HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN MEMAAFKAN (FORGIVENESS) PADA PASANGAN YANG MELAKUKAN PERSELINGKUHAN (Studi pada Suatu Hubungan Pacaran)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sebagai makhluk sosial, setiap individu mempunyai keinginan untuk
menjalin hubungan dengan individu lain. Seorang individu bahkan dianggap dewasa
secara sosial apabila dirinya telah mampu berhubungan dengan orang lain, menjadi
anggota masyarakat dan berperan di dalamnya (Sarwono, 1998). Ada berbagai
macam bentuk hubungan antar manusia. Beberapa bentuk hubungan terjadi karena
dipilih dengan bebas, ditentukan oleh individu dengan alasan khusus beberapa
bentuk hubungan lainnya terjadi secara kebetulan. Kasih sayang antara orang tua
dengan anaknya, keinginan untuk menjalin hubungan cinta kasih antara dua orang
yang berbeda lawan jenis, persaingan yang sehat antara pemain tenis yang sedang
bertanding, merupakan segelintir contoh bentuk hubungan antar manusia yang
banyak ragamnya tersebut (Sears, 1999).
Bila dua orang individu menjalin suatu hubungan, kehidupan mereka akan
terjalin satu sama lain. Apa yang dilakukan oleh yang satu akan mempengaruhi yang
lain. Berbagai emosi yang kuat dapat terasa dalam berbagai bentuk hubungan tadi.
Orang lain dapat membuat seseorang merasa sedih atau gembira, menceritakan gosip
terbaru, membantu melakukan sesuatu, mengkritik pendapat, memberikan hadiah
atau nasihat atau bahkan membuat jengkel, marah, dan benci.

Keterlibatan dalam sebuah hubungan dekat khususnya hubungan romantis
(pacaran), dapat membawa perubahan yang cukup mendasar dalam kehidupan
seseorang. Misalnya, terjadinya perubahan aktivitas sehari-hari dalam kehidupan
sebelumnya. Hal ini muncul sebagai akibat dari keinginan seseorang untuk
menyesuaikan aktivitasnya dengan aktivitas pasangannya (Agnew, 1998; Lange,
1997). Keterlibatan dalam suatu hubungan romantis (pacaran) juga mengubah cara
berkomunikasi seseorang. Meskipun kedua belah pihak dalam hubungan romantis
(pacaran) seringkali memperlakukan pasangannya dengan cara yang positif dan
penuh perhatian; negatif (konflik) hampir-hampir tidak dapat terelakkan.

1

2

Pacaran telah menjadi semacam gaya hidup baru bagi remaja dan merupakan
hal yang lumrah. Remaja mengalami perubahan fisik dan psikis pada masa-masa
yang dilaluinya, di mana remaja ingin mencoba karena terdorong rasa ingin tahu
mereka yang tinggi, Remaja memiliki banyak waktu senggang di antara jam kuliah
atau pulang sekolah ataupun antara kuliah (www. pacaran.com, 10 Mei 2011).
Pada hubungan perselingkuhan ditinjau dari teori interdependence dan teori

empati ini yang dinilai merupakan teori yang paling tepat untuk menjelaskan sifat
altruis. Empati merupakan gabungan dari segi egoisme dan simpati. Berbeda dengan
sifat egoisme yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan (stress) diri sendiri, serta
sifat simpati yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan orang lain, empati
merupakan suatu sifat yang membuat seseorang ikut merasakan penderitaan orang
lain. Dengan kata lain, ia akan merasakan penderitaan orang lain sebagai
penderitaannya sendiri. Pada kelanjutannya, seseorang akan menolong dengan fokus
pertolongan pada penderitaan orang lain, bukan pada penderitaannya sendiri, karena
dengan terbebasnya orang lain dari penderitaan itulah, maka si penolong akan
terbebas pula dari penderitaannya sendiri (Sarwoto, 1999).
Kegiatan menolong itu sendiri dapat dipicu dari berbagai faktor, yaitu faktor
situasi, misalnya karena adanya orang lain yang kebetulan berada bersama kita pada
tempat kejadian (bystanders), menolong jika orang lain juga menolong, karena
desakan waktu, atau karena kemampuan yang dimiliki; bisa juga karena faktor dari
dalam diri sendiri, misalnya karena perasaan, sifat dasar, agama, tahapan moral,
orientasi seksual, atau jenis kelamin.
Fenomena pacaran di usia 19 tahun sampai 23 tahun yang terjadi di
lingkungan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang dalam sebuah hubungan
berpacaran benar-benar sedang kencan yang umumnya bermaksud untuk pergi ke
tingkat yang lebih serius (pernikahan). Dalam praktiknya, perilaku orang-orang yang

pacaran sering seolah-olah adalah pasangan yang sudah menikah, saling membantu
satu dengan yang lain, saling cinta-mencintai, saling terikat satu sama lain, saling
cemburu jika ada orang lain yang mendekati pacarnya dan sering rugi dalam
pembiayaan dan sebagainya.

3

Pacaran sebenarnya merupakan waktu bagi sepasang individu untuk saling
mengenal satu dengan yang lain. Pacaran pastinya memiliki efek dan bias terhadap
kehidupan masing-masing baik secara positif ataupun negatif. Di dalam proses
pacaran tidak hanya dituntut untuk mengenali emosi diri sendiri, tetapi juga emosi
orang lain.
Konflik yang terjadi dalam hubungan romantis (pacaran) dapat disebabkan
oleh berbagai hal, antara lain ketidakcocokan, ketidaksetiaan dan perselingkuhan.
Sebenarnya konflik atau interaksi negatif ini sangat wajar terjadi dalam suatu
hubungan romantis (pacaran). Konflik yang terjadi ini tentu saja sangat
mempengaruhi keadaan emosi individu yang terlibat di dalamnya. Salah satu emosi
interpersonal yang hampir luput dari perhatian peneliti perilakuan melibatkan
pengalaman-pengalaman, yang sehari-harinya disebut sebagai luka perasaan.
Beberapa contoh luka perasaan antara lain kecewa, sedih, jengkel, kesal, marah,

benci, merasa dihina, tidak dihargai, direndahkan, sakit hati, dan dendam (Sears,
1999).
Berdasarkan konflik-konflik yang terjadi di atas, dijelaskan bahwa hubungan
perselingkuhan yaitu ketika orang melakukan suatu tindakan yang tidak sesuai
dengan komitmennya, hubungan perselingkuhan adalah hal ditakutkan oleh banyak
orang dalam membina hubungan percintaan. Sebab perselingkuhan akan dapat
memberikan dampak yang luar biasa bagi kedua pasangan yang dapat berakibat fatal
seperti munculnya perpecahan atau perceraian.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, selingkuh adalah tidak berterus
terang, tidak jujur, suka menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri, curang,
serong. Selingkuh dapat diartikan sebagai keadaan ketika seseorang melakukan
tindakan yang tidak sesuai dengan komitmennya. Pelaku dalam komitmen
merupakan dalam hubungan yang punya komitmen tinggi lebih merasakan kerugian
dengan terputusnya hubungan, sehingga dapat diharapkan akan berusaha untuk
mengakui dan meminta maaf atas kesalahan perbuatannya. Maksudnya, saat dua
orang memutuskan untuk pacaran, mempunyai komitmen untuk menjaga hubungan
tersebut. Misalnya, lawan jenis yang boleh mengajak jalan berdua cuma pacar,
pegangan tangan sama lawan jenis pun hanya dilakukan dengan pacar. Jadi, saat
salah satu pihak jalan sama orang lain bisa dibilang dia sudah berselingkuh. Mereka


4

mungkin juga dimotivasi oleh rasa bersalah yang besar, cepat mengakui dan meminta
maaf yang tampaknya memiliki pengaruh positif pada kemampuan pasangan yang
dilukai untuk berempati pada dan kemudian memaafkan pasangan yang menyakiti.
Pada sebuah riset yang dilakukan psikolog Drigotas SM dan koleganya
selingkuh disebut sebagai dating infidelity. Istilah ini mengacu pada adanya perasaan
bahwa pasangan telah melanggar norma dalam pacaran, yang berkaitan dengan
interaksi terhadap orang lain dan diikuti timbulnya kecemburuan, serta persaingan
(www.fakta dan alasan selingkuh.com, 24 April 2011).
Selingkuh juga dibagi dua, yaitu selingkuh fisik dan emosional. Selingkuh
fisik artinya melakukan kontak fisik dengan lawan jenis, seperti pelukan dan ciuman
dengan orang yang bukan pacar kita. Sedangkan selingkuh emosional lebih berupa
perasaan kita terhadap orang lain yang bukan pacar. Contoh, kangen dan pengen
sering bicara dengan seseorang yang bukan pacar (dalam situs www.wordpress.com,
24 April 2011).
Batasan tentang seberapa jauh pelanggaran seseorang sampai bisa disebut
berselingkuh pun macam-macam dan sangat relatif. Dalam majalah Psychology
Today terbitan Desember 2000, menurut teori evolusi psikologi zaman dulu, laki-laki
akan lebih kecewa kalau pasangannya melakukan selingkuh fisik. Sementara wanita

bakal lebih kecewa kalau pasangannya melakukan selingkuh emosional. Sebab,
wanita ingin pasangannya selalu ada di sampingnya dan tidak ingin berbagi perasaan
dengan orang lain. Hasil eksperimen yang dilakukan Christine R Harris, profesor
psikologi dari Universitas California, San Diego, tahun 2000. Reaksi seseorang
terhadap bentuk selingkuh itu bergantung pada pengalaman hidupnya, bukan pada
jenis kelaminnya. Semua tergantung persepsi masing-masing, ada wanita yang
menganggap pacarnya selingkuh hanya karena sering membicarakan wanita lain.
Tetapi ada juga wanita tidak menganggap pacarnya selingkuh walaupun pacarnya
sudah pelukan dan ciuman dengan wanita lain. Karena dia tahu betul, pacarnya itu
sedang khilaf dan tidak ada perasaan apa pun pada wanita tersebut. Jadi, batasan
selingkuh itu memang bergantung pada diri kita masing-masing (dalam blog.putri
langit.com, 24 April 2011).

5

Perselingkuhan bukan hanya menghadirkan rasa sakit di antara pasangan
yang menjalaninya, tetapi juga memunculkan kebencian. Tak heran, banyak
pasangan yang tak bisa memaafkan jika rekannya tersebut berkhianat padanya tanpa
memikirkan


apa

sebenarnya

alasan

yang

memicunya.

Ketika

bertengkar

memunculkan sakit hati salah satu pasangan, maka bisa jadi dia pun mengambil
langkah ekstrem dengan membalas lewat perselingkuhan. Hal ini adalah momen
yang rentan. Dalam situasi seperti ini, selingkuh seperti perilaku reaktif dari perilaku
proaktif.
Pasangan perlu mengambil pertolongan dari pihak ketiga seperti teman dan
keluarga untuk mencari solusi sebelum menyesal karena keputusan yang diambil

tidak memikirkan dampak jangka panjang. Dan yang tak kalah penting adalah
bagaimana mengungkapkan dan mengendalikan emosi dengan baik. Jadi tidak
bijaksana bila melakukan kekerasan nonfisik, marah-marah, apalagi mengumpatumpat orang lain termasuk pacar. Tetapi bukan dalam arti diam saat timbul masalah,
selesaikanlah dengan bijak, bicarakan secara terbuka. Tanpa keterbukaan akan
menimbulkan konflik dalam diri masing-masing yang bahkan bisa mengarah
terhadap rutinitas harian dan prestasi belajar ataupun bekerja.
Dalam sejarahnya, wanita yang mampu memaafkan peselingkuhan, biasanya
memiliki alasan lain di luar cinta yang terkhianati pasangannya. Tak boleh sekedar
memanjakan ego, karena kehormatan di mata masyarakat baginya haruslah tetap
dijunjung tinggi, sehingga ia bersedia merelakan pasangannya berbagi tubuh dengan
yang lain, karena ia merasa tak mampu memenuhi hasrat prianya yang tak mampu ia
penuhi. Sesuai dengan kodratnya semata sebagai konco wingking, ia tak berani maju
ke depan, dan lebih memilih tegar dalam diamnya, bersedia dimadu dan ikhlas
melepaskan

miliknya

menjadi

milik


wanita

lain.

Kesediaan

memaafkan

pengkhianatan yang dilakukannya, sejatinya adalah penunjukan sikap bijak yang
mencoba berempati. Sebuah usaha menempatkan diri pada posisinya, memahami
juga perasaannya, bahwa benar tak ada manusia yang sempurna (www.untukku.com,
30 Maret 2011).
Perselingkuhan memang merupakan suatu ancaman yang dapat mengganggu
bahkan merusak suatu hubungan pacaran serta berpengaruhnya cukup besar.
Hubungan dengan pacar tidak lagi harmonis seperti saat perselingkuhan belum

6

mencemari hubungan tersebut. Karena meskipun telah ada kata maaf yang terucap,

beberapa sikap dan sifat akan muncul sebagai tindak proteksi agar kejadian yang
sama tidak terulang kembali.
Beberapa sifat dan sikap baru akan timbul ke permukaan. Sifat ragu atas
kesetiaan sang pacar, berkurangnya rasa percaya pada sang pacar, dan besar
kemungkinan akan muncul rasa cemburu/kecurigaan yang cukup besar pada
pasangan yang berselingkuh, merupakan beberapa kondisi baru yang bisa hadir
apabila salah satu pasangan telah melakukan tindak perselingkuhan namun
tindakannya itu termaafkan (www.perselingkuhan.com, 12 Februari 2011).
Dalam sebuah penelitian, Gottman (dalam McCullough, 1997) menguji
laporan diri pengalaman emosional pasangan yang sedang terlibat dalam hubungan
romantis selama saat-saat paling positif dan paling negatif yang terjadi dalam setting
laboratorium. Dari hasil penelitian tersebut, Gottman melaporkan penilaian pasangan
pada daftar cek afeksi terbagi dalam tiga macam respon emosional. Respon afeksi
pertama adalah perasaan positif pada umumnya yang ditandai dengan keramahan,
cinta dan perilaku hubungan-konstruktif. Respon afektif kedua, yang oleh Gottman
disebut sebagai perasaan sakit-serangan yang dirasakan, ditandai dengan rengekan,
perasaan tidak bersalah korban, ketakutan dan kecemasan. Respon afektif ketiga,
disebut sebagai kemarahan yang pada tempatnya. Respon ini ditandai dengan
amarah, penghinaan dan pikiran membalas dendam pada pasangan.
Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan Gottman tersebut, McCullough,

(1998) memberikan asumsi bahwa dua pernyataan afektif negatif yang menandai
interaksi interpersonal di sekitar hubungan interpersonal, sebagaimana pada
penelitian Gottman (McCullough, 1997), ternyata cocok dengan dua elemen sistem
motivasional yang mempengaruhi respon seseorang pada serangan pasangannya.
Secara khusus, McCullough, (1998) menyatakan bahwa (a) perasaan sakit-serangan
yang dirasakan ternyata cocok dengan motivasi untuk menghindari kontak, baik
secara personal maupun psikologis dengan orang yang menyakiti perasaan
(avoidance); dan (b) perasaan kemarahan yang pada tempatnya ternyata cocok
dengan motivasi untuk membalas dendam atau melukai orang yang menyakiti
perasaan (revenge).

7

Seseorang dianggap memberi maaf jika menghambat perasaan ingin
membalas dendam atau membangun perasaan, perilaku dan kognisi positif
(McCullough, 1997). Sebagai contoh, ketika memberi maaf, individu mungkin
mengenali faktor penyebab situasi yang membuat si pelaku melakukan tindakan yang
menyakiti hati (kognitif), merasa simpati atau merasa kasihan pada si pelaku (afektif)
dan mendiskusikan kemungkinan pemecahan masalah atau membantu si pelaku
(perilaku). Motivasi yang seperti ini dapat menciptakan suatu keadaan psikologis,
yang biasa disebut orang sebagai memberi maaf (forgiveness).
Bagi sebagian besar orang, memberi maaf pada orang yang telah melukai
perasaannya sangatlah tidak mudah, meskipun perilaku memberi maaf sudah
diajarkan dan dilatihkan sejak kecil. Norma sosial serta agama juga memberikan
ajaran tentang memberi maaf yaitu memaafkan orang yang telah melukai hati
dianggap sebagai mulia. Ada orang yang secara tulus bisa memaafkan orang yang
telah menyakiti hatinya. Namun pada sebagian besar kasus, seringkali orang tidak
bisa benar-benar memaafkan orang yang telah menyakiti hatinya, meskipun secara
verbal menyatakan sudah memaafkan. Hal ini terjadi karena, seperti yang dinyatakan
oleh Pascal memaafkan bukan berarti melupakan. Artinya, orang yang disakiti
hatinya mungkin memang sudah memaafkan pelaku tetapi dia tidak bisa melupakan
perbuatan pelaku, meskipun mungkin dia juga tidak punya keinginan membalas
dendam kepada pelaku.
Baumeister (Zechmeister & Romero, 2002) menyatakan bahwa memberi
maaf yang palsu ini mungkin dimotivasi oleh keinginan korban untuk memenuhi
peran yang ditentukan secara sosial atau agama. Korban mungkin juga memaafkan
karena tuntutan moral atau memenangkan kekuasaan atas pelaku. Ada juga kasuskasus di mana orang yang sudah disakiti hatinya berulang kali oleh pasangannya
justru memaafkan pelaku dan hubungan dengan pasangan berlanjut lagi,
Sejumlah

fenomena

prososial,

seperti

kerja

sama,

altruisme,

dan

penghambatan agresi tampaknya dimotivasi oleh empati pada orang lain (Batson,
1995). Empati bekerja sama dengan konsep-konsep seperti simpati, terharu, kasihan
dan kelembutan hati. Meskipun empati pada dasarnya merupakan suatu fenomena
afektif, kemampuan mengambil perspektif kognitif orang lain (perspective taking)
tampaknya menjadi alat kognitif penting pada afeksi empati yang mungkin relevan
untuk memahami bagaimana afek empati berkembang.

8

Penelitian sebelumnya telah menyatakan dan mereview bukti yang
mendukung bahwa empati; tingkat luka perasaan; tingkat hubungan dan tingkat
kepribadian mungkin mempengaruhi perilaku memberi maaf, pendapat tentang
perilaku memberi maaf sebagai suatu fenomena motivasional, yang khususnya
digerakkan oleh empati (McCullough, 1998).
Memaafkan perselingkuhan adalah penting jika ingin melanjutkan hubungan
dengan pasangan. Memberikan maaf kepada orang yang bersalah adalah memberikan
diri izin untuk melanjutkan. Hal ini akan mencoba yang terbaik untuk memahami
penyebab di balik perselingkuhan. Hal ini adalah cara untuk membiarkan kemarahan
berkurang apakah ingin melanjutkan hubungan. Memaafkan adalah tidak sama
dengan melupakan. Memaafkan membuka pintu untuk rekonsiliasi, tetapi tidak jadi
segera memulihkan kepercayaan. Memaafkan diberikan secara bebas, karena untuk
memberikan kepercayaan harus diterima kembali oleh orang yang hilang di tempat
pertama. Memaafkan adalah tentang pelonggaran beberapa beban. Hal ini tentang
mengakui semua manusia dan membuat kesalahan. Dengan memaafkan pasangan,
yaitu mengundang mereka untuk mendapatkan kembali kepercayaan dan
memberikan hubungan setiap kesempatan yang layak. Memaafkan sulit dan butuh
waktu (www.Hicow.com, 4 Februari 2012).
Menganalisis apa yang salah dalam hubungan dapat memberikan perspektif
yang baik. Konfrontasi dapat menjadi cara yang baik untuk melampiaskan setiap
perasaan orang lain, dan yang paling penting untuk melihat apakah hubungan bisa
diselamatkan. Hubungan baru hanya akan bertahan jika melepaskan masa lalu.
Beberapa langkah memaafkan pacar yang selingkuh yaitu memahami alasan kenapa
pasangan melakukan perselingkuhan, di mana hal tersebut dapat menjadi pegangan
untuk menjalani hubungan pacaran pasca perselingkuhan. Menyiapkan waktu khusus
untuk bicara berdua dengan pasangan, sampaikan semua hal-hal yang mengganjal di
hati dan yang ada di kepala. Seandainya ingin bertanya tentang perselingkuhan itu,
tanyakan saja langsung, dan minta dia menjawab sejujurnya harus siap sakit hati
mendengar penjelasannya. Membuat perjanjian baru dengan pasangan untuk
memulai hubungan lagi. Saat mau memaafkan, coba lihat apa alasan mau
memaafkan. Alasan itulah yang jadi pegangan untuk menjalani hubungan pacaran
pasca perselingkuhan (dalam bolgs.wulandiniramadhanty.com, 4 Februari 2012)

9

Sebuah penelitian yang dilakukan University of Texas at Austin, yang
dipublikasikan dalam jurnal 'Personality and Individual Differences' dengan
kesimpulan bahwa reaksi para partisipan berdasarkan naluri dasar kecemburuan.
Dikatakan bahwa separuh dari laki-laki akan memaafkan ketidaksetiaan pasangan
mereka. Selama selingkuh tersebut dilakukan pada perempuan. Berbeda dengan
perempuan yang cenderung tidak memaafkan dan melupakan bila pacar mereka
bersama pria lain. Para peneliti meminta 718 siswa membayangkan jika mereka
memiliki hubungan jangka panjang dan apa reaksi mereka untuk beberapa skenario
perselingkuhan yang berbeda. Dan hasilnya adalah secara keseluruhan sebanyak 50
persen pria cenderung melanjutkan hubungan dengan seorang perempuan yang
menghabiskan waktu dengan perempuan lain. Sementara itu, 22 persen mengatakan
mereka bisa memaafkan penghianatan dengan pria lain. Sedangkan hasil untuk
perempuan adalah kebalikannya, yaitu sebanyak 28 persen mengatakan akan
mempertahankan sang pacar bila mereka mendapati pacar mereka selingkuh dengan
perempuan lain. Hanya 21 persen mengatakan mereka akan mempertahankan
hubungannya

dengan

sang

pacar

yang

selingkuh

dengan

pria

lain.

(www.getoutdoors.com, 4 Februari 2012).
Berdasarkan uraian penelitian di atas, dapat dikatakan bahwa memaafkan
memiliki peranan dalam hubungan pacaran setelah terjadi perselingkuhan agar
hubungan tidak berakhir, di mana memaafkan dipengaruhi oleh empati. Jika dapat
terbentuk empati yang tinggi maka akan menghasilkan memaafkan yang akan
menyelamatkan hubungan pacaran tersebut. Berkaitan uraian di atas, peneliti ingin
mengetahui hubungan antara empati dengan memaafkan pada pasangan yang
melakukan perselingkuhan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini
adalah bagaimana hubungan antara empati dengan memaafkan (forgiveness) pada
pasangan yang melakukan perselingkuhan.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara empati dengan
memaafkan (forgiveness) pada pasangan yang melakukan perselingkuhan.

10

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Memperkaya khasanah psikologi terutama pada bidang psikologi sosial.
2. Secara Praktis
Untuk memberikan gambaran/informasi kepada pasangan yang mengalami
perselingkuhan dengan memberi maaf diharapkan dapat menghilangkan atau
mengurangi rasa sakit hati yang dirasakan.

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN MEMAAFKAN
(FORGIVENESS) PADA PASANGAN YANG MELAKUKAN
PERSELINGKUHAN
(Studi pada Suatu Hubungan Pacaran)

SKRIPSI

Oleh :
Galuh Sekar Sari
(06810105)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN MEMAAFKAN
(FORGIVENESS) PADA PASANGAN YANG MELAKUKAN
PERSELINGKUHAN
(Studi pada Suatu Hubungan Pacaran)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :
Galuh Sekar Sari
(06810105)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

KATA PENGANTAR
Assalamua’laikum Wr. Wb.
Dengan mengucapkan puji syukur Alhamdulillah pada Allah swt, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Hubungan antara empati dengan memaafkan (forgiveness) pada
pasangan yang melakukan perselingkuhan (studi pada suatu hubungan
pacaran)”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak akan
terselesaikan tanpa dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu dengan rasa tulus
dan ikhlas, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang
2.

Ibu Hudaniah, M.Si., Psi selaku Pembimbing I yang telah banyak mengeluarkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik

3.

Ibu Yuni Nurhamida S.Psi., M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang senantiasa
dengan sabar telah meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan
arahan serta masukan yang sangat berarti bagi penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.

4.

Bapak Ari Firmanto, S.Psi selaku dosen wali yang telah memberikan dukungan
dan memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini

5.

Dosen-Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, terima kasih atas
ilmu yang telah diberikan kepada penulis

6.

Kedua Orangtuaku Ayah Gatot Basuki dan Ibu Astutik terimakasih atas do’a,
kasih sayang, perhatian, nasehat dan dukungan yang tiada hentinya selama ini
hingga lulus kuliah

7.

Untuk saudaraku mas Arya Gandi dan mbak Dhemes, mas irwan, serta adiku
andien terima kasih atas doa, kasih sayang, motivasi, dukungan moril maupun
materiil, dan juga kebersamaan yang indah.

8.

Anjar Irawan sayangku, terima kasih untuk kasih sayang, perhatian, dukungan,
dan semua masa-masa indah yang telah kau berikan dan itu semua sangat berarti
dalam penyelesaian skripsi ini.

9.

Sahabat - sahabat terbaikku Chacha, mimi, mami, terima kasih atas persaudaran,
dukungan, kebersamaan dan canda tawanya.

10. Teman-teman Psikologi angkatan 2006 yang masih tersisa, terima kasih atas
kebersamaan, dukungan dan keceriaan yang terjalin selama ini.
11. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga
Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan yang telah diberikan
kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Akhirnya penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak.
Wassalamua’laikum Wr. Wb
Malang, 26 Januari 2012
Galuh Sekar Sari

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................
SURAT PERNYATAAN ....................................................................................
KATA PENGANTAR .........................................................................................
INTISARI ............................................................................................................
ABSTRACT .........................................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
DAFTAR TABEL ................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
C. Tujuan Penelitian ............................................................................
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................
1. Secara Teoritis ...........................................................................
2. Secara Praktis .............................................................................

BAB II

ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
xi
xii

1
9
9
10
10
10

TINJAUAN PUSTAKA
A. Memaafkan (Forgiveness) .............................................................
1. Pengertian Memaafkan (Forgiveness) ........................................
2. Alasan Orang Memaafan .........................................................
3. Tahapan Dalam Memaafkan (forgiveness) ................................
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi perilaku memaafkan ........
B. Empati .............................................................................................
1. Pengertian Empati ......................................................................
2. Komponen Empati .....................................................................
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi empati ..................................
C. Hubungan Pacaran ..........................................................................
D. Hubungan antara Empati dan Perilaku Memaafkan .......................
E. Kerangka Pemikiran ......................................................................
F. Hipotesa ..........................................................................................

11
11
13
13
15
16
16
17
18
20
22
25
26

BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian .....................................................................
B. Identifikasi Variabel .......................................................................
C. Definisi Operasional .......................................................................
D. Populasi dan Tehnik Pengambilan Sampel ....................................
1. Populasi ......................................................................................
2. Sampel .......................................................................................
3. Teknik Sampling .........................................................................

27
27
28
28
28
29
29

E. Jenis Data dan Instrumen Penelitian ...............................................
F. Prosedur Penelitian .........................................................................
1. Tahap persiapan (Tanggal 8-21 Desember 2011) ......................
2. Tahap Pelaksanaan .....................................................................
G. Validitas dan Realibilitas ................................................................
1. Validitas .....................................................................................
2. Reliabilitas .................................................................................
H. Metode Analisis Data .....................................................................

29
33
33
33
35
35
37
38

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ................................................................................
B. Analisis Data ..................................................................................
C. Pembahasan ....................................................................................
BAB V

40
41
42

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Saran ...............................................................................................

46
46

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
LAMPIRAN .........................................................................................................

48
50

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue Print Skala Empati ......................................................................

32

Tabel 3.2 Blue Print Skala Memaafkan ...............................................................

33

Tabel 3.3 Validitas Item Skala Empati ................................................................

36

Tabel 3.4 Validitas Item Skala Memaafkan ........................................................

37

Tabel 3.5 Rangkuman Hasil Reliabilitas Skala Empati .......................................

38

Tabel 3.6 Rangkuman Hasil Reliabilitas Skala Memaafkan ...............................

38

Tabel 4.1 Sebaran T Score Empati ......................................................................

40

Tabel 4.2 Sebaran T Score Memaafkan ..............................................................

41

Tabel 4.3 Korelasi Product Moment ...................................................................

42

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Empati dan Memaafkan ........................................................

50

Lampiran 2. Data Tryout .....................................................................................

54

Lampiran 3. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas ...........................................

56

Lampiran 4. Data Penelitian ................................................................................

68

Lampiran 5. Perhitungan X dan Y ......................................................................

74

Lampiran 6. Nilai T-Score X dan Y ....................................................................

76

Lampiran 7. Tabel Frekuensi Variabel X dan Y .................................................

78

DAFTAR PUSTAKA

Azwar. (1997). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Azwar. (2006). Sikap manusia-teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset.
Dayakisni, Hudaniah. 2009. Psikologi sosial. Malang: UMM Press.
Golemen, D. 2003. Kecerdasan emosi untuk mencapai puncak prestasi. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
Golemen, D. 2003. Kecerdasan emosional. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Hurlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan. Suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan. Terjemahan. Jakarta : Erlangga.
Kerlinger, N. (2000). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Lestarianie, S.G. 2005. Perbedaan empati antara siswa sekolah kejuruan (Musik)
Dengan Siswa Sekolah Menengah Umum. (Skripsi, Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur)
McCullough, M.E., Rachal, K.C., Sandage, S.J., Worthington, E.L., Brown, S.W, &
Hight, T.L. 1998. Interpersonal forgiving in close relationship : II. theoritical
elaboration and measurement. Journal of Personality and Social Psychology.
Vol. 75. No. 6. p 1586-1603.
McCullough, M., Worthington, E.L., dan Rachal, K.C. 1997. Impersonal forgiving in
close relationships. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 73.
No. 2. p 321-336.
Santrok, W. 2003. Adolesence (perkembangan remaja). Jakarta: Erlangga
Sarwono, S.W. 1998. Psikologi sosial Jilid II. Jakarta : Rajawali
Suneni, Deni. 2006. Hubungan antara empati dengan kemampuan interaksi sosial
pada remaja di SMU Islam Pujon Malang. (Skripsi, Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur
Sears, D. O, Freedman, J.L., & Peplau, L.A., 1999. Psikologi sosial Jilid 1.
(Terjemahan). Jakarta : Erlangga.

Volkmann, R. Jeffrey., (2006). A longitudinal analysis of the forgiveness process in
romantic relationships (Dissertation submitted in partial fulfillment of the
requirements for the degree of Doctor of Philosophy at George Mason
University).
Wardhati.
2006.
Jurnal
psikologi
fatur.staff.ugm.ac.id/file/psikologi pemaafan.pdf).

pemaafan.

(http://

Winarsunu, Tulus. (2007). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan.
Malang : UMM Press.
Winarsunu, Tulus. (2004). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan.
Malang : UMM Press.
Yusnovalia, Antin. 2011. Forgiveness pada istri yang suaminya berselingkuh.
(Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa
Timur.
Zuriah, Nurul. (2006). Metodologi penelitian sosial dan pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Zechmeister, J.S., & Romero, C., 2002. Victim and offender accounts of
interpersonal conflict : autobiographical narratives of forgiveness and
unforgiveness. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 82. No. 4,
p 675-686
http://www.fakta dan alasan selingkuh.html, diakses 24 April 2011.
http://www.psikologiums.net/modules.php?name=News&file=article&sid=30,
diakses 27 juli 2011
http://www.untukku.com.html, diakses 30 Maret 2011.
http://www.perselingkuhan.html, diakses 12 Februari 2011
http://www.Hicow.com, diakses 4 Februari 2012
http://bolgs.wulandiniramadhanty.com, diakses 4 Februari 2012
http://www.getoutdoors.com, diakses 4 Februari 2012