
Dosen Pengampu: Sigit Purnama, M.Pd., S.Pd.I

Disusun Oleh :
M. Dwi Toriyono

(11421008)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan Rahmat, Hidayah serta Inayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Cooperative Learning dalam
Pembelajaran Bahasa Arab”.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi akhir zaman, Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, shahabat yang telah menuntun dan membawa
kita umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang penuh cahaya penerangan
disekarang ini.
Tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam penulisan sampai penyelesaian makalah kami,
baik berupa moril maupun materiil, khususnya kepada Bpk. Sigit Purnama, M.Pd.,
S.Pd.I, selaku dosen Mata Kuliah Model Pengajaran Kemahiran Bahasa Arab
yang telah memberikan bimbingan dan kerja kerasnya tanpa rasa bosan
mendampingi kami saat memberikan pengajaran.
Dengan selesainya makalah kami, semoga dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan dapat sedikit membantu orang lain yang akan mendalami serta
akan memberikan pengajaran bahasa, khususnya Bahasa Arab.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karenanya kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna
penyempurnaan makalah kami.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Yogyakarta,

Mei 2013
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan istilah
umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik
kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa. Tujuan pembelajaran kooperatif
setidak-tidaknya meliputi tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik,
penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
Strategi ini berlandaskan pada teori belajar Vygotsky (1978, 1986) yang
menekankan pada interaksi sosial sebagai sebuah mekanisme untuk mendukung
perkembangan kognitif. Selain itu, metode ini juga didukung oleh teori belajar
information processing dan cognitive theory of learning. Dalam pelaksanaannya
metode ini membantu siswa untuk lebih mudah memproses informasi yang

diperoleh, karena proses encoding akan didukung dengan interaksi yang terjadi
dalam Pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran dengan metode Pembelajaran
Kooperatif dilandasakan pada teori Cognitive karena menurut teori ini interaksi
bisa mendukung pembelajaran.
Metode pembelajaran kooperatif learning mempunyai manfaat-manfaat
yang positif apabila diterapkan di ruang kelas. Beberapa keuntungannya antara
lain: mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru, kemampuan untuk berfikir,
mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain; mendorong siswa
untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide
temannya; dan membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa
yang lemah, juga menerima perbedaan ini.
Namun, sampai model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan
dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong

royong dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, melalui makalah
sederhana ini kami akan mencoba menghidupkan kembali tentang bagaimana
penerapan saling membantu satu sama lainnya melalui pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini
yaitu :

1.
2.
3.

Apa pengertian dari Cooperatif Learning?
Apa saja karakteristik dari Cooperatif Learning?
Bagaimana strategi dan kebiasaan yang mendukung Cooperatif
Learning?

C. Tujuan Penulisan
Dari beberapa rumusan masalah diatas maka memiliki tujuan :
1. Mengetahui pengertian dari Cooperatif Learning.
2. Mengetahui karakteristik dari Cooperatif Learning.
3. Mengetahui strategi dan kebiasaan yang mendukung Cooperatif
Learning.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Cooperatif Learning
Telah dikembangkan dan diteliti


berbagai

macam

pendekatan

pembelajaran kooperatif yang amat berbeda satu dengan yang lain. Cooperative
Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur
kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Cooperative Learning mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja
bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Kebanyakan
melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4 (empat) siswa yang
mempunyai kemampuan yang berbeda (Slavin, 1994), dan ada yang
menggunakan ukuran kelompok yang berbeda-beda. Khas Cooperative Learning
yaitu siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kooperatif.

Sebelumnya


siswa tersebut diberi penjelasan atau diberi pelatihan tentang bagaimana dapat
bekerja sama yang baik dalam hal:
a.
Bagaimana menjadi pendengar yang baik
b.
Bagaimana memberi penjelasan yang baik
c.
Bagaimana cara mengajukan pertanyaan dengan benar dan lainlainnya.
Peran guru dalam pembelajaran cooperative learning sebagai fasilitator,
moderator, organisator dan mediator akan terlihat jelas. Kondisi ini peran dan
fungsi siswa terlihat, keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan suasana
aktif dan pembelajaran terkesan demokratis. Masing-masing siswa punya peran
dan akan memberikan pengalaman belajarnya kepada siswa lain.

Anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif terdiri dari siswa
dengan tingkat kemampuan yang berbeda yakni kemampuan tinggi, sedang dan
rendah. Dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok tidak hanya
bertanggungjawab terhadap tugas individu tetapi juga membantu proses belajar
teman sekelompoknya. Model Cooperative Learning dapat mengembangkan
keterampilan intelektual siswa yang dapat dilakukan dengan mengadakan suatu

penelitian dan penyelidikan oleh siswa secara berkelompok, kemudian hasil
penelitian dan penyelidikan tersebut harus dilaporkan kepada seluruh kelas.
Model Cooperative Learning memberikan dampak yang positif bagi siswa
yang memiliki hasil belajar yang rendah dibandingkan dengan belajar secara
individual. Pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning
dilandasi dengan Teori Kontruktivisme. Teori Kontruktivisme memandang bahwa
pengetahuan dibangun dalam pikiran siswa. Siswa harus mampu membangun
pengetahuan dan memberikan makna melalui pengalaman yang nyata. Oleh
karena itu teori kontruktivisme lebih menekankan bagaimana siswa memproses
informasi dan kognitivisme yang menyatakan interaksi bisa mendukung
pembelajaran.
B. Karakteristik Cooperatif Learning
Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya:
a. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi
akademis.
b. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang
berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.
c. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif
berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.
d. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.


Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada
dalam model pembelajaran kooperatif yaitu:
a. Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.
b. Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina
hubungan kerja sama diantara anggota kelompok.
c. Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang
dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan
menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.
d. Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif,
mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran
untuk memperoleh kesimpulan.
Contoh teknik Cooperatif Learning :
Mencari Pasangan
o


Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep.

o

Setiap siswa mendapat satu buah kartu.

o

Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya.

Bertukar Pasangan
o

Setiap siswa mendapatkan satu pasangan.

o

Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya


o

Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan pasangan lain.

o

Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan kemudian saling menanyakan
dan mengukuhkan jawaban.

o

Temuan baru yang diperoleh dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan
kepada pasangan semula.

C. Strategi dan Kebiasaan yang Mendukung Cooperatif Learning
Beberapa strategi dan kebiasaan yang mendukung terlaksananya
Cooperatif Learning diantaranya :
1. Pengaturan Ruangan
Jika akan menggunakan kelompok dalam waktu yang lama, aturlah
secara langsung pembagian kelompok tersebut tanpa meminta siswa

berpindah tempat. Ruang kelas dilengkapi dengan meja yang diatur
sedemikian rupa agar dapat bergerak bebas untuk memudahkan pengawasan
oleh guru. Perlu juga diingat bahwa semua anggota kelompok akan saling
berbicara saat menyelesaikan tugasnya.
Selain itu, boleh juga disediakan tempat untuk meletakkan alat-alat
personal maupun kelompok agar tidak terjadi peminjaman oleh kelompok
lainnya sehingga proses pembelajaran tidak terganggu karena mengurangi
keharusan berkeliling ke tempat kelompok lain.
2. Prosedur Bicara dan Pergerakan
Para guru sering dibuat pusing oleh keributan muridnya ketika dalam
pembelajaran kelompok, baik oleh siswa yang melakukan kegiatan maupun
siswa yang hanya membuat kegaduhan tanpa melakukan kegiatan. Maka,
seorang guru sebaiknya mendiskusikan aturan berbincang (diskusi) dan
memberikan panduan pada para murid. Salah satu caranya yaitu; dengan
mengatur siswa agar berbicara dengan pelan sesuai kondisi kelompoknya
(cukup lingkup kelompok).
3. Tanda Perhatian Kelompok
Ketika para siswa sedang bekerja dan anda harus menghentikan
aktivitas mereka untuk memberikan arahan ataupun tambahan pemeblajaran,
maka perlu menghemat waktu agar tidak termakan oleh pengkondisian
maupun kegaduhan siswa.
Salah satu cara yang efisien adalah menggunakan tanda-tanda.
Contohnya :
Guru berkata : ”Satu, dua, tiga” sambil tepuk tangan.
Siswa merespon : “Lihat aku” dan “lihat Guru”

Guru berkata : “Jempol keatas jika kalian dapat mendengarku,” Lipat
tangan jika kalian jika dapat mendengarku” atau “Bertepuk tanganlah jika
kalian dapat mendengarku.”
Setiap tanda yang digunakan sebaiknya mudah untuk mengalihkan
perhatian siswa dan mengharuskan mereka mengubah perilaku, sehingga
efektif menghentikan aktivitas sebelumnya.
4. Mendorong Interdependensi dalam Kelompok
Interdependensi yang positif akan terjadi ketika produk dalam
kelompok dilakukan oleh tindakan para anggota kelompok. Selain untuk
meningkatkan kinerja, interdependensi juga dapat membangun kesatuan
kelompok dan membantu menciptakan aturan kelompok yang mendukung
proses pembelajaran. Para siswa pun merasa bertanggung jawab untuk
menyumbangkan ide dan pemikirannya kedalam kelompok .
5. Pertanggungjawaban Individual
Meskipun interdependensi itu penting, para siswa harus merasa
bertanggung jawab atas pembelajaran mereka. Hal ini tidak terlalu
bermasalah ketika tugasnya individu. Namun, jika tugasnya berbentuk
kelompok maka harus menetapkan pertanggungjawaban kelompok dan setiap
siswa diminta harus mempunyai tugas untuk memaparkan hasil kerja mereka.
Salah satunya yaitu melalui permintaan laporan secara lisan dari masingmasing individu.

BAB III
PENUTUP
DAN KESIMPULAN
Dari beberapa uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Cooperative
Learning adalah penting dan layak untuk diterapkan dalam pembelajaran karena
teknik pengelompokan yang didalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar
bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang. Belajar
cooperative adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang
memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka.
Cooperative Learning sendiri mempunyai beberapa unsur diantaranya:
siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup
sepenanggungan bersama, siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu didalam
kelompoknya seperti milik mereka sendiri, siswa haruslah melihat bahwa semua
anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, siswa haruslah
membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara anggota kelompoknya,
siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah atau penghargaan yang juga
akan dikenakan untuk semua anggota kelompok, siswa berbagi kepemimpinan
dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya. Siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi
yang ditangani dalam kelompok cooperative.
Demikian makalah ini kami sampaikan, semoga bermanfaat bagi para
pembaca umumnya dan penulis khususnya.

DAFTAR PUSTAKA

E. Slavin, Robert.Cooperatif Learning (Teori, Riset dan Praktik).2009. Cet. III.
Bandung : Nusa Media
Carolyn M. Evertson dan Edmund T. Emmer. Manajemen Kelas Untuk Guru
Sekolah Dasar. 2011. Ed. 8 Cet.I. Jakarta : Kencana
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran_kooperatif

Pertanyaan
1. Apakah ada kelemahan dari cooperatif dan TGT? Agus
2. Maksud tahapan TGT?? Manan
3. Permainan dan Pertandingan, mengapa dibedakan? Sulaiman
4. TGT cocok pada kemahiran bahasa yang apa?? Risuli