PERBEDAAN PERILAKU PROSOSIAL MAHASISWA DITINJAU DARI TEMPAT TINGGAL (STUDI PADA MAHASISWA YANG TINGGAL DI ASRAMA DAN TINGGAL DENGAN ORANG TUA)

(1)

PERBEDAAN PERILAKU PROSOSIAL MAHASISWA DITINJAU

DARI TEMPAT TINGGAL (STUDI PADA MAHASISWA YANG

TINGGAL DI ASRAMA DAN TINGGAL DENGAN ORANG TUA)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

Rizky Meilia Jonasari

201010230311175


(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Perbedaan Perilaku

Prososial Mahasiswa ditinjau dari Tempat Tinggal (Studi pada mahasiswa yang tinggal

di Asrama dan tinggal dengan orangtua)” dengan baik dan tepat waktu sebagai salah satu

syarat guna memperoleh derajat sarjana psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang.

Dalam penulisan skrispi ini penulis menyadari bahwa banyak pihak yang terkait

dalam membantu terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih yang melimpah kepada :

1.

Ibu Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku dosen pembimbing 1 sekaligus ibu Dekan

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang walaupun sibuk

tapi telah meluangkan banyak waktu untuk membimbing dalam penulisan

skripsi ini

2.

Ibu Diana Savitri H, S.Psi, M.Psi selaku dosen pembimbing 2 yang telah banyak

memberikan waktunya dan membimbing dalam penyusunan penulisan skripsi

ini.

3.

Seluruh dosen dan para staff TU Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Malang yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan sehingga sangat

berguna dalam penyusunan skripsi.

4.

Keluarga tercinta Ibu, Bapak, Mama dan Mamak yang telah banyak

memberikan motivasi dan doa kepada penulis agar skripsi ini bisa terselesaikan.

5.

Mbak Yuli, selaku pendamping di asrama yang telah memberikan ijin kepada

penulis untuk mengadakan penelitian di asrama.

6.

Para responden di dalam asrama mahasiswa Universitas Muhammadiyah

Malang dan responden yang tinggal di rumah bersama orang tuanya yang telah

membantu mengisi kuesioner


(5)

7.

Teman satu seperjuangan yang kemana-mana selalu bersama, Raditya Bagus

Pratama yang selalu memberikan semangat dan menjadi teman sharing ketika

penulis lelah dalam mengerjakan skripsi

8.

Adinda Leoniputri, adek sepupuku tersayang yang membantu dalam mengoreksi

kuesioner dan input data.

9.

Teman-teman psikologi C angkatan 2010 yang selama ini selalu saling

mendukung agar bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

10.

My besties

Evie, Icha, Resty, yang memberikan semangat dan saling

memotivasi satu sama lain dalam menyelesaikan skripsi ini

11.

Akhirnya, semua pihak yang telah banyak membantu dan berperan dalam

penulisan tugas akhir ini yang tidak bisa disebutkan satu-satu oleh penulis

disini. Thank’s All.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat

kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang demi skripsi

ini di kemudian hari. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

menambah pengetahuan yang lebih luas bagi para pembaca.

Malang, 25 Maret 2014

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

SURAT PERNYATAAN iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

ABSTRAK

1

PENDAHULUAN

2

TINJAUAN PUSTAKA 4

METODE PENELITIAN 9

A.

Rancangan Penelitian

9

B.

Variabel dan Instrumen Penelitian

9

C.

Validitas Instrumen

9

D.

Subjek Penelitian

10

E.

Prosedur Penelitian

10

HASIL PENELITIAN

12

DISKUSI

12

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

14


(7)

DAFTAR TABEL

TABEL

halaman

1 Indeks Validitas Skala Prososial

10

2 Indeks Reliabilitas Skala Prososial

10

3 Kategorisasi Skor skala prososial

11

4 Hasil Uji Asumsi Normalitas

12


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

halaman

1 Hasil uji validitas dan reliabilitas skala prososial

18

2 Skala tryout dan Blueprint skala prososial

24

3 Skala Penelitian dan Blueprint skala prososial

31

4 Hasil uji T-test

36

5 Tabulasi tryout

38


(9)

Daftar Pustaka

Aprilia. (2007), Hubungan antara efektivitas komunikasi interpersonal dengan konflik interpersonal di asrama mahasiswa UB Malang, skripsi. Fakultas psikologi , Universitas Muhammadiyah Malang.

Azwar, S. (2010). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Baron, A.R dan Byrne (2003). Psikologi sosial (Edisi sepuluh jilid 2), Jakarta : Erlangga

Dayakisni, T. Hudaniah. (2009). Psikologi sosial, Malang : UMM Press

Dellyani, M (2013). Definisi dan fungsi rumah tinggal. Diakses 15 November 2013 dari http://dellyani.blogspot.com/2013/05/definisi-dan-fungsi-rumah-tinggal.html.

Delvi, I.L. (2012), Perilaku prososial remaja ditinjau dari tempat tinggal (Remaja yang tinggal di Pondok Pesantren dan Tinggal bersama orang tua), skripsi. Fakultas psikologi , Universitas Muhammadiyah Malang

Dewi, Nelvi, R.C. (2010). Hubungan antara kesesakan dengan perilaku prososial pada mahasiswa di pemukiman padat, skripsi. Fakultas psikologi. Universitas Muhammadiyah Malang

Johnson & Jhonson, (1991), Joining together : Group theory and group skills.New York : Prentice Hall.Inc

Mappiare, A. (1982). Psikologi remaja, Surabaya : Usaha Nasional

Nadler, A., Bart-Tal, D., & Drukman, O. (1982). Density does not help: Help-giving, help-seeking and help-reciprocating of residents of high and low student dormitories. Journal population and environment, vol 5, 26-42. Acessed on

March 3, 2013 from

http://link.springer.com/article/10.1007%FBF01359050#page-1

Silas, Johan. (2002). Pembangunan Permukiman dan Prasarana Wilayah, Makalah Pelatihan AMDAL–A, ITS, Surabaya.

Sears, D.O., Freedman, J.L., Peplau, L. (1985). Social Psychology (5th ed.). Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, Inc.


(10)

Taylor, S. E., dkk. (2009). Psikologi Sosial, edisi kedua belas. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Wikipedia, pengertian Asrama. Diakses 29 September 2013 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Asrama

Winarsunu, T. (2009). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang : UMM Press.

Wordpress, (2013, 27 April ) Definisi rumah tinggal. Diakses 16 November 2013, dari http://hadiyanuariswanto.wordpress.com/2013/04/27/definisi-rumah-tinggal/

Wulandari, Y.H. (2012). Empati dan pola asuh demokratis sebagai prediktor perilaku

prososial remaja ppa di solo, Jurnal online

http://repository.library.uksw.edu/bitstream/handle/123456789/2274/T2_83200 9021_BAB%20I.pdf?sequence=2


(11)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari, tolong menolong antar satu orang dengan yang lain pasti adalah suatu hal yang wajib dilakukan, karena sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Namun meskipun demikian, sering dijumpai orang yang kurang prososial terhadap orang lain. Seiring dengan berjalannya waktu dan kemajuan modern yang ada saat ini, membuat seseorang menjadi makhluk yang individual, tidak memperdulikan orang lain yang ada di sekitarnya. Dari sinilah prososial menjadi menurun karena ketika akan menolong seseorang mereka berfikir dua kali. Menurunnya sikap prososial juga terjadi di kalangan mahasiswa yang seharusnya ini tidak boleh terjadi karena mahasiswa adalah orang-orang yang berintelektual tinggi dan seharusnya memberikan contoh kepada yang lain, namun pada faktanya hal ini juga terjadi di kalangan mahasiswa (Spica, 2008). Pengembangan perilaku prososial di kalangan remaja saat ini sangat diperlukan.Bila perilaku generasi penerus bangsa ini tidak mengarah ke perilaku prososial, maka tidak ada rasa peduli terhadap masyarakat. Fenomena para remaja yang kurang memiliki perilaku sosial juga terdapat pada remaja-remaja PPA di Solo. Menurut hasil penelitian Wulandari (2012) bahwa remaja sekarang ini kurang mampu untuk memiliki kesadaran menolong orang lain, membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan, sikap acuh kepada teman yang sedang mengalami kesulitan.

Sering dijumpai bahwa para remaja berkumpul dengan kelompok atau temannya yang lain. Dalam hal ini remaja menunjukkan sikap yang ingin diakui, diterima dan ketakutan akan ditinggalkan kelompok atau terisolir dengan kelompoknya. Kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar untuk hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya. Lingkungan teman sebaya merupakan suatu kelompok yang baru, yang memiliki ciri, norma, kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang ada dalam lingkungan keluarga (Mappiare, 1982). Dari bergabung dengan anggota kelompok maka bisa meningkatkan empati dan perilaku prososial seseorang, begitu juga perspective thinking mereka (Johnson & Jhonson, 1991). Dalam memberikan bantuan, teman 1 kelompok akan lebih cepat membantu dan merasakan hubungan interpersonal yang lebih dalam sehingga merasa penting untuk membantu teman 1 kelompoknya (Sturmer and Snyder, 2005). Banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku prososial dan salah satunya adalah faktor personal. Berdasarkan penelitian terdahulu menurut Andi (dikutip oleh Delvi, 2012) perilaku prososial remaja


(12)

Remaja akhir yang telah lulus sekolah menengah pasti ada yang melanjutkan ke perguruan tinggi untuk kuliah dan menyandang status mahasiswa. Sebagai seorang mahasiswa, pasti ada yang tinggal bersama orang tua ataupun tinggal di Asrama atau tempat kos. Saat kuliah, banyak mahasiswa yang tinggal jauh dari orangtua dan merantau untuk menuntut ilmu. Para mahasiswa tinggal di asrama yang mana hal tersebut bisa juga mempengaruhi sikap prososial dengan orang lain karena merasa harus lebih sering kerjasama dengan anggota asrama yang lain. Kerjasama ini merupakan salah satu aspek dari prososial itu sendiri yang dikemukakan oleh William.William (dalam Dayakisni, 2009) membatasi perilaku prososial secara lebih rinci sebagai perilaku yang memiliki intensi untuk mengubah keadaan fisik atau psikologis penerima bantuan dari kurang baik menjadi lebih baik, dalam arti secara material maupun psikologis.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Nadler dkk. (dalam Sears dkk., 1994) di asrama mahasiswa, membandingkan 2 bentuk asrama yaitu asrama yang padat penghuninya dan juga asrama yang tidak padat penghuninya. Mereka meneliti tentang pengaruh kepadatan terhadap perilaku prososial para mahasiswa yang tinggal di asrama tersebut. Perilaku prososial dilihat dari segi memberikan bantuan, mencari bantuan, dan membalas bantuan orang lain.Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang tinggal di asrama yang tidak padat penghuninya ternyata lebih banyak mencari bantuan akan tetapi lebih sedikit memberi bantuan orang lain, bila dibandingkan dengan mahasiswa yang tinggal di asrama yang padat penghuninya. Respon-respon sosial yang ditunjukkan oleh mahasiswa-mahasiswa yang tinggal di asrama yang padat lebih dipengaruhi oleh kebutuhan akan bantuan orang lain. Menurut Staub (Dayakisni dan Hudaniah, 2009), ada faktor yang mempengaruhi prososial seseorang salah satunya adalah self-gain. Self-gain adalah harapan seseorang untuk memperoleh atau menghindari kehilangan sesuatu, misalnya ingin mendapatkan pengakuan, pujian, atau takut dikucilkan. Hal ini bisa terjadi pada mahasiswa yang tinggal di asrama, jika ia tidak memiliki self-gain yang baik di dalam dirinya maka bisa saja ia tidak memiliki teman di asrama.

Di kalangan mahasiswa, perbedaan prososial juga kerap terjadi seperti antara mahasiswa yang tinggal di asrama atau tinggal bersama orang tuanya. Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Delvi, yang mana meneliti tentang prososial ditinjau dari tempat tinggal terkait anak yang tinggal di Pondok Pesantren dan tinggal bersama orang tuanya mendapatkan hasil bahwa ada perbedaan perilaku prososial yang sangat signifikan ditinjau dari tempat tinggal. Hasil penelitian remaja yang tinggal di pondok pesantren memiliki perilaku prososial yang lebih tinggi daripada remaja yang tinggal bersama orang tua. Remaja yang tinggal bersama orang tua tentu tidak mengalami rasa nasib seperjuangan dengan teman-temannya. Mereka juga tidak selalu bisa berbagi dengan teman yang lain, misalnya saja jika remaja tersebut berada di lingkungan keluarga kecil. Remaja tentu tidak begitu cepat berperilaku prososial karena lebih menggantungkan diri pada orang tuanya, sehingga untuk berperilaku prososial mereka harus disuruh oleh orang tua atau menyadari bahwa memang orang tua mereka membutuhkan bantuan, sehingga remaja mau berperilaku prososial (Delvi, 2012).


(13)

Dalam penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui perbedaan perilaku prososial mahasiswa yang tinggal di asrama dan yang tinggal dengan orang tuanya (tidak tinggal di asrama). Sedangkan pada penelitian terdahulu adalah penelitian tentang bagaimana perilaku prososial pada remaja yang tinggal di pondok pesantren dan remaja yang tinggal bersama orang tuanya (tidak tinggal di pondok pesantren). Jika dalam penelitian terdahulu menunjukkan hasil bahwa remaja yang tinggal di pondok pesantren lebih berperilaku prososial tinggi, maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana perbedaan prososial mahasiswa yang tinggal di asrama dan tinggal dengan orang tuanya.

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan perilaku prososial antara mahasiswa yang tinggal di asrama dan tinggal dengan orang tua? Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui perbedaan perilaku prososial mahasiswa yang tinggal di asrama dan tinggal bersama orang tua (tidak tinggal di asrama). Manfaat dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi ranah Psikologi Sosial terkait perbedaan perilaku prososial mahasiswa yang tinggal di asrama dan mahasiswa yang tinggal dengan orang tua.


(1)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

halaman

1 Hasil uji validitas dan reliabilitas skala prososial

18

2 Skala tryout dan Blueprint skala prososial

24

3 Skala Penelitian dan Blueprint skala prososial

31

4 Hasil uji T-test

36

5 Tabulasi tryout

38


(2)

18 Daftar Pustaka

Aprilia. (2007), Hubungan antara efektivitas komunikasi interpersonal dengan konflik interpersonal di asrama mahasiswa UB Malang, skripsi. Fakultas psikologi , Universitas Muhammadiyah Malang.

Azwar, S. (2010). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Baron, A.R dan Byrne (2003). Psikologi sosial (Edisi sepuluh jilid 2), Jakarta : Erlangga

Dayakisni, T. Hudaniah. (2009). Psikologi sosial, Malang : UMM Press

Dellyani, M (2013). Definisi dan fungsi rumah tinggal. Diakses 15 November 2013 dari http://dellyani.blogspot.com/2013/05/definisi-dan-fungsi-rumah-tinggal.html.

Delvi, I.L. (2012), Perilaku prososial remaja ditinjau dari tempat tinggal (Remaja yang tinggal di Pondok Pesantren dan Tinggal bersama orang tua), skripsi. Fakultas psikologi , Universitas Muhammadiyah Malang

Dewi, Nelvi, R.C. (2010). Hubungan antara kesesakan dengan perilaku prososial pada mahasiswa di pemukiman padat, skripsi. Fakultas psikologi. Universitas Muhammadiyah Malang

Johnson & Jhonson, (1991), Joining together : Group theory and group skills.New York : Prentice Hall.Inc

Mappiare, A. (1982). Psikologi remaja, Surabaya : Usaha Nasional

Nadler, A., Bart-Tal, D., & Drukman, O. (1982). Density does not help: Help-giving, help-seeking and help-reciprocating of residents of high and low student dormitories. Journal population and environment, vol 5, 26-42. Acessed on

March 3, 2013 from

http://link.springer.com/article/10.1007%FBF01359050#page-1

Silas, Johan. (2002). Pembangunan Permukiman dan Prasarana Wilayah, Makalah Pelatihan AMDAL–A, ITS, Surabaya.

Sears, D.O., Freedman, J.L., Peplau, L. (1985). Social Psychology (5th ed.). Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, Inc.

Spica, B. (2008), Perilaku prososial mahasiswa ditinjau dari empati dan dukungan sosial teman sebaya, skripsi. fakultas psikologi universitas katolik soegijapranata.

Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : Alfabeta Sturmer, S dan Snyder, M. (2005). Prosocial emotions and helping : the moderating

role of group membership. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 88 h. 532-546


(3)

Taylor, S. E., dkk. (2009). Psikologi Sosial, edisi kedua belas. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Wikipedia, pengertian Asrama. Diakses 29 September 2013 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Asrama

Winarsunu, T. (2009). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang : UMM Press.

Wordpress, (2013, 27 April ) Definisi rumah tinggal. Diakses 16 November 2013, dari http://hadiyanuariswanto.wordpress.com/2013/04/27/definisi-rumah-tinggal/

Wulandari, Y.H. (2012). Empati dan pola asuh demokratis sebagai prediktor perilaku prososial remaja ppa di solo, Jurnal online http://repository.library.uksw.edu/bitstream/handle/123456789/2274/T2_83200 9021_BAB%20I.pdf?sequence=2


(4)

2 BAB I PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari, tolong menolong antar satu orang dengan yang lain pasti adalah suatu hal yang wajib dilakukan, karena sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Namun meskipun demikian, sering dijumpai orang yang kurang prososial terhadap orang lain. Seiring dengan berjalannya waktu dan kemajuan modern yang ada saat ini, membuat seseorang menjadi makhluk yang individual, tidak memperdulikan orang lain yang ada di sekitarnya. Dari sinilah prososial menjadi menurun karena ketika akan menolong seseorang mereka berfikir dua kali. Menurunnya sikap prososial juga terjadi di kalangan mahasiswa yang seharusnya ini tidak boleh terjadi karena mahasiswa adalah orang-orang yang berintelektual tinggi dan seharusnya memberikan contoh kepada yang lain, namun pada faktanya hal ini juga terjadi di kalangan mahasiswa (Spica, 2008). Pengembangan perilaku prososial di kalangan remaja saat ini sangat diperlukan.Bila perilaku generasi penerus bangsa ini tidak mengarah ke perilaku prososial, maka tidak ada rasa peduli terhadap masyarakat. Fenomena para remaja yang kurang memiliki perilaku sosial juga terdapat pada remaja-remaja PPA di Solo. Menurut hasil penelitian Wulandari (2012) bahwa remaja sekarang ini kurang mampu untuk memiliki kesadaran menolong orang lain, membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan, sikap acuh kepada teman yang sedang mengalami kesulitan.

Sering dijumpai bahwa para remaja berkumpul dengan kelompok atau temannya yang lain. Dalam hal ini remaja menunjukkan sikap yang ingin diakui, diterima dan ketakutan akan ditinggalkan kelompok atau terisolir dengan kelompoknya. Kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar untuk hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya. Lingkungan teman sebaya merupakan suatu kelompok yang baru, yang memiliki ciri, norma, kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang ada dalam lingkungan keluarga (Mappiare, 1982). Dari bergabung dengan anggota kelompok maka bisa meningkatkan empati dan perilaku prososial seseorang, begitu juga perspective thinking mereka (Johnson & Jhonson, 1991). Dalam memberikan bantuan, teman 1 kelompok akan lebih cepat membantu dan merasakan hubungan interpersonal yang lebih dalam sehingga merasa penting untuk membantu teman 1 kelompoknya (Sturmer and Snyder, 2005). Banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku prososial dan salah satunya adalah faktor personal. Berdasarkan penelitian terdahulu menurut Andi (dikutip oleh Delvi, 2012) perilaku prososial remaja berkembang pesat setelah adanya kepentingan dan kebutuhan yang sama, sikap solidaritas atau “senasib seperjuangan” dirasakan dalam kehidupan berkelompok yang sengaja dibentuk maupun yang terbentuk dengan sendirinya. Simpati dan merasakan orang lain mulai berkembang, sikap penyesuaian diri dengan teman sebaya selalu dipertahankan remaja, walaupun hal itu dapat menimbulkan pertentangan-pertentangan antara remaja dengan orang tuanya akibat perbedaan nilai.


(5)

Remaja akhir yang telah lulus sekolah menengah pasti ada yang melanjutkan ke perguruan tinggi untuk kuliah dan menyandang status mahasiswa. Sebagai seorang mahasiswa, pasti ada yang tinggal bersama orang tua ataupun tinggal di Asrama atau tempat kos. Saat kuliah, banyak mahasiswa yang tinggal jauh dari orangtua dan merantau untuk menuntut ilmu. Para mahasiswa tinggal di asrama yang mana hal tersebut bisa juga mempengaruhi sikap prososial dengan orang lain karena merasa harus lebih sering kerjasama dengan anggota asrama yang lain. Kerjasama ini merupakan salah satu aspek dari prososial itu sendiri yang dikemukakan oleh William.William (dalam Dayakisni, 2009) membatasi perilaku prososial secara lebih rinci sebagai perilaku yang memiliki intensi untuk mengubah keadaan fisik atau psikologis penerima bantuan dari kurang baik menjadi lebih baik, dalam arti secara material maupun psikologis.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Nadler dkk. (dalam Sears dkk., 1994) di asrama mahasiswa, membandingkan 2 bentuk asrama yaitu asrama yang padat penghuninya dan juga asrama yang tidak padat penghuninya. Mereka meneliti tentang pengaruh kepadatan terhadap perilaku prososial para mahasiswa yang tinggal di asrama tersebut. Perilaku prososial dilihat dari segi memberikan bantuan, mencari bantuan, dan membalas bantuan orang lain.Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang tinggal di asrama yang tidak padat penghuninya ternyata lebih banyak mencari bantuan akan tetapi lebih sedikit memberi bantuan orang lain, bila dibandingkan dengan mahasiswa yang tinggal di asrama yang padat penghuninya. Respon-respon sosial yang ditunjukkan oleh mahasiswa-mahasiswa yang tinggal di asrama yang padat lebih dipengaruhi oleh kebutuhan akan bantuan orang lain. Menurut Staub (Dayakisni dan Hudaniah, 2009), ada faktor yang mempengaruhi prososial seseorang salah satunya adalah self-gain. Self-gain adalah harapan seseorang untuk memperoleh atau menghindari kehilangan sesuatu, misalnya ingin mendapatkan pengakuan, pujian, atau takut dikucilkan. Hal ini bisa terjadi pada mahasiswa yang tinggal di asrama, jika ia tidak memiliki self-gain yang baik di dalam dirinya maka bisa saja ia tidak memiliki teman di asrama.

Di kalangan mahasiswa, perbedaan prososial juga kerap terjadi seperti antara mahasiswa yang tinggal di asrama atau tinggal bersama orang tuanya. Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Delvi, yang mana meneliti tentang prososial ditinjau dari tempat tinggal terkait anak yang tinggal di Pondok Pesantren dan tinggal bersama orang tuanya mendapatkan hasil bahwa ada perbedaan perilaku prososial yang sangat signifikan ditinjau dari tempat tinggal. Hasil penelitian remaja yang tinggal di pondok pesantren memiliki perilaku prososial yang lebih tinggi daripada remaja yang tinggal bersama orang tua. Remaja yang tinggal bersama orang tua tentu tidak mengalami rasa nasib seperjuangan dengan teman-temannya. Mereka juga tidak selalu bisa berbagi dengan teman yang lain, misalnya saja jika remaja tersebut berada di lingkungan keluarga kecil. Remaja tentu tidak begitu cepat berperilaku prososial karena lebih menggantungkan diri pada orang tuanya, sehingga untuk berperilaku prososial mereka harus disuruh oleh orang tua atau menyadari bahwa memang orang tua mereka membutuhkan bantuan, sehingga remaja mau berperilaku prososial (Delvi, 2012).


(6)

4

Dalam penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui perbedaan perilaku prososial mahasiswa yang tinggal di asrama dan yang tinggal dengan orang tuanya (tidak tinggal di asrama). Sedangkan pada penelitian terdahulu adalah penelitian tentang bagaimana perilaku prososial pada remaja yang tinggal di pondok pesantren dan remaja yang tinggal bersama orang tuanya (tidak tinggal di pondok pesantren). Jika dalam penelitian terdahulu menunjukkan hasil bahwa remaja yang tinggal di pondok pesantren lebih berperilaku prososial tinggi, maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana perbedaan prososial mahasiswa yang tinggal di asrama dan tinggal dengan orang tuanya.

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan perilaku prososial antara mahasiswa yang tinggal di asrama dan tinggal dengan orang tua? Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui perbedaan perilaku prososial mahasiswa yang tinggal di asrama dan tinggal bersama orang tua (tidak tinggal di asrama). Manfaat dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi ranah Psikologi Sosial terkait perbedaan perilaku prososial mahasiswa yang tinggal di asrama dan mahasiswa yang tinggal dengan orang tua.


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN PERILAKU PROSOSIAL DITINJAU DARI TEMPAT TINGGAL (Studi pada Remaja yang Tinggal di Pondok Pesantren dan yang Tinggal bersama Orang Tua)

5 29 21

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA SISWA YANG PERNAH TINGGAL DI ASRAMA DAN YANG BELUM PERNAH TINGGAL DI ASRAMA

0 4 10

PERBANDINGAN TINGKAT DEPRESI ANTARA MAHASISWA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA DAN TINGGAL SENDIRI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

13 50 147

PERBANDINGAN TINGKAT DEPRESI ANTARA MAHASISWA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA DAN TINGGAL SENDIRI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

0 4 147

PERBEDAAN KECEMASAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UMS YANG TINGGAL DI PONDOKAN DENGAN MAHASISWA YANG TINGGAL BERSAMA ORANG TUA.

0 1 5

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI LAKI-LAKI YANG TINGGAL DI ASRAMA DENGAN LAKI-LAKI YANG TINGGAL BERSAMA ORANG PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI LAKI-LAKI YANG TINGGAL DI ASRAMA DENGAN LAKI-LAKI YANG TINGGAL BERSAMA ORANG TUA PADA SISWA KELAS II SMA MTA SURAKARTA

0 0 16

Perbedaan kecenderungan pembelian impulsif antara mahasiswa kos dan mahasiswa tinggal dengan orang tua.

0 2 107

Studi Komparatif Mengenai Kemandirian Emosional Pada Siswa SMP Yang Tinggal Di Asrama Dan Yang Tinggal Di Rumah Dengan Orang Tua.

1 2 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Self Regulation Learning antara Mahasiswa yang Tinggal dengan Orang Tua dan yang Tidak Tinggal dengan Orang Tua (Kost)

0 0 2

Perbedaan Perilaku Seksual Mahasiswa Laki-laki UNS yang Tinggal di Kos dan Tidak Tinggal di Kos Ditinjau dari Interaksi dengan Teman Sebaya

0 0 13