7
1.2 Tinjauan Pustaka
Konflik merupakan bagian yang tidak terhindarkan dari kehidupan masyarakat. Konflik juga akan selalu ada pada setiap masyarakat karena konflik
merupakan gejala sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konflik berarti pertentangan atau percekcokan. Selanjutnya Dean G. Pruitt 2004 menyebutkan
pertentangan sendiri bisa muncul ke dalam bentuk pertentangan ide maupun fisik antara dua belah pihak yang berseberangan.
Kata konflik tersebut mengacu kepada perkelahian, perlawanan dan pertentangan dimana dua orang atau kelompok berusaha menyingkirkan pihak
lain dengan jalan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya Hendropuspito, 1989: 240. Coser dalam Suparlan, 1999 memaparkan bahwa
konflik adalah perjuangan antar individu atau kelompok untuk memenangkan sesuatu tujuan yang sama-sama ingin mereka capai. Dimana kekalahan dan
kehancuran dipihak lawan, merupakan tujuan utama yang ingin mereka capai. Dalam Teori Hubungan Masyarakat, Fisher menyebutkan bahwa konflik
disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, serta tidak adanya saling percaya dalam masyarakat yang melahirkan permusuhan di antara kelompok yang berbeda
dalam suatu masyarakat. Selain itu, penyebab konflik dalam masyarakat juga dapat disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Dalam teori
kebutuhan manusia, Fisher mengatakan bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia fisik, mental dan sosial yang tidak
terpenuhi atau dihargai. Hoult sebagaimana di kutip Wiradi 2000 menyebut konflik sebagai situasi proses interaksi antara dua atau lebih orang atau
Universitas Sumatera Utara
8
kelompok yang masing-masing memperjuangkan kepentingannya atas obyek yang sama, yaitu tanah dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah, seperti air
dan perairan, tanaman, tambang, dan juga udara yang berada di atas tanah yang bersangkutan.
7
Dalam Teori Pertukaran Sosial dikatakan bahwa perilaku manusia dalam interaksi sosial merupakan aktivitas pertukaran antara imbalan reward dan biaya
cost. Pertukaran tersebut meliputi pertukaran yang kelihatan tangible exchange atau pertukaran yang tidak kelihatan intangible exchange.
Konflik yang terjadi dapat berupa konflik vertikal, yaitu antar pemerintah, masyarakat dan swasta, antar pemerintah pusat, pemerintah kota dan
desa, serta konflik horizontal yaitu konflik antar masyarakat. Demikian halnya dengan Konflik yang terjadi antara PDAM Duri dengan
pelanggannya. Konflik yang dilatar belakangi oleh air ini dilakukan oleh pihak pelanggan dalam memperjuangkan haknya akan air yang sering kali tidak
terpenuhi oleh pihak PDAM Duri. Akan tetapi hal yang perlu ditekankan dalam kasus konflik disini adalah bukan kehancuran pihak lawan yang ingin dicapai,
namun pencapaiannya justru lebih kepada pemecahan konflik tersebut. Dimana masyarakat dapat memperoleh air bersih dengan lancar dan lebih maksimal.
8
7
“Konflik Sosial di Desa Kuta Rayat, Kecamatan Naman Teran Studi Deskriptif Tentang Konflik Perebutan Tanah Warisan” Dalam Skripsi Rosmalemna Tarigan 2010
8
Milan Zafiroski dalam Wirawan 2010:32 “Konflik dan Manajemen Konflik”
Pertukaran yang kelihatan, misalnya pertukaran barang dan jasa. Lebih dalam dikatakan bahwa
pertukaran dalam interaksi sosial berhubungan dengan pertukaran manfaat, yaitu memberikan kepada orang lain sesuatu yang lebih bernilai jika dibandingkan
dengan biaya yang dikeluarkan oleh pemberi dan terjadinya sesuatu yang timbal balik. Pertukaran timbal balik terjadi karena adanya saling ketergantungan antara
Universitas Sumatera Utara
9
pemberi dan penerima. Proses pertukaran tersebut diatur oleh hubungan timbal balik dan pertukaran tidak akan berlangsung jika ketentuan mengenai timbal balik
dilanggar sehingga memunculkan terjadinya konflik. Hal inilah yang terjadi pada PDAM Duri dan pelanggannya, dimana pertukaran timbal balik di antara
keduanya tidak berjalan lancar. timbal balik keduanya yang berupa hak dan kewajiban yang tidak berjalan sebagaimana mestinya hingga kemudian
menimbulkan konflik. Menurut LauraNader and Harry Todd konflik adalah tahapan dari proses
bersengketa disputing process. Menurutnya terdapat tiga tahapan dalam proses bersengketa, yaitu tahap pra-konflik, tahap konflik, dan Sengketa
9
Situasi “keluhan, perasaan diperlakukan tidak adil’ ini mengandung suatu potensi yaitu suatu potensi untuk meletus menjadi konflik atau justru mengendor.
Perasaan diperlakukan tidak adil dapat lebih memuncak dikarenakan oleh suatu konfrontasi, atau eskalasi justru terelakkan karena setara sengaja kontak dengan
lawan dihindari atau karena pihak kedua tidak member reaksi terhadap tantangan : Tahap pra-
konflik atau tahap keluhan, Mengacu kepada keadaan atau kondisi yang oleh seseorang atau suatu kelompok dipersepsikan sebagai hal yang tidak adil dan
alasan-alasan atau dasar-dasar dari adanya perasaan itu. Pelanggaran terhadap rasa keadilannya itu dapat bersifat nyata, atau imajinasi saja, tergantung pada persepsi
dari pihak yang merasakan ketidakadilan bersangkutan. Dalam hal ini, yang penting ialah pihak itu merasakan bahwa haknya dilanggar atau diamereka
diperlakukan dengan salah TO. Ihromi, 1993:209.
9
Ihromi 1993 “Antropologi Hukum Sebuah Bunga Rampai” Hal : 209
Universitas Sumatera Utara
10
yang diajukan. Dapat disebut bahwa cirri tahap ini adalah monadik Nader dan Todd, 1978:14. Bila pihak yang merasa haknya dilanggar memilih jalan
konfrontasi, serta melemparkan tuduhan kepada pihak pelanggar haknya, atau memberitahukan kepada pihak lawannya tentang keluhannya, maka keluhan
semula memasuki tahap konflik. Kedua belah pihak sadar mengenai adanya suatu perselisihan pendapat antara mereka. Tahap ini mempunyai cirri diadik dua pihak
berhadapan. Akhirnya tahap sengketa dispute dapat terjadi karena konflik mengalami eskalasi berhubung sebab adanya konflik itu dikemukakan secara
umum.
10
Situasi tidak adil yang dirasakan oleh pelanggan PDAM Duri dapat dilihat dari isi perjanjian baku yang ditandatangani oleh pelanggan. Perjanjian
bakustandar merupakan perjanjian yang mengatur hak dan kewajiban masing- masing pihak telah ditentukan dalam surat perjanjian itu sehingga calon konsumen
pelanggan hanya tinggal menandatangani formulir tersebut yang sebenarnya lebih banyak mengatur mengenai kewajiban-kewajiban pelanggan. Pada dasarnya
Hubungan hukum antara PDAM dengan pelanggannya saat transaksi jual beli air bisa dilihat dalam kesepakatan atau perjanjian berupa perjanjian baku
yang disepakati oleh pelanggan saat mendaftarkan diri menjadi pelanggan PDAM. Inilah hukum, mengacu kepada pendapat Griffith 1986 Hukum yang berlaku
adalah aturan atau norma yang benar-benar berlaku dan digunakan oleh individu- individu untuk mengatur hubungan-hubungannya dalam aktivitas-aktivitas dari
individu-individu itu sehari-hari, tanpa peduli dari mana hukum itu bersumber.
10
Ibid hal 209
Universitas Sumatera Utara
11
suatu perjanjian terjadi berlandaskan asas kebebasan berkontrak di antara dua pihak yang mempunyai kedudukan yang seimbang dan kedua belah pihak
berusaha untuk mencapai kesepakatan yang diperlukan bagi terjadinya perjanjian itu melalui suatu proses negosiasi di antara mereka PDAM dan Pelanggan.
Namun dewasa ini ada kecenderungan bahwa banyak perjanjian dalam transaksi bisnis yang terjadi dilakukan bukan melalui suatu proses negosiasi yang seimbang
di antara para pihak melainkan pihak yang satu telah menyiapkan suatu syarat baku pada suatu formulir perjanjian dan pihak lain tersebut untuk melakukan
negosiasi atau syarat-syarat yang disodorkan. Perjanjian yang demikian dapat disebut perjanjian baku atau standar.
11
Berikut isi perjanjian yang ditanda tangani oleh calon pelanggan PDAM Duri perjanjian baku
Hal ini tentunya sudah menyebabkan adanya ketidakadilan dalam hubungan keduanya. Melalui hal ini dapat dilihat
bahwa potensi konflik sudah terlihat sejak pertama kali seorang calon pelanggan mendaftarkan dirinya menjadi konsumen PDAM.
12
1. Setelah selesai pemasangan instalasi air minum, kami bersedia menjaga
dari kehilangan dan kerusakan terhadap peralatan sambungan rumah yang telah terpasang, dan apabila terjadi kehilangan dan kerusakan, maka biaya
penggantian peralatan menjadi tanggung jawab kami.
:
2. Setelah pemasangan kmi bersedia membayar rekening air secara rutin
setiap tanggal 5 sd 20 setiap bulannya.
11
Perlindungan Hukum bagi Konsumen Perusahaan Daerah Air Minum PDAM, Universitas DiponegoroTerdapat dalam Tesis Novi Hesti Lestari tahun 2003.
12
Sumber : Formulir isian calon Pelanggan PDAM Duri
Universitas Sumatera Utara
12
3. Apabila kami lalai terlambat membayar kewajiban selama 2 dua bulan
berturut-turut, maka kami bersedia menanggung resiko Pemutusan
Instalasi Pipa Dinas tanpa pemberitahuan dari PDAM.
4. Apabila terjadi hal-hal yang mengakibatkan pembongkaran sambungan
rumah karena sengketa milik tanah atau bangunan, maka kami tidak
menuntut apapun kepada PDAM Kabupaten Bengkalis Cabang Duri.
5. Jika terjadi perubahan jaringan pipa sambungan rumah yang tidak sesuai
dengan ketentuan yang telah diizinkan, maka sambungan pipa dinas dapat
dicabut tanpa ganti rugi.
6.
Kami bersedia mengikuti antrian yang ditentukan PDAM, yaitu :
a. Selambat-lambatnya………Minggu untuk dilakukan pemasangan
sambungan rumah
b. Tidak akan mendesak PDAM untuk melakukan pemasangan sebelum
batas waktu yang telah ditentukan.
7. Kami berjanji akan mematuhi segala ketentuan yang ditetapkan PDAM
Kabupaten Bengkalis Cabang Duri.
Dapat dilihat bahwa keseluruhan dari butir-butir perjanjian ini mengatur apa saja yang harus dipatuhi oleh pelanggan. Bahkan hak untuk menerima air pun
tidak dituangkan didalamnya.
Dalam tugasnya, PDAM diizinkan melakukan negosiasi dengan pihak swasta maupun non-swasta dalam mengembangkan layanan kepada masyarakat.
Menurut Ishack Rafick 2008:145, sejak memasuki dasawarsa 90-an PDAM di
Universitas Sumatera Utara
13
Indonesia terlihat gencar mengundang partisipasi swasta karena kewalahan melayani kebutuhan air bersih yang semakin meningkat. Negosiasi ini terjadi
karena semakin banyaknya permasalahan mengenai sumber air bersih yang ketersediaannya semakin sedikit serta jumlah kebutuhan yang semakin meningkat
setiap tahunnya. Selanjutnya Rafick menyatakan bahwa hubungan dengan pihak swasta dapat mempengaruhi pelayanan PDAM itu sendiri. Pihak ketiga yang hadir
dalam hubungan PDAM dengan konsumennya akan menimbulkan kesepakatan- kesepakatan baru yang tentunya berbeda dengan kesepakatan PDAM terhadap
konsumennya.
Situasi seperti ini secara potensial dapat menyebabkan terjadinya konflik. Hubungan PDAM dengan instansi lain bersamaan dengan hubungannya kepada
konsumen akan menimbulkan permasalahan baru. Seperti Di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, PDAM bekerja sama dengan Perusahaan Listrik Negara
PLN dalam mendistribusikan air ke seluruh pelanggannya, ketergantungan PDAM dengan Perusahaan Listrik Negara PLN menjadi faktor utama penyebab
distribusi air keseluruh konsumen di Kotim sering bermasalah.
13
13
Sumber : “PDAM Daerah Masih Andalkan PLN dan Rawan Masalah” yang ditulis oleh Maya Selvianidalam media lokal jaringnews.com.
Di Duri-Riau, Kabupaten Bengkalis, PDAM bekerja sama dengan PT. Chevron Pasific
Indonesia PT. CPI yang juga menyebabkan distribusi air kepada konsumen mengalami gangguan. Hal ini dimungkinkan karena adanya interaksi antara
http:jaringnews.comekonomisektor- riil33302pdam-daerah-masih-andalkan-pln-dan-rawan-masalah diakses tanggal 14 Juni
2013.
Universitas Sumatera Utara
14
hukum-hukum yang berlaku di antara pihak yang saling memiliki kesepakatan seperti PDAM dan pihak swasta, serta PDAM dan konsumennya.
Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi konflik juga dapat mempengaruhi interaksi konflik tersebut. Seperti hal nya emosi, emosi dapat
menyebabkan terjadinya konflik dan mempengaruhi proses interaksi konflik. Emosi adalah perasaan subjektif yang kompleks sebagai reaksi-kognitif dan
fisiologi atas suatu pengalaman yang mempengaruhi sikap dan perilaku. Emosi merupakan perasaan yang kompleks bisa berupa perasaan senang, tidak senang,
atau netral perasaan yang biasa-biasa saja. Emosi bila bersifat konstruktif atau destruktif; positif atau negative; dan
menyenangkan atau menyakitkan. Dengan demikian, emosi erat hubungannya dengan konflik. Emosi seseorang dapat bersifat destruktif dan menimbulkan
konflik. Orang yang tidak kurang memperhatikan persepsi orang lain. Orang yang emosionalnya sering irasional dan logika berpikirnya dipengaruhi oleh
emosinya. Ia menjadi egosentris atau egois. Keadaan ini menyebabkan terjadinya perbedaan pendapat atau konflik dengan orang yang berinteraksi dengan dirinya.
Emosi orang juga bersifat konstruktif untuk interaksi sosial. Seseorang yang emosionalnya keluar dapat menjadi altruistik menghindari konflik dalam
berinteraksi sosial. Emosi juga mempengaruhi interaksi konflik. Seseorang yang emosional dalam terlibat konflik menjadi irasional atau ilogikal. Oleh karena
terobsesi oleh ego dalam mencapai tujuannya, ia berupaya memenangkan konflik dengan menghancurkan lawan konfliknya.
Universitas Sumatera Utara
15
Konflik yang disebabkan karena tidak terpenuhinya kebutuhan pelanggan akan air bersih ini diikuti dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
interaksi konflik tersebut, seperti emosi. Emosi pelanggan yang meluap setelah hampir dua bulan sama sekali tidak menerima air bersih dari PDAM menjadikan
pelanggan agresif dalam mewujudkan emosinya tersebut. Situasi semacam ini disebut marah agresif Wirawan, 2010: 154. Simptom kemarahan yang
mengarahkan kemarahan dalam bentuk agresif fisik dan verbal. Berikut adalah perilaku-perilaku yang tergolong marah agresif dalam konflik:
• Mengancam. Menakut-nakuti lawan konflik dengan mengatakan
bahwa dapat melukai diri atau hak miliknya; menunjuk-nunjuk ke muka lawan konflik; mengacungkan kepalan tangan; memakai baju
atau symbol-simbol yang ada hubungannya dengan perilaku kekerasan; membuntuti lawan konflik; “menggas” mobil atau motor
keras-keras; membanting pintu dan menggebrak meja. •
Menyakiti. Menyakiti berupa kekerasan fisik; mendaprat, lelucon biasa dan vulgar, merusak percaya diri lawan, menggunakan bahasa kotor,
menyalahkan, menuduh, me-label-i orang lain serta mengutuk. •
Menggertak. Mengancam orang secara langsung, menganiaya, menghukum, atau menggeser dari jabatan, menggunakan kekuasaan
untuk menindas, berupanya menabrak orang, dan mengejek kelemahan orang.
• Menyalahkan tidak adil. Menyalahkan orang lain dan menuduh secara
membabi buta.
Universitas Sumatera Utara
16
Dalam merealisasikan strategi konfliknya, pihak yang terlibat konflik menggunakan taktik konflik. Taktik konflik adalah teknik yang mempengaruhi
lawan konflik untuk menghasilkan keluaran konflik yang diharapkan. Dalam menghadapi situasi konflik, pihak yang terlibat konflik dapat menggunakan
berbagai taktik konflik secara berurutan atau secraa bersam-sama. Di samping itu, taktik konflik dapat berubah setiap waktu tergantung situasi interaksi konflik.
Sebagai contoh, jika pihak yang terlibat konflik menggunakan taktik persuasif rasional tidak akan berhasil, ia akan menggunakan taktik mengancam dan
menekan. Taktik konflik itu sediri ditentukan pihak yang berkonflik, contoh: taktik menahan diri atau diam, taktik menangis dan menghimbau, serta taktik
mengancam. Keseluruhannya itu dilakukan untuk mencapai tujuan konflik keduanya.
Pada prinsipnya konflik sesungguhnya tidak bisa dihindari oleh siapapun, namun yang paling penting adalah bagaimana cara untuk menyelesaikan konflik
tersebut supaya ancaman dan bahaya sebagai akibatnya dapat dicegah secara dini. Menurut Nader dan Todd dalam tulisan Ihromi 1993 : 210-212 ada
beberapa tahap untuk mengatasi dan menyelesaikan terjadinya konflik, yaitu : 1.
Membiarkan saja lumping it : pihak yang merasakan perlakuan tidak adil, gagal dalam upaya menekan tuntutannya. Seseorang mengambil
keputusan untuk mengabaikan saja karena berbagai kemungkinan seperti kurangnya informasi mengenai bagaimana proses mengajukan keluhan itu
ke pengadilan, atau sengaja tidak diproses ke pengadilan karena
Universitas Sumatera Utara
17
diperkirakan bahwa kerugian lebih besar dari keuntungannya dalam arti materil maupun kejiwaan.
2. Mengelak avoidance: pihak yang merasakan dirugikan, memilih untuk
mengurangi hubungan-hubungan dengan pihak yang merugikannya atau sama sekali menghentikan hubungan tersebut.
3. Paksaan coercion: salah satu pihak memaksakan pemecahan pada pihak
yang lain. Tindakan yang bersifat memaksakan atau ancaman untuk menggunakan kekerasan, pada umumnya mengurangi penyelesaian secara
damai. 4.
Perundingan negotiation: dua pihak yang berhadapan merupakan pengambil keputusan. Pemecahan dari masalah yang mereka hadapi
dilakukan oleh kedua belah pihak, mereka sepakat, tanpa adanya pihak ketiga yang mencampuri.
5. Mediasi mediation: pemecahan suatu masalah dilakukan menurut
perantara. Dalam cara ini ada pihak ketiga yang membantu kedua belah pihak yang berselisih pendapat untuk menemukan kesepakatan. Pihak
ketiga ini dapat ditentukan oleh kedua pihak yang bersengketa, atau ditunjuk oleh pihak yang berwenang. Kedua pihak yang bersengketa tidak
harus menuruti atau setuju terhadap upaya mencari pemecahan oleh pihak ketiga atau mediator, tetapi harus setuju bahwa jasa-jasa dari mediator
akan digunakan dalam upaya pemecahan masalah.
Universitas Sumatera Utara
18
6. Arbitrase arbitration: dua pihak yang besengketa sepakat untuk meminta
perantara pihak ketiga, arbitrator, dan sejak semula telah setuju bahwa mereka akan menerima keputusan dari arbitrator itu.
7. Peradilan adjudication: pihak ketiga mempunyai wewenang untuk
mencampuri pemecahan masalah, lepas dari keinginan para pihak yang bersengketa. Pihak ketiga juga berhak membuat keputusan itu artinya
berupaya bahwa keputusan dilaksanakan. Menurut Kriekhoff dalam Ihromi 1993 : 225 cara-cara yang ditempuh
untuk menyelesaikan sengketa konflik antara lain dibahas oleh: 1.
S. Roberts 1979:57-59, yang mengemukakan tentang upaya-upaya seperti:
a Penggunaan kekerasan, yaitu langsung antar pribadi,
b Melalui upacara atau ritus, misalnya upacara adat,
c Mempermalukan, misalnya dengan sindirankiasan,
d Melalui makhluk-makhluk supernatural, misalnya dengan sampah
atau magic, e
Pengucilan f
Melalui pembicaraan yang terdiri dari : • Pembicaraan langsung negosiasi
• Pembicaraan tidak langsung atau dengan pihak ketiga, baik yang bertindak sebagai penengah atau penasehat
mediasimediator atau perantarago between maupun
Universitas Sumatera Utara
19
sebagai pihak ikut menyelesaikan arbitrasiarbitration dan peradilan adjudicator
2. P.H Gulliver dan L. Nader 1969, secara khusus membahas penyelesaian
sengketa dengan menekankan pada : a
Hasil yang diperoleh, dengan membedakan antara pola compromise vs decision kompromi vs keputusan atau negotiation
vs adjudication negosiasikesepakatan vs keputusan atau vonis hakim – menurut Gulliver.
b Para pihak yang terlibat atau pada model keputusan, yaitu L.
Nader mengikuti pola Aubert : • Hanya menyangkut dua pihak yang berkepentingan pola
dyadic atau bargain model • Dengan melibatkan pihak ketiga pola triadic atau court
model Sengketakonflik itu hal yang melekat pada hubungan sosial, sehingga: a
bila hubungannya erat, maka penyelesaiannya cenderung damai “win-win solution”; b bila hubungannya renggang, maka penyelesaiannya cenderung
adjudication semacam win - loose solution. Dalam konteks ini, juga ditelaah mengenai lembaga hukum Nader Todd, 1978; Bohannan, 1984 yakni:
lembaga yang digunakan oleh warga untuk menyelesaikan sengketa yang timbul di antara para warga dan merupakan alat untuk tindakan balasan counteract
setiap penyalahgunaan yang menyolok dan berat dari aturan yang ada pada lembaga lain dalam masyarakat. Tujuan menelusuri proses sengketa adalah untuk
Universitas Sumatera Utara
20
menemukan “inti sari” hukum. Berbagai kajian penyelesaian sengketa dari pelbagai masyarakat dan kebudayaan kemudian diungkapkan dan ditelusuri.
Karena penggunaan metode komparasi untuk berbagai penyelesaian sengketa semakin sering dan mendalam, akibatnya unsur-unsur kemajemukan pun semakin
terpupuk. Sementara itu, menurut Djaka Soehendera konflik conflict yang terjadi
pada kenyataannya tidak selalu menimbulkan hubungan-hubungan sosial yang disfungsional, terkadang konflik justru berfaedah untuk memelihara suatu
hubungan sosial Coser, 1964: 47; Coser, 1957: 227.
14
1.3 Rumusan Masalah