PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA SISWA SMP KATOLIK TRI SAKTI 2 MEDAN TAHUN AJARAN 2013/2014.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

MATEMATIKA SISWA SMP KATOLIK TRI SAKTI 2 MEDAN TAHUN AJARAN 2013/2014

Oleh:

Yustina Situmorang NIM. 409311060

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2014


(2)

(3)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

MATEMATIKA SISWA SMP KATOLIK TRI SAKTI 2 MEDAN TAHUN AJARAN 2013/2014

YUSTINA SITUMORANG (409311060) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa melalui model pembelajaran berbasis masalah pada materi pokok Kubus dan Balok di SMP Katolik Tri Sakti 2 Medan. Jenis penelitian ini adalah adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dilaksanakan dalam 2 siklus yang masing – masing dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-A SMP Katolik Tri Sakti 2 Medan tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 38 orang dan objek dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa melalui model pembelajaran berbasis masalah.

Dalam pelaksanaan penelitian ini telah dikembangkan perangkat dan instrumen penelitian antara lain: (1) rencana pelaksanaan pembelajaran, (2) lembar aktivitas siswa, (3) tes kbk, (4) lembar observasi aktivitas siswa, (5) lembar validasi tes kbk yang telah divalidasi oleh pakar dan diuji cobakan dilapangan dan dinyatakan layak dalam penelitian ini.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh gambaran bahwa: (1) rata-rata nilai tes kemampuan berpikir (TKBK) siswa sebesar 53,00 pada siklus I meningkat menjadi 70,84 pada siklus II. Data yang diambil berupa hasil observasi dan hasil tes pada siklus I dan siklus II dengan indikator keberhasilan peresentase aktivitas siswa memenuhi batas toleransi waktu ideal dan persentase siswa yang memperoleh nilai minimal 65 sebanyak 85% atau lebih. Berdasarkan hasil penelitian, 3 kategori aktivitas siswa pada siklus 1 belum memenuhi batas toleransi waktu ideal sedangkan pada siklus II setiap kategori aktivitas siswa sudah memenuhi batas toleransi waktu ideal. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II


(4)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi v

Daftar Gambar vi

Daftar Tabel ix

Daftar Lampiran xi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 6

1.3. Pembatasan Masalah 6

1.4. Rumusan Masalah 6

1.5. Tujuan Penelitian 7

1.6. Manfaat Penelitian 7

1.7. Definisi Operasional 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

2.1. Kerangka Teoritis 9

2.1.1. Belajar dan Pembelajaran Matematika 9

2.1.2. Masalah Matematika 10


(5)

vi

2.1.4. Pengertian Berpikir 12

2.1.5. Berpikir Kreatif 14

2.1.6. Faktor-Faktor Pengembangan Kreativitas 18 2.1.7. Pengukuran Kreativitas 21 2.1.8. Model Pembelajaran Berbasis Masalah 22 2.1.9. Karakteristik Model PBM 24 2.1.10. Langkah-Langkah Model Pembelajaran 26

2.1.11. Pelaksaan Model PBM 27

2.2. Materi Ajar 29

2.3. Kerangka Konseptual 41

2.4. Hipotesis Tindakan 42

BAB III METODE PENELITIAN 43

3.1. Jenis Penelitian 43

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 43 3.3. Subjek dan Objek Penelitian 43

3.3.1. Subjek Penelitian 43

3.3.2. Objek Penelitian 43

3.4. Prosedur Penelitian 43

3.5. Alat Pengumpulan Data 44

3.5.1. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif 48

3.5.2. Lembar Observasi 51

3.6. Teknik Analisis Data 54


(6)

vi

3.6.2. Analisis Data Aktivitas Siswa 55

3.7. Paparan Data 58

3.8. Penarikan Kesimpulan 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 59

4.1. Hasil Penelitian 59

4.1.1. Hasil Penelitian Siklus 1 59 4.1.2. Analisis Hasil Tes KBK Siswa 60 4.1.3. Hasil Observasi Analisis Siswa Siklus-1 64 4.2. Hasil Refleksi Siklus-1 68 4.3. Hasil Penelitian Siklus-2 69

4.4. Pembahasan Penelitian 79

BAB V KESIMPULAN 81

5.1. Kesimpulan 81

5.2. Saran 81


(7)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Langkah –Langkah Model PBL 26

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Tes Awal 49

Tabel. 3.2 Kisi-Kisi Kemampuan Berpikir Kreatif 50 Tabel 3.3. Tabel Indikator Aktivitas Siswa 52 Tabel 3.4. Pedoman Pengklasifikasian KBK Siswa 54 Tabel 3.5.Kriteria Pencapaian Waktu Ideal Aktivitas Siswa 57 Tabel 4.1. Hasil Tes KBK Siswa Siklus-1 60 Tabel 4.2. Kadar Aktivitas Siswa Siklus-1 65 Tabel 4.3. Hasil Tes KBK Siswa Siklus-2 72 Tabel.4.4 Kadar Aktivitas Siswa Siklus-2 76


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Prosedur Peneltian Tindakan Kelas 48 Gambar 4.1. Pola Jawaban Siswa 61 Gambar 4.2. Pola Jawaban Siswa TKBK-1 62 Gambar 4.3. Contoh Pola Jawaban Siswa Menunjukan Indikator

Kefasihan Dan Fleksibilitas 63

Gambar 4.4. Pola Jawaban Siswa Kurang Menunjukan Indikator BK 72 Gambar 4.5. Pola Jawaban Siswa TKBK-2 73 Gambar 4.6. Pola Jawaban Siswa Menunjukan Indikator Kefasihan,

Fleksibilitas dan Kebaruan 74

Gambar 4.7. Diagram Persentase Waktu Aktifitas Siswa Siklus-2 77 Gambar 4.8 Persentase Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa 80


(9)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP 1 Siklus-1 85

Lampiran 2 RPP 2 Siklus-2 93

Lampiran 3 RPP 3 Siklus-3 101

Lampiran 4 RPP 4 Siklus-4 109

Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa I 117 Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa II 121 Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa III 125 Lampiran 8 Lembar Aktivitas Siswa IV 129 Lampiran 9 Alternatif Jawaban Las-1 133 Lampiran 10 Alternatif Jawaban Las-2 135 Lampiran 11 Alternatif Jawaban Las-3 138 Lampiran 12 Alternatif Jawaban Las-4 140 Lampiran 13 Pedoman Penskoran TKBK 142

Lampiran 14 Tes Awal 143

Lampiran 15 Alternatif Penyelesaian Tes Awal 145 Lampiran 16 Tes KBK-1 Siklus-1 149 Lampiran 17 Alternatif Penyelesaian Tes KBK-1 Siklus-1 152 Lampiran 18 Tes KBK-1 Siklus-2 154 Lampiran 19 Alternatif Penyelesaian Tes KBK-1 Siklus-2 156 Lampiran 20 Hasil TKBK-1 Untuk Indikator Kefasihan 160 Lampiran 21 Hasil TKBK-1 Untuk Indikator Fleksibilitas 162


(10)

xi

Lampiran 22 Hasil TKBK-1 Untuk Indikator Kebaruan 164 Lampiran 23 Hasil TKBK-2 Untuk Indikator Kefasihan 166 Lampiran 24 Hasil TKBK-2 Untuk Indikator Fleksibilitas 168 Lampiran 25 Hasil TKBK-2 Untuk Indikator Kebaruan 170 Lampiran 26 Hasil TKBK-1 Untuk Setiap Indikator 172 Lampiran 27 Hasil TKBK-2 Untuk Setiap Indikator 174 Lampiran 28 Rekap Data Hasil TKBK-1 176 Lampiran 29 Rekap Data Hasil TKBK-2 178 Lampiran 30 Rekapitulasi Hasil TKBK-1, TKBK-2 180 Lampiran 31 Hasil TKBK-1 dan TKBK-2 181 Lampiran 32 Rekapitulasi Aktivias Siswa Siklus-1 183 Lampiran 33 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Siklus-2 184 Lampiran 34 Lembar Validasi Tes Awal 185 Lampiran 35 Lembar Validasi Tes KBK-1 187 Lampiran 36 Lembar Validasi Tes KBK-2 190 Lampiran 37 Dokumentasi Penelitian 193


(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat telah menuntut kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga kita harus mempersiapkan sumber daya manusia yang benar-benar unggul dan dapat diandalkan untuk menghadapi persaingan bebas di segala bidang kehidupan sebagai dampak dari globalisasi dunia. Pendidikan merupakan ujung tombak dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, karena pendidikan dapat mendorong memaksimalkan potensi siswa sebagai sumber daya manusia yang handal untuk dapat menyelesaikan persoalan yang dihadapi.

Pendidikan sangatlah penting bagi masyarakat dalam menyikapi perkembangan yang ada. Pendidikan yang bermutu menjadi akses utama bagi setiap warga untuk mengasah diri, menganalisis, berfikir, bertindak dan meraih kesejahteraan. Hal ini sejalan dengan pandangan Munandar (2009:6) yang mengemukakan bahwa :

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa. Kemajuan suatu kebudayaan tersebut mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusia yang berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota masyarakatnya kepada peserta didiknya.

Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk peradaban bangsa yang cerdas, cakap, mandiri dan kreatif. Seperti yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadikan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


(12)

2

Pendidikan merupakan masalah yang menarik untuk dibahas, karena melalui usaha pendidikan diharapkan tujuan pendidikan akan dapat tercapai. Untuk menghadapi tantangan perkembangan teknologi informasi tersebut dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetensi secara global, sehingga diperlukan keterampilan yang tinggi, pemikiran yang kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemauan kerja yang efektif. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui pendidikan matematika, karena matematika merupakan dasar dari ilmu pengetahuan yang lain, khususnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sudiartal (2001) menambahkan:

Mengembangkan kompetensi berpikir kritis, kreatif dan produktif di kalangan peserta didik merupakan hal yang sangat penting dalam era persaingan global, karena tingkat kompleksitas permasalahan dalam segala aspek kehidupan modern ini semakin tinggi. Kemampuan berpikir kritis, kreatif dan produktif tergolong kompetensi tingkat tinggi (high order competencies) dan dapat dipandang sebagai kelanjutan dari kompetensi dasar (biasa disebut dengan basic skills dalam pembelajaran matematika). Saat ini, pendidikan berpikir di tingkat pendidikan dasar dan menengah diserahkan sepenuhnya kepada mata pelajaran-mata pelajaran yang ada, tanpa ada koordinasi yang jelas. Permasalahan yang dihadapi sekarang adalah pendidikan berpikir belum tertangani secara sistematis dan dilaksanakan secara parsial.

Seperti yang dikemukakan oleh Rofi’uddin (2001) bahwa:

Keluhan tentang rendahnya kemampuan berpikir (khususnya kemampuan berpikir kritis-kreatif) yang dimiliki oleh lulusan pendidikan dasar dan menengah sudah banyak dilontarkan. Karena dasar-dasar berpikir tersebut tidak dikuasai dengan baik, dampaknya dirasakan sampai pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan rendahnya kemampuan berpikir yang dimiliki oleh siswa sekolah dasar, siswa sekolah menengah, mahasiswa S1 bahkan juga mahasiswa S2

Matematika dianggap sebagai ilmu pengetahuan yang terpenting, karena jika seseorang menguasai matematika maka akan lebih mudah menguasai ilmu pengetahuan yang lain. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Sri Kurnia yang mengatakan : ”Matematika sebagai salah satu dari komponen serangkaian mata pelajaran disekolah mempunyai peranan penting, karena matematika tidak


(13)

3

hanya sebagai ilmu tetapi juga sebagai dasar logika penalaran dan penyelesaian data kuantitatif yang dipergunakan dalam bidang ilmu lain”.

Meskipun matematika merupakan mata pelajaran yang amat penting namun tingginya tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus dengan kemampuan berpikir kreatif matematika yang dimiliki siswa. Kemampuan berpikir kreatif matematika siswa rendah salah satunya disebabkan kurangnya pemahaman siswa dalam menyelesaikan masalah matematika terutama yang berbentuk soal cerita. Hal ini disebabkan karena adanya anggapan dari sebagian besar siswa bahwa matematika adalah salah satu pelajaran yang paling sulit.

Pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang mengacu pada ketiga fungsi mata pelajaran matematika, yaitu sebagai alat, pola pikir dan ilmu atau pengetahuan dan sering dirasa begitu sulit dimengerti oleh siswa. Akibatnya kemampuan berpikir kreatif matematika siswa menjadi rendah.

Berpikir kreatif memungkinkan siswa untuk dapat menemukan segala pemikiran baru atau cara, atau pemahaman, atau model baru yang dapat disampaikan, kemudian digunakan dalam kehidupan. Berpikir kreatif yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu. Menurut Cropley (1994:9), “true giftedness (keberbakatan yang sungguh-sungguh) merupakan gabungan antara kemampuan konversional (ingatan baik, berpikir logis, pengetahuan fuktual, kecermatan, dan sebagainya) dan kemampuan kreatif (menciptakan gagasan, mengenal kemungkinan alternatif, melihat kombinasi yang tak diduga, memiliki keberanian untuk mencoba sesuatu yang tak

lazim, dan sebagainya)”.

Dari hasil wawancara peneliti dengan Ibu P. Sihombing salah seorang guru matematika di SMP Katolik Tri Sakti 2 Medan pada tanggal 4 September 2013 menyatakan bahwa:

Siswa SMP Katolik Tri Sakti 2 Medan belum mampu berpikir kreatif dengan baik khususnya dalam pelajaran matematika. Siswa hanya menerima konsep seperti mengkonsumsi tanpa ada umpan balik yang dapat membuat siswa paham dengan konsep tersebut. Siswa hanya mampu menyelesaikan soal matematika yang mirip atau sama dengan contoh soal yang baru diberikan.


(14)

4

Selain itu peneliti juga memberikan tes awal yang terdiri dari 4 soal dengan skor maksimum adalah 100. Tujuan dari tes awal ini adalah

1. untuk mengetahui kemampuan siswa pada materi prasyarat.

2. Untuk mengetahui letak kesulitan yang dihadapi siswa pada materi prasyarat.

3. Sebagai acuan dalam pengambilan tindakan dalam pembelajaran. Materi prasyarat dalam penelitian ini adalah persegi dan persegi panjang. Dari tes awal yang diberikan kepada siswa hanya 60% yang memperoleh nilai 65 keatas (yang mencapai ketuntasan belajar pada materi prasyarat). Kesulitan yang dialami siswa dalam tes ini adalah menentukan luas dan keliling persegi dan persegi panjang. Siswa tidak mampu menyelesaikan soal yang membutuhkan cara baru dalam penyelesaian. Ini menunjukkan bahwa siswa di SMP Katolik Tri Sakti 2 Medan belum memiliki kemampuan berpikir kreatif yang baik. Hal ini dimungkinkan karena metode pembelajaran yang digunakan guru kurang cocok sehingga menyebabkan siswa kurang menggunakan pemikirannya dengan baik dalam pembelajaran matematika apalagi untuk mampu berpikir kreatif dengan baik. Setelah menelusuri, ditemukan berbagai penyebab tingkat kemampuan berpikir kreatif matematika siswa kelas SMP Katolik Tri Sakti 2 masih sangat rendah yaitu pembelajaran matematika saat ini kurang relevan dengan tujuan dan karakteristik pembelajaran matematika, guru tidak melatih siswa dalam berpikir kreatif dan siswa kurang mampu menerapkan konsep berpikir kreatif matematika.

Banyak guru mengajar dengan menggunakan metode yang tidak sesuai dengan materi yang diajarkan. Seperti yang dikatakan oleh Arends (dalam Trianto, 2007:66) bahwa : ”Dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah”.

Masalah-masalah yang sering dihadapi siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika diantaranya:

- Siswa kesulitan dalam memisalkan dan mengubah kalimat soal ke dalam kalimat matematika (membuat model)


(15)

5

- Siswa kesulitan dalam memahami makna soal sehingga siswa tidak mampu menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanya dari soal yang diberikan,

- Siswa kesulitan dalam menentukan konsep matematika yang akan digunakan dalam menyelesaikan soal.

Hal ini tidaklah sesuai dengan tujuan pendidikan matematika untuk mengembangkan pola pikir kreatif, logis dan jujur. Dengan demikian, diperlukan model pembelajaran yang efektif membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Ibrahim dan Nur (2000:2:241) bahwa : ”Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi

pada masalah dunia nyata, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar”.

Salah satu model pembelajaran yang digunakan adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah. Pembelajaran bebasis masalah adalah suatu model pengajaran yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan-masalah, materi (konten), dan pengendalian diri (Hmelo-Silver, 2004; Serafino & Chicelli, 2005).

Pada model pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya.

Berdasarkan uraian diatas tampak jelas bahwa model pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan adanya masalah, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang telah mereka ketahui dan apa yang perlu mereka ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam pembelajaran ini masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat disesuaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerja sama dan interaksi dalam kelompok.

Ciri-ciri utama pembelajaran berbasis masalah meliputi pengajuan suatu pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin ilmu, penyelidikan autentik, kerja sama, dan menghasilkan karya serta peragaan. Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru


(16)

6

memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan dan memecahkan masalah, dengan kata lain pembelajaran berbasis masalah memprioritaskan suatu masalah dalam bahan ajar.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka diindentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

1. Matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa.

2. Peran serta siswa dalam melakukan aktivitas di kelas masih kurang aktif.

3. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah matematika terutama untuk soal matematika yang dikombinasikan dengan berbagai formula maupun yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

4. Metode mengajar yang digunakan guru belum mampu untuk mengembangkan kemampuan kreativitas belajar matematika siswa.

1.3Batasan Masalah

Karena luasnya ruang lingkup permasalahan dan agar penelitian menjadi lebih efektif, jelas dan terarah, masalah dibatasi pada “Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematika siswa pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP Katolik Tri Sakti 2 Medan”.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah yang dikemukakan maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:


(17)

7

1. Bagaimana peningkatan kemampuan berfikir kreatif matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP Katolik Tri Sakti 2 Medan Tahun Ajaran 2013/2014?

2. Bagaimana kadar aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran menerapkan model pembelajaran berbasis masalah?

1.5 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan berfikir kreatif matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP Katolik Tri Sakti 2 Medan Tahun Ajaran 2013/2014?

2. Mengetahui bagaimana kadar aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran menerapkan model pembelajaran berbasis masalah?

1.6 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi guru maupun calon guru agar dapat menerapkan pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa.

2. Sebagai sumber informasi bagi sekolah tentang keadaan kemampuan berpikir kreatif siswa sehingga dapat dirancang suatu pendekatan pembelajaran guna meningkatkan mutu pendidikan.

3. Siswa menemukan pembelajaran yang membantu mereka untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatifnya serta mencapai prestasi belajar yang lebih baik.

4. Sebagai bahan masukan dan bekal ilmu pengetahuan bagi penulis dalam mengajar matematika dimasa yang akan datang.

5. Sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi pembaca atau penulis lain yang berminat melakukan penelitian sejenis.


(18)

8

1.7.Definisi Operasional

1. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kreatif dan keterampilan pemecahan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang essensial dari materi pembelajaran matematika.

2. Berpikir kreatif adalah Penalaran siswa dalam memberi berbagai cara menyelesaikan masalah dunia nyata secara fasik (lancar), fleksibel (luwes), dan original (asli).

3. Kemampuan berpikir kreatif adalah Kemampuan berpikir siswa dalam memberi berbagai cara menyelesaikan masalah dunia nyata secara fasik ( lancar), fleksibel (luwes), dan original (asli).

4. Masalah adalah Suatu soal yang dihadapi siswa pada dunia nyata yang menuntut siswa untuk berpikir secara fasik (lancar), fleksibel (luwes), dan original (asli).


(19)

82

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan

Berdasarkan temuan dan hasil analisis data penelitian, dapat dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa kelas VII SMP Katolik Tri Sakti II Medan. Hal ini diketahui dari rata-rata nilai tes kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus I sebesar 52,10% meningkat menjadi rata-rata 70,84% pada siklus II.

2. Pada aktivitas aktif siswa siklus I terdapat 3 (tiga) kategori pengamatan terhadap aktivitas aktif siswa belum berada pada batas toleransi yang ditetapkan. Ketiga aktivitas tersebut adalah membaca buku siswa, lks, dan sumber-sumber yang relevan, mempresentasikan hasil kerja dan perilaku siswa yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar. Sementara pada siklus-2 semua kategori pengamatan pada aktivitas siswa berada pada batas toleransi yang ditetapkan.

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan penelitian yang diuraikan diatas dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa, temuan penelitian, hasil analisis data, perangkat pembelajaran, maupun instrumen yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa pada


(20)

82

jenjang yang berbeda maupun mata pelajaran yang berbeda pada penelitian ini.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi sekolah dalam meningkatkan aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi sekolah karena dapat memberikan respon positif siswa terhadap kegiatan pembelajaran melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah. 4. Bagi peneliti yang tertarik dengan penelitian ini hendaknya

mempertimbangkan dalam hal memberi jawaban dan strategi beragam.

5. Kepada guru khususnya guru matematika hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran berbasis masalah pada materi kubus dan balok atau materi lain agar pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan sehingga siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.


(21)

83

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Cholik, M. 2006. Matematika Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga Eggen, Paul. 2012. Strategi Dan Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Indeks

Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2010), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan, FMIPA Unimed

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara Hudojo, 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud P2LPTK Jhonson. 2002. Contextual Teaching & Learning. Bandung: MIC

Marzano. 1993. Model Pendidikan Berpikir Kritis-Kreatif Untuk Siswa Sekolah Dasar.(http://www.infodiknas.com/model-pendidikan-berpikir-kritis-kreatif-untuk-siswa-sekolah-dasar.html) diakses Juni 2013

Muhibbin., 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Press

Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta

Putu, Gusti. 2009. Pembelajaran Pendekatan Tematik.

(http://goeroendeso.files.wordpress.com/2009/01/pembelajaran-pendekatan-tematik.pdf) diakses Juni 2013.

Rosmala. 2010. Profesionalisasi Guru Melalui PTK. Medan: Pasca Sarjana Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Sinaga, Bornok. (2008). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak (PBM-B3). Disertasi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Slameto. (2003), Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta.


(22)

84

Sudjana, Nana. (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Rosdakarya. Bandung.

Trianto. (2011), Mendesain Model Pembeajaran Inovatif Progresif, Jakarta: Penerbit Kencana.

Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana


(1)

7

1. Bagaimana peningkatan kemampuan berfikir kreatif matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP Katolik Tri Sakti 2 Medan Tahun Ajaran 2013/2014?

2. Bagaimana kadar aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran menerapkan model pembelajaran berbasis masalah?

1.5 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan berfikir kreatif matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP Katolik Tri Sakti 2 Medan Tahun Ajaran 2013/2014?

2. Mengetahui bagaimana kadar aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran menerapkan model pembelajaran berbasis masalah?

1.6 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi guru maupun calon guru agar dapat menerapkan pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa.

2. Sebagai sumber informasi bagi sekolah tentang keadaan kemampuan berpikir kreatif siswa sehingga dapat dirancang suatu pendekatan pembelajaran guna meningkatkan mutu pendidikan.

3. Siswa menemukan pembelajaran yang membantu mereka untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatifnya serta mencapai prestasi belajar yang lebih baik.

4. Sebagai bahan masukan dan bekal ilmu pengetahuan bagi penulis dalam mengajar matematika dimasa yang akan datang.

5. Sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi pembaca atau penulis lain yang berminat melakukan penelitian sejenis.


(2)

1.7.Definisi Operasional

1. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kreatif dan keterampilan pemecahan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang essensial dari materi pembelajaran matematika.

2. Berpikir kreatif adalah Penalaran siswa dalam memberi berbagai cara menyelesaikan masalah dunia nyata secara fasik (lancar), fleksibel (luwes), dan original (asli).

3. Kemampuan berpikir kreatif adalah Kemampuan berpikir siswa dalam memberi berbagai cara menyelesaikan masalah dunia nyata secara fasik ( lancar), fleksibel (luwes), dan original (asli).

4. Masalah adalah Suatu soal yang dihadapi siswa pada dunia nyata yang menuntut siswa untuk berpikir secara fasik (lancar), fleksibel (luwes), dan original (asli).


(3)

82

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan

Berdasarkan temuan dan hasil analisis data penelitian, dapat dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa kelas VII SMP Katolik Tri Sakti II Medan. Hal ini diketahui dari rata-rata nilai tes kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus I sebesar 52,10% meningkat menjadi rata-rata 70,84% pada siklus II.

2. Pada aktivitas aktif siswa siklus I terdapat 3 (tiga) kategori pengamatan terhadap aktivitas aktif siswa belum berada pada batas toleransi yang ditetapkan. Ketiga aktivitas tersebut adalah membaca buku siswa, lks, dan sumber-sumber yang relevan, mempresentasikan hasil kerja dan perilaku siswa yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar. Sementara pada siklus-2 semua kategori pengamatan pada aktivitas siswa berada pada batas toleransi yang ditetapkan.

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan penelitian yang diuraikan diatas dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa, temuan penelitian, hasil analisis data, perangkat pembelajaran, maupun instrumen yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa pada


(4)

jenjang yang berbeda maupun mata pelajaran yang berbeda pada penelitian ini.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi sekolah dalam meningkatkan aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi sekolah karena dapat memberikan respon positif siswa terhadap kegiatan pembelajaran melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah. 4. Bagi peneliti yang tertarik dengan penelitian ini hendaknya

mempertimbangkan dalam hal memberi jawaban dan strategi beragam.

5. Kepada guru khususnya guru matematika hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran berbasis masalah pada materi kubus dan balok atau materi lain agar pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan sehingga siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.


(5)

83

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Cholik, M. 2006. Matematika Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga

Eggen, Paul. 2012. Strategi Dan Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Indeks

Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2010), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan, FMIPA Unimed

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Hudojo, 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud P2LPTK

Jhonson. 2002. Contextual Teaching & Learning. Bandung: MIC

Marzano. 1993. Model Pendidikan Berpikir Kritis-Kreatif Untuk Siswa Sekolah Dasar.(http://www.infodiknas.com/model-pendidikan-berpikir-kritis-kreatif-untuk-siswa-sekolah-dasar.html) diakses Juni 2013

Muhibbin., 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Press

Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta

Putu, Gusti. 2009. Pembelajaran Pendekatan Tematik.

(http://goeroendeso.files.wordpress.com/2009/01/pembelajaran-pendekatan-tematik.pdf) diakses Juni 2013.

Rosmala. 2010. Profesionalisasi Guru Melalui PTK. Medan: Pasca Sarjana

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Sinaga, Bornok. (2008). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak (PBM-B3). Disertasi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Slameto. (2003), Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta.


(6)

Sudjana, Nana. (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Rosdakarya. Bandung.

Trianto. (2011), Mendesain Model Pembeajaran Inovatif Progresif, Jakarta: Penerbit Kencana.

Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana