DAMPAK TERPAAN TAYANGAN (MASIH) DUNIA LAIN TERHADAP PERILAKU AUDIENCE SETELAH MENONTON TAYANGAN MISTERI

(1)

DAMPAK TERPAAN TAYANGAN (MASIH) DUNIA LAIN TERHADAP PERILAKU

AUDIENCE SETELAH MENONTON TAYANGAN MISTERI

(Studi pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2010 Kelas A)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Oleh :

MARTHADITYA

06220075

Dosen Pembimbing

1.

Nurudin, M.Si

2.

Dra. Tutik Sulistyowati, M.Si

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Marthaditya

NIM : 06220075

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Dampak Terpaan Tayangan (Masih) Dunia Lain Terhadap Perilaku Audience Setelah Menonton Tayangan Misteri (Studi Pada Mahasiswa UMM Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2010 Kelas A)

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

(Nurudin, M.Si) (Dra. Tutik Sulistyowati, M.Si)

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi


(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Marthaditya

NIM : 06220075

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Dampak Terpaan Tayangan (Masih) Dunia Lain Terhadap Perilaku Audiens Setelah Menonton Tayangan Misteri (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik UMM Angkatan 2010 Kelas A)

Telah Dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Dan Dinyatakan LULUS Pada Hari : Sabtu

Tanggal : 28 Juli 2012 Tempat : Ruang Dosen FISIP

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

(Dr.Wahyudi, M.Si)

Dewan Penguji:

1.Dra. Frida Kusumastuti, M.Si : (………)

2.Jamroji, M.Comm : (………)

3.Nurudin, M.Si : (………)


(4)

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Marthaditya

Tempat, Tanggal Lahir : Bengkulu, 12 Maret 1987 Nomor Induk Mahasiswa : 06220075

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa karya ilmiah (Skripsi) dengan judul:

Dampak Terpaan Tayangan (Masih) Dunia Lain Terhadap Perilaku Audience Setelah Menonton Tayangan Misteri. Studi Pada Mahasiswa UMM Jurusan Ilmu

Komunikasi Angkatan 2010 Kelas A

Adalah bukan karya tulis ilmiah (Skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan keteyuan yang berlaku.

Malang, 28 Juli 2012 Yang Menyatakan,


(5)

iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Marthaditya 2. NIM : 06220075

3. Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik 4. Jurusan : Ilmu Komunikasi

5. Konsentrasi : Audio Visual

6. Judul Skripsi : Dampak Terpaan Tayangan (Masih) Dunia Lain Terhadap Perilaku Audience Setelah Menonton Tayangan Misteri. (Studi Pada Mahasiswa UMM Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2010 Kelas A).

7. Pembimbing : 1. Nurudin, M.si

: 2. Dra. Tutik Sulistyowati, M.si 8. Kronologi Bimbingan

Tanggal Paraf

Pembimbing I

Paraf Pembimbing II

Keterangan

27 Juni 2011 Acc. Judul

20 September 2011 Acc. Proposal 28 September 2011 Seminar Proposal 17 November 2011

Acc. BAB I

12 Januari 2012 Acc. BAB II

24 April 2012

Acc. BAB III dan IV

16 Juli 2012

Acc. Seluruh Naskah


(6)

v

ABSTRAK

Marthaditya, 06220075

DAMPAK TERPAAN TAYANGAN (MASIH) DUNIA LAIN TERHADAP PERILAKU AUDIENCE SETELAH MENONTON TAYANGAN MISTERI

(xv68 hal + 3 tabel + 5 gambar + 17 lampiran) Bibliografi : 12 buku, 6 sumber lain

Pembimbing : 1. Nurudin, M.si

2. Dra. Tutik Sulistyowati, M.si

Kata Kunci : Terpaan Tayangan Masih Dunia Lain, Terhadap Perilaku Audience Setelah Menonton Tayangan Misteri

“(Masih) Dunia Lain” merupakan suatu acara misteri yang memberikan informasi tentang aktifitas alam gaib bagi audience-nya. Tayangan ini merupakan tayangan yang telah ada pada 2002 yang kemudian berhenti tayang pada tahun 2004. Dan saat ini program tayangan misteri ini kembali tayang di televisi dengan nama program acara baru “(Masih) Dunia Lain”. Tayangan ini memiliki isi pesan yang ingin disampaikan kepada audience jika alam nyata dan alam gaib itu memang hidup berdampangan tanpa ada unsur saling mengganggu jika dapat saling menghargai elemen kehidupan. Program tayangan ini juga mengajakan audience untuk turut serta berpartisipasi menjadi peserta uji nyali, untuk merasakan aktifitas alam gaib ditempat-tempat yang telah ditentukan oleh tim produksi selama dua malam berturut-turut sejak pukul 12 dini hari hingga pukul 4 pagi. Apabila peserta tersebut berhasil untuk melaksanakan uji nyali untuk berada ditempat yang mengandung unsur gaib tersebut, maka peserta tersebut akan mendapatkan hadiah sebesar Rp.2.000.000,00. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana dampak terpaan tayangan misteri “(Masih) Dunia Lain” terhadap perilaku sosial audience dengan menjadikan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Komunikasi angkatan 2010 sebagai subyek penelitian.

Untuk menentukan dampak terpaan tayangan yang dihasilkan setelah menonton tayangan misteri tersebut maka perlu diperhatikan penggunaan media oleh khalayak yang meliputi jumlah waktu yang digunakan, jenis isi media serta hubungan antara khalayak dengan isi media yang dikonsumsi atau media secara keseluruhan. Jumlah waktu meliputi frekuensi dan durasi tayangan. Yang kemudian dikaitkan dengan teori selektivitas yang meliputi; selective attention (memilih memperhatikan pesan tertentu), selective perception (memilih mempersepsi pesan tertentu), selective recall (memilih mengingat pesan tertentu),


(7)

vi dan selective action (memilih membuat tindakan tertentu). Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian terhadap subyek dilakukan untuk menemukan dampak terpaan tayangan setelah menonton tayangan misteri “(Masih) Dunia Lain”.

Tipe penelitian yang digunakan didalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dengan menjadikan mahasiswa jurusan komunikasi angkatan 2010 kelas A Universitas Muhammadiyah Malang sebagai subyek penelitian. Teknik penentuan subyek dengan cara Purposive Sampling. Dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik wawancara. Analisis data menggunakan model terjalin dan interaktif dengan tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dalam menikmati acara “(Masih) Dunia Lain”, subyek terlebih dahulu harus memiliki ketertarikan dan memiliki tingkat keberanian yang besar untuk dapat menjadikan acara tersebut sebagai suatu tayangan yang menghibura dan informatif. Sehingga dapat memahami inti dari pesan yang disampaikan melalui tayangan (Masih) Dunia Lain. Dari hasil penelitian terhadap subyek, peneliti juga menemukan subyek yang tidak dapat menerima tayangan tersebut sebagai suatu acara yang menghibur dan informatif. Hal ini dikarenakan subyek tersebut tidak memiliki ketertarikan dan tingkat keberanian yang tinggi untuk mendapat informasi tentang dunia misteri.

Malang, 21 April 2012 Penulis

Marthaditya

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II


(8)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas limpahan berkah dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul DAMPAK TERPAAN TAYANGAN (MASIH) DUNIA LAIN TERHADAP PERILAKU AUDIENCE SETELAH MENONTON TAYANGAN MISTERI (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2010 Kelas A).

Skripsi ini disusun oleh penulis sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.Ikom) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam skripsi ini penulis tertarik dan membahas tentang dampak dari terpaan tayangan misteri (Masih) Dunia Lain terhadap perilaku sosial audiensnya.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Oleh Karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah S.W.T. atas semua berkah yang telah Engkau berikan, dan dengan ijin-Mu pula akhirnya saya bisa menyelesaikan Skripsi.

2. Bapak DR. Muhadjir Effendy, M.AP selaku rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Bapak Dr.Wahyudi,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Ibu Dra. Frida Kusumastuti selaku Dosen Penguji I, Terima Kasih Untuk Kehadirannya dalam sidang skripsi saya selaku penulis dan peneliti. 5. Bapak Jamroji M.Comm selaku Dosen Penguji II, Terima Kasih Untuk

Kehadirannya dalam sidang skripsi saya selaku penulis dan peneliti. 6. Bapak Nurudin, M.Si selaku Ketua jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang dan selaku pembimbing I penulis, terimakasih atas masukan-masukannya selama membimbing penulisan skripsi saya.

7. Ibu Dra. Tutik Sulistyowati, M.Si selaku pembimbing kedua penulis, terimakasih atas waktu yang diluangkan dan kesabarannya dalam membimbing, terutama atas nasehat-nasehat yang diberikan kepada penulis.

8. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang atas ilmu yang telah diberikan selama ini.


(9)

viii 9. Teman seperjuangan: Sonny+Oliph, Andika+Inez, Ridwan+Pakd, Hangga,

Samid, Fatkur, Degiz.

10.@GapuroCoffee yang slalu menyediakan kopi dan tempat terbaik!

Penulis berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Namun, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Dikarenakan kesempurnaan hanyalah milik Tuhan semata. Oleh karena itu, kritik dan saran penulis harapkan dari seluruh pihak yang membaca. Pada akhirnya penulis berharap agar karya ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, 28 Juli 2012


(10)

ix

DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 4

C.Tujuan Penelitian ... 4

D.Manfaat Penelitian ... 5

E.Fokus Penelitian ... 5

F.Tinjauan Pustaka ... 6

1.Komunikasi Massa ... 6

2.Televisi ... 7

3.Efek Media Massa Pada Perubahan Perilaku Khalayak ... 19

4.Teori / Konsep ... 22

G.Definisi Konseptual ... 25

1.Terpaan Tayangan ... 25

2.Pengertian Perilaku... 26

H.Metode Penelitian ... 27

1.Tipe dan Pendekatan Penelitian ... 27

2.Subyek Penelitian ... 28

3.Teknik Penentuan Subyek Penelitian ... 29

4.Teknik Pengumpulan Data... 29

5.Teknik Analisis Data ... 30

6.Keabsahan Data ... 33

Bab II Gambaran Umum Subyek Penelitian A.Sejarah Umum Trans7 ... 34


(11)

x C.Trans7 Sebagai Pemberi Informasi Kepada Audiens Tentang Dunia

Mistik ... 37

D.Program Acara Reality Show (Masih) Dunia Lain Trans7... 38

E.Respon Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2010 Kelas A terhadap Tayangan Misteri ... 40

F.Sejarah Umum Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang ... 41

G.Visi, Misi, dan Tujuan Ilmu Komunikasi Universitas MuhammadiyahMalang ... 42

Bab III Penyajian Data A.Identitas Subyek Penelitian ... 44

B.Penyajian Data ... 46

1.1.Pengalaman Subyek Terhadap Dunia Mistik ... 46

1.2.Dampak Terpaan Tayangan Terhadap Perilaku sosial Audiens ... 53

2.Tanggapan Subyek Tentang Acara (Masih) Dunia Lain…………. ... 57

3.Manfaat Tayangan Misteri (Masih) Dunia Lain Terhadap Audiens .. 71

C.Keterkaitan Dengan Teori Selektivitas ... 75

Bab IV Penutup A.Kesimpulan ... 78

B.Saran ... 80

Daftar Pustaka Lampiran Daftar Gambar Gambar Logo Trans7……….35


(12)

xi Gambar 1 Host (Masih) Dunia Lain... 39 Gambar 2 Peserta Uji Nyali sebelum melakukan tahap pengujian nyali .. 39 Gambar 3 Peserta yang mengikuti uji nyali... 39 Gambar 4 “Penampakan” yang terekam kamera ketika uji nyali ... 39

Daftar Tabel

Tabel 1 Identitas Subyek Penelitian ... 41 Tabel 2 Pemahaman Subyek / Audiens ... 74 Tabel 3 Pengaruh Acara Misteri (Masih) Dunia Lain Terhadap

Subyek/Audiens………...……..74

Daftar Lampiran

Guide interview

Hasil wawancara dengan Fariz Ghassan 19 November 2011 Hasil wawancara dengan Octamario 19 November 2011 Hasil wawancara dengan Aspuryadi 22 November 2011

Hasil wawancara dengan Hafidz Baharuddin Noor 23 November 2011 Hasil wawancara dengan Aditya Rachman 23 November 2011


(13)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Baron, Robert A. & Byrne, Donn. 2005. Psikologi Sosial. Jakarta. Penerbit

Erlangga

Darwanto. 2007. Televisi Sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar

Dayakisni, Tri & Hudainah. 2003. Psikologi Sosial. Malang. UMM Press

Davis, Howard & Walton, Paul. 2010. Bahasa, Citra, Media. Yogyakarta.

Jalasutra.

Hamidi. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Malang : UMM Press

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. PT

Remaja Rosdakarya

Nurudin. 2003. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada

Rivers, William L. 2004. Media Massa dan Masyarakat Modern. Jakarta :

Prenada Media

Syahputra, Iswandi. 2011. Rahasia Simulasi Mistik Televisi. Jogjakarta : Pustaka

Pelajar

Tim Reality. Kamus Terbaru Bahasa Indonesia. Surabaya : Reality Publisher

Wahjudi, J.B. 1986. Media Komunikasi Massa Televisi. Bandung : Alumni

Wirodono, Sunardian.2006. Matikan TV-mu Teror Media Televisi Indonesia.

Yogyakarta : Resist Book


(14)

Sumber Pendukung:

http://www.trans7.co.id/frontend/home/view/309

http://www.mytrans.com/program/1/3/61/masih-dunia-lain http://dunialain.multiply.com/

http://mhakicky.blogspot.com/2011/01/fenomena-tayangan-mistik-di-media.html http://edukasi.kompasiana.com/2012/04/09/


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Televisi adalah media yang mentransmisikan gambar dan suara disaat yang bersamaan. Selain itu, televisi juga merupakan media yang tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga dapat membentuk sikap penonton, baik kearah positif ataupun negatif. Penonton (audience) adalah sasaran media komunikasi melalui siaran televisi karena bersifat heterogen, sehingga masing-masing memiliki kerangka acuan (frame of reference) yang berbeda antara satu dan lainnya. Mereka berbeda bukan saja dalam usia dan jenis kelamin, tetapi juga dalam latar belakang sosial dan kebudayaan. Sehingga pada gilirannya berbeda pula dalam pekerjaan, pandangan hidup, dan lain sebagainya.

Televisi juga merupakan media audio visual yang mampu merebut 94% saluran, yang mampu dalam menyampaikan pesan-pesan atau informasi kedalam jiwa manusia melalui mata dan telinga. Dwyer (1988) mengatakan, televisi mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar dilayar televisi, walaupun hanya sekali ditayangkan. Secara umum orang akan mengingat 85% dari apa yang mereka lihat di televisi setelah 3 jam kemudian dan 65% setelah 3 hari kemudian. Namun perlu diingat bahwa telivisi hanyalah sebagaian dari sekian banyak faktor diluar diri individu yang akan berpengaruh pada perubahan perilaku, dibandingkan faktor lainnya selain televisi.


(16)

2 Ada dua alternatif bagi televisi dalam menayangkan suatu program acara. Yaitu tayangan acara yang memang ditujukan untuk perubahan sikap penonton dan tayangan acara yang hanya selintas memberikan hiburan tanpa bertujan untuk mengubah sikap pemirsa (Kuswandi, 1996: 103). Dalam hal ini pembuat program acara televisi harus menyeleksi program acara yang ditayangkan dan memantau dampaknya sekaligus dengan melihat feed back yang muncul dari pemirsa. Untuk mencapai perubahan sikap dan membenuk perilaku pemirsa, televisi dapat menggunakan metode penyangan yang berulang-ulang dengan kemasan acara yang bersifat dialogis. Salah satu tayangan yang bersifat dialogis adalah tayangan reality show.

Didalam program tayangan televisi, dapat ditemui program-program yang bertema mistik dan juga bersentuhan dengan alam gaib. Tingkatan keinginan penonton mencerna makna dari tayangan tersebut dapat dipertanyakan. Karena setiap individu pasti memiliki ketakutan tersendiri ketika mendengar hal-hal yang bersentuhan dengan dunia gaib dan bertema mistis tersebut. Namun bagaimana pengaruh dari tayangan-tayangan misteri tersebut terhadap penonton, masih perlu diselidiki lebih lanjut. Apakah dapat memberikan efek positif atau justru memberikan efek negatif setelah penonton menyaksikan tayangan-tayangan misteri tersebut.

Contoh kasus seperti tayangan bertema mistik “(Masih) Dunia Lain”. Tayangan ini pernah menjadi tayangan andalan distasiun televisi TRANS TV pada tahun 2003 dengan judul acara “Dunia Lain”. Dan kini telah kembali tayang distasiun TRANS7 dengan format acara baru, dan menambahkan kalimat “Masih”


(17)

3 didepan “Dunia Lain”, yang menandakan jika “(Masih) Dunia Lain” telah tayang kembali dan merupakan lanjutan dari tayangan yang sudah ada sebelumnya dan dengan format yang baru.

(Masih) Dunia Lain adalah program acara Trans7 yang tayang pada hari Kamis, pukul 23.30. (Masih) Dunia Lain merupakan reality show yang mengajak para penonton atau masyarakat untuk melakukan suatu tantangan dalam membuktikan bahwa adanya dunia gaib. Dengan cara mendatangi dan membuktikan aktivitas paranormal selama dua hari ditempat yang dirasakan memiliki suasana mistis yang kuat. Hal tersebut juga berdasarkan konsep acara. Jika peserta yang bersedia untuk melakukan test tersebut, akan menempati suatu tempat yang telah ditentukan oleh para kru selama 4 jam. Dimulai pukul 00.00 sampai 04.00. Dengan setiap gerakannya dan tingkah laku peserta selama menjalani tantangan akan terekam kamera yang telah dipasang dilokasi “uji nyali”. Apabila peserta tantangan merasa tidak mampu menjalankan tantangan tersebut, maka peserta tinggal melambaikan tangan ke kamera dan para kru akan menjemput peserta tantangan. Dan peserta akan diganti dengan peserta lainnya yang berminat. Namun apabila peserta tidak menemukan kendala berarti dihari pertama tantangan “uji nyali” maka kegiatan tersebut akan dilakukan kembali dihari berikutnya. Dan apabila peserta telah melaksanakan tantangan tersebut selama dua hari berturut-turut, maka akan mendapatkan hadiah berupa uang sebesar Rp.2.000.000,00.

Tayangan ini hanya menggambarkan kegiatan peserta yang beruji nyali untuk membuktikan bahwa dunia lain itu memang ada. Dan kehadiran mahluk


(18)

4 gaib tersebut dibuktikan dengan kegiatan gaib seperti kayu jatuh, suara misterius, hingga timbul bayangan-bayangan yang tertangkap kamera. Sehingga dapat dikatakan, jika inti dari tayangan tersebut adalah ingin menjelaskan kepada penonton bahwa dunia lain itu memang ada. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang memiliki tingkat keberanian yang rendah atau penakut. Apakah penonton tersebut masih dapat menikmati unsur hiburan dari tayangan misteri tersebut?

Sehingga berdasarkan hal tersebut, saya sebagai peneliti ingin melakukan mengadakan penelitian mengenai “DAMPAK TERPAAN TAYANGAN (MASIH) DUNIA LAIN TERHADAP PERILAKU AUDIENCE SETELAH MENONTON TAYANGAN MISTERI (Studi Pada Mahasiswa UMM Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2010 Kelas A)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah tayangan misteri “(Masih) Dunia Lain” berdampak terhadap perilaku audiens ?

2. Apakah tema acara misteri berdampak terhadap minat audiens untuk menonton tayangan tersebut ?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari tayangan-tayangan yang bertema misteri terhadap perilaku audience setelah menonton tayangan misteri.


(19)

5 Serta bagaimana audience mampu menerima suatu tayangan misteri dan menjadikannya sebagai media hiburan.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti-peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian terhadap perilaku sosial penonton setelah menyaksikan tayangan misteri. Apakah berdampak positif atau berdampak negatif.

2. Manfaat Praktis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat membantu audience dalam menentukan program acara yang mendidik dan mampu mencerna inti dari suatu program tayangan televisi yang disaksikan.

E. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui beberapa hal seperti dibawah ini: 1.1. Pengalaman subyek terhadap dunia mistik

1.2. Dampak terpaan tayangan “(Masih) Dunia Lain” terhadap perilaku audience dalam menonton tayangan misteri

2. Tanggapan subyek tentang acara “(Masih) Dunia Lain” a. Pemahaman subyek tentang acara “(Masih) Dunia Lain” b. Pengaruh jam tayang terhadap minat menonton


(20)

6 d. Penilaian subyek tentang acara “(Masih) Dunia Lain”

3. Manfaat tayangan mistik “(Masih) Dunia Lain” terhadap audiens

F. Tinjauan Pustaka 1. Komunikasi Massa

Ada berbagai macam pendapat tentang pengertian komunikasi massa. Ada yang menilai dari segi segmen khalayaknya dari segi medianya dan ada pula dari sifat pesannya. Tetapi pada dasarnya komunikasi massa dapat didefenisikan proses yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khlayak melalui alat-alat mekanis seperti media cetak atau surat kabar, radio, televisi, dan film.

Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan oleh Jhon R Bitnner (1980:10), komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media pada sejumlah orang. Gerbner (1967) juga memperinci karakteristik komunikasi massa; komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berdasarkan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkelanjutan serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.

Michael W Gamble dan Teri Kwal Gembe mendefinisikan komunikasi massa jika komunikasi massa mencakup elemen-elemen sebagai berikut:

1. Komunikator dalam komunikasi mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan serta cepat kepada khalayak luas dan tersebar


(21)

7 2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan

pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagai pegertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengatahui sama sekali.

3. Pesan adalah publik. Artinya pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh orang banyak

4. Sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan, atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya tidak berasal dari seseorang, tapi dari suatu lembaga.

5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper. Artinya, pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan, dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa

6. Feed back dalam komunikasi massa bersifat tertunda.

Maka dapat disimpulkan, komunikasi massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak dan cepat kepada audience yang bersifat luas dan heterogen. Kelebihannya, media massa adalah merupakan ruang dan waktu, dan mampu menyebarkan pesan hampir pada waktu yang tak terbatas.

2. Televisi

a) Pengertian Televisi

Istilah televisi berasal dari dua istilah. Yaitu “Tele” berarti jauh. Dan “Visi” yang berarti penglihatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa televisi adalah suatu media audiovisual atau perpaduan antara radio dan film. Sebagai


(22)

8 media audiovisual yang memiliki kelebihan dimana gambar yang dapat bergerak dan terdapat suara dan warna yang menjadi keunggulan dari media televisi. Sehingga memberikan kesan lebih hidup, dan mampu dinikmati dengan baik oleh audience.

Televisi memiliki sisi positif dan sisi negatif didalam hal menikmati salah media massa tersebut. Dimana pada sisi positifnya, televisi dapat dilihat dan didengar oleh audience disaat yang bersamaan. Sehingga penonton terkadang merasa lebih dekat dengan apa yang mereka saksikan ditelevisi. Dan terkadang mampu memberikan informasi yang mendidik. Sedangkan sisi negatifnya, audience diharuskan untuk lebih cakap dalam menyaring tayangan yang mereka tonton. Karena tidak semua hal yang diinformasikan oleh media televisi merupakan suatu informasi yang cenderung untuk mengubah kepribadian seseorang jika tidak mampu mencerna makna tayangan yang ditonton.

b) Ciri – Ciri Televisi

Ciri-ciri televisi yang menonjol adalah sebagai berikut:  Pesan bersifat aktual

 Bisa dilihat oleh beberapa orang, meskipun tidak berada dalam suatu ruangan yang sama

 Dapat mendapat informasi yang diinginkan dengan meyaksikan suatu tayangan yang sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan


(23)

9

c) Fungsi Televisi

Sebagai media audio visual, televisi dinilai sebagai media yang paling berhasil dalam menyebarkan informasi, cerita atau segala sesuatu yang disampaikan lebih menarik dan menyenangkan pemirsa jika dibandingkan dengan media komunikasi lainnya seperti media cetak dan radio.

Menurut Effendi (1993 : 24), bahwa fungsi televisi sebagai sub sistem negara dan pemerintah dimana stasiun televisi. tersebut berlokasi, maka, sifat dan fungsi pokok televisipun akan berbeda, dan fungsi pokok itu adalah:

1. Fungsi Penerangan (The Information Function)

Fungsi ini terdapat pada media massa audio visual yang mempunyai dua faktor yaitu Immediacy dan realism. Immediacy mengandung pengertian langsung dan dekat; peristiwa yang disiarkan oleh stasistem televisi dapat dilihat dan didengarkan oleh para pemirsa pada. saat peristiwa berlangsung.

2. Fungsi Pendidikan ( The Educational Function)

Sebagai media komunikasi massa, televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyelesaikan acara pendidikan bagi khalayak yang jumlahnya begitu banyak dan stimulant.

3. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function)

Fungsi hiburan pada televisi sangat melekat dan dominan, dan sebagian siaran televisi diisi oleh acara acara hiburan. Hal tersebut dikarenakan ada layar televisi dapat ditampilkan gambar hidup


(24)

10 serta suaranya bagaikan kenyataan dan dapat dinikmati oleh semua khalayak.

Seperti halnya media massa pada umumnya, televisi memberikan pengaruh atau efek media. Ditinjau dari sasaran komunikasi dari media massa, setiap manusia menerima pesan dari media massa apakah itu surat kabar, majalah, radio, televisi atau film akan menimbulkan reaksi yang berbeda-beda.

De Fleur berpendapat bahwa individu dalam menerima pesan-pesan dari media massa apakah itu berbentuk berita, pendidikan, hiburan atau iklan, akan memberikan reaksi pada pesan-pesan tersebut, yaitu berupa:

a. Selective attention, adalah masing-masing individu akan memilih program atau berita yang menarik minat.

b. Selective retention, dimana individu hanya mengingat hal-hal yang diingat.

Dari sini dapat diambil kesimpulan, pesan yang disampaikan melalui media massa akan diterima oleh individu berdasarkan kepentingan individu itu sendiri, ditafsirkan dan diingat dengan kepentingan makna pesan bagi individu. Media massa mempunyai efek yang sangat besar terhadap manusia. Donal K. Robert menyatakan bahwa adanya anggapan bahwa efek merupakan perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa. Efek pesan media massa meliputi aspek-aspek sebagai berikut :


(25)

11 a. Efek kognitif adalah yang ditimbulkan pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. b. Efek afektif lebih tinggi kadarnya dari pada efek kognitif. Disini

tujuan komunikator bukan hanya sekadar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya; menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya. c. Efek behavioral, yakni efek yang timbul pada komunikan dalam

bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan (Effendy, 1993 : 6).

d) Audience Televisi

Audience dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, pemirsa dari berbagai media atau komponen isi. Pada awalnya, audience merupakan sekumpulan penonton drama, permainan dan tontonan, yaitu penonton pertunjukan yang telah mengambil berbagai bentuk yang tidak serupa dalam peradaban dan tahapan sejarah.

Audience juga merupakan pertemuan publik yang berlangsung dalam rentang waktu tertentu dan terhimpun bersama oleh tindakan individual untuk memilih sesuai dengan harapan tertentu dalam menikmati, mengakui, mempelajari, merasa gembira, tegang, kasihan atau legs. Audience juga bisa atau memang dapat dikendalikan oleh pihak yang berwenang dan karenanya merupakan bentuk perilaku kolektif yang dilembagakan (McQuail, 1987:201-202).


(26)

12 Karakteristik audience komunikasi massanya diantaranya, (a) terdiri atas individu-individu yang memiliki pengalaman yang sama dan terpengaruh oleh hubungan sosial dan interpersonal yang sama. (b) berjumlah besar (Quantity – Charles Wright), (c) Heterogen, (d) Anonim dan (e) tersebar, baik dalam konteks ruang dan waktu.

e) Program Acara Televisi

Program acara televisi merupakan mata acara yang disiarkan oleh stasiun televisi. Baik bersifat tayang harian, mingguan, atau bulanan. Program acara televisi juga dikategorikan menjadi tiga jenis. Yaitu; berita, non berita (hiburan) dan iklan. Program berita harus mengandung unsur-unsur aktual, dan bersifat informasi yang baru. Karena berita harus mengandung makna fakta, faktual, dan waktu yang tepat untuk disampaikan kepada masyarakat.

Menurut J.B Wahyudi, setiap program acara televisi yang akan disiarkan harus dibuatkan:

 Judul mata acara

 Kriteria atau batasan mata acara  Format atau bentuk penyajian  Durasi atau lama waktu siaran

Selain hal tersebut diatas, penentuan program acara televisi hendaknya memiliki landasan (Kurnianto, 2005:9) yang didasari oleh:


(27)

13  Landasan filosofi, kontitusi, dan operasional

 Hasil riset khalayak sebagai konsumen  Norma, etika, dan estetika yang berlaku  Kebijakan intern dan ekstern

Bagian pengelola dan perencanaan acara televisi harus tetap konsekuen dan konsisten membuat paket acara dengan tujuan yang jelas dan pasti. Serta diiringi tanggung jawab moral dalam melihat kondisi dan situasi pemirsanya (Kuswandi, 1996:100)

f) Reality Show

Reality show berasal dari kata televisi realitas, yaitu program televisi yang menyajikan situasi yang dramatis atau lucu namun tidak menggunakan naskah, merupakan kejadian yang sebenarnya (walau terkadang direncanakan), dan mengutamakan orang biasa dan bukan actor profesional. Dengan kata lain, reality show adalah suatu jenis program televisi yang menayangkan kehidupan seseorang dalam dunia nyata, bukan menampilkan tokoh ‘buatan’ yang diperankan oleh seorang aktor. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Reiss dan Wiltz, bahwa karakteristik reality television/reality show adalah orang biasa (bukan actor) sebagai karakter utama dalam program tersebut.

Sementara itu, menurut Enrico Situmorang, seorang sutradara, reality show adalah sebuah tayangan yang bersifat non fiksi, dalam artian kejadian yang sebenarnya tanpa rekayasa, yang direkam oleh kamera dan diracik semenarik


(28)

14 mungkin agar menjadi sebuah hiburan yang menarik untuk ditonton pemirsa televisi (dalam Nirmala, 2007).

Kepercayaan Pada Mistis

Kepercayaan menutur Nobbs (1980) adalah “suatu ide yang dipegang oleh seseorang bahwa sesuatu yang dipercayai benar atau nyata keberadaannya”. Nobbs menyatakan, bahwa sistem kepercayaan tidak dibatasi oleh kepercayaan religius saja, tetapi dapat meliputi kepercayaan terhadap apapun didunia ini, dan kepercayaan yang dipegan oleh seseorang secara mendalam mempengaruhi tindakan orang-orang yang memegangnya, hal ini diperkuat dengan tindakan simbolis penganutnya.

Dalam psikologi komunikasi, kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosiopsikologis. Hohler (1978) menjelaskan, kepercayaan sebagai “keyakinan bahwa sesuatu itu ‘benar’ atau ‘salah’ atas dasar bukti, sugesti otortitas, pengalaman, atau intuisi”. Melalui pengertian tersebut, Rakhmat (1991) menyimpulkan bahwa “kepercayaan dapat bersifat rasional atau irrasional dan kepercayaan memberikan perspektif pada manusia dalam mempersepsi kenyataan, memberikan dasar bagi pengambilan keputusan dan menentukan sikap terhadap objek sikap.”

Dari dua pengertian kepercayaan tersbeut, disimpulkan bahwa pengertian kepercayaan adalah suatu ide yang dipercayai kebenarannya dan keberadaannya berdasarkan bukti, sugesti otoritas, pengalaman dan intuisi. Baik kepercayaan tersebut bersifar rasional ataupun irrasional.


(29)

15 Kepercayaan tersebut diperkuat dengan tindakan simbolis orang yang menganut kepercayaan tersebut.

Sedangkan pengertian kepercayaan pada mistis adalah suatu ide yang dipegan seseorang tentang mistis yang dipercayai benar adanya. Dimana mistis didefinisikan sebagai hal-hal yang bersifat ghaib yang tidak terjangkau akal pikiran manusia, dan yang berhubungan dengan magis, ilmu gaib, kebatinan, takhayul, paranormal, makhluk halus, hantu, dan roh orang mati, dll. Ide yang dipegang secara mendalam atau kuat tentang mistis dapat mempengaruhi tindakan seseorang yang mempercayainya, yang diperkuat dengan tindakan simbolis penganutnya.

Reality Show Mistis

Reality Show mistis terdiri dari dua kata. Yaitu reality show dan mistis. Reality show dijelaskan sebagai “jenis tayangan faktual, yang merujuk pada program siaran yang menyajikan fakta non-fiksi” (pedoman Perilaku Penuiaran dan Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia, 2004). John Vivian (2004) mendefinisikan “reality show are buikt around actual people, not actors, in convrived situation with the viewer as a voyeur. The programs are non fiction in one sense, but the contexts in which the participants find themselves are highly artifical.”

Sedangkan mistis dalam kamus besar bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991) berarti hal-hal yang bersifat mistik. Mistik sendiri diartikan sebagai “hal-hal gaib yang tidak terhangkau dengan akal manusia yang biasa.” Dalam teori-teori mengenai azas religi dalam sejarah kesimpulan


(30)

16 bahwa mistis berkaitan dengan hal-hal yang bersifat gaib, supernatural, yang tidak dapat dijangkau oleh akal pikiran manusia. Mistis tersebut menyangkut kepercayaan terhadap makhluk-makhluk halus seperti dewa-dewa alam, roh nenek moyang, hantu, roh orang mati, animisme, spiritisme, dll.

Kata mistisme atau mistik dan sejenisnya juga berasal dari kata kerja yunani myein (menutup mata dan mulut seseorang), dari sana muncul misteri dan sejenisnya. Karena hal ini bukanlah sejenis secretism yang menolak membuka kebenaran, namun cara khusus untuk mengetahui sesuatu, dimana seseorang tidak tahu apa yang diketahui (McGinn, 2004).

Sedangkan hal-hal yang termasuk mistisme dijabarkan oleh Jalaludin (1997) dalam psikologi agama sebagai berikut:

1) Ilmu Gaib

Yang dimaksud dengan ilmu gaib disini adalah cara-cara dan maksud menggunakan kekuatan-kekuatan yang diduda ada dialam gaib, yaitu yang tidak dapat diamati oleh rasio dan pengalaman fisik manusia. Kekuaan-kekuatan gaib ini berada dan menjelma dalam tubuh manusia. Sejalan dengan keprcayaan tersbut timbullah fetisen, tempat keramat dan dukun sebagai wadah dari kekuatan gaib.

2) Magis

Magis adalah suatu tindakan dengan anggapan, bahwa kekuatan gaib bisa mempengaruhi duniawi secara nonkultus dan nonteknis berdasarkan kenangan dan pengalaman. Orang mempercayai bahwa karenanya orang dapat mencapai suatu tujuan yang dinginkannya dengan tidak memperlihatkan hubungan sebab akibat secara langsung antara perbuatan dengan hasil yang diinginkan.


(31)

17 3) Para Psikolog

Para (disampingi) – Psikolog, meleniti ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang: “Gejala-gejala jiwa yang terhadi tanpa peran pancaindera serta perubahan-perubahan yang bersifat fisik yang digerakkan oleh jiwa tanpa menggunakan kekuatan yang terkait dalam tubuh manusia.”

Gejala-gejala jiwa paranormal ini dimiliki seseorang berdasarkan anugrah dari Yang Maha Kuasa, tanpa dipelajari. Sehingga memiliki kemampuan melebihi gejala jiwa yang normal, berupa:

1) Kemampuan mengetahui suatu peristiwa sebelum terjadi (prognostis); telepati, ramalan, melihat tanpa dengan menggunakan mata dan lain-lain.

2) Kemampuan perubahan-perubahan tanpa menggunakan kekuatan yang terdapat dalam fisik; pengobatan, stigmatisasi (mengeluarkan darah dari tubuh tanpa merasa sakit), dan lain sebagainya.

Jika digabung, reality show mistis memiliki makna sebagai tayangan faktual yang merujuk pada program siaran yang menyajikan fakta non-fiksi tentang hal-hal yang bersifat gaib, supernatural, yang tidak terjangkau akal pikiran manusia biasa dengan segala bentuk mistis seperti ilmu gaib, magis, takhayul, kebatinan, paranormal, kepercayaan pada roh orang mati, hantu, dan lain-lain.

Tema Misteri didalam Pertelevisian

Tema acara misteri mulai banyak ditayangkan pada awal tahun 2000. Pada awal kemunculan tayangan misteri dikemas dalam bentuk komedi. Seperti


(32)

18 tayangan Tuyul dan Mbak Yul (RCTI) serta Jin dan Jun (RCTI) dapat dimasukkan kedalam tema misteri yang berbentuk tayangan komedi.

Kemudian tayangan reality show yang menampilkan penampakan makhluk halus atau alam gaib mulai menjadi program andalan bagi stasiun-stasiun televisi nasional. Jika pada tayangan misteri yang muncul pada awal tahun 2000 dikemas dengan nuansa komedi, tayangan misteri pada format reality sow menampilkan hiburan dalam bentuk sensai yang mendebarkan. Format tayangan misteri jenis ini merupakan tayangan misteri yang paling ekstrim karena disajikan secara vulgar penuh drama yang dibuat seperti nyata.

Program acara Dunia Lain merupakan program andalan bagi stasiun TRANS TV. Bagaimana tayangan ini pada awal kemunculan ditahun 2002 memberikan nuansa lain bagi tayangan pertelevisian dengan memberikan pengalaman untuk merasakan dan mengetahui keberadaan adanya makhluk gaib. Dan masyarakat diberikan kesempatan untuk merasakan aktivitas gaib tersebut. Itupun juga dengan iming-iming hadiah diakhir acara, apabila masyarakat yang mengambil kesempatan tersebut berhasil untuk melalui tantangan yang telah direncakan oleh pihak program acara tersebut. Yang menjadi pertanyaanya adalah, apakah masyarakat tersebut memang murni ingin mengatahui keberadaan alam gaib, atau hanya ingin mengikuti acara tantangan atau uji nyali tersebut dikarenakan ingin tampil ditelisi, dan mendapatkan hadiahnya saja. Juga, apakah audience murni menjadikan tayangan


(33)

19

3. Efek Media Massa pada Perubahan Perilaku Khalayak

Dalam kaitannya dengan siaran televisi, maka yang dimaksud dengan media massa disini adalah media massa yang bersifat periodik seperti surat kabar, majalah, radio, dan televisi. Media massa sendiri memiliki pengertian saluran atau media yang dipergunakan untuk mengadakan komunkasi dengan massa

Media massa terbagi atas dua bagian, yaitu media massa elektronik (televisi dan radio) dan media cetak (koran, majalah, dan sebagainya). Setiap media memiliki kelebihan masing-masing dalam mempengaruhi khlayak dalam bentuk perilaku (budaya). Tetapi pada dasarnya media massa merupakan satu institusi yang melembaga dan berfungsi untuk menyampaikan informasi kepada sasaran, agar tahu akan informasi (well informed).

Pengaruh adalah salah satu elemen dalam komunikasi yang sangat penting untuk mengetahui berhasil tidaknya komunikasi yang diinginkan. Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan (Stuart, 1998:14). Pengaruh dapat dikatakan tepat sasaran jika perubahan yang terjadi pada penerima sama dengan tujuan yang diinginkan oleh komunikator. Pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan persepsi dan perubahan pendapat. Adapaun yang dimaksud dengan perubahan sikap adalah adanya perubahan internal pada diri seseorang uyang diorganisir dalam bentuk prinsip, sebagai hasil evaluasi yang dilakukan terhadap suatu objek baik. Baik yang terdapat didalam atauapun diluar dirinya. Sedangkan yang dimaksud dengan perubahan perilaku adalah perubahan yang terjadi dalam


(34)

20 bentuk tindakan. Antara perubahan sikap dan perilaku terdapat hubungan yang erat. Sebab perubahan perilaku biasanya didahului oleh perubahan sikap. Tetapi dalam hal tertentu, bisa juga perubahan sikap didahului oleh perubahan perilaku.

Bentuk Perilaku

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dakam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).

Domain Perilaku

Diatas telah dijelaskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor - faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :


(35)

21 1. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007 hal 139)

Proses Tejadinya Perilaku

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni.

Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetanhuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku


(36)

22 tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting). Notoatmodjo, 2003 hal 122).

4. Teori / Konsep

Teori yang digunakan untuk menganalisa permasalahan penelitian adalah teori pengaruh selektivitas dan cultivation theory. Kedua teori ini menjelaskan adanya hubungan antara terpaan tayangan televisi dengan konsep berpikir serta perilaku masyarakat, tetapi dengan mempertimbangkan adanya proses sektivitas ditingkat pendidikan dan gender yang dapat mempengaruhi lemah kuatnya hubungan tersebut. lemah tidaknya hubungan tersebut juga dapat bergantung pada intensitas menonton masyarakat.

 Teori Pengaruh Selektivitas

Berdasarkan teori yang dijelaskan oleh DeFleur dan Ball-Rokeach dalam Rakhmat (1991, p; 2004), terdapat tiga kerangka teoritis yang didasarkan pada pertemuan khalayak dengan media. Salah satu diantara ketiga kerangka itu adalah teori penggolongan sosial. “Penggolongan sosial tersebut didasarkan pada pengelempokoan individu yang memiliki golongan sejenis” (Liliwei, 1991, p; 121), contohnya jenis kelamin, pendidikan, tingkat pendapatan, tempat tinggal, dll. “Teori ini berasumsi bahwa dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok sosial, yang reaksinya pada stimuli tertentu cenderung sama” (Jalaludin Rakhmat, 1991. P;204).

“Dalam kajian pengaruh media massa, nampaknya selalu diasumsikan beroperasi dalam konteks hubungan antara stimulus di satu


(37)

23 pihak (misalnya isi pesan) dengan respon perubahan dipihak lain (perubahan kognitif, afektif, konatif) dalam menanggapi pesan itu” (Liliweri, 1991, p; 145

Dalam teori pengaruh selektivitas terdapat beberapa prinsip. Terutama bagaimana khalayak merespon pesan-pesan suatu media massa yang menurut Tan (1981) dalam Alo Liliweri (1991) melalui: (a) selective attention (memilih memperhatikan pesan tertentu); (b) selective perception (memilih mempersepsi pesan tertentu); (c) selective recall (memilih mengingat pesan tertentu); (d) selective action (memilih membuat tindakan tertentu). Secara singkat keempat prinsip tersebut dijelaskan seperti berikut:

a. Selevtive attention

“Keanggotaan seseorang pada berbagai kelompok sosialpun ikut berpengaruh pada pilihan pesan. Misalnya pada pendidikan tertentu, mereka cenderung memilih untuk memperhatikan pesan-pesan yang sama”

b. Selective perception

“Seseorang memiliki perbedaaan dalam karakteristik psikologi, orientasi sub budaya, jaringan sosial keanggotaan akan menginterpretasi isi media yang sama dengan cara-cara yang berbeda”


(38)

24 c. Selective recall

“Prinsip dari selective recall menekankan bahwa cenderung memilih pesan yang padanya paling berkesan”.

d. Selective action

“Tindakan adalah akhir dari suatu efek konatif/behavioral. Sebelum bertindak biasanya seseirang harus memperhatikan pesan secara seksama, memahami pengertiannya secara mendalam kemudian mengingat betul-betul isinya. Semua respon ini akan tergantung pada pengaruh variabel sela, yaitu variabel kognitf, kategori budaya kelompok, maupun seseorang dengan orang lainnya. Jadi pengaruh media pada akhirnya mengakibatkan orang cendering memilih bertindak dengan cara-cara tertentu”.

Berdasarka teori ini, memang terdapat hubungan antara terpaan tayangan reality show mistik dengan kepercayaan masyarakat pada mistis, tetapi lemah kuatnya hubungan tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor selektivitas seperti jenis sosial dan sub budaya.

Cultivation Analysis

Penelitian Cultivation Analysis dimulai pada akhir tahun 1960, yang memusatkan perhatiannya diawal pada dampak menonton kekerasan di televisi terhadap perilaku kekerasan dalam masyarakat. Penelitian ini


(39)

25 menurut Signorielli adn Morgan (1990) “It represent a particular set of theoritical and methodological assumptions and procedures designed to asses the contributions of television viewing to people’s conceptions of social reality”. (Cultivaton Analysis mewakili satu set khusus asumsi dan prosedur dan metode yang didesain untuk memilai kontribusi menonton televisi terhadap konsep orang-orang untuk relitas sosial). “There is general (though not universal) acceptance of the conclusion that there are statiscal relationship between how much people watch television and what they think and do”. (Secara umum (meskipun tidak secara universal) dapat disimpulkan bahwa Cultivation Analysis menjelaskan secara statistik ada hubungan antara seberapa banyak atau jumlah orang yang menonton televisi dengan apa yang dipikirkan dan melakukan.

Berdasarkan teori kultivasi ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kontribusi seseorang dalam menonton tayangan reality show misteri dengan apa yang dipikirkan dan dilakukan orang tentang mistis.

G. Definisi Konseptual 1. Terpaan Tayangan

Terpaan tayangan menurut Rosengren (1974) dalam Rakhmat (2001, p; 66) diartikan sebagai penggunaan media oleh khalayak yang meliputi jumlah waktu yang digunakan, jenis isi media serta hubungan antara khalayak dengan isi media yang dikonsumsi atau media secara keseluruhan. Jumlah waktu meliputi


(40)

26 frekuensi dan durasi tayangan. Pengertian yang sama juga diberikan Ardianto dan Erdinaya (2004), terpaan tayangan dihubungkan dengan pengertian penelitian terpaan media (media exposure) yaitu:

Penelitian yang berusaha mencari data khalayak tentang penggunaan media. Baik jenis media, frekuensi penggunaan maupun durasi penggunaan (longevity). Frekuensi penggunaan media mengumpulkan data khalayak tentang intensitas khalayak dalam menonton sebuah jenis tayangan televisi, apakah itu program harian, mingguan, bulanan atau tahunan. Sedangkan pengukuran durasi penggunaan media menghitung berapa lama khalayak bergabung dengan suatu media (berapa jam sehari); atau berpa lama (menit) khalayak mengikuti suatu program (audience’s share on program).

2. Pengertian Perilaku

Dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku Manusia” Drs. Leonard F. Polhaupessy, Psi. Perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika seseoang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku. Ia sedang membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, didalam tubuh manusia.


(41)

27 Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing.

Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia dari manusia itu sendiri yang mempunyai arti yang sangat luas. antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Sehingga dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo 2003 hal 114).

H. Metode Penelitian

1. Tipe dan Pendekatan Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Apabila dilihat dari arti harfiahnya, dapatlah dimengerti bahwa penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang menggambarkan situasi dan kondisi apa adanya tanpa penambahan.

Penelitian ini mencoba menggambarkan tentang dampak terpaan tayangan misteri (Masih) Dunia Lain terhadap perilaku audiens berdasarkan perspektif budaya komunitas yang memiliki perbedaan pemikiran dalam menyikapi tentang


(42)

28 dunia mistis. Hal ini juga tak lepas dari keberagaman etnis budaya dan kepercayaan tentang dunia mistis yang ada sebelumnya. Yang kemudian pada penelitian ini menjadikan mahasiswa jurusan Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2010 kelas A, sebagai subyek penilitian.

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di sekitar wilayah kampus Universitas Muhammadiyah Malang. Pemilihan lokasi ini didasarkan merupakan tempat dimana subyek penelitian melakukan aktivitas perkuliahan sehingga nantinya akan lebih memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian. Universitas Muhammadiyah Malang memiliki jurusan Ilmu Komunikasi, dimana mahasiswanya diharapkan dapat menghargai tentang permasalahan yang bersifat audio visual.

Subyek penelitian di sini adalah mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2010 kelas A. Peneliti memilih mahasiswa angkatan 2010, karena merupakan mahasiswa yang baru melakukan masa peralihan dari jenjang sekolah ke jenjang perkuliahan. Dan dapat dikatakan jika pola pikir mereka masih dalam konsisi pencarian jati diri. Sehingga menarik untuk dieksplorasi akan pengaruh tayangan mistik terhadap perilaku mereka.


(43)

29

3. Teknik Penentuan Subyek Penelitian

Dalam penentuan subyek penelitian ini digunakan teknik wawancara yang dilakukan kepada mahasiswa Ilmu Komunikasi kelas A, angkatan 2010 Universitas Muhammadiyah Malang.

Untuk menentukan subyek dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Purposive Sampling, sampling purposive merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyo no. 2001: 61). Proses penentuan subyek penelitian diawali dengan pengamatan dilapangan penelitian hingga pengambilan keputusan untuk menjadikan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2010 kelas A sebagai sampel populasi dengan jumlah 30 orang, dengan berdasarkan syarat berikut:

a. Menonton tayangan (Masih) Dunia Lain yang tayang di Trans7.

b. Adanya faktor yang mempengaruhi audience dalam menonton tayangan (Masih) Dunia Lain, baik faktor pengalaman terhadap dunia misteri maupun faktor lingkungan.

Yang kemudian peneliti melakukan wawancara kepada 30 sampel tersebut dan mendapatkan 6 orang sebagai subyek penelitian yang dianggap membantu di dalam penelitian ini. Dengan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian tersebut.


(44)

30

4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara dalam pengumpulan data, yang kemudian dari hasil wawancara tersebut ditarik kesimpulan tentang dampak terpaan tayangan.

Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2000:135). Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Teknik wawancara ini dipilih oleh peneliti untuk menggali informasi sekaligus mencari jawaban dari informan tentang bagaimana program Reality Show "(Masih) Dunia Lain".

5. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah karena dengan analisis, data dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Menurut Lexy J. Moleong (2001:103) “Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”.

Dari rumusan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data yang diperoleh. Lebih lanjut Lexy J. Moleong (2001:104) menjelaskan bahwa “Pengorganisasian dan


(45)

31 pengelolaan data tersebut bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif”.

Analisis penelitian kualitatif biasanya dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data yang dilakukan dilapangan. Sedangkan model analisis yang peneliti gunakan adalah model terjalin atau interaktif. Miles dan Huberman (1992:16) mengemukakan bahwa “Kami anggap bahwa analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi”. Kegiatan utama dalam analisis data adalah tahap pengumpulan data yang kemudian menyatu dengan ketiga kegiatan tersebut di atas. Ketiga alur kegiatan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari fieldnote. Proses reduksi data berlangsung secara terus menerus sepanjang pelaksanaan penelitian, bahkan prosesnya diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan data, artinya reduksi data sudah berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan (meski mungkin tidak disadari sepenuhnya) tentang kerangka kerja konseptual, melakukan pemilihan kasus, menyusun pertanyaan penelitian, dan juga menentukan cara pengumpulan data yang digunakan. Berpijak dari penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa reduksi adalah bagian dari proses yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga akan mempermudah dalam


(46)

32 menarik kesimpulan akhir.

2. Sajian Data

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan dapat dilakukan serta disusun secara logis dan sistematis sehingga bila dibaca, akan bisa lebih mudah dipahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahamannya. Kedalaman dan kemantapan hasil penelitian sangat ditentukan oleh kelengkapan sajian datanya.

3. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Dari awal pengumpulan data, peneliti sudah harus memahami apa arti dari berbagai hal yang ditemui dengan melakukan pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola, pertanyaan-pertanyaan, konfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat, dan berbagai proposisi. Pada dasarnya kesimpulan awal sudah dapat ditarik sejak pengumpulan data. Kesimpulan-kesimpulan mungkin tidak muncul sampai pengumpulan data berakhir. Hal ini sangat tergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan pengkodeannya, penyimpanan, metode pencarian ulang yang digunakan, dan kecakapan peneliti. Kesimpulan-kesimpulan juga harus diverifikasikan. Jadi bukan berarti sesudah dilakukan penarikan kesimpulan merupakan final dari analisis karena pada dasarnya makna-makna yang muncul dari data-data harus diuji kebenarannya, yaitu yang


(47)

33 merupakan validitasnya. Sehingga dalam hal ini peneliti siap dan mampu bergerak di antara kegiatan tersebut.

Jadi dapat dikatakan bahwa analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus, saling susul-menyusul antara proses yang satu dengan proses yang lain.

6. Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data dengan cara menggunakan teknik triangulasi. Teknik Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2000: 178). Teknik Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi sumber data, yaitu menggali kebenaran tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Dalam penelitian mengenai acara reality show “(Masih) Dunia Lain” ini, yang dilakukan oleh peneliti dalam metode triangulasi sumber data adalah membandingkan berbagai pendapat dari 6 subyek penelitian.

Jadi, triangulasi berarti cara terbaik menghilangkan perbedaan-perbedaan kontruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Maka peneliti dapat melakukan dengan jalan mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan, mengeceknya dengan berbagai sumber data, dan memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan.


(1)

dunia mistis. Hal ini juga tak lepas dari keberagaman etnis budaya dan kepercayaan tentang dunia mistis yang ada sebelumnya. Yang kemudian pada penelitian ini menjadikan mahasiswa jurusan Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2010 kelas A, sebagai subyek penilitian.

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di sekitar wilayah kampus Universitas Muhammadiyah Malang. Pemilihan lokasi ini didasarkan merupakan tempat dimana subyek penelitian melakukan aktivitas perkuliahan sehingga nantinya akan lebih memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian. Universitas Muhammadiyah Malang memiliki jurusan Ilmu Komunikasi, dimana mahasiswanya diharapkan dapat menghargai tentang permasalahan yang bersifat

audio visual.

Subyek penelitian di sini adalah mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2010 kelas A. Peneliti memilih mahasiswa angkatan 2010, karena merupakan mahasiswa yang baru melakukan masa peralihan dari jenjang sekolah ke jenjang perkuliahan. Dan dapat dikatakan jika pola pikir mereka masih dalam konsisi pencarian jati diri. Sehingga menarik untuk dieksplorasi akan pengaruh tayangan mistik terhadap perilaku mereka.


(2)

3. Teknik Penentuan Subyek Penelitian

Dalam penentuan subyek penelitian ini digunakan teknik wawancara yang dilakukan kepada mahasiswa Ilmu Komunikasi kelas A, angkatan 2010 Universitas Muhammadiyah Malang.

Untuk menentukan subyek dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

Purposive Sampling, sampling purposive merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyo no. 2001: 61). Proses penentuan subyek penelitian diawali dengan pengamatan dilapangan penelitian hingga pengambilan keputusan untuk menjadikan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2010 kelas A sebagai sampel populasi dengan jumlah 30 orang, dengan berdasarkan syarat berikut:

a. Menonton tayangan (Masih) Dunia Lain yang tayang di Trans7.

b. Adanya faktor yang mempengaruhi audience dalam menonton tayangan (Masih) Dunia Lain, baik faktor pengalaman terhadap dunia misteri maupun faktor lingkungan.

Yang kemudian peneliti melakukan wawancara kepada 30 sampel tersebut dan mendapatkan 6 orang sebagai subyek penelitian yang dianggap membantu di dalam penelitian ini. Dengan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian tersebut.


(3)

4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara dalam pengumpulan data, yang kemudian dari hasil wawancara tersebut ditarik kesimpulan tentang dampak terpaan tayangan.

Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2000:135). Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Teknik wawancara ini dipilih oleh peneliti untuk menggali informasi sekaligus mencari jawaban dari informan tentang bagaimana program Reality Show "(Masih) Dunia Lain".

5. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah karena dengan analisis, data dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Menurut Lexy J. Moleong (2001:103) “Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”.

Dari rumusan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data yang diperoleh. Lebih lanjut Lexy J. Moleong (2001:104) menjelaskan bahwa “Pengorganisasian dan


(4)

pengelolaan data tersebut bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif”.

Analisis penelitian kualitatif biasanya dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data yang dilakukan dilapangan. Sedangkan model analisis yang peneliti gunakan adalah model terjalin atau interaktif. Miles dan Huberman (1992:16) mengemukakan bahwa “Kami anggap bahwa analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi”. Kegiatan utama dalam analisis data adalah tahap pengumpulan data yang kemudian menyatu dengan ketiga kegiatan tersebut di atas. Ketiga alur kegiatan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari fieldnote. Proses reduksi data berlangsung secara terus menerus sepanjang pelaksanaan penelitian, bahkan prosesnya diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan data, artinya reduksi data sudah berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan (meski mungkin tidak disadari sepenuhnya) tentang kerangka kerja konseptual, melakukan pemilihan kasus, menyusun pertanyaan penelitian, dan juga menentukan cara pengumpulan data yang digunakan. Berpijak dari penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa reduksi adalah bagian dari proses yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga akan mempermudah dalam


(5)

menarik kesimpulan akhir. 2. Sajian Data

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan dapat dilakukan serta disusun secara logis dan sistematis sehingga bila dibaca, akan bisa lebih mudah dipahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahamannya. Kedalaman dan kemantapan hasil penelitian sangat ditentukan oleh kelengkapan sajian datanya.

3. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Dari awal pengumpulan data, peneliti sudah harus memahami apa arti dari berbagai hal yang ditemui dengan melakukan pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola, pertanyaan-pertanyaan, konfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat, dan berbagai proposisi. Pada dasarnya kesimpulan awal sudah dapat ditarik sejak pengumpulan data. Kesimpulan-kesimpulan mungkin tidak muncul sampai pengumpulan data berakhir. Hal ini sangat tergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan pengkodeannya, penyimpanan, metode pencarian ulang yang digunakan, dan kecakapan peneliti. Kesimpulan-kesimpulan juga harus diverifikasikan. Jadi bukan berarti sesudah dilakukan penarikan kesimpulan merupakan final dari analisis karena pada dasarnya makna-makna yang muncul dari data-data harus diuji kebenarannya, yaitu yang


(6)

merupakan validitasnya. Sehingga dalam hal ini peneliti siap dan mampu bergerak di antara kegiatan tersebut.

Jadi dapat dikatakan bahwa analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus, saling susul-menyusul antara proses yang satu dengan proses yang lain.

6. Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data dengan cara menggunakan teknik triangulasi. Teknik Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2000: 178). Teknik Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi sumber data, yaitu menggali kebenaran tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Dalam penelitian mengenai acara reality show

“(Masih) Dunia Lain” ini, yang dilakukan oleh peneliti dalam metode triangulasi sumber data adalah membandingkan berbagai pendapat dari 6 subyek penelitian.

Jadi, triangulasi berarti cara terbaik menghilangkan perbedaan-perbedaan kontruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Maka peneliti dapat melakukan dengan jalan mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan, mengeceknya dengan berbagai sumber data, dan memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan.