Analisis Korespondensi Eksplorasi Data .1 Gambaran Umum SM di Seluruh Indonesia

13 ini memiliki arti bahwa dengan menggunakan dua sumbu utama sudah mampu menerangkan 99.66 total keragaman dari data yang digunakan. Visualisasi grafik pada Gambar 5 memberikan gambaran adanya kecenderungan bagi Jenis SM tertentu dengan status akreditasinya. Berdasarkan plot terlihat bahwa SMAN dan MAN cenderung mendapatkan akreditasi A, SMAS cenderung berakreditasi B dan MAS cenderung memperoleh akreditasi C atau TT. Gambar 5. Plot korespondensi Jenis SM dengan Status Akreditasi Hasil Analisis korespondensi antara Provinsi dengan akreditasi disajikan pada Lampiran 3. Hasil analisis korespondensi menunjukkan bahwa presentase dua sumbu masing-masing 76.38 untuk sumbu utama pertama dan 18.29 untuk sumbu utama kedua. Kedua sumbu utama tersebut secara kumulatif telah mampu menerangkan total keragaman dari data hingga 94.67. Visualisasi grafik pada Gambar 6 memberikan gambaran adanya kecenderungan bagi Provinsi tertentu cenderung berstatus akreditasi tertentu pula dengan melihat kedekatan jarak antara objek. Berdasarkan plot terlihat bahwa provinsi Jawa Barat, D.I Yogyakarta, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah dan Sulawesi Tengah cenderung berakreditasi A. Provinsi Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Kepulauan Bangka Belitung, Papua, Bali, Kalimantan Timur, Aceh, Gorontalo, Kalimatan Barat, Maluku Utara, Papua Barat, Sulawesi Barat, Kalimantan Selatan, Jambi, Sumatera Selatan dan Nusa Tenggara Timur cenderung berakreditasi B. Sedangkan Provinsi dengan kecenderungan akreditasi C dan TT adalah provinsi Bengkulu, Sulawesi Tenggara, Kepulauan Riau, Maluku, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Lampung, Banten, Nusa Tenggara Barat, Riau dan Kalimantan Tengah. A B C TT SMAN SMAS MAN MAS -0.4 -0.2 0.2 0.4 0.6 0.8 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.2 0.4 0.6 0.8 1 F 2 2.18 F1 97.47 14 Gambar 6. Plot korespondensi Provinsi dengan Status Akreditasi

4.1.3 Penarikan Contoh

Jumlah SM pada akreditasi tahun 2014 adalah 1604 SM. Akan tetapi, sebanyak 175 SM termasuk dalam responden non respon, sehingga data populasi yang ada sebanyak 1429 SM. Oleh karena keterbatasan software sebagai alat analisis, untuk selanjutnya diambil contoh sebanyak 1000 SM. Metode penarikan contoh yang digunakan adalah proporsional random sampling. Hal ini bertujuan agar contoh dapat mewakili keragaman yang disebabkan oleh Jenis SM dan Provinsi asal. Ukuran contoh SM pada setiap jenis dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Ukuran contoh SM berdasarkan jenisnya Jenis SM Ukuran Populasi Ukuran Contoh Persentase SMAN 608 425 42.55 SMAS 473 331 33.10 MAN 68 48 4.76 MAS 280 196 19.59 A B C TT ACEH BALI BANTEN BENGKULU D.I. YOGYAKARTA DKI JAKARTA GORONTALO JAMBI JAWA BARAT JAWA TENGAH JAWA TIMUR KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN TIMUR KEPULAUAN BABEL KEPULAUAN RIAU LAMPUNG MALUKU MALUKU UTARA NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR PAPUA PAPUA BARAT RIAU SULAWESI BARAT SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGAH SULAWESI TENGGARA SULAWESI UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA SELATAN SUMATERA UTARA -1 -0.5 0.5 1 1.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0.5 1 1.5 2 F 2

18. 29

F1 76.38 15

4.2 Pendugaan item non respon

Butir pertanyaan yang digunakan dalam proses akreditasi sebanyak 165 butir pada 8 komponen akreditasi. Butir-butir pertanyaan yang tidak dijawab oleh sekolah disebut item non-respon, untuk selanjutnya akan dilakukan pendugaan. Metode pendugaan yang digunakan adalah imputasi ganda multiple imputation. Tabel 3 menyajikan nilai duga pada butir pertanyaan tidak terjawab dengan metode imputasi ganda. Untuk analisis selanjutnya komponen akreditasi disebut peubah laten dan butir pertanyaan disebut sebagai peubah indikator. Tabel 3 Hasil imputasi ganda Peubah Laten Butir ke SM Nilai Duga SI - - - SPR 22 SMAS Makedonia, Kalimantan Barat 3.88 SKL 32 SMAS Makedonia, Kalimantan Barat 3.45 39 MAS Babun Najah, Riau 2.82 SPT 71 SMAN 2 Bengkalis, Riau 3.72 SSR 91 SMAN 2 Kutablang, Aceh 3.07 77 MAS Batu X11, Aceh 2.23 SPL - - - SB 140 SMAN 1 Suro, Aceh 3.64 140 SMAN 1 Singkohor, Aceh 3.85 140 SMAS Muhammadiyah Gunung Meriah, Aceh 3.57 SPN 147 SMAN 2 Tapalang, Sulawesi Barat 2.23 151 SMAN 2 Tapalang, Sulawesi Barat 2.23 153 SMAN 2 Tapalang, Sulawesi Barat 2.23 158 SMAN 2 Kutablang,Aceh 3.58

4.3 Normal Ganda

Pengujian normal ganda dapat dilakukan secara eksplorasi yaitu dengan plot quantil-quantil dan uji Henze-Zirkler. Pengujian normal ganda dilakukan di setiap peubah laten, Lampiran 4 menyajikan hasil pengujian normal ganda dengan uji Henze-Zirkler beserta plot quantil-quantil. H : Data menyebar normal ganda H 1 : Data tidak menyebar normal ganda Berdasarkan uji Henze-Zirkler Hz diperoleh hasil yang ditunjukkan pada Tabel 4. P-value α 0.01 pada kedelapan peubah laten, maka H di tolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak menyebar normal ganda. Apabila terjadi pelanggaran asumsi normal ganda, maka pengunaan SEM berbasis kovarians akan menghasilkan penduga parameter yang tidak baik, kekonvergenan tidak terpenuhi bahkan menghasilkan ketidakwajaran dalam nilai taksiran model. Misalnya menghasilkan varians galat yang negatif, hal ini karena nilai faktor loading yang dihasilkan lebih dari satu. Padahal dalam analisis faktor yang merupakan dasar dari CBSEM memiliki asumsi bahwa nilai loading antara 0 hingga 1. Sehingga, akibat dari nilai loading yang lebih dari satu adalah nilai varians pada galat pengukuran yang bernilai negatif. Pada data yang tidak menyebar normal diperlukan metode analisis yang bebas asumsi dan fleksibel.