Kadar Air dan Sedimen Rendemen

28 molar metanol terhadap minyak dan konsentrasi katalis NaOH yang ditambahkan dalam proses transesterifikasi. Keterangan : A1B1 = Molar metanol : minyak = 3 : 1; konsentrasi katalis NaOH 0.5 A1B2 = Molar metanol : minyak = 3 : 1; konsentrasi katalis NaOH 1 A1B3 = Molar metanol : minyak = 3 : 1; konsentrasi katalis NaOH 1.5 A2B1 = Molar metanol : minyak = 6 : 1; konsentrasi katalis NaOH 0.5 A2B2 = Molar metanol : minyak = 6 : 1; konsentrasi katalis NaOH 1 A2B3 = Molar metanol : minyak = 6 : 1; konsentrasi katalis NaOH 1.5 A3B1 = Molar metanol : minyak = 9 : 1; konsentrasi katalis NaOH 0.5 A3B2 = Molar metanol : minyak = 9 : 1; konsentrasi katalis NaOH 1 A3B3 = Molar metanol : minyak = 9 : 1; konsentrasi katalis NaOH 1.5 Gambar 14. Histogram hubungan antara rasio molar metanol terhadap minyak dan konsentrasi katalis NaOH terhadap kadar abu Biodiesel membutuhkan kandungan abu yang serendah mungkin. Tingginya kadar abu pada biodiesel akan berbahaya dikarenakan senyawa organologam akan mengendap dan menyebabkan karat pada mesin. Selain itu, abu juga dapat mengikis unit-unit injektor pada motor diesel. Berdasarkan SNI biodiesel, maksimal kandungan abu adalah 0.02. Dari semua perlakuan yang diujikan sudah memenuhi standar, dimana biodiesel yang memiliki nilai kadar abu terendah dengan rasio molar metanol terhadap minyak 9:1 dan konsentrasi katalis NaOH 1 serta rasio molar metanol terhadap minyak 9:1 dan konsentrasi katalis NaOH 1.5.

4.2.8. Kadar Air dan Sedimen

Kadar air dan sedimen merupakan salah satu parameter penting dalam menentukan kualitas biodiesel. Nilai kadar air dan sedimen biodiesel biji bintaro untuk semua perlakuan adalah 0 Tabel 9. Kandungan air yang tinggi dalam biodiesel dapat mendorong terjadinya reaksi hidrolisis antara trigliserida dengan molekul air sehingga membentuk gliserol dan asam lemak bebas. Selain itu, air dalam biodiesel akan menyebabkan mesin diesel aus sehingga dapat menyebabkan korosi pada mesin diesel. Kandungan air dalam biodiesel juga akan mempengaruhi dalam penyimpanan 29 biodiesel, karena air dalam biodiesel dapat mengkondisikan lingkungan yang cocok untuk mikroorganisme. Menurut SNI biodiesel no. 04-7182-2006 tahun 2006, maksimal nilai kadar air dan sedimen biodiesel adalah 0.05. Dari semua perlakuan yang dilakukan nilai kadar air dan sedimen biodiesel biji bintaro adalah 0. Sehingga semua perlakuan yang dilakukan sesuai dengan standar SNI biodiesel dan layak untuk dijadikan bahan bakar mesin diesel. Tabel 9. Nilai kadar air dan sedimen biodiesel biji bintaro Sampel Kadar air dan sedimen Sampel Kadar air dan sedimen Sampel Kadar air dan sedimen A1B1 0.00 A2B1 0.00 A3B1 0.00 A1B2 0.00 A2B2 0.00 A3B2 0.00 A1B3 0.00 A2B3 0.00 A3B3 0.00

4.2.9. Rendemen

Histogram hubungan antara rasio molar metanol terhadap minyak dan konsentrasi katalis NaOH terhadap rendemen dapat dilihat pada Gambar 15. Keterangan : A1B1 = Molar metanol : minyak = 3 : 1; konsentrasi katalis NaOH 0.5 A1B2 = Molar metanol : minyak = 3 : 1; konsentrasi katalis NaOH 1 A1B3 = Molar metanol : minyak = 3 : 1; konsentrasi katalis NaOH 1.5 A2B1 = Molar metanol : minyak = 6 : 1; konsentrasi katalis NaOH 0.5 A2B2 = Molar metanol : minyak = 6 : 1; konsentrasi katalis NaOH 1 A2B3 = Molar metanol : minyak = 6 : 1; konsentrasi katalis NaOH 1.5 A3B1 = Molar metanol : minyak = 9 : 1; konsentrasi katalis NaOH 0.5 A3B2 = Molar metanol : minyak = 9 : 1; konsentrasi katalis NaOH 1 A3B3 = Molar metanol : minyak = 9 : 1; konsentrasi katalis NaOH 1.5 Gambar 15. Histogram hubungan antara rasio molar metanol terhadap minyak dan konsentrasi katalis NaOH terhadap rendemen 30 Berdasarkan histogram di atas dapat diketahui bahwa rendemen biodiesel biji bintaro terendah adalah 44.05 pada rasio molar metanol terhadap minyak 9:1 dan konsentrasi katalis NaOH 1.5. Sedangkan rendemen tertinggi adalah 96.22 pada rasio molar metanol terhadap minyak 9:1 dan konsentrasi katalis NaOH 0.5. Dari histogram di atas dapat dilihat adanya kecenderungan peningkatan rendemen yang dihasilkan dipengaruhi oleh peningkatan rasio molar metanol terhadap minyak dan penurunan konsentrasi katalis NaOH yang digunakan. Hasil analisis keragaman pada Lampiran 13b menunjukkan bahwa rasio molar metanol terhadap minyak dan konsentrasi katalis NaOH berpengaruh sangat nyata terhadap rendemen. Hasil uji lanjut konsentrasi katalis NaOH pada Lampiran 13c menunjukkan adanya kenaikan konsentrasi katalis NaOH yang digunakan berpengaruh secara signifikan dan menurunkan rendemen. Untuk rasio molar metanol terhadap minyak 3:1 dan 6:1 tidak berpengaruh secara signifikan, namun rasio molar metanol terhadap minyak 9:1 berpengaruh secara signifikan terhadap rendemen. Rendemen biodiesel sangat dipengaruhi oleh kadar FFA sebelum proses transesterifikasi, sesuai dengan Tyson 2004 yang menyatakan minyak yang mengandung asam lemak bebas 10 akan kehilangan rendemen sebesar 30 jika diproses dengan transesterifikasi. Menurut Lee et al. 2002 rendemen transesterifikasi dapat ditingkatkan dari 25 menjadi 96 dengan menurunkan kadar asam lemak bebas dan air masing-masing berturut-turut 10 menjadi 0.23 dan 0.2 menjadi 0.02. Rendemen biodiesel yang rendah disebabkan adanya reaksi antara asam lemak bebas dengan katalis basa pada proses transesterifikasi dan membentuk sabun. Katalis basa yang seharusnya digunakan untuk mempercepat reaksi menjadi berkurang sehingga proses konversi trigliserida menjadi metil ester menjadi tidak optimal dan menghasilkan senyawa intermediet monogliserida dan digliserida. Rendemen biodiesel dihitung untuk mengetahui jumlah biodiesel yang diperoleh setelah proses pemisahan dengan gliserol dengan total minyak biji bintaro awal bb. Proses pemisahan biodiesel dari gliserol dan senyawa lain yang tidak dibutuhkan merupakan hal yang penting dalam penentuan rendemen biodiesel, dimana pemisahan yang tidak optimal akan menurunkan rendemen biodiesel yang dihasilkan. Faktor- faktor yang mempengaruhi proses pemisahan tersebut adalah viskositas dan perbedaan densitas antara gliserol serta senyawa-senyawa hidrofilik dan biodiesel. Gliserol dan senyawa-senyawa hidrofilik akan membentuk suatu agregat yang kompak dan padat, akibatnya gliserol dan senyawa-senyawa tersebut akan terpisah dari biodiesel. Selain itu sifat gliserol yang tidak larut dan densitas yang lebih besar dibandingkan biodiesel menyebabkan gliserol terpisah dari biodiesel. Nilai rendemen terbaik merupakan nilai yang menentukan perlakuan terbaik untuk produksi biodiesel dari minyak biji bintaro. Dari semua perlakuan yang telah diujikan, maka perlakuan terbaik untuk produksi biodiesel dari minyak biji bintaro adalah pada rasio molar metanol terhadap minyak 9:1 dan konsentrasi katalis NaOH 0.5, dengan nilai bilangan asam 0.50 mg KOHg, nilai kadar asam lemak bebas 0.25, nilai bilangan iod 37.09 g I 2 100 g, nilai bilangan peroksida 5.13 mg O 2 g, nilai bilangan penyabunan 195.30 mg KOHg, nilai viskositas 3.69 cSt, nilai densitas 0.86 gcm 3 , nilai kadar abu 0.01, nilai kadar air dan sedimen 0 dan rendemen 96.22. 31

4.2.10. Titik Nyala Flash Point