3. METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama delapan bulan yang diawali dengan akuisisi data survei seismik yang telah dilakukan pada bulan September - Oktober
2012 di perairan Tarakan bagian timur Provinsi Kalimantan Utara. Daerah ini terletak pada koordinat
3° 19’ LU - 3° 20’ LU dan 118 ° 34’ BT - 119° 38’ BT seperti yang ditampilkan pada Gambar 6. Pengolahan data pada peneltian ini
dikerjakan pada dua tempat. Pengolahan data SEG-D hingga menjadi hasil penampang seismik serta intepretasi geologi dilakukan di Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Kelautan P3GL di Bandung dan pengolahan hasil nilai kecepatan dan intepretasinya dilakukan di Laboratorium Komputasi Data Akustik
Kelautan Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan , Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Gambar 6. Peta Lokasi
Alat dan Bahan
Perangkat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 macam yaitu perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras berupa 1 unit komputer
dengan spesifikasi Processor core i5, Harddisk 1 Terabyte dan RAM 4 GB dengan sistem operasi Linux yang dijalankan di Windows menggunakan VMWare 7.
Perangkat lunak yang digunakan adalah Landmark ProMAX 2D Version 5000.0.20 dan Microsoft Excell. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data TRKN-5 dan TRKN-6 dengan format SEG-D hasil akuisisi seismik di perairan Tarakan, Kalimantan Utara.
Komputasi Data Seismik
Software ProMAX 2D adalah Software yang digunakan untuk mengolah d ata seismik dari raw data menjadi sebuah penampang stack migrasi. Penelitian ini
diawali dengan pembuatan Area, Line dan Flows pada program ProMAX seperti yang ditampilkan pada Gambar 7.
Gambar 7. Struktur Ruang Kerja ProMAX Data seismik direkam dalam common-shot gather. Common-Shot Gather
adalah sekumpulan trace yang mempunyai atau berasal dari satu source point yang sama. Karena pada umumnya pengolahan data seismik dilakukan pada
domain Common-Midpoint CMP, maka data common-shot gather tadi disusun dan di-sort ke bentuk CMP gather. CMP gather adalah sekumpulan trace yang
memiliki titik tengah midpoint yang sama. Sebelum proses stacking, masing- masing CDP gather dikoreksi perbedaan offset yang sering disebut Normal Move
Out NMO. Sebuah fungsi kecepatan yang disebut stacking velocity dibutuhkan dalam koreksi NMO. Stacking velocity didapat dari sebuah proses yang disebut
velocity analysis. Velocity Analysis adalah perhitungan dan penentuan fungsi kecepatan stacking velocity dari pengukuran fungsi velocity normal move out.
Perhitungan dibuat dengan mengasumsikan fungsi kecepatan normal moveout VNMO, menerapkannya ke CDP gather, mengukur koherensi pada fungsi
VNMO tersebut, dan mengubah fungsi VNMO untuk mencari koherensi maksimal. Nilai-nilai koherensi ini diukur, dipetakan dan diberi skala warna untuk
proses velocity picking. Nilai-nilai koherensi yang telah dikontur disebut juga dengan semblance.
Semblance panel menampilkan nilai-nilai koherensi dari berbagai trace dalam kontur skala warna sebagai fungsi waktu dan kecepatan. Warna kontur
merah melambangkan nilai semblance maksimum, sehingga melambangkan juga fungsi kecepatan NMO yang paling tepat untuk mengkoreksi event seismik yang
menghasilkan koherensi yang jugadigunakan untuk menentukan fungsi stacking velocity dengan cara memilih nilai-nilai semblance yang paling tepat.
Gather panel juga digunakan dalam menentukan fungsi kecepatan. Gather panel menampilkan super gather dari sejumlah CDP yang telah ditentukan. Super
gather didapat dari sejumlah CDP yang masing-masing tracenya di-stack secara common-offset, sehingga menghasilkan hanya satu CDP gather, yaitu super gather.
Panel yang menampilkan deret trace-trace dari beberapa CDP yang telah di-stack disebut panel Velocity Function Stack VFS. Trace-trace ini untuk mengoreksi
NMO masing-masing menggunakan fungsi kecepatan yang berbeda. Panel ini bisa digunakan sebagai referensi untuk melihat hasil koreksi NMO . Jika fungsi
kecepatan yang digunakan tepat, event seismik primer dalam gather panel akan terlihat datar. Jika kecepatan yang digunakan terlalu rendah, maka event seismik
primer dalam gather panel akan melengkung ke atas, sedangkan jika kecepatan
saat pemilihan yang digunakan terlalu tinggi, maka akan melengkung ke bawah. Panel Dynamic Stack menampilkan pendekatan data stack yang dihitung dengan
menggunakan fungsi kecepatan yang telah dipilih. Panel ini digunakan sebagai kontrol kualitas QC dari fungsi kecepatan yang dipilih. Keempat panel velocity
analysis tersebut digunakan sebagai acuan atau patokan dalam menentukan NMO velocity yang paling tepat untuk digunakan dalam proses stacking.
Hasil dari proses ini menghasilkan brute stack. Brute stack ini dihasilkan hanya untuk melihat gambaran awal dari suatu event seismik. Trace seismik
mencerminkan respon dari medan gelombang elastik terhadap kontras impedansi akustik reflektivitas pada batas lapisan batuan sediment yang satu dengan batuan
sediment yang lain. Koefisien refleksi sebagai fungsi dari kecepatan gelombang P dan densitas masing-masing lapisan batuan.
Pengambilan Data Seismik
Pengambilan data seismik dilakukan setelah selesainya survei seismik di perairan Kotamadya Tarakan Provinsi Kalimantan Utara oleh para peneliti dari
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan P3GL Bandung dengan menggunakan Kapal penelitian Geomarin III milik Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral ESDM . Data hasil survei seismik merupakan data digital dalam format SEG-D format data seismik yang dikeluarkan oleh Society of
Exploration Geophysicist yang kemudian akan diolah dengan software ProMAX. Data ini diambil setelah survei selesai pada bulan Oktober tahun 2012 dengan
memindahkan data format SEG-D ke Harddisk External dari ruang penyimpanan data di ruang geofisik kapal.
Pengolahan Data Seismik
Dalam penelitian ini, pengolahan data seismik menggunakan perangkat lunak Software Landmark ProMAX. Software ini merupakan software
pengolahan data seismik 2 dimensi 2D dan 3 dimensi 3D. Pengolahan data seismik menggunakan data dalam format SEG-D dari hasil survei seismik ini,
selanjutnya data tersebut akan diolah sehingga akan menghasilkan data SEG-Y yang didalamnya telah mengalami proses-proses penghilangan noise dan multipel.
Data mentah hasil survei yang berformat SEG-D menjadi data input dalam penelitian ini selanjutnya dilakukan koreksi geometrinya seperti channel interval
jauh dan dekat yang digunakan, posisi kedalaman sumber dan receiver , shot dan group interval serta banyaknya penembakan yang dilakukan yang disesuaikan
dengan parameter lapangan. Selanjutnya setelah didapatkan data yang telah dicocokkan dengan geometri lapangan tersebut sebaiknya dilakukan proses-proses
preprosesing agar data yang akan didapatkan berkualitas dan mampu meningkatkan signal to noise ratio SNR. Proses preprosesing diawali dengan
proses trace muting yakni dengan cara memotong sebagian sinyal yang tidak diinginkan yang sering diakibatkan oleh adanya noise, hal ini dilakukan untuk
mendapatkan kualitas data yang baik saat dilakukan stacking. Selanjutnya proses filtering menggunakan low cut filter digunakan untuk membuang sinyal yang
mempunyai frekuensi yang lebih rendah. Proses berikutnya masuk ke analisis
kecepatan single yang akan dijadikan sebagai acuan parameter kecepatan saat melakukan TAR. True Amplitudo Recovery TAR dilakukan dengan tujuan
memperoleh amplitudo gelombang seismik yang seharusnya dimiliki serta mengembalikan amplitudo serta frekuensi yang melemah karena penyerapan
energi oleh bumi. Proses dekonvolusi dilakukan setelah proses TAR, proses ini dilakukan untuk meningkatkan resolusi vertikal dengan cara mengkompres
wavelet seismik.
Common Depth Point CDP adalah istilah dalam pengambilan data seismik untuk konfigurasi sumber-penerima dimana terdapat satu titik tetap
dibawah permukaan bumi. Untuk kasus reflektor horisontal tidak miring CDP yang juga dikenal Common Mid Point CMP. CDP inilah yang kemudian
dianalisa kecepatan root mean square rms. Analisis kecepatan pertama dilakukan dengan melakukan picking setiap 250 CDP pada jumlah total 10001
CDP. Hasil penampang seismik sementara setelah dilakukan picking tiap 250 CDP menunjukkan hasil yang belum cukup bagus, hal ini dapat diketahui dengan
masih terlihat adanya multipel sehingga harus dilakukan proses untuk menghilangkannya menggunakan radon demultiple. Radon demultiple ini
memang tidak mampu menghilangkan multipel yang ada secara keseluruhan, karena masih terlihat adanya multipel yang memang agak sedikit sulit
dihilangkan. Analisis kecepatan kedua dilakukan tiap 125 CDP dan tampilan penampang memperlihatkan hasil gambar yang lebih baik dari sebelumnya.
Proses NMO Normal Move Out digunakan untuk menghilangkan efek jarak yang dianggap saat intepretasi adalah offset nol serta meluruskan gelombang refleksi
primer
sebelum ditambahkan
Stacking. Stacking
merupakan proses
menjumlahkan trace-trace jejak rekam seismik ke dalam satu CDP setelah koreksi NMO. Selanjutnya hasil kecepatan yang telah didapatkan dapat dilihat
pada menu tabel yang ada pada software ProMAX kemudian data kecepatan ini dieksport ke format yang dapat dibaca di Microsoft Excell untuk dibuat kurva
kecepatan pada setiap CDP yang ada pada data TRKN 6. Flowchart pengolahan data ini ditampilkan pada Gambar 8.
Gambar 8. Diagram Alir Pengolahan Data
Masih terdapat
Multiple Input Data
Seismik SEG-D
Edit Geometri
Velocity Analysis 1
Picking tiap 250
CDP Radon
Demultiple
Intepretasi Hasil Penampang
Seismik Velocity
Analysis 2 Picking tiap
125 CDP Normal
Move Out NMO
Stacking Deconvolution
Trace Editing
muting Low cut
filter Bandpass
True Amplitudo Recovery TAR
Single Velocity Analisis Parameter
4. HASIL DAN PEMBAHASAN