2.74 The Direction for Development of Water Supply System at Bogor.

68 Pada umumnya persepsi masyarakat terhadap pengembangan Pamsimas rendah, kecuali Kelurahan Cimahpar dan Katulampa yang berpersepsi tinggi. Untuk mengetahui tingkat persepsi masyarakat terhadap sistem komunal dapat dilihat pada Tabel 38. Tabel 38 Tingkat persepsi masyarakat terhadap pengembangan sistem komunal Keca matan Kelurahan Bobot Tingkat persepsi Keca matan Kelurahan Bobot Tingkat persepsi Bogor Selatan Mulyaharja 3.80 Sedang Bogor Timur Sindangsari 4.60 Sedang Pamoyanan 6.00 Tinggi Sindangrasa 5.00 Sedang Ranggamekar 6.00 Tinggi Katulampa 7.20 Tinggi Genteng 6.20 Tinggi Bogor Barat Pasirjaya 5.60 Sedang Kertamaya 4.60 Sedang Gunungbatu 6.20 Tinggi Rancamaya 8.00 Tinggi Loji 6.40 Tinggi Bojongkerta 6.00 Tinggi Cilendek Barat 7.00 Tinggi Harjasari 6.80 Tinggi Sindangbarang 1.20 Rendah Muarasari 6.80 Tinggi Balungbangjaya 8.60 Tinggi Pakuan 6.80 Tinggi Situgede 7.00 Tinggi Cipaku 2.40 Rendah Bubulak 5.00 Sedang Lawanggintung 5.60 Sedang Semplak 7.60 Tinggi Batutulis 7.60 Tinggi Curug 7.20 Tinggi Cikaret 7.20 Tinggi Tanah Sareal Kedungjaya 6.80 Tinggi Bogor Utara Tanahbaru 5.80 Sedang Sukaresmi 7.40 Tinggi Cimahpar 8.00 Tinggi Cibadak 8.00 Tinggi Ciluar 8.00 Tinggi Kayumanis 7.20 Tinggi Cibuluh 7.80 Tinggi Mekarwangi 6.80 Tinggi Ciparigi 5.60 Sedang Kencana 6.00 Tinggi Hasil wawancara persepsi masyarakat di 38 kelurahan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pada umumnya persepsi masyarakat terhadap pengembangan sistem komunal cukup tinggi, dimana 27 kelurahan memiliki persepsi tinggi, 9 kelurahan berpersepsi sedang dan 2 kelurahan berpersepsi rendah. 2. Kelurahan yang belum dilayani jaringan distribusi PDAM yaitu Kelurahan Bojongkerta, Situgede, dan Balungbangjaya memiliki persepsi yang tinggi terhadap sistem komunal. Sedangkan persepsi terhadap Pamsimas adalah sedang di Kelurahan Bojongkerta dan Balungbangjaya, serta memiliki persepsi rendah terhadap Pamsimas di Kelurahan Situgede. 3. Wilayah yang terkendala dengan kemampuan hidrolis sistem distribusi PDAM yaitu 1 Kelurahan Bojongkerta berpersepsi tinggi terhadap sistem komunal dan persepsi sedang terhadap pamsimas, 2 Kelurahan Harjasari memilih sistem komunal, 3 Kelurahan Muarasari memilih sistem komunal, 4 Kelurahan Sindangsari berpersepsi sedang terhadap sistem komunal dan persepsi rendah terhadap pamsimas, 5 Kayumanis memilih sistem komunal, 6 Kelurahan Cimahpar berpersepsi tinggi terhadap pamsimas dan sumur komunal, dan 7 Kelurahan Sindangbarang berpersepsi rendah terhadap pamsimas dan sumur komunal, karena lebih memilih sumur individu. Fokus pengembangan SPAM non PDAM dengan kegiatan pamsimas dapat direkomendasikan pada Kelurahan Cimahpar, Katulampa dan Semplak dan kegiatan sistem komunal di kelurahan yang ditampilkan seperti Tabel 38, tetapi diprioritaskan pada Kelurahan Bojongkerta, Muarasari dan Kayumanis karena 3 kelurahan ini terkendala kemampuan hidrolis PDAM dan berpotensi mengalami kelangkaan sumur dangkalnya, sehingga SPAM non PDAM sistem komunal dapat menjadi alternatif terbaik untuk penyediaan ai di wilayah ini. 69 Menurut data dari Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, debit air tanah bebas adalah 32 . 312.3 literdetik dan aliran air tanah tertekan adalah 1 . 173.3 literdetik. Jika melihat dari kapasitasnya, dapat disimpulkan bahwa air tanah untuk cekungan bogor termasuk Kota Bogor berpotensi dijadikan sumber air untuk pengembangan penyediaan air minum. Tetapi air tanah ini juga berfungsi untuk menjaga kestabilan permukaan tanah, sehingga khususnya untuk air tanah dalam sangat penting untuk dijaga keberadaannya. Peta yang menggambarkan persepsi masyarakat tersebut dapat dilihat pada Lampiran 4. Persepsi masyarakat telah diketahui untuk pengembangan SPAM beberapa tahun ke depan, arahan pengembangan yang tepat maka perlu diketahui persepsi stakeholder melalui analisis AHP yang akan dibahas pada subbab selanjutnya. Arahan Kebijakan Pengembangan SPAM Kota Bogor Prioritas pengembangan SPAM Kota Bogor penting diketahui menurut persepsi stakeholders yang dianggap menguasai hal-hal yang terkait air minum. Persepsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda Kota Bogor Bappeda memiliki persepsi bahwa arahan pengembangan air minum hingga tahun 2031 yang paling prioritas adalah penyediaan air minum yang dikelola oleh PDAM dengan mengutamakan pencarian sumber baru disamping memaksimalkan operasional dan maintenance kinerja PDAM, dan perluasan jaringan distribusi. Bappeda memilih penyediaan air minum non PDAM pada prioritas kedua yaitu melalui kegiatan pamsimas penyediaan air minum berbasis masyarakat ataupun sistem komunal dengan nilai yang sama. Urutan prioritas menurut persepsi Bappeda disajikan pada Gambar 34. Gambar 34 Hasil analisis AHP berdasarkan persepsi Bappeda Pengelolaan Air Minum Berbasis Masyarakat 0.50 Penambahan Jaringan Distribusi 0.53 Penambahan Sumber Air Baku Baru 0.33 Efisiensi operasional maintenance 0.14 Pengelolaan Sistem komunal 0.50 PDAM 0.88 Prioritas Arahan Pengembangan SPAM Non PDAM 0.12 nilai rasio konsistensi 0,05 nilai rasio konsistensi 0,00 70 Persepsi Perusahaan Daerah Air Minum PDAM Tirta Pakuan Persepsi arahan pengembangan air minum dalam penelitian diwakili oleh Bagian Perencanaan PDAM Tirta Pakuan. Arahan pengembangan SPAM hingga tahun 2031 yang paling prioritas adalah penyediaan air minum yang dikelola oleh PDAM dengan mengutamakan pencarian sumber air baku baru disamping memaksimalkan operasional dan maintenance kinerja PDAM, dan selanjutnya penambahan dan perluasan jaringan distribusi. Pihak dari PDAM Tirta Pakuan memiliki prioritas kedua untuk arahan pengembangan SPAM yaitu penyediaan air minum non PDAM melalui sistem komunal untuk masyarakat dan pamsimas penyediaan air minum berbasis masyarakat. Urutan nilai prioritas menurut persepsi PDAM Tirta Pakuan ditampilkan pada Gambar 35. Gambar 35 Hasil analisis AHP berdasarkan persepsi PDAM Tirta Pakuan Persepsi Dinas Pengawasan Bangunan dan Permukiman Kota Bogor Sistem pengembangan air minum Kota Bogor hingga tahun 2031 menurut persepsi Dinas Pengawasan Bangunan dan Permukiman adalah pengintegrasian antara penyediaan air minum yang dikelola oleh PDAM dengan sistem non PDAM karena untuk masyarakat berpenghasilan rendah masih memilih dan membutuhkan sistem non PDAM. Untuk pengembangan sistem PDAM pihak dinas memprioritaskan operasional dan maintenance kinerja PDAM dan selanjutnya pencarian sumber air baku baru, dan kemudian penambahan dan perluasan jaringan distribusi. Disamping itu memberikan arahan kedua yaitu penyediaan air minum non PDAM melalui sistem komunal untuk masyarakat dan pamsimas penyediaan air minum berbasis masyarakat. Urutan nilai prioritas menurut persepsi Dinas Pengawasan Bangunan dan Permukiman disajikan pada Gambar 36. nilai rasio konsistensi 0,05 nilai rasio konsistensi 0,00 PDAM 0.90 Prioritas Arahan Pengembangan SPAM Non PDAM 0.10 Pengelolaan Air Minum Berbasis Masyarakat 0.14 Penambahan Jaringan Distribusi 0.49 Penambahan Sumber Air Baku Baru 0.31 Efisiensi operasional maintenance 0.20 Pengelolaan Sistem komunal 0.86 71 Gambar 36 Hasil analisis AHP berdasarkan persepsi Dinas Pengawasan Bangunan dan Permukiman Persepsi Akademisi Persepsi akademisi dalam penelitian ini diwakili Dosen Institut Pertanian Bogor IPB. Arahan pengembangan air minum yang paling prioritas hingga tahun 2031 adalah penyediaan air minum yang dikelola oleh PDAM dengan mengutamakan pencarian sumber air baku baru dan selanjutnya penambahan dan perluasan jaringan distribusi dan setelah itu memaksimalkan operasional dan maintenance kinerja PDAM. Menurut pihak akademisi prioritas kedua arahan pengembangan SPAM adalah penyediaan air minum non PDAM melalui sistem komunal untuk masyarakat dan pamsimas penyediaan air minum berbasis masyarakat. Urutan nilai prioritas menurut persepsi Akademisi disajikan pada Gambar 37. Gambar 37 Hasil analisis AHP berdasarkan persepsi Akademisi Pengelolaan Air Minum Berbasis Masyarakat 0.33 Penambahan Jaringan Distribusi 0.09 Penambahan Sumber Air Baku Baru 0.72 Efisiensi operasional maintenance 0.20 Pengelolaan Sistem komunal 0.67 PDAM 0.50 Prioritas Arahan Pengembangan SPAM Non PDAM 0.50 nilai rasio konsistensi 0,05 nilai rasio konsistensi 0,00 Pengelolaan Air Minum Berbasis Masyarakat 0.13 Penambahan Jaringan Distribusi 0.49 Penambahan Sumber Air Baku Baru 0.08 Efisiensi operasional maintenance 0.44 Pengelolaan Sistem komunal 0.87 PDAM 0.90 Prioritas Arahan Pengembangan SPAM Non PDAM 0.10 nilai rasio konsistensi 0,01 nilai rasio konsistensi 0,00 72 Persepsi Pengamat Tata Kota Persepsi pengamat dalam penelitian ini diwakili oleh pengamat tata kota yang juga pakar dibidang air minum. Arahan pengembangan air minum yang paling prioritas hingga tahun 2031 adalah penyediaan air minum yang dikelola oleh PDAM dengan mengutamakan operasional dan maintenance kinerja PDAM kemudian pencarian sumber air baku baru, selanjutnya penambahan dan perluasan jaringan distribusi. Pengamat tata kota memberikan arahan prioritas kedua yaitu penyediaan air minum non PDAM melalui sistem komunal untuk masyarakat dan pamsimas penyediaan air minum berbasis masyarakat. Urutan nilai prioritas menurut persepsi Pengamat Tata Kota disajikan pada Gambar 38. Gambar 38 Hasil analisis AHP berdasarkan persepsi pengamat tata kota Persepsi Seluruh Stakeholders Persepsi seluruh stakeholders merupakan persepsi dari berbagai pendapat responden yang diolah dengan mencari rata-rata geometrik sehingga menjadi persepsi bersama dengan bobot nilai yang baru untuk setiap prioritas arahan pengembangan SPAM. Berdasarkan persepsi seluruh stakeholders, prioritas utama untuk arahan pengembangan SPAM di Kota Bogor adalah penyediaan air minum yang dikelola oleh PDAM dengan nilai prioritas 0.85 dan arahan pengelolaan non PDAM menjadi prioritas kedua dengan nilai 0.15 Gambar 39. Untuk pengembangan penyediaan air minum PDAM sampai dengan tahun 2031 diprioritaskan untuk mengoptimalkan operasional dan maintenance dengan nilai prioritas 0.41, selanjutnya pencarian sumber air baku baru dengan nilai prioritas 0.38, dan kemudian penambahan dan perluasan jaringan distribusi dengan nilai prioritas 0.21. Disamping itu arahan pengembangan penyediaan air minum non PDAM lebih memprioritaskan sistem komunal dengan nilai prioritas 0.78 setelahnya penyediaan air minum berbasis masyarakat dengan nilai prioritas 0.22 nilai konsistensi 0.04 Pengelolaan Air Minum Berbasis Masyarakat 0.14 Penambahan Jaringan Distribusi 0.23 Penambahan Sumber Air Baku Baru 0.71 Efisiensi operasional maintenance 0.06 Pengelolaan Sistem komunal 0.86 PDAM 0.90 Prioritas Arahan Pengembangan SPAM Non PDAM 0.10 nilai rasio konsistensi 0,07 nilai rasio konsistensi 0,00 73 Gambar 39 Hasil analisis AHP berdasarkan persepsi stakeholders SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Penduduk Kota Bogor membutuhkan air baku untuk air minum sebesar 4 . 578.81 literdetik pada tahun 2031, artinya 20 tahun yang akan datang kebutuhan air baku meningkat sebesar 148 dari kebutuhan tahun 2011. Prediksi ketersediaan debit air baku adalah 3 . 327 literdetik, artinya ketersediaannya 20 tahun mendatang kurang sekitar 1 . 252 literdetik. 2. Analisis spasial SPAM sistem distribusi perpipaan yang dikelola PDAM, terdapat 3 kelurahan belum dilayani PDAM yaitu Kelurahan Bojongkerta, Situgede, dan Balungbangjaya dan ditargetkan tahun 2031 kelurahan tersebut telah dilayani PDAM. Terdapat 7 kelurahan yang terkendala dengan kemampuan hidrolis distribusi PDAM yaitu Kelurahan Bojongkerta, Kelurahan Harjasari, Muarasari, Sindangsari, Cimahpar, Kayumanis dan Sindangbarang. Dari 68 kelurahan terdapat 30 kelurahan yang dominan penduduknya menggunakan PDAM dan 38 kelurahan penduduknya dominan memanfaatkan sumur. 3. Masyarakat memiliki persepsi yang tinggi terhadap PDAM sebagai prioritas pertama dan memberikan persepsi yang baik juga terhadap SPAM non PDAM dengan sistem komunal. Arahan pengembangan SPAM di Kota Bogor diprioritaskan pada penyediaan air minum yang dikelola oleh PDAM dan arahan pengelolaan non PDAM menjadi prioritas kedua. Untuk pengembangan penyediaan air minum PDAM sampai dengan tahun 2031 diprioritaskan untuk mengoptimalkan operasional dan maintenance, selanjutnya pencarian sumber air baku merupakan prioritas kedua, kemudian penambahan dan perluasan jaringan distribusi menjadi prioritas ketiga. Disamping itu arahan pengembangan penyediaan air minum non PDAM lebih memprioritaskan sistem komunal dan penyediaan air minum berbasis masyarakat menjadi prioritas kedua. Pengelolaan Air Minum Berbasis Masyarakat 0.22 Penambahan Jaringan Distribusi 0.21 Penambahan Sumber Air Baku Baru 0.38 Efisiensi operasional maintenance 0.41 Pengelolaan Sistem komunal 0.78 PDAM 0.85 Prioritas Arahan Pengembangan SPAM Non PDAM 0.15 nilai rasio konsistensi 0,04 nilai rasio konsistensi 0,00 74 Saran 1. Perlu pencarian sumber air baku baru dan pengkajian rencana sumber baru dengan analisis keandalan debit sumber baru tersebut di masa mendatang untuk zona 1, zona 5 dan zona 6. 2. Sistem distribusi air minum perpipaan membutuhkan penanganan operasional dan maintenance PDAM yaitu pemasangan pipa baru untuk melayani Kelurahan Bojongkerta, Situgede dan Balungbangjaya dan pemasangan pompa untuk melayani daerah terkendala dengan kemampuan hidrolis distribusi perpipaan yaitu Kelurahan Bojongkerta, Kelurahan Harjasari, Muarasari, Sindangsari, Cimahpar, Kayumanis dan Sindangbarang. 3. Untuk wilayah terkendala hidrolis sistem perpipaan dan wilayah yang mayoritas penduduknya menggunakan sumur SPAM non PDAM dengan sistem komunal bisa menjadi alternatif kedua untuk mendukung prioritas pertama dimana masyarakat dan stakeholders mendukung pengembangan sistem komunal tersebut. 75 DAFTAR PUSTAKA Acreman M. 2004. Water and Ecology. Paris FR: United Nations Educational Scientific and Cultural Organization UNESCO. Adrianto B. 2006. Persepsi dan Partisipati Masyarakat terhadap Pembangunan Prasarana Dasar Permukiman yang Bertumpu pada Swadaya Masyarakat di Kota Magelang [Tesis]. Semarang ID: Universitas Diponegoro. Arwin, Mukmin Y. 2006. Kajian Keandalan Air Sungai Cisadane Memenuhi Laju Permintaan Air Baku PDAM Kota Bogor. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. 17 :58-74. [Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2006. Identifikasi Masalah Pengelolaan Sumber Daya Air di Pulau Jawa, Laporan Akhir, Buku 2. Jakarta ID: Bappenas Direktorat Pengairan dan Irigasi ______, 2007. Laporan Pencapaian Millenium Development Goals Indonesia 2007. Jakarta ID: Bappenas. ______, 2010. Report on the Achievement of the Millenium Development Goals Indonesia 2010. Jakarta ID: Bappenas. [Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bogor. 2008. Masterplan Sistem Penyediaan Air Minum Kota Bogor. Bogor ID: Bappeda Kota Bogor. ______. 2010. Buku Putih Sanitasi Kota Bogor. Bogor ID: Bappeda Kota Bogor. ______. 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor Tahun 2011-2031. Bogor ID: Bappeda Kota Bogor. Edwards J, Koval E, Lendt B, Ginther P. 2009. GIS and Hydraulic Model Integration: Implementing Cost-Effective Sustainable Solution. Journal of the American Water Works Association. 110:34-42. Fauzi A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Air dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi. Jakarta ID: PT Gramedia Pustaka Utama. Labadie JW. 2004. Optimal Operation of Multi-reservoir Systems: State-of-the- Art Review. Journal of Water Resources Planning and Management– ASCE.130:93-111. Masduqi A, Endah N, Soedjono E S, Hadi W. 2007. Capaian Pelayanan Air Bersih Perdesaan sesuai Millenium Development Goals Studi Kasus di Wilayah DAS Brantas. Jurnal Purifikasi.8:115–120. Mayangsari M. 2008. Kajian Teknis Jaringan Distribusi Air Minum Kota Bandung Tahun 2010 Menggunakan EPANET 2.0 [Skripsi]. Bandung ID: Institut Teknologi Bandung. Nuraeni Y. 2011. Metode Memperkirakan Debit Air yang Masuk ke Waduk dengan Metode Stokastik Chain Markov Contoh Kasus: Pengoperasian Waduk Air Saguling. Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil.18:157-170 Nurcahyo MY. 2005. Kajian Persepsi Masyarakat terhadap Rencana Umum Tata Ruang Kota Kendal [Tesis]. Semarang ID: Universitas Diponegoro. [PDAM] Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Pakuan Kota Bogor. 2011. Review Rencana Induk SPAM PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor. Bogor ID: PDAM Tirta Pakuan. 76 Rajasa MH. 2002. Tantangan dan Peluang dalam Sumberdaya Air di Indonesia. Jakarta ID: Gramedia. Rizali. 2007. Kajian Pemanfaatan Air di Daerah Irigasi Katulampa [Tesis]. Bandung ID: Institut Teknologi Bandung. Rossman LA. 2000. EPANET 2.0 Users Manual. Cincinnati US: Environmental Protection Agency, Water Supply and Water Resources Division National Risk Management Research Laboratory Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan bagi Para Pemimpin Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. Cetakan Kedua. Jakarta ID: Gramedia. Salas JD, Delleur JW, Yevjevic V, Lane WL. 1980. Applied Modelling of Hydrologic Time Series , Colorado US: Water Resources Publication, Littleton. Stevanus CT. 2010. Evaluasi Kinerja Rehabilitasi Lahan di DAS Ciliwung Hulu dan Cisadane Hulu [Skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Suhardi. 2007. Kajian Spasial Tingkat Pelayanan Air Bersih di Perumahan Limbangan Baru Kabupaten Banjarnegara [Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro. Sutopo MF. 2011. Pengembangan Kebijakan Pembayaran Jasa lingkungan dalam Pengelolaan Air Minum Studi Kasus DAS Cisadane Hulu [Disertasi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Walgito B. 2001. Psikologi Sosial suatu pengantar. Yogyakarta ID: Andi. Weilbull. 2005. A-Statistical Theory of The Strength of Material. Stockholm DK: Vetenskaps Akad. 77 Lampiran 1 Nilai Koefisien Determinasi R 2 Model Pertumbuhan Penduduk Kota Bogor Kecamatan Kelurahan Nilai R 2 per kelurahan, Discrete time Continuous time Eksponensial Saturation Bogor Selatan Mulyaharja 59.70 97.45 54.42 98.45 Pamoyanan 98.01 98.16 98.01 98.57 Ranggamekar 97.78 98.43 97.78 98.57 Genteng 97.88 98.33 97.88 98.60 Kertamaya 99.13 97.89 99.13 99.13 Rancamaya 93.16 91.94 93.16 93.16 Bojongkerta 95.07 93.21 95.07 95.07 Harjasari 92.17 94.51 92.17 95.25 Muarasari 95.77 96.45 95.77 96.66 Pakuan 93.33 91.98 93.33 93.33 Cipaku 93.76 94.11 93.76 94.33 Lawanggintung 55.64 55.77 55.64 82.92 Batutulis 98.32 98.15 98.32 98.32 Bondongan 78.47 77.25 78.47 78.47 Empang 88.61 88.83 88.61 99.81 Cikaret 85.95 86.39 85.95 86.45 Bogor Timur Sindangsari 90.07 87.47 90.07 90.07 Sindangrasa 97.10 97.34 97.10 97.72 Tajur 81.58 80.90 81.58 81.58 Katulampa 96.66 99.43 96.66 99.47 Baranangsiang 92.23 91.88 92.23 92.23 Sukasari 84.06 84.46 84.06 84.06 Bogor Utara Bantarjati 90.60 91.65 90.60 93.04 Tegalgundil 91.35 94.23 91.35 95.90 Tanahbaru 98.23 99.44 98.23 99.56 Cimahpar 97.70 95.49 97.70 97.70 Ciluar 93.86 92.43 93.86 93.88 Cibuluh 88.69 91.21 88.69 99.99 Kedunghalang 99.27 99.09 99.27 99.34 Ciparigi 98.26 99.41 98.26 99.55 Bogor Utara Paledang 88.24 88.67

99.99 99.98

Gudang 85.77 83.92 85.77 85.77 Babakan Pasar 91.61 90.39 91.61 91.61 Tegallega 76.39 73.92 76.39 76.39 Babakan 60.70 61.32 99.99 78.59 Sempur 58.07 56.17 99.99 58.07 Pabaton 99.67 98.97 99.67 99.67 Cibogor 74.63 72.01 74.63 74.63 Panaragan 82.99 84.35 99.99 82.99 Kebonkalapa 91.73 92.29 99.99 91.73 Ciwaringin 99.30 99.63 99.99 99.30 78 Lampiran 1 Lanjutan Kecamatan Kelurahan Nilai R 2 per kelurahan, Discrete time Continuous time Eksponensial Saturation Bogor Barat Pasirmulya 97.90 97.76 97.90 97.90 Pasirkuda 98.95 98.50 98.95 98.95 Pasirjaya 97.29 97.13 97.29 97.31 Gunungbatu 94.09 94.57 94.09 98.57 Loji 92.54 92.72 92.54 92.80 Menteng 68.64 67.29 68.64 68.64 Cilendek Timur 96.23 93.65 96.23 96.23 Cilendek Barat 96.43 96.55 96.43 96.56 Sindangbarang 90.45 87.32 90.45 90.45 Margajaya 89.21 91.61 89.21 99.99 Balungbangjaya 94.63 92.76 94.63 94.63 Situgede 98.07 97.89 98.07 98.17 Bubulak 94.12 91.29 94.12 94.12 Semplak 94.17 93.82 94.17 94.18 Curugmekar 92.90 93.30 92.90 94.29 Curug 97.93 95.70 97.93 97.93 Tanah Sareal Kedungwaringin 88.45 90.99 88.45 91.94 Kedungjaya 99.05 98.42 99.05 99.05 Kebonpedes 93.13 92.81 93.13 93.13 Tanahsareal 61.17 58.81 99.99 61.17 Kedungbadak 96.31 94.67 96.31 96.31 Sukaresmi 98.08 98.56 98.08 98.64 Sukadamai 95.17 93.12 95.17 95.17 Cibadak 93.73 93.21 93.73 93.73 Kayumanis 92.82 88.66 92.82 92.82 Mekarwangi 91.82 80.76 91.83 91.83 Kencana 96.87 87.02 96.87 96.87 Kota Bogor 96.44 94.57 96.44 96.44