PERBANDINGAN TINGKAT DEPRESI ANTARA MAHASISWA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA DAN TINGGAL SENDIRI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

(1)

MAHASISWA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA DAN

TINGGAL SENDIRI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI

ILMU KEPERAWATAN

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana

Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

MIRANDA AYU FITRI AMELIA

20120320074

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

i

KARYA TULIS ILMIAH

PERBANDINGAN TINGKAT DEPRESI ANTARA

MAHASISWA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA DAN

TINGGAL SENDIRI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI

ILMU KEPERAWATAN

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana

Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

MIRANDA AYU FITRI AMELIA

20120320074

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Miranda Ayu Fitri Amelia NIM : 20120320074

Program Studi : Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi lain. Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari ditemukan atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil tiruan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 16 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,


(5)

iv

miliki. Terimakasih mama, papa karena selalu mendukung apa yang menjadi cita-cita anda. Untuk mamaku tersayang, yang selalu tulus mendoakan, menyayangi, menyemangati, mendukung, mengajarkan anda banyak

hal tentang arti hidup, terimakasih ma. Terimakasih juga untuk segalanya, untuk semua pengorbanan mama selama ini, kerja keras dan air mata mama akan selalu jadi penguat anda untuk selalu semangat. Anda

sayang mama, semoga mama, papa selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin..

Adikku tersayang, Adinda Sari Ramadhani. Orang yang selalu memberi semangat untuk selalu kuat ngejalani semuanya, walaupun kadang cerewet dan kadang susah disuruh, sering kelahi dirumah ayuk tetap sayang

adek. Terimakasih bungsu karena selalu doakan semua yang terbaik buat ayuk, dari adek ayuk belajar banyak hal tentang rindu untuk pulang.. Love you cung-cung, semoga kita bisa jadi orang sukses,

bermanfaat untuk orang lain, dan buat mama dan keluarga bangga.. Amin.

Keluarga besar tercinta, datok (Bachtiar), almarhum nenek (Fatimah), oma (Balkis), opa (Theo), buk cu, bu amoy, pak am, mami dian, mami yuyun, tante mel, sahabat kecilku tika, bu nina, pak wa, mak wa, tante etin, ayuk jenny, bg kiki, bg ibing, mas tole, gendok, fabio, nadira, yazid, adit, farhan, papi diki, zahfi, bulek isah, mbak kur, mbah, mas hardi, tole tri, ucu mila, manda, ibuk, yuni, tante ratni, bunga keke, terimakasih untuk segalanya, doa, dukungan, dan semangatnya selama ini. Dan terkhusus untuk almarhum nenek tersayang, terimakasih untuk kasih sayang dan semangatnya selama ini, nenek dan mama adalah inspirasi dan motivasi terbesar anda untuk cita-cita mulia ini. Terimakasih keluarga besarku, anda sayang kalian semua.. Semoga

kita senantiasa diberikan yang terbaik oleh-Nya.. Amin..

Sahabat-sahabat tersayang, ifit (my bro), ayu (ibu’), izmi (kakak), alma (mba’), ledys (abang), rahma (ukhti), zuli (mba’), tiara (adek), rozy (bro) orang baru yang sudah seperti keluarga sendiri, gugun yang telah banyak membantu dan memotivasi, teman-teman skills lab ahid, dwi, ani, riya, afin, rahma, ditambah

maulida, sendi, sumardi, husnul, terimakasih untuk segalanya teman-teman, semoga kita sukses dan bermanfaat untuk orang banyak.. Amin.

Andi sapari, terimakaish atas dukungannya.. bang windu (rekan agen), terimakasih telah menjadi rekan agen terbaik.. D’Masiv Band khususnya Rian Ekky Pradipta, Jebraw, Naya, Maudi Ayunda, Adipati, Shahrukkhan,

RAD, terimakasih telah menjadi inspirasi yang membuat saya selalu semangat...

Teman-teman satu bimbingan, Anindya Sekar Utami, Dwi Sasmoko, Herka Setiadi, Latansa Fikri, Ahmad Nugroho, Nawanggalih Citrasmi, Ilham Romadon. Terimakasih telah berjuang bersama, maaf bila banyak

salah dan kurang selama ini. Semoga Alllah selalu memberikan yang terbaik untuk kita.. Amin Teman-teman UKM Musik, UKM KSR PMI Unit XI UMY, dan HCC (Hiking Ceria Club) terimakaish sudah menjadi keluarga yang mengajarkan saya banyak hal dan memberi pengalaman penuh warna dalam hidup

saya, senang pernah mengenal kalian semua.. dan semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT... PSIK UMY tercinta, terimakasih atas ilmu dan pengalaman terbaik selama ini. Teman-teman angkatan PSIK

2012, terimakasih sudah menerima saya menjadi salah satu bagian dari keluarga ini, dan membuat pengalaman terbaik dalam hidup saya. Semoga kita semua lulus, sukses, dan jadi perawat yang profesional..


(6)

v

MOTTO HIDUP

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(QS. Al-Insyirah :5)

“Sesungguhnya Allah tidak memandang bentuk tubuh, harta kekayaan, atau kedudukan,

tetapi Allah memandang pada hati dan amal perbuatan” (HR.Muslim dan At-Thabrani)

“Sesungguhnya setiap amal ditentukan oleh niat, dan setiap orang akan mendapatkan

apa yang ia niatkan”

(HR. Al-Bkhari dan Muslim)

“Walaupun gak punya bannyak harta,

punya dua anak yang sayang sama mama itu udah lebih dari segalanya” (Mama)

”Syukuri apa yang ada hidup adalah anugerah, tetap jalani hidup ini melakukan yang terbaik”

-d’Masiv-

“Saat aku melibatkan Allah dalam impianku, aku percya tidak ada yang tidak mungkin”

“Begin everything with Bismillah”

(d^^b)

“Cukup Allah yang tau siapa aku dan keluargaku”

(d^^b) La Tahzan..

Ikut saja kemana angin akan menghanyutkan mu, dan kamu pasti akan menumukan-Nya…Percayalah..

(Nda d^^b)


(7)

vi

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya dan didorong semangat yang kuat, sehingga penulis dapat menyusun karya tulis ilmiah yang berjudul “Perbandingan Tingkat Depresi Antara Mahasiswa Yang Tinggal Dengan Orang Tua Dan Tinggal Sendiri Pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan”.

Karya Tulis Ilmiah ini dibuat sebagai syarat dalam menyelesaikan program pendidikan sarjana Ilmu Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Kelancaran dalam membuat karya ini penulis mendapat banyak masukan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tuaku tersayang, (Yayuk Yuliarti Pransuka) dan (Zulmedi Nazarudin) serta adikku tercinta (Adinda Sari Ramadhani) yang telah memberi dukungan, doa, dan semangat tanpa henti.

2. dr. H. Ardi Pramono, Sp. An., M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Sri Sumaryani, Ns., M.Kep, Sp. Mat. HNC selaku Ketua Program Studi Ilmu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(8)

vii

4. Shanti Wardaningsih, Ns., M.Kep., Sp.Kep.J., Ph.D sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran untuk memberi bimbingan, dukungan dan arahan sehingga dapat menyelesaikan karya ini. Terimakasih telah menjadi inspirator dan motivator terbaik saya. 5. Moh. Afandi, S.kep., Ns., M.A.N sebagai dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk menguji karya tulis saya, memberikan bantuan pemikiran, pengarahan, serta memberian kritik dan saran yang membangun dalam karya ini. Terimakasih telah menjadi inspirator saya. 6. Almarhumah nenek Fatimah, dan keluarga besarku tercinta, yang selalu

menginspirasi, memotivasi dan memberi semangat luar biasa selama ini. 7. Seluruh mahaiswa PSIK angkatan 2015 yang telah bersedia menjadi

responden dalam penelitian, semoga sukses selalu kedepannya.

8. Sahabat dan seluruh teman-teman mahasiswa PSIK 2012 yang telah memberikan bantuan dan dukungannya, serta pihak-pihak lainnya.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi perbaikan yang lebih baik kedepannya. Mudah-mudahan karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 16 Agustus 2016 Penulis


(9)

viii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

MOTTO HIDUP... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

INTISARI... xiv

ABSTRACT... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Keaslian Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Depresi ... 11

1. Pengertian Depresi ... 11

2. Faktor Penyebab Depresi ... 12

3. Tanda dan Gejala Depresi ... 15

4. Tingkat Depresi ... 17

B. Stresor Psikososial ... 19

C. Mahasiswa ... 21

1. Pengertian Mahasiswa ... 21

2. Tugas Perkembangan Mahasiswa ... 22

3. Beban Mahasiswa ... 22

4. Beban Mahasiswa Menyebabkan Depresi ... 25

D. Mekanisme Koping ... 27

1. Definisi Mekanisme Koping ... 27

2. Tipe Mekanisme Koping ... 27

3. Gaya Koping ... .29

4. Sumber Koping... 31

E. Dukungan Keluarga...31

1. Pengertian Keluarga ... 31

2. Dukungan Keluarga ... 32

3. Sumber Dukungan Keluarga ... 32

4. Macam-macam Dukungan Keluarga ... 32


(10)

ix

F. Kerangka Konsep ... 36

G. Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Desain Penelitian ... 37

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

D. Variabel Penelitian ... 40

E. Definisi Operasional ... 40

F. Alat dan Bahan Penelitian ... 41

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 43

H. Jalannya Penelitian ... 44

I. Pengelolaan Data ... 45

J. Analisis Data ... 46

K. Etika Penelitian ... 47

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Gambaran Penelitian ... 49

B. Hasil Penelitian ... 50

C. Pembahasan... 56

D. Kekuatan Dan Kelemahan Penelitian... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79 LAMPIRAN ...


(11)

x

mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri……… ………...… 50 Tabel 4. 2 Distribusi frekuensi tingkat depresi berdasarkan karakteristik

responden mahasiswa tinggal bersama orang tua dengan analisa crosstab……... 52 Tabel 4. 3 Distribusi frekuensi tingkat depresi berdasarkan karakteristik

responden mahasiswa yang tinggal sendiri dengan analisa

crosstab………... 53

Tabel 4. 4 Distribusi tingkat depresi mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri pada mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan ……...……… 55

Tabel 4. 5 Perbandingan tingkat depresi mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri pada mahasiswa Program Studi Ilmu


(12)

xi

DAFTAR GAMABAR


(13)

xii

DPA : Dosen Pembimbing Akademik

FIKUI : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

FK : Fakultas Kedokteran

FKIK : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan hPBL : hybrid Problem Based Learning

IP : Indeks Prestasi

IPA : Ilmu Pengetahuan Alam

IPS : Ilmu Pengetahuan Sosial

L-MMPI : Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory

MCQ : Multiple Choice Question

MTA : Majlis Tafsir Al-Qur’an

OSCE : Objective Structured Clinical Examination

PBC : Proses Belajar Ceramah

PBP : Proses Belajar Praktek

PBT : Proses Belajar Tutorial

PDSKJ : Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa

PPDGJ : Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa PSIK : Program Studi Ilmu Keperawatan

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

SKS : Sistem Kresdit Semester

SLTAN : Sekolah Lanjut Tingkat Atas Negri

SMA : Sekolah Menengah Atas

SPSS : Statistical Package for the Social Science

TK : Taman Kanak-kanak

UMY : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta UNDIP : Universitas Diponegoro Semarang UNTAN : Universitas Tanjungpura Pontianak


(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Survey Pendahuluan dari UMY Lampiran 2. Surat izin penelitian dari UMY

Lampiran 3. Surat Keterangan Kelayakan Etik Penelitian Lampiran 4. Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 5. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 6. Lembar Data Demografi Responden

Lampiran 7. Lembar Kuesioner Pengukuran Tingkat Depresi Mahasiswa Lampiran 8. Hasil Olah Data


(15)

(16)

PERBANDINGAN TINGKAT DEPRESI ANTARA MAHASISWA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA DAN TINGGAL SENDIRI PADA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Miranda Ayu Fitri Amelia1, Shanti Wardaningsih2

1

Mahasiswa Ilmu Keperawatan UMY, 2Dosen Ilmu Keperawatan UMY e-mail : mirandapsik@yahoo.com

ABSTRACT

Depression is a problem sanity very important this when can be lowered productivity and bad for themselves, the community and the environment. According to World Health Organization (WHO), depression is very serious problem because it is the world ke-4 disease. The prevalence of depression that happened to students higher than the population in general. Students the most experience symptoms of depression since the beginning of college with various causes, as problems academic, solitude, economic problems and difficult building relationships. The psikososial causes of depression, of joined with parents, joined with friends, displacement residence, the education system, and opposition value system and the lack of attention and support family. This research aimed to compare the rate of depression among students living with parents and living alone in Nursing Science Program.

The design of this study is comparative deskriptive with the approach of cross-sectional. The sample used as many as 54 student, chosen through purposive of sampling. Depression instruments used was a beck depression inventory (BDI)-II. Data analysed significance with statistical tests Mann whitney.

Mann-whiteney test results showed value p = 0,000 (p<0.05), with the results the student who lives alone more suffer from depression (81,4%) , the mild depression (48,1%) and depression and (33,3%) than student who live with parents (25,9 %), the mild depression (22,2%) and depression and (3,7%).

The conclusion of research is there is a different levels of depression between students who lives with parents and living alone in Nursing Science Program.


(17)

dunia. Prevalensi depresi yang terjadi pada mahasiswa lebih tinggi dibandingkan populasi pada umumnya. Mahasiswa paling banyak mengalami gejala depresi sejak awal kuliah dengan berbagai penyebab, seperti masalah akademik, kesendirian, masalah ekonomi dan sulit membangun hubungan. Faktor psikososial menjadi salah satu penyebab depresi, yang berupa perpisahan dengan orang tua, perpisahan dengan sahabat, perpindahan tempat tinggal, perubahan sistem pendidikan, dan pertentangan sistem nilai serta kurangnya perhatian dan dukungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tingkat depresi antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri pada Program Studi Ilmu Keperawatan.

Desain penelitian ini adalah deskriptive comparative dengan pendekatan cross-sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 54 mahasiswa, yang dipilih melalui purposive sampling. Instrumen depresi yang digunakan adalah Beck Depression Inventory (BDI) - II. Data dianalisis signifikansinya dengan uji statistik Mann Whitney.

Hasil uji Mann-Whiteney menunjukan nilai p=0,000 (p<0,05), dengan hasil mahasiswa yang tinggal sendiri lebih banyak mengalami depresi (81,4%), dengan rincian depresi ringan (48,1%) dan depresi sedang (33,3%) dibandingkan mahasiswa yang tinggal dengan orang tua (25,9%), dengan rincian depresi ringan (22,2%) dan depresi sedang (3,7%).

Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat depresi yang signifikan antara mahasiswa yang tinggal dengn orang tua dan tinggal sendiri pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan.


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Setiap orang pasti akan mengalami kesulitan hidup, terkadang hal tersebut menjadi penyebab beberapa orang mengalami putus asa dan membuatnya depresi. Depresi menjadi masalah kesehatan jiwa yang sangat penting saat ini karena dapat menurunkan produktivitas dan berdampak buruk bagi diri, masyarakat serta lingkungan (Qonitatin, dkk., 2011).

Depresi diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (affective/mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan yang tidak berguna, putus asa, perasaan sedih dan lain sebagainya (Safitri dan Hidayati, 2013). Allah telah menjelaskan bahwa manusia tidak boleh bersedih, yang tercantum dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat 139, “Dan janganlah kamu merasa lemah (rendah) dan jangan (pula) bersedih hati sebab kamu adalah orang-orang yang paling tinggi (mulia) jika kamu beriman”. Qur’an surat At-Taubah ayat

40, “Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah beserta kita. Depresi

juga merupakan respon normal terhadap berbagai stres kehidupan, depresi dianggap abnormal bila diluar kewajaran dan berlanjut terus saat dimana kebanyakan orang sudah dapat pulih kembali (Qonitatin, dkk., 2011).

Menurut World Health Organization (WHO), depresi adalah masalah yang sangat serius karena merupakan urutan ke-4 penyakit dunia, sekitar 20% wanita dan 12% pria dalam kehidupannya pernah mengalami depresi, sampai


(19)

saat ini sekitar 5-10% orang di dunia mengalami depresi (Rezki, dkk., 2014). WHO juga memprediksikan pada tahun 2020 depresi akan menjadi penyebab penyakit kedua terbanyak di dunia setelah penyakit kardiovaskuler (Maulida, 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa (PDSKJ) tahun 2007 menunjukkan, sekitar 94% masyarakat Indonesia mengidap depresi tingkat yang ringan sampai berat (Rezki, dkk., 2014). Data Riset Kesehatan Dasar (Risksdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional di Indonesia seperti ansietas dan depresi sebesar 6% dari populasi umum sedangkan di Yogyakarta prevalensinya mencapai 8,1%. Provinsi dengan prevalensi ganguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur (Kemenkes RI, 2013).

Maulida (2012) mengemukakan bahwa prevalensi depresi yang terjadi pada mahasiswa lebih tinggi dibandingkan populasi pada umumnya. Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang (Undip) dengan 156 responden, menunjukan bahwa (35,2%) responden tidak mengalami depresi, (49,4%) mengalami depresi ringan, (12,8%) depresi sedang, dan (2,6%) depresi berat (Larastiti, dkk., 2014).

Depresi juga bisa terjadi pada kalangan mahasiswa, dikarenakan memasuki perguruan tinggi merupakan masa transisi dari pendidikan sekolah menengah ke pendidikan tinggi. Masa transisi ini merupakan periode yang


(20)

3

menekan bagi mahasiswa baru ditahun pertama kuliah, karena dihadapkan dengan situasi-situasi dan tuntutan baru seperti mengatasi semua masalah dan konflik yang dialami (Susilowati dan Hasanat, 2011). Tanggung jawab dan tugas perkembangan yang harus dijalani pada masa ini juga menjadi tekanan dan beban tersendiri bagi mahasiswa (Hidayah, 2012).

Mahasiswa adalah calon intelektual muda dalam suatu lapisan masyarakat yang memperoleh ilmu melalui pendidikan formal di perguruan tinggi, sehingga memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa (Putri dan Budiani, 2012). Rata-rata mahasiswa semester awal sampai dengan semester akhir mengalami masalah yang mengakibatkan kondisi stres dan dapat berubah menjadi depresi (Susilowati dan Hasanat, 2011).

Penelitian Hadianto, dkk. (2014) mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak (Untan) yang mengalami depresi paling banyak ditemukan pada mahasiswa yang tinggal di rusunawa/asrama kedokteran (42,1%), diikuti mahasiswa yang tinggal di rumah kontrakan/kos (28,8%), dan mahasiswa yang tinggal di rumah bersama orang tua atau sanak keluarga (28%). Menurut Maulida (2012) mahasiswa paling banyak mengalami gejala depresi sejak awal kuliah dengan berbagai penyebab, seperti masalah akademik, kesendirian, masalah ekonomi dan sulit membangun hubungan.

Tingginya gejala depresi pada tahun pertama disebabkan oleh perubahan lingkungan belajar yang baru, jadwal yang padat dan homesickness karena banyak mahasiswa yang tinggal jauh dari orang tua. Gejala depresi


(21)

pada tahun berikutnya mengalami penurunan karena mahasiswa sudah mengembangkan mekanisme adaptasi dan koping terhadap lingkungan belajar dan perkuliahan baru (Hadianto, dkk., 2014).

Kegagalan mahasiswa untuk mengatasi permasalahan dan melakukan penyesuaian terhadap kejadian-kejadian yang menekan akan memicu timbulnya depresi dalam diri mahasiswa (Susilowati dan Hasanat, 2011). Beberapa faktor penyebab dari depresi yaitu faktor biologis, faktor genetika dan faktor psikososial (Nilasari, 2013). Faktor biologis dapat berupa penurunan-penurunan yang terjadi dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi dengan baik melawan penyakit (Stanley dan Beare, 2007). Helgin dan Whitbourne (2011) menjelaskan bahwa yang termasuk faktor genatik adalah orang yang memiliki anggota keluarga dengan depresi mayor kemungkinan beresiko dua kali lebih besar mendapat gangguan depresi dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan depresi. Depresi juga merupakan gangguan jiwa yang di pengaruhi oleh stresor psikososial (Anggraini, 2014).

Stresor psikososial dapat berupa perpisahan dengan orang tua, perpisahan dengan sahabat, perpindahan tempat tinggal, perubahan sistem pendidikan, dan pertentangan sistem nilai (Susilowati dan Hasanat, 2011). Mekanisme koping yang efektif akan menghasilkan adaptasi (Nasir dan Muhtih, 2011). Tidak semua orang mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stresor psikososial sehingga timbul keluhan berupa stres, cemas dan depresi (Hawari, 2007). Mekanisme koping yang maladaptif dapat


(22)

5

memberi dampak yang buruk bagi seseorang seperti isolasi diri, berdampak pada kesehatan diri, bahkan terjadinya resiko bunuh diri (Stuart, 2009). Kurangnya perhatian dan dukungan keluarga juga menjadi penyebab depresi pada mahasiswa (Anggraini, 2014).

Hasil studi pendahuluan di PSIK UMY angkatan 2015 pada bulan Desember 2015 dengan melakukan observasi dan wawancara kepada 10 mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan 10 mahasiswa yang tinggal sendiri, didapatkan hasil bahwa 8 mahasiswa yang tinggal sendiri dan 6 mahasiswa yang tinggal dengan orangtua mengatakan bahwa pernah merasa kesepian, kemurungan, tertekan, sedih, putus asa, kurang mendapat perhatian, kasih sayang, dukungan dan bimbingan langsung dari orang tua. 6 mahasiswa lainnnya mngatakan bahwa mereka tidak merasakan hal-hal seperti yang disebutkan di atas.

Studi pendahuluan juga menunjukan bahwa tidak semua mahasiswa dapat tinggal bersama orang tuanya, melainkan harus tinggal sendiri jauh diperantauan. Mahasiswa perantauan juga dituntut untuk dapat mandiri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan, kondisi ini membuat mereka merasa cemas, tertekan bahkan depresi (Seswita, 2013). Masalah ini menjadi semakain penting karena mahasiswa adalah generasi penerus bangsa. Konsentrasi dan prestasi mahasiswa baik di kampus maupun di masyarakat juga akan menurun dan berdampak buruk apabila kejadian ini dibiarkan terus berlanjut. Mahasiswa yang mengalami depresi harus mendapat penanganan yang tepat, salah satunya dengan melakukan bimbingan konseling rutin dan


(23)

terjadwal melalui Dosen Pembimbing Akademik (DPA).

Berdasarkan uraian yang dijelaskan diatas, hal itulah yang membuat peneliti tertarik untuk mengetahui perbandingan tingkat depresi antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri di Program Studi Ilmu Keperawatan UMY.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian adalah “Apakah terdapat perbandingan tingkat depresi antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tingkat depresi antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi data demografi pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan.

b. Mengetahui tingkat depresi mahasiswa yang tinggal dengan orang tua pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan.

c. Mengetahui tingkat depresi mahasiswa yang tinggal sendiri pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan.


(24)

7

tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti khususnya dibidang keperawatan jiwa tentang tingkat depresi pada mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UMY. 2. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan pembelajaran kepada mahasiswa tentang tingkat depresi, serta pentingnya dukungan keluarga sebagai salah satu cara untuk mengantisipasi depresi agar tidak mempengaruhi konsentrasi, minat, kemampuan berfikir dan prestasi belajar mahasiswa.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan untuk meningkatkan pemahaman tentang kejadian depresi mahasiswa, sehingga bisa memberikan dukungan dan bimbingan pada mahasiswa yang mengalami depresi.

4. Bagi Institusi Keperawatan

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi institusi pendidikan keperawatan, dalam memberikan treatment terhadap mahasiswa sebagai tindakan pencegahan depresi pada mahasiswa.


(25)

5. Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai acuan bagi penelitian berikutnya untuk mengetahui pencegahan dan pengelolaan depresi pada mahasiswa.

E. Keaslian Penelitian

Menurut pengetahuan penulis, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama dengan judul penelitian yang akan penulis lakukan. Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yaitu :

1. Wijayanto (2011) dengan judul “Perbedaan Tingkat Depresi Antara

Mahasiswa Yang Berasal Dari IPA Dengan Mahasiswa Yang Berasal Dari IPS Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta”. Desain penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah mahasiswa FK Universitas Muhammadiyah Surakarta sebanyak 60 orang. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala L-MMPI dan Beck Depression Inventory (BDI). Hasil penelitian menunjukkan nilai t terhitung sebesar -1,524 serta untuk signifikansinya didapatkan angka probabilitas (p) sebesar 0,133. Dari angka probabilitas tersebut dapat diketahui bahwa perbedaan tingkat depresi tidak signifikan oleh karena angka tersebut > 0,05. Peneliti menggunakan variabel dan kuesioner yang serupa, yakni depresi, dan kuesioner depresi (BDI). Perbedaan penelitian yang akan di teliti terletak pada desain penelitian yaitu descriptive comparative, responden penelitian yaitu mahasisiwa PSIK UMY, subjek


(26)

9

penelitian mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri, waktu penelitian dan lokasi penelitian di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Oktapriadi (2011) dengan judul “Perbedaan Tingkat Depresi Laki-laki yang Tinggal di Asrama dengan Laki-laki yang Tinggal Bersama Orang Tua pada Siswa Kelas II SMA MTA SURAKARTA”. Desain penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas II SMA MTA Surakarta sampel sebanyak 60 responden, teknik sampling dengan purposive sampling. Analisis dengan menggunakan uji t didapatkan hasil angka significancy adalah 0,016 yang berarti p < 0,05 dengan perbedaan rata-rata (mean difference) sebesar 1,833. Nilai p < 0,05 maka terdapat perbedaan tingkat depresi yang bermakna antara laki-laki yang tinggal di asrama dengan laki-laki yang tinggal bersama orang tua. Persaman kedua penelitian ini terletak pada variabel yang sama yaitu depresi. Perbedaan penelitian yang akan diteliti terletak pada desain penelitian menggunakan descriptive comparative, responden penelitian yaitu mahasisiwa PSIK UMY, subjek penelitian mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri, kuesioner penelitian Beck Depression Inventory (BDI), waktu penelitian dan lokasi penelitian di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Hakiqi (2013) dengan judul “Perbedaan Tingkat Depresi Remaja Madrasah Aliyah Al-Qodiri yang Tinggal di Rumah dan di Pondok


(27)

Pesantren Al-Qodiri Kecamatan Patrang Kabupaten Jember”. Desain penelitian menggunakan metode penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah remaja sebanyak 42 responden dengan teknik sampling yaitu purposive sampling. Analisis dengan menggunakan uji statistic chi square didapatkan hasil angka significancy adalah p=0,044 yang berarti p < (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat depresi remaja Madrasah Aliyah Al-Qodiri yang bertempat tinggal di rumah dan yang menetap di pondok pesantren Al-Qodiri Kecamatan Patrang Kabupaten Jember. Persaman kedua penelitian ini terletak pada variabel yang sama yaitu depresi, dan kuesioner depresi yaitu Beck Depression Inventory (BDI). Perbedaan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti terletak pada desain penelitian menggunakan descriptive comparative, responden penelitian yaitu mahasiswa PSIK UMY, subjek penelitian mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri, waktu penelitian dan lokasi penelitian di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(28)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab II ini peneliti akan menjelaskan mengenai teori-teori yang mendukung dan terkait dengan topik penelitian yang diambil, yakni penjelasan depresi, stresor psikososial, mahasiswa, mekanisme koping dan dukungan keluarga.

A. Depresi

1. Pengertian Depresi

Depresi merupakan kedaan mental yang dicirikan dengan terganggunya fungsi normal tubuh, suasana alam perasaan yang sedih disertai dengan gejala perubahan pada pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, tidak dapat menikmati kesenangan (anhedonia), kelelahan, tidak berdaya, rasa putus asa, dan ide bunuh diri (Hadianto, dkk., 2014). Depresi adalah keadaan emosiaonal yang ditandai kesedihan yang sangat, perasaan bersalah dan tidak berharga, menarik diri dari orang lain, serta kehilangan minat untuk tidur dan melakukan hubungan seks dan hal-hal lain (Nasir dan Muhith, 2011).

Depresi adalah suatu gangguan afektif yang ditandai dengan hilangnya minat atau kesenangan dalam aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan sehari-hari pada waktu yang lampau (Supriani, 2011). Depresi adalah runtutan psikologis, sebelum seorang mengalami depresi seseorang terlebih mengalami tekanan berupa stres (Rosadi dan Widayat, 2013).

Depresi adalah salah satu gangguan jiwa yang dipengaruhi oleh stresor psikososial. Stresor psikososial yang dapat mencetuskan terjadinya


(29)

gangguan jiwa tergantung pada potensi stresor, maturitas, pendidikan, kondisi fisik, tipe kepribadian, sosiobudaya lingkungan dan situasi (Anggraini, 2014).

2. Faktor Penyebab Depresi

Menurut Kaplan dan Sadock (1997) cit Lalitya (2012) faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya depresi, antara lain:

a. Faktor biologi

Gangguan depresi melibatkan keadaan patologi di sistem limbic ganglia basalis, dan hipotalamus, Sistem limbic dan ganglia basalis berhubungan sangat erat, hipotesa belakangan ini menyebutkan produksi alam perasaan berupa emosi, depresi, dan mania merupakan peran utama system limbic. Disfungsi hipotalamus berakibat pada perubahan regulasi tidur, selera makan, dorongan seksual, dan memacu perubahan biologi dalam edokrin dan imunologik.

b. Faktor genetika

Gangguan alam perasaan (mood) baik tipe bipolar (episode maniak dan depresi deppresif) dan tipe unipolar (episode depresi saja) memiliki kecenderungan menurun kepada generasi selanjutnya. Sebanyak 50% pasien bipolar memiliki satu orang tua dengan gangguan alam perasaan atau gangguan afektif, yang tersering adalah unipolar (depresi saja). Jika salah dari orang tua mengidap gangguan bipolar, maka 27% anaknya memiliki resiko mengidap gangguan alam perasaan.


(30)

13

c. Faktor psikososial

Pristiwa traumatik kehidupan dan lingkungan sosial dengan suasana yang menegangkan dapat menjadi penyebab gangguan depresi. Sejumlah data yang kuat menunjukkan kehilangan orangtua sebelum usia 11 tahun dan kehilangan pasangan hidup dapat memacu serangan awal depresi.

Nasir dan Muhith (2011) menjelaskan beberapa teori mengenai gangguan mood yaitu:

a. Teori Psikoanalisis tentang Depresi

Menurut Freud (1917-1950) potensi depresi muncul sejak awal masa kanak-kanak. Fase oral, anak mungkin kurang atau terlalu terpenuhi kebutuhannya, sehingga ia terfiksasi pada fase ini yang mengakibatkan individu dependen, citra diri yang rendah (low self esteem). Setelah kehilangan orang yang dicintai, ia mengidentifikasi diri dengan orang tersebut seolah untuk mencegah kehilangan, yang dapat menyebkan ia marah pada dirinya sendiri dan merasa bersalah. b. Teori Kognitif tentang Depresi

1) Teori depresi Beck (1967), individu menjadi depresi akibat interpretasi negatif yang bias. Pada waktu kecil/remaja muncul skema negatif akibat kejadian-kejadian buruk. Diamana ia merasa akan selalu sial/gagal, dipadu dengan bias kognitif muncul triad negatif (pandangan sangat negatif tentang diri, dunia dan masa depan).


(31)

2) Teori helplessness/hopelessness,

a) Learned helplessness: kepasifan individu dan perasan tak berdaya mengotrol hidupnya, didapat dari pengalaman-pengalaman buruk/trauma, menorah pada depresi.

b) Attribution and learned helplessness: individu yang pernah gagal, akan mencoba mengatribusikan penyebab kegagalan. Individu depresi biasanya menunjukan depressive attributional style, yang mengatribusikan rasa hasil negatif sebagai personal, global, dan penyebab stabil.

c) Teori hopelessness: sejumlah bentuk depresi dianggap sebagai akibat hopelessness, merasa hasil yang diharapkan tidak akan pernah muncul, individu tak bisa mengubah situasi. Kemungkinan muncul akibat self esteem yang rendah, kecenderungananggapan bahwa kejadian negatif akan mengakibatkan sejumlah hal negatif.

c. Teori Interpersonal tentang Depresi

1) Individu depresi cenerung terbatas jaringan dan dukungan sosialnya mengurangi kemampuan individu mengatasi kejadian negatif, rentan terhadap depresi.

2) Individu depresi berusaha meyakinkan diri bahwa orang lain benar peduli. Namun, ketika teah merasa yakin, rasa puasnya haya sebentar.


(32)

15

3) Kompetensi sosial yang rendah diperkirakan memunculkan depresi pada anak usia TK.

4) Interpersonal problem solving skill yang rendah dapat meningkatkandepresi pada remaja.

d. Teori Psikologi tentang Gangguan Bipolar

1) Tekanan hidup adalah faktor penting memicu gangguan bipolar. 2) Dukungan sosial dapat mempercepat penyembuhan gejala

depresi, tetapi tidak gejala mania.

3) Attributional style ditambah sikap disfungsi ditambah kejadian buruk menyababkan penigkatan gejala depresi/mania pasien bipolar.

4) Self esteem individu

3. Tanda dan Gejala Depresi

Yosep dan Sutini (2014) menjelaskan bahwa tanda dan gejala depresi dalam buku ajar keperawatan jiwa sebagai berikut:

a. Kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat dan merasa tidak berdaya.

b. Perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa. c. Nafsu makan dan berat badan menurun.

d. Gangguan tidur (sulit tidur atau tidur berlebih) disertai mimpi yang tidak menyenangkan.

e. Agitasi atau retardasi motorik (gelisah atau perlambatan gerak motorik).


(33)

f. Hilang perasaan senang, semangat dan minat, meninggalkan hobi. g. Kreativitas dan produktivitas menurun.

h. Gangguan seksual (libido menurun).

i. Pikiran-pikiran tentang kemtian dan bunuh diri.

Orang yang depresi dicirikan dengan emosi-emosi negatif seperti rasa sedih, putus asa, iri, benci, dendam, kecemasan, ketakutan dan memiliki rasa bersalah yang dapat disertai dengan berbagai gejala fisik (Nilasari, 2013). Salah satu gejala dari gangguan depresi adalah bunuh diri (suicide), sebanyak 40% penerita depresi mempunyai ide untuk bunuh diri, hanya lebih kurang 15% saja yang berhasil melakukannya (Yosep dan Sutini, 2014).

Seseorang lebih rentan menderita depresi dibandingkan orang lain apabila memiliki corak keperibadian depesif dengan ciri-ciri sebagai berikut (Yosep dan Sutini, 2014):

a. Mereka sulit merasa bahagia, mudah cemas, gelisah dan khawatir, irritable, tegang dan agitatif.

b. Mereka yang kurang percaya diri, rendah diri, mudah menagalah dan lebih senang berdamai untuk menghindari konflik atau konfrontasi, merasa gagal dalam usaha atau sekolah, lamban, lesu atau sering mengeluh sakit ini itu.

c. Pengendalian dorongan dan impuls terlalu kuat, menarik diri, lebih suka menyisih, sulit mengambil keputusan, enggan bicara, pendiam


(34)

17

dan pemalu, menjaga jarak dan menghindar keterlibatan dengan orang lain.

d. Suka mencela, mengkritik, menyalahkan orang lain atau menggunakan mekanisme pertahanan penyangkalan.

4. Tingkat Depresi

Tingkat Depresi menurut PPDGJ-III berdasarkan gejala-gejalanya adalah sebagai berikut (Maslim, 2011):

a. Depresi Ringan

1) Kehilangan minat dan kegembiraan

2) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah bekerja sedikit saja) dan menurunnya aktifitas

3) Konsentrasi dan perhatian yang kurang 4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang

5) Lamanya gejala tersebut berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu

6) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukan

b. Depresi Sedang

1) Kehilangan minat dan kegembiraan

2) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas


(35)

4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang 5) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna 6) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis 7) Tidur terganggu dan nafsu makan berkurang

8) Lamanya gejala tersebut berlangsung minimum 2 minggu

9) Mengadaptasi kesulitan untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga

c. Depresi Berat 1) Mood depresif

2) Kehilangan minat dan kegembiraan

3) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas

4) Konsentrasi dan perhatian yang kurang 5) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang 6) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna 7) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis

8) Perbuatan membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri 9) Tidur terganggu dan nafsu makan berkurang

10) Muncul waham dan halusinasi


(36)

19

B. Stresor Psikososial

Nasir dan Muhtih (2011) menjelaskan bahwa stres merupakan kondisi fisik yang tidak menyenangkan dimana manusia melihat adanya tuntutan dalam suatu situasi sebagai beban atau di luar batas kemampuan seseorang untuk memenuhi tuntutan tersebut. Stresor adalah faktor-faktor dalam kehidupan yang mengakibatkan terjadinya respon stres. Stresor dapat berasal dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial. Stresor dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu (Nasir dan Muhtih, 2011) :

a. Stresor mayor, berupa major live events yang meliputi peristiwa kematian orang yang disayangi, pertama kali masuk sekolah, dan perpisahan.

b. Stresor minor, berawal dari stimulus tentang masalah kehidupan sehari-hari, misalnya ketidak seimbangan emosional terhadap hal-hal tertentu.

Menurut Hawari (2007), stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga timbul adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulanginya. Tidak semua orang mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stressor tersebut sehingga timbul keluhan berupa stres, cemas dan depresi. Para ahli memberikan contoh dari sekian banyak jenis stresor psikososial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:

a. Masalah perkawinan

Masalah perkawinan merupkan sumber stress yang dialami seseorang. Masalaha yang timbul dapat berupa: perpisahan, perceraian, pertengkaran, kematian salah satu pasangan dan ketidak setiaan.


(37)

b. Masalah hubungan interpersonal (antar pribadi)

Hubungan antar sesame yang tidak baik dapat merupakan sumber stres. Gangguan ini dapat berupa hubungan dengan kawan dekat yang mengalami konflik, konflik dengan kekasih atau antara atasan dan bawahan.

c. Masalah pekerjaan

Banyak orang menderita depresi dan kecemasan karena masalah pekerjaan, misalnya: pekerjaan terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok, mutasi jabatan, kenaikan pangkat, pension, bahkan kehilangan pekerjaan. d. Masalah lingkungan hidup

Kondisi lingkungan yang buruk mempunyai pengaruh besar bagi kesehatan seseorang, misalnya: masalahperumhan, pindah tempat tinggal, dan hidup dalam lingkungan yang rawan kriminalitas. Rasa tidak aman dan tercekan ini dapat mengganggu ketenangan dan ketentraman hidup sehingga dapat membuat orang merasa cemas bahkan depresi. e. Masalah keuangan

Masalah keuangan (kondisi sosial-ekonomi) yang kurang baik, misalnya: pendapatan lebih rendah dari pengeluaran, terlibat hutang, serta kebangkrutan. Masalah keuangan sangat berperngaruh pada kesehatan jiwa seseorang.

f. Masalah hukum

Keterlibatan seseorang dalam maslah hukum dapat menjadi sumber stres, misalnya: tuntutan hokum, pengadilan penjara.


(38)

21

g. Masalah perkembangan

Masalah perkembangan fisik dan mental seseorang sangat berpengaruh, misalnya: perubahan dari masa remaja, dewasa, menopause dan usia lanjut. Kondisi disetiap perubahan fase tersebut pada beberapa individu dapat menyebabkan kecemasan dan depresi.

h. Masalah penyakit fisik atau cidera

Penyakit fisik yang kronis atau cidera yang menyebabkan ketidakmampuan dapat menyebakan stres atau depresi pada seseorang, contohnya: penyakit stroke, jantung, dan kecelakaan.

i. Masalah keluarga

Seseorang dapat mengalami stres, cemas bahkan depresi disebakan oleh kondisi keluarga yang kurang harmonis, seperti: kekerasan dalam rumahtangga, perpisahan bahkan perceraian.

Respon atau reaksi seseorang terhadap stresor psikososial (pencetus perubahan psikososial) yang dialami berbeda satu dengan yang lain, ada yang menunjukan gejala stres ada juga yang menunjukan kecemasan dan depresi. Ketiga gejala tersebut tidak jarang saling tumpang tindih karena jarang ditemukan ketiga gejala tersebut berdiri sendiri (Hawari, 2013).

C. Mahasiswa

1. Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa adalah sebutan yang diberikan kepada individu yang sedang menuntut ilmu diperguruan tinggi (Paususeke, dkk., 2015). Mahasiswa merupakan individu dengan kematangan fisik dan


(39)

perkembangan pemikiran luas yang sedang menempuh pendidikan tinggi, sehingga telah memiliki kesadaran untuk menentukan sikap diri dan mampu bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya (Putri dan Budiani, 2012). Mahasiswa adalah individu yang berada pada masa usia perkembangan dewasa awal, yang merupakan periode penuh dengan tantangan, penghargaan, dan krisis (Maulida, 2012).

2. Tugas Perkembangan Mahasiswa

Sebagai individu yang memasuki masa dewasa, mahasiswa memiliki tanggungjawab terhadap masa perkembangannya. Hidayah (2012) menjelaskan tugas perkembangan yang harus dijalani oleh mahasiswa sebagai masa dewasa awal yaitu pembuatan keputusan secara luas tentang karir, nilai-nilai, keluarga dan hubungan, serta tentang gaya hidup. Tugas perkembangan mahasiswa tersebut muncul dikarenakan adanya perubahan yang terjadi pada beberapa aspek fungsional individu, yaitu fisik, psikologis dan sosial.

Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin banyak tugas dan tanggungjawab yang perlu dilaksanakan oleh seorang mahasiswa. Hal itulah yang membuat mahasiswa merasa sangat tertekan dan menyebabkan mudah depresi (Hidayah, 2012).

3. Beban Mahasiswa

Mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi khususnya di Program Studi Ilmu Keperawatan memiliki banyak tuntutan dan taggungjawab yang besar. PSIK dan FKIK (2013) menjelaskan bahwa


(40)

23

model pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK FK UMY) menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS).

Sistem kredit yaitu beban yang harus diselesaikan oleh mahasiswa pada suatu jenjang studi dinyatakan dalam bentuk satuan kredit. Satuan kredit semester (SKS) merupakan penghargaan terhadap pengalaman belajar yang diperoleh selama satu semester. Besarnya SKS untuk masing-masing kegiatan pendidikan ditentukan oleh banyaknya jam yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Beban studi yang digunakan selama menempuh pendidikan sarjana keperawatan adalah 154 SKS dengan lama pendidikan 8 semester. Pendidikan pada tahap profesi (Ners) dengan jumlah SKS 25 ditempuh selama 2 semester, hal ini menjadi tanggungjawab penuh seorang mahasiswa (PSIK dan FKIK, 2013).

Penyelenggaraan pendidikan PSIK FK UMY menerapkan metode pembelajaran hybrid Problem Based Learning (hPBL) yang berbentuk perkuliahan biasa atau reguler, seminar, praktikum, praktek kerja lapangan dan tutorial. Beban yang harus diselesaikan mahasiswa berupa jumlah SKS yang banyak, padatnya jadwal kuliah atau Proses Belajar Ceramah (PBC) sebanyak 77 SKS, tugas, praktikum atau Proses Belajar Praktek (PBP) yang meliputi Skills Lab, biomedis dan Objective Structured Clinical Examination (OSCE) sebanyak 60 SKS, tutorial atau Proses Belajar Tutorial (PBT) sebanyak 17 SKS, ujian Multiple Choice Question (MCQ), organisasi, dan ditambah lagi dengan beberapa kegiatan di luar


(41)

akademik juga menjadi beban tersendiri bagi mahasiswa (PSIK dan FKIK, 2013).

Maulida (2012) menjelaskan bahwa masalah-masalah yang dialami mahasiwa bersifat akademis dan non akademis yang dapat menimbulkan depresi. Tugas akhir-skripsi, pendadaran, ujian skripsi, yudisium, dan wisuda juga menjadi beban dan tanggungjawab penting yang wajib diselesaikan oleh mahasiswa (PSIK dan FKIK, 2013).

Sebagai seorang individu dewasa, mahasiswa juga memiliki beban tanggungjawab besar kepada orang tua. Mahasiswa juga dituntut untuk dapat lulus tepat waktu dengan Indeks Pestasi (IP) yang bagus agar nantinya dapat membanggakan dan membahagiakan orang tua (Hidayah, 2012). Beban kurikulum yang banyak, jadwal yang padat sejak awal masuk kuliah, ditambah lagi masalah finansial akan menambah risiko mahasiswa untuk mengalami gejala depresi (Hadianto, dkk., 2014). Tuntutan ekonomi juga menjadi beban tersendiri bagi mahasiswa, biaya kuliah yang semakin mahal membuat tidak sedikit dari mahasiswa yang berkuliah membagi waktu untuk bekerja, untuk mendapatkan penghasialan tambahan demi mengurangi beban orangtua (Daulay dan Rola, 2009).

Mahaiswa memiliki tujuan untuk mencapai dan menguasai ilmu sesuai bidangnya, serta memiliki wawasan ilmiah yang luas agar dapat bermanfaat bagi masyarakat dan semua orang. Mahasiswa juga bagaian dari masyarakat, sehingga diharapkan dapat beinteraksi, beradaptasi, dan aktif dengan lingkungan (Putri dan Budiani, 2012).


(42)

25

4. Beban Mahasiswa Menyebabkan Depresi

Banyaknya tuntutan untuk mengatasi masalaah dan konflik serta penyesuaian diri terhadap lingkungan membuat mahasiswa merasa semakin tertekan. Rata-rata mahasiswa semester awal sampai dengan semester akhir mengalami masalah yang mengakibatkan kondisi stress pada diri mereka yang dapat berubah menjadi depresi (Susilowati dan Hasanat, 2011). Permasalahan, konflik, tugas akademik dan non akademik yang dihadapi mahasiswa merupakan tanggungjawab yang harus dijalani. Hal tersebut menjadi beban dan tekanan bagi seorang mahasisiwa sehingga membuat dirinya mengalami kelelahan secara fisik maupun psikologis yang dapat menimbulkan depresi (Anggraini, 2014).

Banyaknyak masalah yang menghadang keberhasilan mahasiswa dalam menyelesaikan studinya membuat mahasiswa mengalami simtom-simtom depresi, seperti adaptasi terhadap situasi dan kondisi kampus, tugas yang menumpuk, tuntutan akan nilai yang bagus, dan lain sebagainya (Qonitatin, dkk., 2011). Orang tua yang terlalu menuntut anak untuk menjadi lebih baik dan ditambah lagi adanya konflik dalam keluarga juga dapat menimbulkan kecemasan yang dapat menjadi stress yang menyebabkan depresi (Susilowati dan Hasanat, 2011).

Penelitian Anggraini (2014) menyebutkan bahwa sebagian besar mahasiswa yang tinggal di kos atau mengontrak rumah dengan kondisi jauh dari orang tua dan keluarga merupakan salah satu faktor yang mencetuskan kemunculan gejala depresi semakin nyata. Tidak adanya


(43)

orang dekat yang bisa menemani atau berbagi ketika seseorang mengalami masalah stres depresi bisa semakin memperparah gejala depresi. Perasaan sendiri, tertekan, kesepian dan tanpa adanya dukungan dari keluarga merupakan gejala depresi yang umum dialami subyek ketika mengalami suatu masalah atau tekanan.

Tingkat gejala depresi pada mahasiswa fakultas kedokteran lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa dari fakultas lain dan populasi umum. Hal ini disebabkan oleh sistem pembelajaran yang berat, kompetitif, dan penuh tekanan. Masa kuliah yang panjang, banyaknya tugas, biaya masuk yang mahal, dan tuntutan untuk berhasil merupakan stresor yang harus dihadapi oleh mahasiswa sepanjang masa pendidikan. Stresor yang terus-menerus ini apabila tidak ditangani dengan tepat dapat menimbulkan gejala depresi (Hadianto, dkk., 2014).

Gejala depresi dan kecemasan menjadi perhatian khusus pada mahasiswa karena berdampak buruk pada akademik dan partisipasi dalam aktivitas kampus (Qonitatin, dkk., 2011). Depresi yang dibiarkan terus berlanjut akan berdampak buruk pada individu yang mengalaminya. Dampak tersebut dapat berupa menurunnya prestasi dan minat belajar mahasiswa, sehingga pada situasi dan kondisi seperti ini mahasiswa sangat membutuhkan dukungan serta perhatian dari pihak keluarga (Susilowati dan Hasanat, 2011).

Supriani (2011) yang menyebutkan bahwa pengaruh dukungan sosial dari orang yang mempunyai ikatan emosi sangat mendalam seperti


(44)

27

keluarga, teman, orang yang sangat dipercaya atau orang yang sangat dicintai sangat bermanfaat bagi seseorang yang apabila tidak terpenuhi akan menyebabkan depresi.

D. Mekanisme Koping

1. Definisi Mekanisme Koping

Nasir dan Muhith (2011) menjelaskan bahwa koping merupakan suatu tindakan merubah kognitif secara konstan dan usaha tingkah laku untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal yang dinilai membebani atau melebihi sumberdaya yang dimiliki individu. Mekanisme diartikan sebagai suatu cara yang dilakukan oleh individu dalam meyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap sesuatu yang mengancam.

Menurut Kliat (1998) mekanisme koping diartikan sebagai cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam. Koping yang efektif akan menghasilkan adaptasi (Nasir dan Muhtih, 2011).

2. Tipe Mekanisme Koping

Stuart (2009) menjelaskan bahwa mekanisme koping dibagi menjadi tiga tipe yakni:

a. Mekanisme koping fokus pada masalah, yang melibatkan tugas dan upaya langsung untuk mengatasai masalah tersebut, contohnya seperti negosiasi, konfrontasi dan mencari saran kepada seseorang yang profesional seperti perawat ataupun dokter.


(45)

b. Mekanisme koping fokus pada kognitif, dimana seseorang merusaha untuk mengontrol masalah yang dihadapinya, contohnya seperti perbandingan positif atau negatif seperti menganggap tekanan atau beban yang dialaminya itu hal yang wajar.

c. Mekanisme koping fokus pada emosi, pada tipe mekanisme ini seseorang akan berorientasi pada tekanan emosional moderat. Contohnya seperti penyangkalan, menagis bahkan mengamuk.

Menurut Keliat (2005) ada dua macam mekanisme koping, yaitu: a. Mekanisme koping adaptif, adalah suatu usaha yang dilakukan

individu dalam menyelesaikan masalah akibat adanya stressor atau tekanan yang bersifat positif, rasional dan konstruktif. Contohnya berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, tehnik relaksasi, latihan seimbang dan aktifitas konstriktif.

b. Mekanisme koping maladaptif, adalah suatu usaha yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah akibat adanya stressor atau tekanan yang bersifat negatif, merugikan dan destruktif serta tidak dapat menyelesaikan masalah secara tuntas. Contohnya makan berlebihan atau bahkan tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar, marah-marah, mudah tersinggung, dan menyerang. Mekanisme koping yang maladaptif dapat memberi dampak yang buruk bagi seseorang seperti isolasi diri, berdampak pada kesehatan diri, bahkan terjadinya resiko bunuh diri.


(46)

29

3. Gaya Koping

Nasir dan Muhith (2011) menjelaskan gaya koping merupakan penentuan dari gaya seseorang dalam memecahkan suatu masalah berdasarkan tuntutan yang dihadapi, ada dua macam gaya koping yakni:

a. Gaya Koping Positif

Gaya koping positif merupakan gaya yang mampu mendukung integritas ego, berikut ini adalah macam- mcam gaya koping positif:

1) Problem solving merupakan suatu usaha untuk memecahkan masalah, dimana pada gaya koping ini masalah harus dihadapi, dipecahkan, dan tidak dihindari atau menganggap masalah itu tidak berarti. Pemecahan masalah ini digunakan untuk mengindari tekanan atau beban psikologis akibat adanya stresor yang masuk dalam diri seseorang.

2) Utilizing social support merupakan suatu tindak lanjut dari menyelesaikan masalah belum terselesaikan. Tidak semua orang mampu menylesaikan masalahnya sendiri, hal ini terjadi karena rumitnya masalah yang dialami. Oleh sebab itu apabila seseorang mempunyai masalah yang tidak bisa diselesaikan sendiri, seharusnya tidak disimpan sendiri tetapi carilah dukungan dari orang lain yang dapat dipercaya dan mampu meberikan bantuan dalam bentuk masukan ataupun saran dan lainnya.

3) Looking for silver lining masalah yang berat terkadang akan membawa kebutaan dalam upaya menyelesaikan masalah,


(47)

walaupun sudah dengan usaha yang maksimal, terkadang masalah belum ditemukan titik temu, oleh sebab itu seberat apapun masalah yang dihadapi manusia harus tetap berfikir positif dan dapat diambil hikmah dari setiap masalah. Pada fase ini diharapkan manusia mampu menerima kenyataan sebagai sebuah ujian dan cobaan yang harus dihadapi, selalu berusaha menyelesaikan masalah tanpa menurunkan semangat motivasi. b. Gaya Koping Negatif

Gaya koping negatif yang dapat menurunkan integritas ego, dimana gaya koping ini dapat merusak dan merugikan dirinya sendiri, yang terdiri atas sebagai berikut:

1) Avoidance merupakan suatu usaha untuk mengatasi situasi tertekan dengan cara lari dari situasi tersebut dan menghindari masalah dan akhirnya terjadinya penumpukan masalah. Bentuk melarikan diri seperti merokok, menggunakan obat-obatan, berbelanja tujuannya untuk menghilangkan masalah tetapi menambah masalah.

2) Self-blam merupaka bentuk dari ketidak berdayaan atas masalah yang dihadapi, biasanya menyalahkan diri sendiri yang dapat menyebabkan seseorang menrik diri dari lingkungan sosial. 3) Wishfull thinking merupakan kesedihan mendalam yang dialami

sesorang akibat kegagalan mencapai tujuan, karena penentuan keinginan terlalu tinggi sehingga sulit tercapai.


(48)

31

4. Sumber Koping

Stuart (2009) berpendapat bahwa seseorang dapat mengatasi stres dan kecemasan yang dirasakan dengan menggunakan sumber koping di lingkungan. Sember koping tersebut berupa modal ekonomi, kemampuan masalah, dukungan sosial, dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengntrol pengalaman yang menimbulkan stres dan mengambil strategi yang berhasil. Sumber koping ekonomi, teknik bertahan, dukungan sosial, motivasi serta hubungan antara orang terdekat mempuyai pengaruh yang sangat penting selain itu kepercayaan spiritual berfungsi sebagai harapan dalam mempertahankan upaya seseorang dalam menghadapi situasi yang paling buruk.

E. Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala dan anggota keluarga yang saling bergantung dan berinteraksi melalui pertalian darah, ikatan perkawianan atau adopsi yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah (Mubarak dan Chayatin, 2009). Keluarga merupakan dua orang atau lebih yang mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga, memiliki kedekatan emosional dan kebersamaan (Friedman, dkk., 2014).

Efendi dan Makhfudli (2013) menambahkan bahwa keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang memiliki tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya serta memingkatkan


(49)

perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota keluarga. Keluarga terdiri dari suami, istri, anak, kakak dan adik yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang hidup bersma dan jika terpisah tepat saling memperhatikan satu sama lain.

2. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan keluaraga terhadap anggota keluarga. Keluarga memiliki fungsi sebagai pendukung bagi anggota keluarga. Anggota keluarga beranggapan bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. (Friedman, cit Bailawan, 2013). Dukungan keluarga merupakan sumber dukungan sosial yang menjadi faktor kunci dan bagian terpenting dalam penyembuhan klien dengan gangguan jiwa (Videbeck, 2015).

3. Sumber Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga bisa didapatkan dari anggota keluarga mana saja, baik secara internal maupun eksternal. Dukungan sosial keluarga internal, seperti suami, istri, ayah, ibu, anak, dan dukungan sosial keluarga eksternal yaitu dukungan dari keluarga besar ataupun jaringan kerja sosial (Efendi dan Makhfudli, 2013).

4. Macam-macam Dukugan Keluarga

Friedman (1998) cit Herdiana (2012) menyebutkan emapat macam bentuk dukungan keluarga, yaitu:


(50)

33

a. Dukungan informasional

Dukungan ini meliputi pemberian informasi, petunjuk, nasehat, saran atau gagasan, pendapat dan peluang yang sesuai dengan fungsi dari keluarga. Dukungan juga bermanfaat sebagai sugesti khusus bagi individu dan pencegah timbulnya stresor.

b. Dukungan emosianal

Keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam penguasaan emosiaonal seseorang, karena keluarga merupakan tempat berlindung, beristirahat, dan membantu dalam proses penyembuhan. Dukungan emosional dapat berupa ungkapan empati, perhatian, dan kepedulian.

c. Dukungan instrumental

Dukungan ini berupa bantuan langsuang seperti materi, tenaga dan saran. Berisi tentang pemberian perhatian dan pelayanan dari orang lain. Manfaatnya dukungan instrumental ini yaitu dapat mendukung pulihnya energi dan semangat yang menurun. Dengan diberikannya dukungan instrumental individu akan merasa bahwa masih ada perhatian atau kepedulian terhadap kesusahan yang dialami. d. Dukungan penilaian dan penghargaan

Keluarga bertindak sebagai pembimbing dan menjadi pemecah masalah serta sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga diantaranya dengan memberikan dukungan, penghargaan dan perhatian kepada seluruh anggota keluarga.


(51)

Efendi dan Makhfudli (2013) menjelaskan lima fungsi keluarga menurut Friedman sebagai berikut:

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif berguna sebagai pemenuhan kebutuhan psikosoial, yang merupakan sumber energi menentukan kebahagian keluarga. Setiap anggota keluarga saling berinteraksi dan berhubungan untuk mempertahankan iklim positif, perasaan memiliki, perasaan berarti, yang merupakan sumber kasih sayang. Anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif jika fungsi ini telah berhasil.

b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi

Keluarga merupakan temapt individu belajar bersosialisasi dan melatih anak untuk mengembangkan kemampuan berinteraksi dengan orang lain. Anggota keluarga belajar tentang disiplin, norma-norma, budaya dan berprilaku melalui hubungan interaksi dalam keluarga. c. Fungsi reproduksi

Keluarga memiliki fungsi meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak, memenuhi kebutuhaan gizi keluarga, serta menjaga kelangsungan hidup keluarga. Fungsi ini menjadi sedikit terkontrol dengan adanya program keluarga berencana.


(52)

35

d. Fungsi ekonomi

Keluarga sebagai tempat pengembangan kemampuan individu untuk meningkatkan penghasialan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga seperti makan, pakaian, dan rumah.

e. Fungsi perawatan atau pemeliharan kesehatan

Keluarga memiliki fungsi mempertahankan kesehatan keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Keluarga memiliki peran merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan dan menentukan kapan meminta bantuan tenaga profesiaonal.

5. Manfaat Dukungan Keluarga

Bagi pasien gangguan jiwa keluarga merupakan sistem pendukung sosial yang paling utama, karena dapat memberikan dukungan, pengertian, perhatian, komunikasi yang baik, kepedulian dan selalu berusaha meningkatkan derajat kesehatan keluarga yang sakit (Bailawan, 2013). Dukungan keluarga sangat penting bagi penurunan depresi pada mahasiswa, karena keluarga dapat meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri serta menghilangkan perasaan negatif yang di rasakan mahasiswa.


(53)

F. Kerangka Konsep

Gambar 1. Kerangka Konsep

Keterangan: = Diteliti

= Tidak Diteliti

G. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka diatas adalah:

Ha : Terdapat perbedan tingkat depresi antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan.

Penyebab depresi: Faktor biologi

Faktor genetika

Faktor psikososial

Mahasiswa PSIK yang tinggal dengan

orang tua

Mahasiswa PSIK yang tinggal sendiri

Depresi

Tingkat Depresi: 1. Tidak Depresi 2. Depresi Ringan 3. Depresi Sedang 4. Depres Berat


(54)

37

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain pada penelitian ini adalah descriptive comparative, yang menunjukan perbandingan kejadian depresi antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dibandingkan dengan mahasiswa yang tinggal sendiri. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalahpendekatan cross sectional, yaitu dengan melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu waktu atau hanya satu kali (Nursalam, 2013).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2015. Populasi mahasiswa pada penelitian ini berjumlah 117 orang mahasiswa.

Sampel adalah populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian (Nursalam, 2013). Sampel yang diambil pada penelitian ini yaitu mahasiswa di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Metode pengambilan sempel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penempatan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah peneliti), sehingga sampel tersebut dapat


(55)

mewakili karakteristik populasi (Nursalam, 2013). Teknik sampling adalah cara yang digunakan dalam pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2013).

Penentuan besar sampel dengan menggunakan rumus :

n = N +N d ²

Keterangan :

n = Besar Sampel

N = Besar Populasi

d = Tingkat Signifikan (p)

n= N

+N d ²=

7 + 7 . 2 =

7 + 7 . =

7

. 7= 53.91

Besar total sampel setelah dihitung menggunakan rumus Slovin didapatkan hasil sebesar 54 orang responden. Sampel diambil dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dengan rincian 27 orang mahasiswa tinggal bersama orang tua dan 27 orang mahasiswa tinggal sendiri.

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2013). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(56)

39

a. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UMY angkatan 2015 yang masih aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar

b. Mahasiswa yang tinggal dengan orang tua (ayah atau ibu) c. Mahasiswa yang tinggal sendiri (kost/kontrakan/asrama) d. Mahasiswa yang bersedia menjadi responden

2. Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2013). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mahasiswa yang telah berkeluarga atau menikah

b. Mahasiswa yang tinggal dengan keluarga (paman atau bibi)

c. Mahasiswa dengan penyakit kronis misalnya kanker, jantung, ginjal, tumor, stroke, diabetes dll

d. Mahasiswa yang tidak hadir saat pengambilan data

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada angkatan 2015. Alasan peneliti mengambil populasi PSIK angkatan 2015 karena:

a. Mahasiswa angkatan 2015 masih dalam tahap penyesuaian diri terhadap suasana maupun lingkungan baru dan jauh dari keluarga.


(57)

b. Mahasiswa angkatan 2015 juga memiliki beban perkuliahan yang semakin berat dan bertambah.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 1 hari pada bulan April 2016.

D. Variabel Penelitian

Variabel merupakan karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu dan didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran atau manipulasi suatu penelitian (Nursalam, 2013). Variabel dalam penelitian ini adalah variabel terikat atau dependen yaitu kejadian depresi pada mahasiswa.

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil Ukur Skala 1. Usia Usia responden dimulai dari sejak

dilahirkan sampai dengan dengan saat ini

Kuesioner data demografi

Usia dalam tahun Interval

2. Jenis Kelamin

Ciri seksual responden yang dibedakan atas laki-laki dan perempuan

Kuesioner data demografi

1. Laki-laki 2. Perempuan

Nominal

3. Suku Golongan orang-orang (keluarga) yang seturunan sesuai dengan identitas kebudayaan

Kuesioner data demografi

1. Jawa 2. Luar Jawa

Nominal

4. Pengalaman pernah tinggal sebelumnya

Pengalaman responden apakah sebelummnya tinggal bersama orang tua atau pernah tinggal sendiri seperti kost/asrama

Kuesioner data demografi

1. Tinggal dengan orang tua

2. Tinggal sendiri (kos/asrama)

Nominal

5. Jumlah uang bulanan

Uang yang diterima mahasiswa sebagai uang saku bulanan dari orang tua

Kuesioner data demografi

1. < 500.000 2.

500.000-1.000.000 3. > 1.000.000


(1)

20 menyebutkan bahwa mahasiswa seringkali menghadapi konflik dan perasaan takut berkaitan dengan meninggalkan rumah, perubahan peraturan, dan memasuki perkuliahan, selain itu kegagalan dalam penyesuaian dan mengatasi masalah dapat menjadi penyebab timbulnya depresi pada mahasiswa.

Kurangannya dukungan sosial juga dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tingginya depresi pada mahasiswa yang tinggal sendiri. Penelitian Qonitatin, dkk (2011), menjelaskan bahwa dukungan sosial dapat melindungi individu dari kejadian negatif yang dapat menyebabkan stress bahkan depresi. Hal ini sejalan dengan Baron dan Byrne (2005), dukungan sosial yang diberikan oleh teman atau anggota keluarga juga mempunyai manfaat penting disaat seseorang mengalami stress dan strategi yang efektif untuk mengatasi stress, serta dapat

memberikan kenyamanan secara fisik dan psikologis.

Sesuai dengan penelitian Rezki, dkk (2014), menjelaskan bahawa dukungan keluarga juga sangat penting dalam mengatasi depresi karena keluarga merupakan orang terdekat yang merupakan sumber kekuatan.

Selain itu rendahnya tingkat depresi pada mahasiswa yang tinggal dengan orang tua juga dapat dipengaruhi oleh adanya kemampuan atau respon seseorang dalam mengelola stres yang ditimbulkan dari situasi yang mengancam yang dapat menyababkan depresi. Hal ini sesuai denagn penelitian Cynthia dan Zulkaida (2009), yang menyebutkan kemampuan dan pengalaman seseorang dalam mengatasi masalah yang dihadapi serta terbiasa menganalisis masalah akan mendukung mereka dalam mengasah keterampilan mencari solusi (active coping), yang sangat mungkin


(2)

21 berpengaruh terhadap cara sesorang dalam mengatasi masalah dan menurunkan kecenderungan untuk depresi.

Tingginya tingkat depresi pada mahasiswa yang tinggal sendiri juga dapat disebabkan karena respon dan cara seseorang tersebut menanggapi atau memberikan respon terhadap masalah yang dialaminya dengan cara yang negatif. Hal ini sesuai dengan Berkel (2009), yang menjelaskan bahwa mekanisme koping merupakan faktor penentu yang menentukan mudah tidaknya seseorang untuk mengalami gejala depresi. Avoidance coping merupakan mekanisme koping paling maladaptif yang berhubungan dengan peningkatan stres, ansietas dan depresi sedangkan problem-focused coping dapat menurunkan gejala depresi.

Hal lain yang juga dapat mempengaruhi depresi adalah spiritualiatas atau religiusitas

seseorang. Spiritualitas baik yang dimiliki mahasiswa yang tinggal dengan orang tua, mungkin dapat menurunkan gejala depresi yang dialaminya saat menghadapi tekanan. Sesuai dengan pernyataan Puchalski (cit. Angelos, 2007), yang mengatakan bahwa spiritualitas merupakan sumber koping bagi individu dengan cara membuat individu memiliki keyakinan dan harapan positif, mampu menerima kondisi, sumber kekuatan, dan membuat hidup lebih berarti.

Selain itu kesulitan beradaptasi terhadap lingkungan baru pada mahasiswa yang tinggal sendiri juga dapat menjadi penyebab munculnya depresi. Hal ini sesuai dengan Susilo (2014), menjelaskan bahwa mahasiswa luar jawa sering mengalami masalah dengan adaptasi di lingkungan baru. Kesulitan untuk beradaptasi dikarenakan adanya perbedaan nilai dan norma di daerah asal ke lingkungan baru. Menurut


(3)

22 Gudykunst dan Kim (dalam Anggrelia 2012), mejelaskan bahwa berada dalam lingkungan yang berbeda dapat membuat seseorang mengalami keterkejutan dan tekanan, sehingga dapat menyebabkan terguncangnya konsep diri, identitas kultural dan menimbulkan kecemasan yang tidak beralasan. Kuranya pengalaman sebelumnnya juga dapat menjadi penyebab seseorang lebih rentan mengalamai depesi.

Hal lain yang mungkin dapat menjadi penyebab depresi pada mahasiswa yang tinggal sendiri adalah kepribadian seseorang, yang mungkin merupakan pribadi tertutup, pencemas, atau depresif. Pribadi tersebut cenderung lebih rentan mengalami tekanan karena memiliki sifat khawatir, ragu, tidak mau kalah, mudah tersinggung, dan sebagainya. Faktor ekonomi juga dapat menjadi penyebab seseorang mengalami depresi. Menurut Gilbert (dalam Feltham dan Horton 2006),

menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan depresi antara lain berhubungan dengan ekonomi. Hal ini sesuai dengan Hawari (2007), yang juga menjelaskan bahwa masalah keuangan (sosial-ekonomi) yang kurang baik, sangat berpengaruh pada kesehatan jiwa seseorang.

Sebagian mahasiswa yang tinggal sendiri juga ada yang tidak mengalami depresi, hal ini mungkin dapat disebabkan oleh pengaruh teknologi dan alat komunikasi yang semakin canggih. Batas-batas wilayah tidak lagi menjadi penghalang, mahasiswa yang tinggal di kos/kontrakan, maupun asrama dapat senantiasa bercerita tentang kesulitan yang dihadapi kepada orang tua melalui telepon atau sms. Selain itu perbedaan nilai dan norma, perbedaan bahasa, gaya hidup, merasa kehilangan atau kekurangan kasih sayang oleh anggota keluarga atau teman, dan merasa bingung dengan identitas diri, hal ini juga dapat menyebabkan sebagian besar


(4)

23 mhasiswa yang tinggal sendiri mengalami depresi.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan sebagai berikut:

1. Karakteristik responden pada penelitian ini adalah mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri, sebagian besar berada pada usia 19 tahun, jenis kelamin perempuan, suku jawa, pengalaman tinggal sebelumnya tinggal bersama orangtua, jumlah uang bulanan 500.000-1.000.000, dan dengan riwayat keluarga tidak mengalami gangguan mood.

2. Tingkat depresi mahasiswa yang tinggal sendiri lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan di PSIK UMY.

3. Tingkat depresi pada mahasiswa yang tinggal dengan orang tua di PSIK UMY sebagian besar termasuk dalam kategori tidak depresi.

4. Tingkat depresi pada mahasiswa yang tinggal sendiri di PSIK UMY termasuk

dalam kategori depresi, yaitu depresi ringan dan sedang.

VI. Daftar Pustaka

1. Ahmed, W., Minnaert, Alexander., Werf, Gretje Vander. (2010). Percieved Social Support and Early Adolescents Achievement: TheMediational Roles of Motivational Beliefs and Emotions. Journal Youth Adolescence, 39, 36- 46. 2. Angelos, Peter. (2007). Ethical Issues

In Cancer Patient Care: Addressing The Spiritual Needs Of Patients. USA: Springer.

3. Anggraini, D. I. (2014). Hubungan Depresi dengan Status Gizi. Jurnal Medula. Vol. 2, No. 2, Februari 2014. 4. Anggrelia, Y. S. S. (2012). Hubungan

Culture Shock dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Asing Asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Skripsi Universitas Sumatera Utara, Medan.

5. Baron, R. A., dan Byrne, D. (2005). Psiokologi Sosial Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

6. Beck, A. T. (2006). Depression: Causes and Treatment. Philadelphia: University of Pennsylvania Press.

7. Berkel, H. V. (2009). The Relationship Between Personality, Coping Styles and Stress, Anxiety and Depression (dissertation). New zealand: University of Canterbury.

8. Cooper, E. (2010). Depression Among African American Female College Students: Exploratory Factor Analyis of The Beck Depression Inventory II. ProQuest Dissertation And These.

9. Cynthia, T., dan Zulkaida, A. (2009). Kecenderungan Depresi pada Mahasiswa dan Perbedaan Berdasarkan Jenis Kelamin. Jurnal Psikologi. Vol.3 Oktober 2009.

10.Depkes RI (2008). Riset Keshatan Dasar.

www.litbang.go.id Diakses tanggal 9 Juli 2016.Jakarta: Depkes RI.

11.Feltham, C., dan Horton, I. (2006). Counseling and Psychotherapy. The Sage


(5)

24 Handbook. 2nd Edition British: Sage Publication, Ltd.

12.Hawari, D. (2007). Sejahtera di Usia Senja Dimensi Psikoreligi pada Lanjut Usia (Lansia). Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

13.Hidianto, H., Tarigan, J., dan Andriani, R. (2014). Prevalensi dan Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Tingkat Gejala Depresi pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura. Pontianak: Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura. 14.Ilyas, M., Murtiani, dan Rezki, E. (2014).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Depresi Terhadap Pasien Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Mabaji Gowa. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis. Vol. 5 Nomor 1 Tahun 2014. 15.Kementerian Kesehatane RI. (2013).

Riset Kesehatan Dasar: RISKESDAS. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

16.Laliitya, K. (2012). Perbedaan Tingkat Depresi pada Lansia yang Tinggal di Rumah Dengan yang Tinggal di Panti Sosial. Karya Tulis Ilmiah tidak diterbitkan. Yogyakarta: FKIK UMY. 17.Larastiti, A. P., Fitrikasari, A., dan

Sarjana, W. (2014). Hubungan Tingkat Depresi dengan Perilaku Masturbasi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Tahun Pertama. Jurnal Medika Muda. Universitas Diponegoro Semarang. Tahun 2014.

18.Martin, R.C., dan Dahlen, E. R. (2005). Cognitive Emotion Regulation in Prediction of Depression, Anxiety, Stress, and Anger. Personality and Individual Differences, 39, 1249-1260. 19.Martina, A. (2012). Gambaran Tingkat

Stres Kerja Perawat di Rumah Sakit Paru Dr. Moehammad Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor. Karta Tulis Ilmiah Sastra Satu Universutas Indonesia. Depok : FIK UI Diakses pada 15 Juni 2016 dari http://ww.ui.ac.id

20.Maulida, A. (2012). Gambaran Tingkat Depresi Pada Mahasiswa Program Sarjana Yang Melakukan Konseling Di Badan Konseling Universitas Indonesia. Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia. 21.Menslin, J., M. (2007). Sosiologi dalam

Pendekatan Membumi. Jakarta. Erlangga 22.Munawarah, S. M., dan Retnowati, S.

(2009). Hardiness, Harga Diri, Dukungan Sosial dan Depresi pada Remaja Penyintas Bencana Di Yogyakarta. Jurnal Humanitas. Vol. 6, No. 2, Agustus 2009.

23.Nasir, A., dan Muhith, A. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar dan Teori. Jakarta: Salema Medika.

24.Nilasari, S. (2013). Positive Psychotherapy Untuk Menurunkan Tingkat Depresi. Jurnal Sains dan Praktik Psikologi. Vol. 1, No.2 Hal. 179-189 Tahun 2013.

25.Qonitatin, N., Widyawati, S., dan Asih, Y. G. (2011). Pengaruh Katarsis dalam Menulis Ekspresif sebagai Intervensi Depresi Ringan Pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi Undip. Vol. 9, No.1, April 2011.

26.Rezki, E., Murtiani, H., dan Ilyas, M. (2014). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Depresi Terhadap Pasien Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis. Vol. 5, No. 1, Tahun 2014.

27.Safitri, Y., dan Hidayati, E. (2013). Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Depresi Remaja Di SMK 10 November Semarang. Jurnal Keperawatan Jiwa. Vol. 1, No. 1, Mei 2013: 11-17.

28.Saputri dan Indrawati. (2011). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Depresi pada Lanjut Usia yang Tinggal di Panti Wreda Wening WWardoyo Jawa Tengah. Jurnal Psikologi Undip. Vol. 9, No.1, April 2011.

29.Sarwono, S.W. (2011). Psikologi Remaja. Edisi Revisi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

30.Seswita, P. (2013). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi


(6)

25 Dalam Menghadapi Stres Akademik Pada Siswa UPI Perantau. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia

31.Sitorus, L. I. S., dan Warsito, H. (2013). Perbedaan Tingkat Kemandirian dan Penyesuaian Diri Mahasiswa Perantau Suku Batak Ditinjau dari Jenis Kelamin. Jurnal Psikoligi. Vol 01, Nomor 02, Tahun 2012.

32.Stuart, G. W. (2009). Prinsip dan Praktek Keperawatan Jiwa. Edisi 9. Jakarta: ECG.

33.Susilo, P., I. (2014). Hubungan Dukungan Sosial dengan Culture Shock Pada Mahasiswa. Jurnal Online Psikologi. Vol. 02 No. 02, Thn. 2014

http://ejournal.umm.ac.id

34.Susilowati, G. T., dan Hasanat, U. N. (2011). Pengaruh Terapi Menulis Pengalaman Emosional Terhadap Penurunan Depresi pada Mahasiswa Tahun Pertama. Jurnal Psikologi. Vol. 38, NO. 1, Juni 2011: 92 – 107.

35.Tentama, F. (2014). Dukungan Sosial dan Post-Traumatic Stress Disorder pada Remaja Penyintas Gunung Merapi. Jurnal Psikologi Undip. Vol.13 No.2 Oktober 2014, 133-138.

36.Untari, I., dan Rohmawati. (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan pada Usia Pertengahan dalam Menghadapi Proses Menua. Jurnal Keperawatan. AKPER 17 Karanganyar, Vol. 1 No.2, 83-90.

37.Yana. (2012). Falsafah dan Pandangan Hidup Orang Jawa. Yogyakarta: Bintang Cemerlang.


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN PERILAKU PROSOSIAL MAHASISWA DITINJAU DARI TEMPAT TINGGAL (STUDI PADA MAHASISWA YANG TINGGAL DI ASRAMA DAN TINGGAL DENGAN ORANG TUA)

7 42 13

PERBEDAAN KEBUTUHAN RASA AMAN ANTARA ANAK YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA DAN YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN

0 8 2

PERBANDINGAN TINGKAT DEPRESI ANTARA MAHASISWA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA DAN TINGGAL SENDIRI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

0 4 147

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI MAHASISWA YANG TINGGAL DIPONDOKAN (KOS) DAN YANG TINGGAL DENGAN ORANGTUA PADA MAHASISWA SEMESTER VI FAKULTAS KEDOKTERAN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2015

3 26 85

PERBEDAAN KECEMASAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UMS YANG TINGGAL DI PONDOKAN DENGAN MAHASISWA YANG TINGGAL BERSAMA ORANG TUA.

0 1 5

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI LAKI-LAKI YANG TINGGAL DI ASRAMA DENGAN LAKI-LAKI YANG TINGGAL BERSAMA ORANG PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI LAKI-LAKI YANG TINGGAL DI ASRAMA DENGAN LAKI-LAKI YANG TINGGAL BERSAMA ORANG TUA PADA SISWA KELAS II SMA MTA SURAKARTA

0 0 16

Perbedaan kecenderungan pembelian impulsif antara mahasiswa kos dan mahasiswa tinggal dengan orang tua.

0 2 107

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kesepian pada Mahasiswa UKSW yang Tinggal Bersama Orang Tua dan Tinggal Jauh dari Orang Tua

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Self Regulation Learning antara Mahasiswa yang Tinggal dengan Orang Tua dan yang Tidak Tinggal dengan Orang Tua (Kost)

0 0 2

PERBANDINGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR YANG TINGGAL BERSAMA ORANG TUA SISWA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN PADA BIDANG STUDI QUR’AN HADIST

0 0 30