“Kehidupan dan Kepribadian KH Ahmad Dahlan yang Mencerahkan”

HUMANIORA
ESAI FILM SANG PENCERAH

“Kehidupan dan Kepribadian
KH Ahmad Dahlan yang Mencerahkan”
EEN ROCHAENI / (MAHASISWA BAHASA INDONESIA ANGKATAN VI PPS UHAMKA)

w.

pd

fsp

litm
erg
er.
co
m)

membawanya ke dunia baru yaitu berdagang batik. Hal itu
dinikmatinya dengan senang, rupanya ia juga memiliki bakat

yang bagus dalam berdagang.
Setahun setelah pernikahannya, Ahmad Dahlan ditinggalkan
ibunya. Allah telah memanggil orang yang sangat dikasihinya itu
tepat setelah kelahiran putri pertamanya yang diberi nama Siti
Johanah. Bayi yang cantik dan mewarisi darah ulama dari ayah
bundanya. Setahun kemudian karena kondisi ayahnya yang
menghawatirkan, Ahmad Dahlan sepakat dengan saudarasaudaranya untuk menikahkan ayah mereka dengan ibu Raden
Khatib Tengah Haji Muhammad. Pernikahan itu berjalan mulus
dan menentramkan. Dahlan memperoleh adik baru dari pernikahan
tersebut yang diberi nama Muhammad Basyir.
Sya’ban tahun 1896, menjelang Ramadlan ayah Ahmad
Dahlan meninggal dunia, Ahmad Dahlan pun dikukuhkan menjadi
Khatib Masjid Gedhe oleh Sri Sultan menggantikan ayahnya. Saat
itu usianya baru 28 tahun. Masih teramat muda untuk menjadi
Khatib Amin di Masjid Gedhe. Jabatan itu menuntutnya untuk
senantiasa siap dalam melaksanakan tugas Khatib, di antaranya
adalah memberikan khutbah Jum’at di Masjid Gedhe. Pada waktu
khutbah pertama gilirannya, dengan berani Ahmad Dahlan
menyampaikan ketidak setujuannya terhadap tradisi yang
menyimpang dari syariat Islam. Beliau menegaskan bahwa Islam

adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Dahlan dengan lugas
mengatakan bahwa merahmati adalah mengayomi, melindungi,
membuat damai, tidak mengekang atau membuat takut umat,
atau membuat rumit dan berat kehidupan Muslim dengan upacaraupacara dan sesajen yang tidak pada tempatnya.
KH Ahmad Dahlan kembali menunaikan ibadah haji atas
fasilitas Sri Sultan. Sri Sultan menegaskan bahwa zaman
sekarang sudah berubah dari perang senjata menjadi perang
intelektual. Seperti di adegan awal ditegaskan bahwa Kauman
terlalu sempit untuk pemikiran seorang Ahmad Dahlan. Pada
kesempatan ini KH Ahmad Dahlan mengajak putra keduanya,
yaitu Siradj turut serta dalam perjalanannya ke Makkah. Di sana
beliau bertemu dengan Syaikh Rasyid Ridha yang semakin
memperkuat jiwa pejuangnya. Syaikh Ridha mengingatkannya
bahwa tradisi di belahan dunia mana pun pasti ada, bahkan bisa
jadi ketaatan masyarakat pada tradisi melebihi ketaatan pada
agamanya. Taklid buta, bid’ah, menggerogoti akidah umat. Di sisi
lain pergerakan dunia semakin cepat, banyak temuan teknologi
yang digunakan oleh dunia barat. Sementara umat Islam bersikap
masa bodoh karena teknologi banyak diciptakan oleh orang kafir,


De
mo
(

Vi
sit

htt
p:/
/w
w

Sang Pencerah merupakan film biografi kehidupan KH Ahmad
Dahlan dan perjuangaannya dalam mewujudkan Islam
berkemajuan. KH Ahmad Dahlan lahir pada tahun 1868 dengan
nama Muhammad Darwis. Anak keempat dari tujuh bersaudara.
Ayahnya bernama Kiai Haji Abu Bakar dan ibunya bernama Siti
Aminah. Beliau mendapat nama kehormatan Raden Ngabei
Ngabdul Darwis dari Sri Sultan karena kedudukan ayahnya yang
cukup tinggi di keraton Yogyakarta. Ayahnya juga merupakan

tokoh agama yang berwibawa dan masih keturunan dari Syaikh
Maulana Malik Ibrahim, penyebar agama Islam di Gresik pada
abad ke-15 yang juga merupakan salah satu dari 9 tokoh besar
Walisongo. Bahkan bila ditelusuri lebih jauh masih ada garis
keturunan dari Rasulullah saw dari jalur cucunya, yaitu dari
Hussain bin Ali bin Abu Thalib. Sedangkan ibunya adalah putri
dari seorang penghulu kesultanan yang terpandang yaitu Kiai Haji
Ibrahim. Muhammad Darwis memang lahir dari keturunan pemuka
agama di Yogyakarta saat itu.
Seperti remaja pada umumnya, Darwis mengalami juga
perasaan jatuh cinta pada lawan jenisnya. Siti Walidah adalah
gadis kecil yang menarik perhatiannya. Siti Walidah adalah anak
dari Kiai Haji Muhammad Fadlil. Kiai yang juga dikenal sebagai
pedagang kain batik. Walidah masih sepupu dengannya dari pihak
ibunya. Sebenarnya kedua orangtua mereka sudah berkeinginan
untuk menjodohkan keduanya, namun Darwis harus berangkat
ke tanah suci untuk menimba ilmu agama yang lebih mendalam
agar kelak ia bisa menggantikan kedudukan ayahnya sebagai
Khatib Masjid Gedhe dengan ilmu yang dimilikinya.
Kita bisa melihat bahwa sosok Muhammad Darwis memang

adalah anak yang cerdas, kritis, peka sosialnya, berani, dan pandai
bergaul. Darwis pun tergolong anak yang sabar, bisa mengelola
emosi dengan baik, berjiwa besar, serta memiliki jiwa
kepemimpinan yang tinggi.Tahun 1883 Muhammad Darwis
berangkat ke Makkah.Ia pulang kembali ke Yogyakarta pada
tahun 1888. Lima tahun belajar di Makkah pada teman-teman
bapaknya dan Syaikh dari negara lain. Sepulang dari Makkah
Muhammad Darwis berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Nama
yang diberikan gurunya pada ijazah kelulusan belajar dari Makkah.
Kemudian Ahmad Dahlan menikah dengan Siti Walidah. Saat itu
usianya menginjak 21 tahun sedangkan Walidah 17 tahun.
Pernikahan mereka dihadiri oleh para ulama yang sekaligus
dijadikan ajang pertemuan ulama se-Jawa. Sri Sultan
Hamengkubuwono beserta para kerabatnya berkenan menghadiri
pernikahannya. Menjadi menantu kiai yang juga pedagang
44

25 RABIULAWAL - 9 RABIULAKHIR 1432 H

HUMANIORA

KH Ahmad Dahlan sebagai hari lahirnya Muhammadiyah dihadiri
oleh kurang lebih 30 orang muridnya meskipun surat ijin berdirinya
Persyarikatan Muhammadiyah belum keluar. Beberapa hari
kemudian turun surat ijin berdirinya Muhammadiyah. Di situ
tercantum tanggal 18 Nopember 1912. Sabtu malam Minggu
terakhir di bulan Desember 1912 diumumkan kepada masyarakat
berdirinya Perkumpulan Muhammadiyah dihadiri oleh keluarga
besar KH Ahmad Dahlan dan undangan yang sedikitnya berjumlah
70 orang.
Di keraton Sri Sultan merasa senang dengan berdirinya
Muhammadiyah. Apalagi dipimpin oleh kiai muda, pintar, mudah
bergaul, dan merupakan keturunan Syaikh Maulana Malik Ibrahim.
Sri Sultan sangat terkesan dengan khutbah-khutbah KH Ahmad
Dahlan ketika menjadi khatib amin di Masjid Gedhe. Harapan Beliau
semoga lewat Muhammadiyah, kebesaran pribadi Kiai
Foto: WWW. GOOGLE.COM
Dahlan terdengar sampai di luar Kauman. Film dengan
durasi 112 menit produksi MVP Pictures ini tidak
membosankan untuk dinikmati. Hanung, sang sutradara
berhasil membuat kita ikut merasakan perjuangan

Ahmad Dahlan dalam adegan demi adegan. Tata musik
yang pas dengan suasana film membuat kita betah
menonton film ini.Sisi lain yang tak kalah menariknya
adalah setting tempat yang menggambarkan tahun 1800an. Yogyakarta yang dipilih sebagai lokasi, berhasil
disulap menjadi sebuah perkampungan Yogyakarta pada
tahun 1800-an. Sutradara muda kita ini mampu menghidupkan kembali suasana pada tahun tersebut dengan
mereka-ulang bangunan Masjid Agung Kauman, wilayah
keraton, stasiun Lempuyangan, bahkan sudut-sudut
Sebuah adegan dalam film “Sang Pencerah” yang memukau banyak penonton.
Kota Yogyakarta dengan sangat realistis.
Film ini sangat layak untuk ditonton umat Muslim. Kita bisa
Dahlan tertulis sebagai presiden Perkumpulan Muhammadiyah Sri
Sultan sangat senang dan lega. Beliau menyambut bahagia berguru pada KH Ahmad Dahlan dalam semua aspek kehidupankedatangan KH Ahmad Dahlan. Sri Sultan berpesan agar jangan nya. Pribadi yang sederhana dan kharismatik, mampu menggeraksampai Muhammadiyah kelak mengecilkan kedudukan Masjid kan umat untuk lebih maju. Beliau pasti akan sangat bersyukur
Gedhe Kauman. KH Ahmad Dahlan menjelaskan bahwa keduanya bila melihat kondisi Muhammadiyah saat ini. Sebuah organisasi
mempunyai fungsi yang berbeda. Fungsi Masjid Gedhe Kauman raksasa di bidang pendidikan dan sosial, bahkan kini merambah
tidak akan tergantikan oleh Muhammadiyah karena Masjid Gedhe ke segala lini kehidupan dengan banyaknya amal usaha
adalah tempat ibadah sedangkan Muhammadiyah adalah wadah Muhammadiyah. Namun Muhammadiyah tetap bernuansa
Islami.
untuk meningkatkan pendidikan umat.
Ada satu semboyan yang harus senantiasa diingat dan

Sri Sultan kemudian memerintahkan Patih Dalem untuk
meneruskan surat ijin pendirian Muhammadiyah kepada Kiai diamalkan oleh seluruh warga Muhammadiyah saat ini dan
Penghulu Kholil Kamaludiningrat. Keterbatasan Kiai penghulu seterusnya. Sebuah amanah yang cukup berat untuk
membedakan arti kata presiden membuat kesalahpahaman beliau. dilaksanakan. “Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari
Kiai penghulu mengira KH Ahmad Dahlan ingin menjadi residen. kehidupan di Muhammadiyah”. Demikian pesan Sang Maestro
Kiai Dahlan dianggapnya ingin menguasai umat Islam di kita, KH Ahmad Dahlan. Semoga kita bisa bersama-sama
Karesidenan Yogyakarta hingga membahayakan kedudukannya bergerak menuju masyarakat Islami untuk mewujudkan Islam
sebagai Raad Hukum Agama Masjid Gedhe. Setelah dijelaskan berkemajuan.l
Patih Dalem barulah Kiai Penghulu paham bahwa KH Ahmad
Dahlan mengajukan diri menjadi presiden (direktur atau kepala)
Rubrik Humaniora ini dipersembahkan oleh
Organisasi Muhammadiyah bukan residen. Kiai Penghulu merasa
malu dengan perilakunya selama ini kepada KH Ahmad Dahlan.
Kiai Penghulu meminta maaf atas semua kealfaannya pada KH
Ahmad Dahlan.
Akhirnya pada tanggal 12 Nopember 1912 ditetapkan oleh

De
mo
(


Vi
sit

htt
p:/
/w
w

w.

pd

fsp

litm
erg
er.
co
m)


maka menggunakan teknologi juga dianggap kafir.
Sekembalinya dari Makkah, maraknya Kristenisasi dan
rendahnya pemahaman ke-Islaman di kalangan priyayi membuat
KH Ahmad Dahlan mengembangkan peta sayap dakwahnya tidak
pada masyarakat jawa kebanyakan (abangan) saja. Tetapi juga
beliau mulai berhubungan dengan para nasionalis dan para priyayi.
KH Ahmad Dahlan kemudian bergabung dengan perkumpulan
Budi Utomo yang saat itu dipimpin DR Cipto Mangun Kusumo,
setelah sebelumnya beliau mengundurkan diri dari Khatib Masjid
Gedhe Kauman untuk kebaikan bersama.
Budi Utomo membantu KH Ahmad Dahlan dalam mengurus
ijin pendirian perkumpulannya. Permohonan itu kemudian sampai
pada Sri Sultan yang memang sudah mengharapkan kehadiran
suatu perkumpulan Islam sejak dulu. Melihat nama KH Ahmad

SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 96 | 1 - 15 MARET 2011

45