98.51 The Direction for Development of Water Supply System at Bogor.

64 Gambar 31 Peta simulasi sistem perpipaan zona 5 Penyediaan Air Minum Sistem Perpipaan Zona 6 Mata air Kotabatu adalah sumber air baku pelayanan zona 6 dilengkapi Reservoir Kotabatu kapasitas 1 . 000 m 3 . Tahun 2011 pelanggan yang dilayani pada zona 6 adalah 192 . 932 unit sambungan langganan dengan kebutuhan 136.06 literdetik dan debit produksi mata air sebesar 49.04 literdetik, sehingga kebutuhan penduduk di zona 6 tidak dapat dipenuhi dan pada kondisi eksisting kebutuhan supply air dibantu dari WTP Dekeng melalui Reservoar Cipaku. Sedangkan kebutuhan tahun 2031 adalah sebesar 386.78 literdetik, sedangkan prediksi debit Mata air Kotabatu sebesar 47.25 literdetik. Ketersediaan air baku tidak bisa memenuhi kebutuhan karena debit mata air ini sudah optimum diproduksi, sehingga untuk tahap selanjutnya memerlukan sumber air baku baru untuk melayani penduduk zona 6 pada tahun 2031Tabel 35. Tabel 35 Kebutuhan air minum zona 6 Kelurahan Jumlah penduduk jiwa Penduduk dilayani o jiwa Kebutuhan air literdetik 2011 2031 2011 2031 2011 2031 Mulyaharja 95 10 069 36 881 4 872 27 661 12.64 55.76 Cikaret 17 296 19 977 8 368 14 982 21.70 52.16 Pasirmulya 5 004 6 801 2 421 5 101 6.28 17.76 Pasirkuda 14 097 18 507 6 820 13 880 17.69 48.33 Pasirjaya 64 13 675 18 491 6 616 13 868 17.16 48.28 Gunungbatu 99 18 757 18 819 9 074 14 114 23.54 49.64 Loji 14 219 17 044 6 879 12 783 17.84 44.51 Sindangbarang 93 15 307 23 386 7 405 17 539 19.21 61.07 Total 108 425 159 905 52 455 119 928 136.06 377.50 o Penduduk dilayani tahun 2011 adalah 48 dan target tahun 2031 adalah 73 Sistem perpipaa didistribusikan dari R dengan wilayah la pelayananan SPAM z Ga Simulasi EPAN kebutuhan tahun 20 Kelurahan Sindang menunjukkan tekanan perpipaan zona 6 tahu Gambar 33 paan zona 6 mengambil sumber dari Mata ai Reservoar Kotabatu ke 8 kelurahan, dari arah layanan terjauh adalah Kelurahan Sindan zona 6 dapat dilihat pada Gambar 32. Gambar 32 Peta pelayanan SPAM zona 6 ANET 2.0 distribusi air minum pada Zona 2031 memperlihatkan bahwa terjadi kenda ngbarang , dimana terdapat node yang berw nan yang rendah. Peta simulasi distribusi air hun 2031 dapat dilihat pada Gambar 33. 33 Peta simulasi sistem perpipaan zona 6 tahun 65 air Kotabatu dan h selatan ke utara, dangbarang. Peta a 6 dengan input dala hidrolis di rwarna biru yang air minum sistem un 2031 66 Fokus wilayah pengembangan SPAM Analisis spasial pelayanan air minum yang dikelola PDAM pada subbab sebelumnya terdapat 7 kelurahan berpotensi mengalami kendala hidrolis atau tekanan perpipaan yang rendah pada tahun 2031, yaitu Kelurahan Bojongkerta, Harjasari, Muarasari, Sindangsari, Kayumanis, Cimahpar, dan Sindangbarang, dan terdapat 3 kelurahan yang belum dilayani jaringan distribusi PDAM pada kondisi eksisting yaitu Kelurahan Situgede, Balungbangjaya dan Bojongkerta. Disamping itu terdapat 3 zona yang prediksi kebutuhan lebih besar dari ketersediaan debit sumber air sehingga membutuhkan sumber air baku baru. Fokus pengembangan SPAM PDAM adalah; 1 pengoptimalan operasional dan maintenance pada 7 kelurahan yang disebut di atas, dengan upaya teknis untuk menyelesaikan kendala hidrolis, 2 penambahan dan perluasan jaringan distribusi di Kelurahan Situgede, Balungbang jaya dan Bojongkerta, 3 pencarian sumber air baku baru untuk melayani wilayah di zona 1, zona 5 dan zona 6. Fokus pengembangan SPAM non PDAM adalah; 1 penyediaan air minum berbasis masyarakat Pamsimas dan 2 sistem komunal. Pamsimas adalah kegiatan penyediaan air minum melalui pelibatan seluruh masyarakat perempuan, laki-laki, kaya dan miskin dan dilakukan melalui pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat demand responsive approach, agar masyarakat berpartisipasi secara aktif dalam menyiapkan, melaksanakan, mengoperasionalkan dan memelihara sarana yang telah dibangun, serta melanjutkan kegiatan peningkatan derajat kesehatan di masyarakat. Sistem komunal adalah sistem penyediaan air yang dipakai secara bersama oleh masyarakat untuk pemanfaatan sumber air yang lebih ramah lingkungan baik dari sumber air tanah dalam maupun mata air, dikarenakan penduduk Kota Bogor yang menggunakan sumur cukup banyak yaitu sebesar 40.97 dari total rumah tangga Tabel 28. Wilayah yang menjadi fokus pengembangan SPAM non PDAM diketahui dengan survey dan wawancara persepsi masyarakat. Wilayah yang disurvey adalah kelurahan yang penduduknya dominan menggunakan sumur yaitu 38 kelurahan yang telah ditampilkan pada Tabel 28. Kondisi air sumur pada 38 kelurahan tersebut dalam memenuhi kebutuhan mengalami kelangkaan di 12 kelurahan yaitu di Kelurahan Genteng, Kertamaya, Rancamaya, Bojongkerta, Muarasari, Pakuan, Cipaku, Sindangrasa, Sukaresmi, Kayumanis, Mekarwangi dan Bubulak, berdasarkan acuan dari data studi Environmental Health Risk Assesment EHRA yang dilaksanakan oleh Bappeda Kota Bogor tahun 2010 Tabel 36. Jika ditarik hubungan dari 7 kelurahan yang berpotensi terkendala hidrolis dengan 12 kelurahan yang pernah mengalami kelangkaan, maka Kelurahan Bojongkerta, Muarasari dan Kayumanis adalah wilayah yang mendapatkan masalah keduanya. Untuk penduduk yang menggunakan air tanah dangkal telah dilakukan pantuan terhadap kualitas air tanah oleh Dinas Kesehatan Kota Bogor, dimana sebagian besar sumur dangkal telah tercemar oleh E. Coli. Hal ini disebabkan oleh kondisi sanitasi yang buruk dimana kriteria perletakan untuk buangan cair dan padat tidak diterapkan sebagaimana mestinya sehingga penggunaan sumur dangkal tidak menjadi pilihan terbaik dimasa yang akan datang Bappeda 2010. 67 Tabel 36 Kelangkaan sumber air minum m Wilayah Pernah Tidak pernah Tidak tahu Wilayah Pernah Tidak pernah Tidak tahu Bogor Selatan Bogor Barat Mulyaharja 4.40 95.60 Pasirjaya 12.80 87.20 Pamoyanan 2.40 97.60 Gunungbatu 100 Ranggamekar 100 Loji 100 Genteng 54.80 45.20 Cilendek Barat 100 Kertamaya 41.70 58.30 Sindangbarang 1.90 98.10 Rancamaya 13.30 86.70 Balungbangjaya 2.80 97.20 Bojongkerta 32.00 68.00 Situgede 100 Harjasari 20.50 79.50 Bubulak 28.90 71.10 Muarasari 40.70 59.30 Semplak 14.30 85.70 Pakuan 96.40 3.60 Curug 2.70 97.30 Cipaku 32.40 67.60 Bogor Utara Lawanggintung 3.40 96.60 Tanahbaru 5.90 94.10 Batutulis 6.30 93.70 Cimahpar 7.50 92.50 Cikaret 100 Ciluar 100 Tanah Sareal Cibuluh 100 Kedungjaya 12.10 87.90 Ciparigi 100 Sukaresmi 35.50 64.50 Bogor Timur Cibadak 9.80 85.20 4.90 Sindangsari 9.10 90.90 Kayumanis 100 Sindangrasa 27.60 72.40 Mekarwangi 38.20 61.80 Katulampa 17.75 79.75 2.50 Kencana 3.20 93.50 3.2 0 Kota Bogor 10.50

86.76 2.74

Sumber: Studi EHRA 2010 m Kelangkaan sumber air minum selama 24 jam atau lebih dalam 1 tahun terakhir Persepsi Masyarakat terhadap Pengembangan SPAM Non PDAM Persepsi masyarakat dari 38 kelurahan tersebut perlu diketahui untuk menentukan pengembangan SPAM yang tepat, bagaimana persepsi masyarakat terhadap pengembangan SPAM non PDAM di wilayah mereka dan apakah masyarakat memilih pamsimas atau sistem komunal. Tingkat persepsi masyarakat terhadap Pamsimas dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 37 Tingkat persepsi masyarakat terhadap pengembangan Pamsimas Keca matan Kelurahan Bobot Tingkat persepsi Keca matan Kelurahan Bobot Tingkat persepsi Bogor Selatan Mulyaharja 0.60 Rendah Bogor Timur Sindangsari 1.20 Rendah Pamoyanan 5.40 Sedang Sindangrasa 0.60 Rendah Ranggamekar 2.80 Rendah Katulampa 6.00 Tinggi Genteng 2.60 Rendah Bogor Barat Pasirjaya 3.80 Sedang Kertamaya 3.20 Sedang Gunungbatu 3.60 Sedang Rancamaya 2.40 Rendah Loji 1.40 Rendah Bojongkerta 5.00 Sedang Cilendek Barat 3.20 Sedang Harjasari 2.60 Rendah Sindangbarang 0.20 Rendah Muarasari 2.80 Rendah Balungbangjaya 3.40 Sedang Pakuan 4.00 Sedang Situgede 2.80 Rendah Cipaku 0.60 Rendah Bubulak 3.00 Rendah Lawanggintung 1.40 Rendah Semplak 6.40 Tinggi Batutulis 0.80 Rendah Curug 2.00 Rendah Cikaret 2.40 Rendah Tanah Sareal Kedungjaya 2.40 Rendah Bogor Utara Tanahbaru 2.60 Rendah Sukaresmi 3.00 Rendah Cimahpar 7.20 Tinggi Cibadak 2.40 Rendah Ciluar 3.00 Rendah Kayumanis 1.60 Rendah Cibuluh 4.00 Sedang Mekarwangi 3.40 Sedang Ciparigi 1.20 Rendah Kencana 2.20 Rendah 68 Pada umumnya persepsi masyarakat terhadap pengembangan Pamsimas rendah, kecuali Kelurahan Cimahpar dan Katulampa yang berpersepsi tinggi. Untuk mengetahui tingkat persepsi masyarakat terhadap sistem komunal dapat dilihat pada Tabel 38. Tabel 38 Tingkat persepsi masyarakat terhadap pengembangan sistem komunal Keca matan Kelurahan Bobot Tingkat persepsi Keca matan Kelurahan Bobot Tingkat persepsi Bogor Selatan Mulyaharja 3.80 Sedang Bogor Timur Sindangsari 4.60 Sedang Pamoyanan 6.00 Tinggi Sindangrasa 5.00 Sedang Ranggamekar 6.00 Tinggi Katulampa 7.20 Tinggi Genteng 6.20 Tinggi Bogor Barat Pasirjaya 5.60 Sedang Kertamaya 4.60 Sedang Gunungbatu 6.20 Tinggi Rancamaya 8.00 Tinggi Loji 6.40 Tinggi Bojongkerta 6.00 Tinggi Cilendek Barat 7.00 Tinggi Harjasari 6.80 Tinggi Sindangbarang 1.20 Rendah Muarasari 6.80 Tinggi Balungbangjaya 8.60 Tinggi Pakuan 6.80 Tinggi Situgede 7.00 Tinggi Cipaku 2.40 Rendah Bubulak 5.00 Sedang Lawanggintung 5.60 Sedang Semplak 7.60 Tinggi Batutulis 7.60 Tinggi Curug 7.20 Tinggi Cikaret 7.20 Tinggi Tanah Sareal Kedungjaya 6.80 Tinggi Bogor Utara Tanahbaru 5.80 Sedang Sukaresmi 7.40 Tinggi Cimahpar 8.00 Tinggi Cibadak 8.00 Tinggi Ciluar 8.00 Tinggi Kayumanis 7.20 Tinggi Cibuluh 7.80 Tinggi Mekarwangi 6.80 Tinggi Ciparigi 5.60 Sedang Kencana 6.00 Tinggi Hasil wawancara persepsi masyarakat di 38 kelurahan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pada umumnya persepsi masyarakat terhadap pengembangan sistem komunal cukup tinggi, dimana 27 kelurahan memiliki persepsi tinggi, 9 kelurahan berpersepsi sedang dan 2 kelurahan berpersepsi rendah. 2. Kelurahan yang belum dilayani jaringan distribusi PDAM yaitu Kelurahan Bojongkerta, Situgede, dan Balungbangjaya memiliki persepsi yang tinggi terhadap sistem komunal. Sedangkan persepsi terhadap Pamsimas adalah sedang di Kelurahan Bojongkerta dan Balungbangjaya, serta memiliki persepsi rendah terhadap Pamsimas di Kelurahan Situgede. 3. Wilayah yang terkendala dengan kemampuan hidrolis sistem distribusi PDAM yaitu 1 Kelurahan Bojongkerta berpersepsi tinggi terhadap sistem komunal dan persepsi sedang terhadap pamsimas, 2 Kelurahan Harjasari memilih sistem komunal, 3 Kelurahan Muarasari memilih sistem komunal, 4 Kelurahan Sindangsari berpersepsi sedang terhadap sistem komunal dan persepsi rendah terhadap pamsimas, 5 Kayumanis memilih sistem komunal, 6 Kelurahan Cimahpar berpersepsi tinggi terhadap pamsimas dan sumur komunal, dan 7 Kelurahan Sindangbarang berpersepsi rendah terhadap pamsimas dan sumur komunal, karena lebih memilih sumur individu. Fokus pengembangan SPAM non PDAM dengan kegiatan pamsimas dapat direkomendasikan pada Kelurahan Cimahpar, Katulampa dan Semplak dan kegiatan sistem komunal di kelurahan yang ditampilkan seperti Tabel 38, tetapi diprioritaskan pada Kelurahan Bojongkerta, Muarasari dan Kayumanis karena 3 kelurahan ini terkendala kemampuan hidrolis PDAM dan berpotensi mengalami kelangkaan sumur dangkalnya, sehingga SPAM non PDAM sistem komunal dapat menjadi alternatif terbaik untuk penyediaan ai di wilayah ini.