4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Filtering Data
Menurut  Abdullah  2008,  frekuensi  yang  digunakan  dalam  pengolahan data seismik umumnya berada pada kisaran 10 Hz
– 70 Hz, sehingga sinyal yang didapat  perlu  dilakukan  filtering  frekuensinya.  Filtering  menggunakan  bandpass
filter lebih umum digunakan karena gelombang seismik terkadang terkontaminasi dengan noise  frekuensi  rendah dan  noise  frekuensi  tinggi. Filtering ini dilakukan
untuk mendapatkan frekuensi sinyal data primer reflektifitas bumi dan membuang frekuensi  lainnya  seperti  noise  dan  multiple.  Hasil  Gambar  9  merupakan  hasil
tampilan penampang seismik yang didapat langsung dari masukan data input
data sesimik  TRKN-6  tanpa  proses  filtering.  Tampilan  ini  masih  terlihat  kasar  dan
belum dapat diinterpretasikan dengan baik karena masih banyaknya sinyal-sinyal yang tidak diharapakan mengganggu tampilannya sehingga mempengaruhi dalam
hal intepretasi. Gambar pada saat di kolom perairan, dasar perairan dan sub-dasar perairan belum terlihat dengan jelas dikarenakan frekuensi yang digunakan belum
dibatasi sehingga semua frekuensi ikut terekam bahkan noise juga ikut terekam di dalamnya  sehingga  perlu  dilakukan  proses  berikutnya  agar  didapatkan  hasil
penampang  yang  lebih  baik.  Pengambilan  nilai  frekuensi  tertentu  menggunakan bandpass  filter,  maka  akan  didapatkan  hasil  penampang  sementara  yang  lebih
baik lagi.
Gambar 9. Profil Seismik sebelum Bandpass Filter
Gambar  10  memperlihatkan  hasil  penampang  seismik  sementara  yang
lebih  baik  saat  penerapan  bandpass  filter.  Kedalaman  perairan,  kolom  perairan dan lapisan sub-dasar perairan terlihat lebih jelas jika dibandingkan dengan yang
tidak  menggunakan  bandpass  filter,  ini  dikarenakan  penerapan  filtering  ini memanfaatkan  rentang  frekuensi  yang  tertentu  sehingga  tidak  semua  frekuensi
ikut di  dalamnya.  Sinyal-sinyal  yang direkam  terkadang bukan hanya data  yang kita  inginkan,  melainkan  rekaman  multiple  bahkan  noise  yang  berada  di
permukaan  yang  juga  ikut  terekam  sehingga  akan  menghasilkan  gambaran penampang  seperti  yang  ditunjukkan  pada  Gambar  11.  Hasil  gambar
menunjukkan  dasar  perairan  yang  mulai  menurun  ke  arah  akhir  lintasan  yang dimulai  saat  kedalaman  pada  waktu  100  ms  hingga  500  ms  dan  sinyal  terlihat
Sinyal Sub-Dasar Perairan Sinyal di Kolom Perairan
Dasar Perairan
mulai  melemah  sampai  kedalaman  waktu  di  atas  1000  ms.  Gambar  juga menampilkan  sinyal  pada  sejumlah  channel  yang  digunakan  saat  survey
berlangsung  yang  berjumlah  48  channel,  hal  ini  menandakan  ada  4  section  pada streamer  yang  diaktifkan  saat  survey  dan  data  ini  penting  sebagai  data  input  di
pengolahan geometri selanjutnya.
Gambar 10. Profil Seismik sesudah Bandpass Filter
Geometri
Menurut Jusri 2004, pada flow ini dilakukan pendefinisian geometri dari data  yang  telah  di-loading  sesuai  dengan  geometri  penembakan  pada  saat
pengambilan data di  lapangan.  Informasi mengenai  geometri  akan menjadi  suatu identitas header dari trace seismik yang terekam, dan akan menjadi suatu atribut
yang  sangat  vital  dalam  pengolahan  data  seismik  selanjutnya.  Tabel
parameter pengolahan  yang  digunakan    pada  data  TRKN-6  sepeti  yang  ditunjukkan  oleh
Tabel  3 .
Parameter-parameter  lapang  yang  didapat  di  lapangan  ini  selanjutnya digunakan  saat  pengolahan  data  geometri.    Pengolahan  ini  bertujuan  untuk
mencocokkan  data  lapang  dengan  data  yang  direkam  dalam  1  satu  kali penembakan.
Tabel 3
.  Parameter – Parameter yang Digunakan dalam Pengolahan
Parameter Nilai
Shot Interval 25 meter
Group Interval 12.5 meter
Near Channel 1
Far Channel 48
Interval Channel 12.5 meter
Minimum Offset 100 meter
Nominal Source Depth 3 meter
Nominal Receiver Depth 7 meter
Distance Between CDP 6.25 meter
Number of Shots 2890
Sinyal Channel 1 pada Sub-Dasar Perairan Sinyal Channel 26 di Kolom
Perairan Dasar Perairan
Muting
Sinyal  yang  terdapat  pada  bagian  atas  dasar  laut  biasanya  masih  terdapat gangguan  dari  noise  baik  dari  multipel,  ledakan  langsung  sumber  suara  yang
langsung diterima oleh hidropon serta frekuensi lain yang diluar seismik.  Sinyal yang  berada  diatas  garis  berwarna  hijau  pada  Gambar  11  dapat  dihilangkan
dengan  melakukan  proses  muting.  Umumnya  dalam  pengolahan  data  seismik, proses-proses  yang  terjadi  di  kolom  perairan  sering  diabaikan  dan  hanya  fokus
pada  dasar  serta  sub-dasar  perairan  dikarenakan  objek  yang  menjadi  target terdapat di daerah tersebut dan sinyal yang terdapat di kolom perairan dihilangkan
untuk  mereduksi  noise  pada  data.    Gambar  11  menampilkan  sinyal-sinyal  yang berada di atas garis warna hijau yang terletak  pada kedalaman perairan saat waktu
50  ms
–  450  ms  merupakan  sinyal  rekaman  yang  terjadi  di  kolom  perairan sehingga  untuk  memudahkan  pengolahan,  sinyal-sinyal  ini  dilakukan  proses
muting.
Gambar 11. Profil Seismik sebelum Muting Hasil proses muting seperti yang ditunjukkan di Gambar 12 menampilkan
tampilan yang lebih bersih pada bagian atas dasar laut  mulai dari waktu 50 ms –
450 ms dan hanya menyisakan data dasar dan sub-dasar sehingga diharapkan akan mempermudah pengolahan selanjutnya.
Gambar 12. Profil Seismik sesudah Muting
Dasar Perairan Sinyal Channel
36 di Kolom Perairan
Dasar Perairan
Dekonvolusi
Proses  dekonvolusi  dilakukan  pada  penampang  ini  dengan  tujuan  untuk meningkatkan  resolusi  vertikal  dengan  cara  mengkompres  wavelet  seismik.
Dekonvolusi  ini  selain  meningkatkan  resolusi  vertikal,  dekonvolusi  dapat mengurangi  efek  ringing  atau  multipel  yang  mengganggu  interpretasi  data
seismik  Abdullah  2008.  Gelombang  seismik  yang  dikirim  ke  dalam  bumi mengalami  proses  konvolusi  filtering.  Menurut  Cary  2001,  dekonvolusi
prediktif  yang  diterapkan  dalam  pemrosesan  ini  dilakukan  dengan  mencari bagian-bagian  yang  bisa  diprediksi  dari  trace  seismik  dan  menghilangkannya
untuk  dapat  meminimalisir  multiple  yang  banyak  ditemukan  pada  data  TRKN-6. Penerapan  dekonvolusi  ini  memberikan  hasil  tampilan  penampang  seismik  yang
lebih terlihat lebih baik dari sebelum penerapannya. Penampang yang ditampilkan oleh  Gambar  13  merupakan  bagian  contoh  dari  hasil  penampang  sementara
seismik  yang  belum  baik,  hal  ini  disebabkan  adanya  ketidakmenerusan  sinyal pada  penampang  tersebut.  Penampang  pada  lapisan  sub-dasar  memperlihatkan
gambaran sinyal yang terputus atau tidak menerus sehingga sulit untuk dilakukan interpretasi  terhadap  penampang.  Sinyal  yang  tidak  menerus  ini  terlihat  pada
lapisan sub-dasar perairan saat waktu 900 ms
– 1200 ms dan 1400 ms – 2200 ms.
Gambar 13. Profil Seismik sebelum Dekonvolusi Penampang  seismik  pada  Gambar  14  yang  telah  melalui  tahapan
dekonvolusi  yang  ditunjukkan  oleh  bulatan  warna  hitam  pada  gambar memperlihatkan  penampang  yang  berbeda  dengan  yang  belum  dilakukan  proses
dekonvolusi. Penampang pada lapisan sub-dasar memperlihatkan gambaran sinyal yang  terputus  sehingga  sulit  untuk  dilakukan  interpretasi  terhadap  penampang.
Sinyal  yang tidak menerus ini terlihat pada lapisan sub-dasar perairan saat waktu 900  ms
–  1200  ms  dan  1400  ms  –  2200  ms.  Penampang  memperlihatkan  pada lapisan  sub-dasar  sinyalnya  dan  kemenerusannya  terlihat  lebih  jelas.  Hal  ini
penting  dilakukan  untuk  mempermudah  interpreter  dalam  menginterpretasikan hasil penampang yang sesuai dengan kondisi geologi bawah permukaan.
Multiple
Dasar Perairan Kolom  Perairan
Sinyal terlihat tidak
menerus
Gambar 14. Profil Seismik sesudah Dekonvolusi
Radon Filter
Abdullah  2008  mendefinisikan  transformasi  radon  sebagai  teknik penjumlahan trace seismik pada sudut tertentu yang ditujukan untuk memperjelas
kehadiran  reflektor  miring,  menghilangkan  multipel  serta  meningkatkan  rasio signal  terhadap  noise  SNR.  Prinsip  dari  transformasi  radon  adalah  mengubah
data  dari  domain  waktu  tx  ke  τ-ρ  sehingga  dengan  mute  yang  tepat  bisa memisahkan  gelombang  utama  primary  dan  multiple  Rahadian  2011.
Transformasi radon dilakukan untuk menekan keberadaan longpath multiple yang diakibatkan  oleh  dasar  laut.  Data  seismik  yang  merupakan  data  dengan  domain
waktu  T  dan  jarak  X  ditansformasikan  secara  linier  ke  dalam  domain  waktu pada  jarak  noltime  intercept
τ  dan  slowness  p.  Dalam  domain  inilah  data seismik di-muting untuk menghilangkan multiple yang terkontaminasi.
Pemrosesan multiple dengan menggunakan radon mampu menghilangkan multipel  walaupun  tidak  menghilangkannya  secara  penuh,  hal  ini  dapat  terlihat
masih  terdapatnya  multiple  maupun  noise  yang  ditampilkan  pada  Gambar  15. Gambar  15  menunjukkan  adanya  multiple  yang  dimulai  dari  waktu  3100  ms
sampai 5100 ms.  Multiple ini dapat membuat kesalahan dalam picking kecepatan, sehingga  yang  seharusnya  didapat  kecepatan  reflektor  dari  sedimen  justru
kecepatan  multiple  yang  merupakan  data  yang  tidak  diinginkan  yang  dapat menurunkan  kualitas  hasil  dari  penampang  seismik.  Pemrosesan  dengan
menggunakan radon diharapkan mampu menghilangkan efek multiple yang ada di dalam data.
Gambar 15. Profil sebelum Radon Filter
Dasar Perairan Kolom  Perairan
Sinyal terlihat lebih
menerus
Multiple
Gambar 16 menunjukkan multiple maupun noise yang terdapat saat belum
dilakukannya  proses  radon  mulai  sedikit  hilang  dan  berkurang  setelah dilakukannya  proses  radon.  Proses  ini  sedikit  memudahkan  penulis  untuk
melakukan proses picking kecepatan seismik dikarenakan tampilan mulai terlihat bersih  dari  multipel  maupun  noise  sehingga  sinyal  dari  perekaman  yang  berasal
dari  objek  yang  diinginkan  dengan  sinyal  multipel  mulai  bisa  dibedakan keberadaannya. Hasil picking ini sangat berpengaruh dalam penentuan kecepatan
sehingga hasil akhir tampilan seismik menunjukkan hasil yang lebih mudah untuk diintepretasikan.
Gambar 16. Picking Kecepatan setelah Radon Filter
Normal Move Out NMO
Normal  Move  Out  NMO  menurut  Yilmaz  2001,  didefinisikan  sebagai perbedaan waktu datang antara gelombang pantul pada setiap offset dan offset nol.
Riza  dan  Subarsyah  2013  mendefinisikan  NMO  sebagai  variasi  waktu  tiba refleksi sebagai akibat dari jarak source dan  hidropon offset. Variasi waktu tiba
sebagai  akibat    NMO  berbentuk  hiperbola  dalam  domain  waktu-offset.  Koreksi yang  mengkompensasi  perbedaan  waktu  sehingga  semua  trace  diproyeksikan  ke
titik  zero-offset  CDP  disebut  sebagai  koreksi  NMO,  sehingga  koreksi  NMO perlu  diterapkan  untuk  menghilangkan  efek  jarak.  Efek  jarak  dapat  membuat
informasi  bawah  permukaan  perairan  sulit  diintepretasikan  karena  keberadaan reflektornya  yang belum diketahui akibat semakin besarnya waktu datang karena
offsetnya  yang  juga  lebar.  Gambar  17  menunjukkan  tampilan  sebelum diterapkannya  proses  normal  move  out  NMO.  Tampilan  pada  kolom  offset
memperlihatkan  kecepatan  yang  belum  dikoreksi  sehingga  model  kecepatannya melengkung ke arah bawah. Koreksi NMO perlu diterapkan untuk menghilangkan
efek jarak.
Gambar 17. Picking sebelum NMO Penerapan proses normal move out NMO seperti yang ditampilkan pada
Gambar  18  memperlihatkan  pemilihan  model  kecepatan  telah  dilakukan  dengan sesuai,  ini  dapat  dilihat  dari  tampilan  pada  kolom  offset  yang  memperlihatkan
model  kecepatan  dengan  garis  yang  sudah  lurus.  Koreksi  NMO  dilakukan  untuk menghilangkan efek jarak.
Gambar 18. Picking setelah NMO
4.2   Analisis Kecepatan Rambat Gelombang Seismik a.