4 Fekunditas 5 Diameter Telur 6 Kondisi Lingkungan

c.2 Indeks Kematangan Gonad

Indeks kematangan gonad IKG individu ikan lais dihitung dengan menggunakan persamaan : Bg IKG = x 100 Bt Keterangan : IKG = Indeks kematangan gonad Bg = Berat gonad g Bt = Berat tubuh g

c.3 Nisbah Kelamin

Nisbah kelamin atau perbandingan antara jumlah ikan lais betina dan jantan pada setiap lokasi dan bulan pengambilan sampel, dapat dihitung dengan menggunakan rumus : X = B : J Keterangan : X = Nisbah kelamin B = Jumlah ikan betina ekor J = Jumlah ikan jantan ekor

c.4 Fekunditas

Masing-masing ovari ikan lais yang matang gonad dibagi menjadi tiga bagian subsampel bagian anterior, tengah dan posterior, kemudian jumlah telurnya dihitung satu persatu. Fekunditas total dihitung dengan menggunakan persamaan : G x f FT = g Keterangan : FT = Fekunditas total G = Berat gonad g f = Jumlah telur dalam subsampel gonad butir g = Berat subsampel gonad g

c.5 Diameter Telur

Telur-telur yang diukur diameternya, diambil dari masing-masing ovari yang dibagi menjadi tiga bagian subsampel bagian anterior, tengah dan posterior, yaitu masing-masing 50 butir. Diameter telur diukur dengan menggunakan mikrometer okuler pada mikroskop.

c.6 Kondisi Lingkungan

Untuk menentukan keterkaitan kondisi lingkungan terhadap reproduksi ikan lais, dapat dilakukan pengukuran terhadap beberapa parameter fisika kimia air Tabel 3. Pengukuran parameter fisika kimia air dilakukan di stasiun S. Langgam, A.S. Segati dan pangkal D. Kejuit pada jam 8.00-10.00 WIB pagi, setelah pengambilan sampel ikan lais. Pengukuran suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, alkalinitas dan oksigen terlarut dilakukan pada bagian permukaan sampai kedalaman 25 cm dari permukaan perairan. Tabel 3 Parameter fisika kimia air yang berperan dalam reproduksi ikan lais Ompok hypophthalmus Parameter Alat dan Metode Satuan Lokasi Fisika Suhu Termometer C Insitu Kekeruhan Turbiditimeter NTU Insitu Kedalaman Tongkat berskala M Insitu Kecepatan arus Pelampung dan tali Mdt Insitu Curah hujan Data sekunder mmbulan - Kimia PH pH meter - Insitu Alkalinitas Titrasi mgL CaCO 3 Insitu Oksigen terlarut DO meter mgL Insitu Kualitas lingkungan perairan di setiap stasiun pengamatan ditentukan dengan cara skoring. Hasil pengukuran beberapa parameter fisika-kimia air yang diperoleh, dibandingkan dengan penelitian-penelitian pada ekosistem sungai rawa banjiran yang telah dilakukan oleh Awalina dan Hartoto 2000; Elvyra 2000; Hartoto 2000a; Hartoto 2000b; Simanjuntak 2007 dan Utomo et al. 2008; sedangkan parameter alkalinitas dibandingkan dengan standar soft waters menurut Boyd 1990. Tahapan untuk menentukan kualitas lingkungan perairan dengan cara skoring adalah sebagai berikut : 1 Dari data hasil pengukuran parameter di seluruh stasiun pengamatan dtentukan nilai rataan minimum dan maksimum yang tercatat selama penelitian. Selanjutnya dibandingkan dengan hasil penelitian-penelitian yang ada di ekosistem sungai rawa banjiran dan ditentukan nilai jangkauannya, kemudian nilai jangkauan ini dibagi menjadi 5 interval yang sama. 2 Setiap interval diberi skor yaitu 1-5. Nilai optimum diberi skor 5. Semakin jauh dengan nilai optimum, semakin berkurang skornya. Lebih jelasnya dapat dilihat cara pemberian skor di bawah ini: nilai optimum 1 2 3 4 5 4 3 2 1 Keterangan : angka dalam kotak adalah skor yang diberikan 3 Selanjutnya nilai rata-rata parameter yang diukur di setiap stasiun pengamatan dikaji termasuk ke dalam interval yang mana, dengan skor yang sudah ditetapkan di atas. 4 Jumlah skor setiap parameter yang dinilai di setiap stasiun pengamatan dihitung dan ditentukan status kualitas perairannya dengan cara membandingkan terhadap nilai rata-rata kualitas perairan dari 3 stasiun pengamatan. 5 Jika nilai jumlah skor dari nilai rata-rata kualitas perairan 3 stasiun pengamatan, maka termasuk kategori kualitas perairan rendah. Jika jumlah skor dari nilai rata-rata kualitas perairan 3 stasiun pengamatan, maka termasuk kategori tinggi.

c.7 Analisis Data Biologi Reproduksi