serotonin yang selanjutnya akan mengembalikan pada posisi normoafek dan menghilangkan gejala somatiknya.
Untuk menjelaskan bahwa psikoterapi khususnya Logoterapi dapat menurunkan gejala hipertensi, maka perlu disampaikan kerangka konseptual perubahan somatik dan afektif
dihubungkan dengan psikoterapi Logoterapi yaitu:
1. Paradigma psikobiologi a. Pasien yang tidak diberikan psikoterapi
Suatu stresor merupakan impuls “emergency” yang berjalan ke atas dalam jalur sensorik menuju thalamus. Sinyal tersebut sedianya menuju Korteks sensorik, tetapi sebagian besar
sinyal tersebut dibajak dan dibelokkan menuju amigdala, hanya sebagian kecil saja yang terus menuju korteks sensoris untuk proses kognitif, kemudian berlanjut ke korteks
transisional untuk proses kognitif berikutnya Le Doux, 1998 Cit. Mulyata, 2005. Amigdala sebagai pusat yang terlibat dalam perubahan emosi, karena sinyal yang datang bersifat
darurat, Amigdala belum siap dan mengirim sinyal ke Hipotalamus, terutama ke Nukleus Paraventrikularis. Nukleus Hipotalami tersebut merespon sinyal darurat dengan melepas CRF
yang juga bersifat darurat, selanjutnya sinyal tersebut mengaktifkan Hipofisa dan Sistim Saraf Otonom Kaplan, 2004.
b. Pasien yang diberikan psikoterapi .
Sinyal kognitif berjalan ke otak melewati jalur sensorik, auditorik dan visual. Sinyal ini sifatnya tidak darurat, sesudah mencapai thalamus kemudian ke Korteks sensoris tanpa
mengalami pembajakan, terus berlanjut ke korteks transisional untuk proses kontrol kognitif. Sesudah proses di Korteks selesai, selanjutnya sinyal tersebut diproyeksikan ke
Hippokampus untuk disimpan sebagai memori, selain itu sinyal tersebut juga diproyeksikan
ke Amigdala serta organ lain yang terkait untuk diekspresikan ke luar. Sinyal kognitif tersebut memiliki kemampuan untuk menghentikan arus pembajakan sinyal darurat dari
korteks menuju Amigdala dan dari Amigdala menuju Hipotalamus. Dengan demikian sinyal yang berasal dari pemberian psikoterapi sesudah mencapai Korteks untuk proses kognisi, saat
diproyeksikan ke Hipokampus dan ke Amigdala sudah merupakan sinyal yang tertata baik, sedangkan sinyal darurat sudah terhambat dan hilang Le Doux, 1998 Cit. Mulyata, 2005,
c. Mekanisme Coping
Pada umumnya metode penurunan gejala depresi yang menggunakan tehnik pendekatan psikologis, bekerjanya dengan cara meningkatkan daya coping pasien terhadap stresor. Daya
coping sudah terbentuk sejak masa kanak-kanak, tetapi daya coping juga dapat dibentuk dan dikembangkan dengan cara pendidikan dan latihan, yang mana akan dihasilkan perubahan
persepsi terhadap stres Folkman Lazarus, 1988 Cit. Mulyata, 2005.
2. Paradigma Patofisiologi