Dialektika Pembangunan Kehutanan BAB I Parodi Kebijakan Kehutanan Sesuai

RESUME STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN Hal-hal yang mengundang investor untuk mendirikan HPH patungan ialah: 1. Sesungguhnya industri perkayuan adalah industri yang sangat rapuh tanpa penyangga kuat. 2. Keterkaitan historis HPH patungan dengan pengusaha pemilik eks-HPH yang dicabut atau tidak diperpanjang.

BAB III Dialektika Pembangunan Kehutanan

2 dua hal pokok dalam dialektika pengelolaan sumber daya alam termasuk rotan yakni: pertama ,masalah antroposentrisme dan ekosentrisme dengan berbagai variannya; serta kedua ,pendekatan moral dan rasional termasuk di dalamnya short-term self-interest dan positivistic. Paham antroposentrisme → acuan kubu developmentalist sedangkan paham ekosentrisme → acuan kubu deep green ekologi. Pendukung paham antroposentrisme : Worl Bank, ADB, ITTO, FAO dan semacamnya kalangan intelektual birokrat. Pendukung paham ekosentrisme : LSM lingkungan dan ecological scientist kalangan deep ecologist. Tolak ukur pembangunan berkelanjutan harus memenuhi tiga criteria, “ economically feasible”, “sosially acceptable”,“ecologically sustainable”. Kalangan developmentalist : melihat keberhasilan pembangunan dari indicator ekonomi konvensional. Kalangan deep ecologist : aktif bergerak dalam penyelamatan lingkungan. Susah untuk meggabungkan dua paham ini karena memiliki pandangan yang berbeda. Namun upaya kompromi perlu dilakukan. Ide kompromi tersebut bias dilihat pada pembagian zona zonasi Taman Nasional, yang meliputi : zona inti, yang tidak boleh dijamah; zona rimba, diperuntukkan bagi kepentingan penyelidikan; buffer zone, kawasan penyangga; zona pemanfaatan, boleh dilakukan pemanfaatan ekonomi secara terbatas. Mengelola sumber daya alam dengan mengedepankan pendekatan moral saja tidak cukup Karena setiap komunitas atau bahkan setiap individu mempunyai kepentingan yang berbeda terhadap sumber daya alam. Jelas disini bahwa positivistic mutlak diperlukan untuk mengendalikan self interest yang saling berbenturan. Berdasarkan kondisi obyektif kapabilitas Negara dan kekuatan modal sosial, memilih institusi yang optimal dalam pengelolaan sumber daya alam ialah: 8 RESUME STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN 1. Jika kapabilitas Negara rendah dan modal sosial juga rendah, sistem kotrak pengelolaan sumber daya alam seperti Hak Pengusahaan Hutan HPH adalah institusi yang baik. 2. Jika kapabilitas Negara tinggi sementara modal sosial rendah, BUMN dan sejenisnya adalah institusi yang terbaik. 3. Jika kapabilitas Negara rendah namun modal sosial tinggi, community based management adalah institusi terbaik. 4. Jika kapabilitas Negara tinggi dan modal sosial juga tinggi, co- management adalah solusi kelembagaan terbaik. Berdasarkan potensi hutan kita saat ini, sulit bagi industri kehutanan memenuhi keperluan bahan bakunya apabila hanya mengandalkan bahan baku legal. Dan inilah yang menjadi pemicu terjadinya pencurian kayu. Tiga cara yang mungkin ditempuh agar mesin industri tetap berputar pencurian kayu yaitu menadah kayu curian, perusahaan HPH menebang kayu di atas AAC Annual Allowed Cut, melakukan penebangan di luar batas areal konsesi yang dimiliki, merambah areal lindung. Langkah-langkah yang dapat digunakan untuk meminimalisasi pencurian kayu ialah segera dilakukan rekonsolidasi kelembagaan, penertiban aparat, dan penerapan peraturan secara tegas. Salah satu penyebab utama carut marut masalh pengelolaan hutan di Indonesia terutama paskareformasi bersumber dari ketidakjelasan property right akibat program retribusi Hak Pengusahaan Hutan HPH. Salah satu program pengelolaan partisipatif yang dikenal luas dan telah lama dipraktikkan di Indonesia adalah Perhutanan Sosial PS. Tujuan PS jangka panjang ialah memperbaiki kondisi lahan kritis, partisipatif masyarkat lokal dari dalam hutan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, dan konservasi sumber daya alam. Tujuan PS jangka pendek ialah pembentukan kelompok Tani Hutan KTH, peningkatan keberhasilan tanaman, dan peningkatan pendapatan anggota KTH. Capaian utama yang hendak dituju program PS: 1. Program PS harus melibatkan penduduk yang miskin dari yang miskin sebagai peserta program, 2. Meningkatakan pendapatan peserta PS. Kalangan yang skeptic terhadap program program partisipatif hanyalah bersifat normative yag dalam praktiknya hampir pasti gagal. Alasannya, setiap program yang dilaksanakan atas dasar keinginan masyarakat mayoritas yang awam adalah buruk. Kegagalan program PS disebabkan oleh kesalahan dalam memahami fenomena sosial di masyarakat dan kecenderungan peserta PS yang melihat keberhasilan 9 RESUME STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN lebih pada volume produksi tanpa terlalu memerhatikan aspek pasar dari komoditas yang dihasilkan. Ada enam paradox tentang pelaksanaan program PS: 1. Kelompok masyarakat termiskin justru terlewatkan 2. Kesenjangan ekonomi yang semakin melebar 3. Semakin lama mengikuti program kehutanan justru terjadi penurunan pendapatan 4. Pemberian insentif justru menurunkan motivasi berusaha 5. Pranata sosial menjadi terganggu akibat proyek pengentasan masyarakat miskin yang kurang tepat 6. Penyuluh pertanian kehutanan justru tidak memiliki lahan garapan.

BAB IV Tarif dan Strategi Pemasaran Hasil Hutan