Konflik Antara Pdam Duri Dan Pelanggannya

(1)

KONFLIK ANTARA PDAM DURI DAN PELANGGANNYA

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 (S-1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

TETTI YUNITA GULTOM

090905038


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Tetti Yunita Gultom

Nim : 090905038

Departemen : Antropologi Sosial

Judul :Konflik Antara PDAM Duri dan Pelanggannya

Pembimbing Skripsi, Ketua Departemen,

Dr. Fikarwin Zuska Dr. Fikarwin Zuska

NIP. 196212201989031005 NIP.196212201989031005

Dekan,

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

NIP. 196805251992031002 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

KONFLIK ANTARA PDAM DURI DAN PELANGGANNYA SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau pernah diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, April 2014


(4)

ABSTRAK

Tetti Yunita Gultom, 2014. Judul skripsi: Konflik Antara PDAM Duri dan Pelanggannya. Skripsi ini terdiri dari 5 Bab, 97 halaman, 1 tabel dan 12 Gambar, 1 bagan, daftar pustaka, dan surat keterangan penelitian.

Tulisan ini mengkaji mengenai konflik antara PDAM dan Pelanggannya. Konflik ini terjadi karena tidak terpenuhinya kebutuhan pelanggan atas air yang dipercayakan kepada PDAM Tirta Dharma Cabang Duri. Air sebagai kebutuhan dasar manusia seringkali mencuat menjadi sebuah isu konflik ditengah-tengah masyarakat.

Penelitian ini dilakukan di Kota Duri Kecamatan Mandau yang berada di Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. PDAM Tirta Dharma Cabang Duri merupakan anak cabang dari PDAM Tirta Dharma Pusat Kabupaten Bengkalis yang beroperasi di Kota Duri untuk memenuhi kebutuuhan masyarakat akan air bersih.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif. Penulisan dilakukan secara holistik, berdasarkan Teknik Pengumpulan data yang digunakan ialah melalui wawancara dan observasi kepada pelanggan/masyarakat/pihak PDAM Duri serta semua orang yang memiliki pengetahuan tentang kasus konflik antara PDAM Duri dan Pelanggannya.

Permasalahan yang dibahas adalah bagaimana situasi konflik, penyebab terjadinya konflik/sumber-sumber konflik antara PDAM Duri dan pelanggan, serta upaya penyelesaian konflik antara PDAM Duri dan pelanggannya. Hasil dari penelitian di lapangan menunjukkan bahwa penyebab umum terjadinya konflik antara PDAM Duri dan pelanggannya adalah tidak terpenuhinya hak-hak pelanggan/masyarakat akan air bersih yang dipercayakan kepada PDAM. Selain itu wilayah ini terkenal dengan daerah sulit air, hal inilah yang menyebabkan terjadinya konflik antara PDAM Duri dan pelanggan. Sementara upaya penyelesaian konflik yang dilakukan oleh PDAM Duri dalam konfliknya dengan pelanggan adalah berupa kebijakan-kebijakan terkait pendistribusian air kepada pelanggan guna memenuhi kebutuhan air di masyarakat.

Kesimpulannya adalah konflik yang terjadi antara PDAM Duri dan pelanggan dikarenakan tidak terpenuhinya hak-hak pelanggan atas air. Konflik ini tidak selamanya berlangsung, dinamika konflik ini cenderung timbul dan tenggelam. Ketika kebutuhan air pelanggan/masyarakat terpenuhi baik dari alam maupun PDAM atau salah satu diantaranya maka konflik akan meredam, sebaliknya ketika kebutuhan masyarakat akan air tidak terpenuhi maka konflik akan muncul kepermukaan.


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, dan penuh rasa syukur. Skripsi ini berjudul Konflik Antara PDAM Duri dan Pelanggannya di Kota Duri Kecamatan Mandau.Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai Sarjana S1 Antropologi Sosial di Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan terima kasih dengan tulus dan sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Fikarwin Zuska selaku Dosen Pembimbing skripsi dan ketua Departemen Antropologi Sosial FISIP USU. Terima kasih atas bimbingan dan arahannya kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan kritik dan saran-sarannya guna kesempurnaan skripsi ini.

Selanjutnya, ucapan terima kasih juga saya ucapkan kepada: Bapak Prof. Dr. Badaruddin, selaku Dekan FISIP USU; Drs. Agustrisno MSP, selaku Sekretaris Departemen Antroplogi Soial FISIP U; Bapak Drs. Lister Berutu MA selaku ketua Laboratorium Antropologi Sosial FISIP USU dan kepada Bapak Nurman Achmad M.Soc.Sc selaku Dosen Penasihat Akademik selama menjalani perkuliahan di Antropologi Sosial FISIP USU; Para Dosen Departemen Antopologi Sosial, Staf Administrasi Departemen Antropologi, Staf Pegawai FISIP, Pegawai Perpustakaan FISIP dan Pegawai Perpustakaan USU.


(6)

Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua staf dan bagian dari PDAM Tirta Dharma Cabang Duri, kepada Bapak Irdan selaku Kepala Cabang PDAM Duri yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk melakukan penelitian, yang memberikan motivasi dan segala keramahannya saat saya berada di PDAM Duri. Terimakasih juga buat Bang Iwan Tambunan, Tulang Ansor hasibuan, Nantulang Heppy, Armen, Wak Kandar, Bapak Pungka Simanjuntak, Ibu Hafiza, Bg Razab, Ali, Bg Jul, Bg Udin, Bg Candra, Bapak Enri Johan, Bapak Dior Manullang, Tulang E Manalu, serta Tulang, terkhusus buat Alm. Bg Ramses yang sudah berpulang (semoga damai sejahtera melingkupi keluarga yang ditinggalkan).

Terimakasih yang mendalam saya ucapkan kepada seluruh informan yang sengaja saya samarkan namanya karena permintaan informan, terimakasih banyak karena mau mempersilahkan penulis masuk dan berbincang-bincang kerumah Ibu dan Bapak yang bersedia saya mintai informasi. Terimakasih buat Ante Desi, Ante Pinta, Ibu Sina, Abang besar, dan seluruh masyarakat Kota Duri yang telah membantu saya untuk menyiapkan karya ilmiah ini.

Terimakasih buat teman-teman seperjuangan antro 09 yang telah memberikan motivasi kepada saya, Rona Maria Girsang, Sentani, Marlyna, Bg Laung, Nelvi, Elisa, Halima, Bg Lalan, Sri Dani, Bg Edi Ricardo, Bg Edi 07, Kak Febri 08, dan teman-teman lainnya yang tak bisa disebut satu persatu.

Terkhusus ucapan terimakasih buat kedua orang tua saya Bapak Yan Roy Gultom dan Ibu N. Malau yang selalu mengajari saya, membimbing saya tanpa


(7)

lelah dan memberikan cintanya yang tulus kepada kami anak-anaknya. Terimakasih juga buat dukungan yang diberikan oleh ketiga adik-adikku yang tersayang Ester Lia Gultom, Martin Enrich Agave dan Efo Taruli Gultom . Saya persembahkan skripsi ini buat Ayah dan Mama tercinta. Saya juga menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan, untuk itu masukan-masukan dari berbagai pihak sangat saya harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya serta pihak-pihak yang memerlukan.

Medan, April 2014 Penulis


(8)

RIWAYAT HIDUP

Tetti Yunita Gultom, lahir pada tanggal 09juni 1992 diDuri. Anak pertama dari 4 (empat) bersaudara dari pasangan Bapak Yan Roy Gultomdan IbuN. Malau, beragama Kristen Protestan. Menyelesaikan pendidikan dasar di SDN025 Babussalam,pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Mandau,pada tahun 2006 dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 3 Mandau di Duri, Riau. Kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi dengan jalur SNMPTNdi Universitas Sumatera Utara Pada tahun 2009. Program Studi yang diambil adalah Ilmu Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Alamat email:

• Mengikuti Pelatihan “Training of Facilitator” angkatan I oleh Departemen Antropologi Sosial USU pada tahun 2012.

tetyyunitag@yahoo.com

Berbagai kegiatan yang dilakukan selama masa studi antara lain:

• Mengikuti seminar “ Ini Medan Demokrasi Bung” tahun 2011

• Mengikuti seminar Nasional “ Inventarisasi Kain Tenun, Hiou Simalungun tahun 2011

• Mengikuti seminar hasil penelitian “Kajian Untuk Perlindungan Ekspresi Keragaman Budaya” tahun 2012

• Mengikuti seminar “Draft Buku Sejarah Berdirinya Kabupaten Pakpak Barat” tahun 2013


(9)

• Anggota INSAN Antropologi Sosial FISIP USU sejak tahun 2009 hingga sekarang.


(10)

KATA PENGANTAR

Skripsi merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Dalam rangka memenuhi persyararatan tersebut penulis telah menyusun sebuah skripsi dengan judulKonflik Antara PDAM Duri dan Pelanggannya.

Skripsi ini berisi kajian mengenai konflik yang ditulis berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan masyarakat Kota Duri serta pihak PDAM Duri. Skripsi ini membahas mengenai penyebab terjadinya konflik antara PDAM dan pelanggannya terkait dengan tidak terpenuhinya hak-hak pelanggan akan air. Konflik ini terjadi karena adanya kelangkaan air bersih di tengah-tengah masyarakat Kota Duri yang diikuti juga dengan krisis air PDAM sehingga ketika hak-hak pelanggan yang tidak terpenuhi mencuat menjadi sebuah konflik di tengah-tengah hubungan keduanya.

Dinamika konflik yang timbul dan tenggelam menjelaskan bahwa konflik tidak selamanya berlangsung dalam hubungan antara PDAM dan pelanggannya. ketika kebutuhan akan air bersih terpenuhi baik itu dari alam ataupun PDAM atau bahkan salah satu diantaranya maka konflik tidak akan muncul ke permukaan, tetapi sebaliknya, ketika kebutuhan air tersebut tidak terpenuhi maka konflik akan muncul ke permukaan. Hal ini menunjukkan betapa air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia di bumi ini.


(11)

Pada tulisan ini, saya juga membuat daftar pustaka dan lampiran-lampiran

sepertisurat penelitian, serta gambar-gambar di lokasi penelitian.Saya yakin akan

adanya kekurangan dari skripsi ini, sehingga saya akan dengansenang hati menerima

saran, masukan, dan kritikan agar terciptanya suatu skripsi yangbaik dan berguna bagi

masyarakat. Demikian pengantar dari saya, semoga skripsi inibermanfaat

memberikan kontribusi demi kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, April 2014 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ...

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Tinjauan Pustaka ... 7

1.3Perumusan Masalah ... 20

1.4Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 21

1.5Metode penelitian ... 21

1.5.1 Observasi ... 22

1.5.2 Wawancara ... 22

1.5.3 Rangkaian Pengalaman di Lapangan ... 23

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN………... 28

2.1 Kondisi Umum Kecamatan Mandau ... 30

2.1.1 Kecamatan Mandau Secara Geografis ... 31

2.1.2 Perekonomian Kecamatan Mandau... 34

2.1.3 Fasilitas dan Infrastruktur ... 42

2.2Gambaran Umum PDAM Tirta Dharma Cabang Duri ... 36

2.3Sejarah Berdirinya PDAM Tirta Dharma Cabang Duri ... 42

2.4Profil Umum PDAM Tirta Dharma Cabang Duri ... 45

2.4.1Struktur Organisasi ... 46

2.5Pelayanan Permohonan Penyambungan Air ... 47

BAB III SITUASI DAN SUMBER KONFLIK ... 50

3.1 Situasi Konflik antara PDAM Duri dan Pelanggannya ... 50

3.2Sumber-sumber Konflik ... 63

3.2.1 Macetnya Air PDAM Duri ... 69

3.2.2 “Bengkaknya” Tagihan Pelanggan ... 75

3.2.3 Kualitas Air PDAM Duri yang Tidak Layak Konsumsi ... 78

BAB IVUPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ... 81

4.1Upaya Penyelesaian Konflik ... 81

4.1.1Upaya Penyelesaian melalui Penanganan keluhan/pengaduan Pelanggan melalui Bidang Hubungan dan Layanan (Hubla) ... 86


(13)

4.1.3Dispensasi PDAM kepada Pelanggan ... 89

4.2.1 Melibatkan Pihak Ketiga ... 90

4.2Tanggapan Masyarakat Terhadap Penyelesaian Konflik ... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

5.1 Kesimpulan ... 94

5.2 Saran ... 96


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Peta Kecamatan Mandau ... 31

Gambar 2: Kepala Cabang dan staf PDAM Tirta Dharma Kabupaten Bengkalis Cabang Duri ... 37

Gambar 3: Sungai Rangau di Kab. Rokan Hilir (Sumber air PDAM dan PT. CPI) ... 39

Gambar 4: Water line milik PT. CPI yang memompa air sehingga mengalir sampai ke Duri ... 39

Gambar 5: PDAM Tirta Dharma Cabang Duri ... 43

Gambar 6: Visi dan Misi PDAM Kab. Bengkalis yang dipajang di Kantor PDAM Duri ... 44

Gambar 7: Water Meter Pelanggan ... 70

Gambar 8: “Surat pernyataan pemohon” kesepakatan menjadi pelanggan Duri ... 72

Gambar 9: Gambar tunggakan pelanggan yang sudah setahun tidak dibayar dan tidak dilakukan pemutusan sesuai ketentuan perjanjian awal yaitu 2 bulan ... 73

Gambar 10: Fax pelanggan yang tinggal di Toko Parker Baru, Lantai 3 ... 74

Gambar 11: Tumpukan goni berisi bahan kimia untuk menjernihkan air gambut ... 77


(15)

DAFTAR TABEL

Judul Halaman

Tabel 2.1 Luas Wilayah Kecamatan Menurut Desa/Kelurahan ... 28 Tabel 3.1 Hasil Evaluasi Kinerja 328 PDAM Tahun 2012 ... 62

DAFTAR BAGAN


(16)

ABSTRAK

Tetti Yunita Gultom, 2014. Judul skripsi: Konflik Antara PDAM Duri dan Pelanggannya. Skripsi ini terdiri dari 5 Bab, 97 halaman, 1 tabel dan 12 Gambar, 1 bagan, daftar pustaka, dan surat keterangan penelitian.

Tulisan ini mengkaji mengenai konflik antara PDAM dan Pelanggannya. Konflik ini terjadi karena tidak terpenuhinya kebutuhan pelanggan atas air yang dipercayakan kepada PDAM Tirta Dharma Cabang Duri. Air sebagai kebutuhan dasar manusia seringkali mencuat menjadi sebuah isu konflik ditengah-tengah masyarakat.

Penelitian ini dilakukan di Kota Duri Kecamatan Mandau yang berada di Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. PDAM Tirta Dharma Cabang Duri merupakan anak cabang dari PDAM Tirta Dharma Pusat Kabupaten Bengkalis yang beroperasi di Kota Duri untuk memenuhi kebutuuhan masyarakat akan air bersih.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif. Penulisan dilakukan secara holistik, berdasarkan Teknik Pengumpulan data yang digunakan ialah melalui wawancara dan observasi kepada pelanggan/masyarakat/pihak PDAM Duri serta semua orang yang memiliki pengetahuan tentang kasus konflik antara PDAM Duri dan Pelanggannya.

Permasalahan yang dibahas adalah bagaimana situasi konflik, penyebab terjadinya konflik/sumber-sumber konflik antara PDAM Duri dan pelanggan, serta upaya penyelesaian konflik antara PDAM Duri dan pelanggannya. Hasil dari penelitian di lapangan menunjukkan bahwa penyebab umum terjadinya konflik antara PDAM Duri dan pelanggannya adalah tidak terpenuhinya hak-hak pelanggan/masyarakat akan air bersih yang dipercayakan kepada PDAM. Selain itu wilayah ini terkenal dengan daerah sulit air, hal inilah yang menyebabkan terjadinya konflik antara PDAM Duri dan pelanggan. Sementara upaya penyelesaian konflik yang dilakukan oleh PDAM Duri dalam konfliknya dengan pelanggan adalah berupa kebijakan-kebijakan terkait pendistribusian air kepada pelanggan guna memenuhi kebutuhan air di masyarakat.

Kesimpulannya adalah konflik yang terjadi antara PDAM Duri dan pelanggan dikarenakan tidak terpenuhinya hak-hak pelanggan atas air. Konflik ini tidak selamanya berlangsung, dinamika konflik ini cenderung timbul dan tenggelam. Ketika kebutuhan air pelanggan/masyarakat terpenuhi baik dari alam maupun PDAM atau salah satu diantaranya maka konflik akan meredam, sebaliknya ketika kebutuhan masyarakat akan air tidak terpenuhi maka konflik akan muncul kepermukaan.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Isu kelangkaan air bersih akhir-akhir ini seringkali menjadi perbincangan utama di tengah-tengah masyarakat, pemerintah, bahkan dunia. Dimana air merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan seluruh makhluk hidup khususnya manusia di bumi ini. Kelangkaan akan air bersih ini sudah dirasakan manusia sejak lama, yang ditandai dengan semakin sulitnya menemukan sumber air bersih yang layak dikonsumsi dan digunakan untuk keperluan sehari-hari. Hal ini menjadi masalah yang tidak kunjung berhenti bagi sebagian besar penduduk baik yang tinggal di kota maupun di pedesaaan, khususnya yang berada di wilayah Indonesia.

Sulitnya memperoleh air bersih menjadi sebuah pembahasan yang menarik ketika kita mengingat bahwa sekitar tiga perempat permukaan bumi yaitu 70,8% ditutupi oleh air, tetapi kelangkaan air bersih masih dirasakan di berbagai penjuru dunia. Adalah seorang aktivis lingkungan terkenal yaitu “Vandana Shiva” yang membahas tentang “Perang Air” yang sedang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Beliau menyatakan bahwa kelangkaan air bersih yang sedang kita alami merupakan buah dari keserakahan kita mengeksploitasi alam secara berlebihan. Dimana pada masa ini teknologi telah merasuk kedalam sendi-sendi kehidupan manusia, termasuk dalam hal pengelolaan air. Air yang dahulunya menjadi barang bebas dan sifatnya tergolong kepada sumber daya yang dapat diperbaharui, kini


(18)

menjadi suatu komoditas yang diperdagangkan oleh manusia. Layaknya seperti industri minuman berkemasan. Cara memperoleh air bersih menjadi komoditas yang menguntungkan bagi sebagian kalangan. Misalnya sumur bor atau pengelolaan air yang menggunakan sistem perpipaan modern. Tetapi semuanya itu tidak bisa dijadikan sebuah alasan tunggal penyebab terjadinya kelangkaan air bersih di tengah-tengah masyarakat saat ini. Semakin tingginya tingkat eksploitasi atas hutan dan seluruh sumber daya alam yang ada di bumi menjadi penyebab terjadinya perubahan iklim yang sangat ekstrem dan sangat berpengaruh bagi kelangkaan air bersih tersebut.

Hal yang dikemukakan diatas adalah sekilas tentang bagaimana kondisi kelangkaan air bersih yang sedang dihadapi oleh banyak orang pada masa ini. Tidak jarang kelangkaan air bersih tersebut akhirnya berkembang menjadi sebuah konflik di tengah-tengah masyarakat, baik itu mengenai perebutan akan sumber daya air, maupun konflik di antara dua pihak yang terikat kontrak jual beli air, seperti hal nya yang terjadi pada PDAM Duri dan pelanggannya.

Skripsi ini menjelaskan tentang konflik yang terjadi antara PDAM Cabang Duri dengan pelanggan/masyarakat.1

1

Lebih luas dampaknya dirasakan oleh masyarakat, sebab masyarakat Duri sebagian besar bergantung kepada PDAM, jika tidak melalui PDAM maka Pelanggan PDAM.

Pada kasus konflik yang dihadapi oleh PDAM dan masyarakat Duri ini sebenarnya bukan perebutan atas sumber daya air itu sendiri, melainkan karena tidak terpenuhinya hak-hak masyarakat akan air bersih yang dipercayakan kepada PDAM Tirta Dharma Cabang Duri, Kabupaten Bengkalis. Tetapi meskipun begitu tetap saja air yang menjadi pemicu konfliknya.


(19)

Konflik ini terjadi setelah pelanggan dan masyarakat mengalami kekeringan selama beberapa bulan karena tidak berjalannya air dari PDAM. Dalam hal ini, PDAM dinilai tidak sportif oleh masyarakat. Pasalnya, pelanggan sudah melakukan kewajibannya sebagai pelanggan akan tetapi tidak menerima haknya sesuai dengan kesepakatan yang mereka buat bersama sebelumnya. Sementara di sisi lain, PDAM Duri juga memiliki masalah internal yang belum bisa diatasi hingga saat ini, dan kondisinya tersebut menghambat pelayanannya terhadap pelanggan.

PDAM dapat dikatakan sebagai produsen pengelola air bersih yang kemudian dinikmati oleh masyarakat sebagai pelanggan/pelanggannya. Namun, PDAM bukanlah produsen yang “sebenarnya,” tetapi alam lah yang menyediakan sumber air kepada PDAM, dan kemudian dikelola menjadi air bersih yang siap digunakan oleh masyarakat. Dalam mengembangkan layanannya kepada masyarakat, Pemerintah memperbolehkan PDAM untuk bekerja sama dengan pihak ketiga (swasta maupun non swasta). Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan pelayanan PDAM terhadap pelanggan yang bisa jadi terhambat pada masalah-masalah tertentu.2 Di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, PDAM Dharma Tirta Sampit bekerja sama dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dalam mendistribusikan air ke seluruh pelanggannya,3

2

Contoh masalah masalah yang menghambat pelayanan PDAM yaitu kurangnya dana untuk mengembangkan instalasi proyek yang sedang dijalankan oleh PDAM, atau bisa saja faktor wilayah yang memang tandus dan sulit menemukan sumber air di wilayah tersebut.

dan PDAM Tirta Dharma Cabang Duri yang terletak di Kabupaten Bengkalis, Propinsi Riau, yang

3

Sumber : “PDAM Daerah Masih Andalkan PLN dan Rawan Masalah” yang ditulis oleh Maya Selviani dalam media lokal jaringnews.com


(20)

bekerja sama dengan PT. CPI (Chevron Pacific Indonesia), serta masih banyak lagi yang juga melakukan kerjasama dengan pihak-pihak lain, untuk membantu kelancaran kewajiban PDAM untuk mendistribusikan air bersih kepada masyarakat.

Jenis kerja sama yang dilakukan PDAM dengan pihak lain bisa bermacam-macam dan pastinya berbeda pada masing-masing PDAM, tergantung dengan situasi dan kondisi yang dialami oleh PDAM tersebut di wilayah operasionalnya. Terkadang situasi wilayah yang terletak jauh dari sumber air baku juga mempengaruhi kebutuhan serta kemampuan PDAM itu sendiri dalam mengolah air baku serta mengelola pendistribusiannya kepada pelanggan. Minimnya sarana dan prasarana menjadi salah satu contoh latar belakang PDAM melakukan kerja sama dengan pihak lain untuk mengembangkan layananannya. Seperti yang dilakukan oleh PDAM Tirta Dharma Cabang Duri yang merupakan anak cabang dari PDAM Tirta Dharma Pusat, Kabupaten Bengkalis. PDAM ini bekerja sama dengan PT. CPI yang merupakan sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang Migas yang sama-sama beroperasi di wilayah Duri, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis. Jenis kerja sama yang dilakukan PDAM cabang Duri dengan Chevron, berupa penyediaan sarana dan prasarana bagi keduanya dalam memperoleh air baku4

Upaya PDAM melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam mengembangkan layanannya, tentu mempengaruhi pelayanan PDAM terhadap pelanggan. Ketika hubungan PDAM Duri dengan Chevron diguncang masalah,

yang letaknya cukup jauh dari wilayah Duri.

4

Kerjasama ini dilakukan pihak Chevron sebagai upaya pemenuhan CSR (Corporate Sosial Responsibility) nya terhadap masyarakat Duri.


(21)

maka pastilah pelanggan terkena imbasnya, mengingat bahwa Chevron lah yang menyediakan sumber air baku kepada PDAM.5 Situasi ini menimbulkan krisis air bagi PDAM dan juga bagi pelanggan. Situasi krisis air bersih inilah yang kemudian memicu timbulnya konflik di antara PDAM dengan masyarakat. Sebab akses untuk sesuatu yang sangat vital itu terganggu sehingga menjurus kepada apa yang disebut oleh Vandana Shiva tentang “Perang Air”.6

Latar belakang konflik kedua pihak ini tentu memberikan penjelasan tentang bagaimana konflik ini berlangsung dan bagaimana upaya penyelesaiannya.Secara keseluruhan tulisan ini memaparkan bagaimana konflik itu terjadi dan bagaimana upaya penyelesaiannya.Untuk itu penulis membagi Pelanggan yang merasakan krisis air bersih tersebut menuntut kepada PDAM untuk memberikan air kepada mereka, sementara PDAM juga mempunyai problemnya tersendiri.

Konflik adalah gesekan yang terjadi pada kedua belah pihak yang terikat dalam suatu hubungan tertentu, dimana ada pihak yang merasa dirugikan dan tindakan yang merugikan itu menimbulkan adanya pelanggaran hukum. Hukum yang dimaksudkan bisa berupa kesepakatan-kesepakatan di antara kedua belah pihak yang ditentukan bersama sebagai aturan dalam hubungan tersebut, baik itu berbadan hukum atau tidak berbadan hukum. Mengacu kepada pengertian akan konflik ini, maka dapat disimpulkan bahwa dalam hubungan PDAM dengan pelanggannya rentan terjadi sebah konflik, dimana ada pihak yang tidak melaksanakan kewajibannya, dan ada pihak yang tidak menerima haknya.

5

Kontrak antara PDAM dengan Chevron yang dimulai tahun 1994 harusnya berakhir pada tahun 2002 namun masih berlangsung sampai sekarang, untuk itu hubungan keduanya juga berpotensi untuk menjadi sebuah konflik.

6


(22)

pokok pembahasan menjadi tiga bab. Ketiga bab tersebut masing-masing memiliki spesifikasi yang berbeda dan memiliki kait-kemait dari masing-masing bab.

Pada bab dua dijelaskan mengenai gambaran umum lokasi penelitian. Dimana dalam bab tersebut dijelaskan mengenai awal mula kehadiran PDAM di Duri dan bagaimana hubungan PDAM dengan pelanggannya .Bab ini juga menjelaskan komponen-komponen lain yang terkait dengan PDAM Tirta Dharma Cabang Duri, seperti profil umum, visi dan misi serta struktur organisasi PDAM Duri.

Pada bab selanjutnya yaitu bab tiga, penulis mulai berbicara mengenai bagaimana situasi konflik serta apa-apa saja sumber konflik antara PDAM dan pelanggannya. Bab ini akan menjelaskan bagaimana keadaan krisis air tersebut akhirnya memicu timbulnya konflik antara PDAM Tirta Dharma Cabang Duri dengan pelanggannya.

Pada bab empat dalam tulisan ini berisi tentang upaya-upaya penyelesaian konflik yang dilakukan oleh pihak PDAM Tirta Dharma Cabang Duri kepada pelanggannya, strategi-strategi maupun kebijakan dalam mengatasi krisis air PDAM tersebut, serta tanggapan masyarakat tentang upaya penyelesaian konflik yang dilakukan oleh pihak PDAM. Dan terakhir, bab lima yang berisi tentang Kesimpulan dan saran dari tulisan ini.


(23)

1.2 Tinjauan Pustaka

Konflik merupakan bagian yang tidak terhindarkan dari kehidupan masyarakat. Konflik juga akan selalu ada pada setiap masyarakat karena konflik merupakan gejala sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konflik berarti pertentangan atau percekcokan. Selanjutnya Dean G. Pruitt (2004) menyebutkan pertentangan sendiri bisa muncul ke dalam bentuk pertentangan ide maupun fisik antara dua belah pihak yang berseberangan.

Kata konflik tersebut mengacu kepada perkelahian, perlawanan dan pertentangan dimana dua orang atau kelompok berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya (Hendropuspito, 1989: 240). Coser (dalam Suparlan, 1999) memaparkan bahwa konflik adalah perjuangan antar individu atau kelompok untuk memenangkan sesuatu tujuan yang sama-sama ingin mereka capai. Dimana kekalahan dan kehancuran dipihak lawan, merupakan tujuan utama yang ingin mereka capai.

Dalam Teori Hubungan Masyarakat, Fisher menyebutkan bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, serta tidak adanya saling percaya dalam masyarakat yang melahirkan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat. Selain itu, penyebab konflik dalam masyarakat juga dapat disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Dalam teori kebutuhan manusia, Fisher mengatakan bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia (fisik), mental dan sosial yang tidak terpenuhi atau dihargai. Hoult sebagaimana di kutip Wiradi (2000) menyebut konflik sebagai situasi proses interaksi antara dua (atau lebih) orang atau


(24)

kelompok yang masing-masing memperjuangkan kepentingannya atas obyek yang sama, yaitu tanah dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah, seperti air dan perairan, tanaman, tambang, dan juga udara yang berada di atas tanah yang bersangkutan.7

Dalam Teori Pertukaran Sosial dikatakan bahwa perilaku manusia dalam interaksi sosial merupakan aktivitas pertukaran antara imbalan (reward) dan biaya (cost). Pertukaran tersebut meliputi pertukaran yang kelihatan (tangible exchange) atau pertukaran yang tidak kelihatan (intangible exchange).

Konflik yang terjadi dapat berupa konflik vertikal, yaitu antar pemerintah, masyarakat dan swasta, antar pemerintah pusat, pemerintah kota dan desa, serta konflik horizontal yaitu konflik antar masyarakat.

Demikian halnya dengan Konflik yang terjadi antara PDAM Duri dengan pelanggannya. Konflik yang dilatar belakangi oleh air ini dilakukan oleh pihak pelanggan dalam memperjuangkan haknya akan air yang sering kali tidak terpenuhi oleh pihak PDAM Duri. Akan tetapi hal yang perlu ditekankan dalam kasus konflik disini adalah bukan kehancuran pihak lawan yang ingin dicapai, namun pencapaiannya justru lebih kepada pemecahan konflik tersebut. Dimana masyarakat dapat memperoleh air bersih dengan lancar dan lebih maksimal.

8

7

“Konflik Sosial di Desa Kuta Rayat, Kecamatan Naman Teran (Studi Deskriptif Tentang Konflik Perebutan Tanah Warisan)” Dalam Skripsi Rosmalemna Tarigan (2010)

8

Milan Zafiroski dalam Wirawan (2010:32) “Konflik dan Manajemen Konflik”

Pertukaran yang kelihatan, misalnya pertukaran barang dan jasa. Lebih dalam dikatakan bahwa pertukaran dalam interaksi sosial berhubungan dengan pertukaran manfaat, yaitu memberikan kepada orang lain sesuatu yang lebih bernilai jika dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh pemberi dan terjadinya sesuatu yang timbal balik. Pertukaran timbal balik terjadi karena adanya saling ketergantungan antara


(25)

pemberi dan penerima. Proses pertukaran tersebut diatur oleh hubungan timbal balik dan pertukaran tidak akan berlangsung jika ketentuan mengenai timbal balik dilanggar sehingga memunculkan terjadinya konflik. Hal inilah yang terjadi pada PDAM Duri dan pelanggannya, dimana pertukaran timbal balik di antara keduanya tidak berjalan lancar. timbal balik keduanya yang berupa hak dan kewajiban yang tidak berjalan sebagaimana mestinya hingga kemudian menimbulkan konflik.

Menurut LauraNader and Harry Todd konflik adalah tahapan dari proses bersengketa (disputing process). Menurutnya terdapat tiga tahapan dalam proses bersengketa, yaitu tahap pra-konflik, tahap konflik, dan Sengketa9

Situasi “keluhan, perasaan diperlakukan tidak adil’ ini mengandung suatu potensi yaitu suatu potensi untuk meletus menjadi konflik atau justru mengendor. Perasaan diperlakukan tidak adil dapat lebih memuncak dikarenakan oleh suatu konfrontasi, atau eskalasi justru terelakkan karena setara sengaja kontak dengan lawan dihindari atau karena pihak kedua tidak member reaksi terhadap tantangan : Tahap pra-konflik atau tahap keluhan, Mengacu kepada keadaan atau kondisi yang oleh seseorang atau suatu kelompok dipersepsikan sebagai hal yang tidak adil dan alasan-alasan atau dasar-dasar dari adanya perasaan itu. Pelanggaran terhadap rasa keadilannya itu dapat bersifat nyata, atau imajinasi saja, tergantung pada persepsi dari pihak yang merasakan ketidakadilan bersangkutan. Dalam hal ini, yang penting ialah pihak itu merasakan bahwa haknya dilanggar atau dia/mereka diperlakukan dengan salah (TO. Ihromi, 1993:209).

9


(26)

yang diajukan. Dapat disebut bahwa cirri tahap ini adalah monadik (Nader dan Todd, 1978:14). Bila pihak yang merasa haknya dilanggar memilih jalan konfrontasi, serta melemparkan tuduhan kepada pihak pelanggar haknya, atau memberitahukan kepada pihak lawannya tentang keluhannya, maka keluhan semula memasuki tahap konflik. Kedua belah pihak sadar mengenai adanya suatu perselisihan pendapat antara mereka. Tahap ini mempunyai cirri diadik (dua pihak berhadapan). Akhirnya tahap sengketa (dispute) dapat terjadi karena konflik mengalami eskalasi berhubung sebab adanya konflik itu dikemukakan secara umum.10

Situasi tidak adil yang dirasakan oleh pelanggan PDAM Duri dapat dilihat dari isi perjanjian baku yang ditandatangani oleh pelanggan. Perjanjian baku/standar merupakan perjanjian yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing pihak telah ditentukan dalam surat perjanjian itu sehingga calon konsumen (pelanggan) hanya tinggal menandatangani formulir tersebut yang sebenarnya lebih banyak mengatur mengenai kewajiban-kewajiban pelanggan. Pada dasarnya

Hubungan hukum antara PDAM dengan pelanggannya saat transaksi jual beli air bisa dilihat dalam kesepakatan atau perjanjian (berupa perjanjian baku) yang disepakati oleh pelanggan saat mendaftarkan diri menjadi pelanggan PDAM. Inilah hukum, mengacu kepada pendapat Griffith (1986) Hukum yang berlaku adalah aturan atau norma yang benar-benar berlaku dan digunakan oleh individu-individu untuk mengatur hubungan-hubungannya dalam aktivitas-aktivitas dari individu-individu itu sehari-hari, tanpa peduli dari mana hukum itu bersumber.

10


(27)

suatu perjanjian terjadi berlandaskan asas kebebasan berkontrak di antara dua pihak yang mempunyai kedudukan yang seimbang dan kedua belah pihak berusaha untuk mencapai kesepakatan yang diperlukan bagi terjadinya perjanjian itu melalui suatu proses negosiasi di antara mereka (PDAM dan Pelanggan). Namun dewasa ini ada kecenderungan bahwa banyak perjanjian dalam transaksi bisnis yang terjadi dilakukan bukan melalui suatu proses negosiasi yang seimbang di antara para pihak melainkan pihak yang satu telah menyiapkan suatu syarat baku pada suatu formulir perjanjian dan pihak lain tersebut untuk melakukan negosiasi atau syarat-syarat yang disodorkan. Perjanjian yang demikian dapat disebut perjanjian baku atau standar.11

Berikut isi perjanjian yang ditanda tangani oleh calon pelanggan PDAM Duri (perjanjian baku)

Hal ini tentunya sudah menyebabkan adanya ketidakadilan dalam hubungan keduanya. Melalui hal ini dapat dilihat bahwa potensi konflik sudah terlihat sejak pertama kali seorang calon pelanggan mendaftarkan dirinya menjadi konsumen PDAM.

12

1. Setelah selesai pemasangan instalasi air minum, kami bersedia menjaga dari kehilangan dan kerusakan terhadap peralatan sambungan rumah yang telah terpasang, dan apabila terjadi kehilangan dan kerusakan, maka biaya penggantian peralatan menjadi tanggung jawab kami.

:

2. Setelah pemasangan kmi bersedia membayar rekening air secara rutin (setiap tanggal 5 s/d 20) setiap bulannya.

11

Perlindungan Hukum bagi Konsumen Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Universitas DiponegoroTerdapat dalam Tesis Novi Hesti Lestari tahun 2003.

12


(28)

3. Apabila kami lalai / terlambat membayar kewajiban selama 2 (dua) bulan berturut-turut, maka kami bersedia menanggung resiko Pemutusan Instalasi Pipa Dinas tanpa pemberitahuan dari PDAM.

4. Apabila terjadi hal-hal yang mengakibatkan pembongkaran sambungan rumah karena sengketa milik tanah atau bangunan, maka kami tidak menuntut apapun kepada PDAM Kabupaten Bengkalis Cabang Duri.

5. Jika terjadi perubahan jaringan pipa sambungan rumah yang tidak sesuai dengan ketentuan yang telah diizinkan, maka sambungan pipa dinas dapat dicabut tanpa ganti rugi.

6. Kami bersedia mengikuti antrian yang ditentukan PDAM, yaitu :

a. Selambat-lambatnya………Minggu untuk dilakukan pemasangan sambungan rumah

b. Tidak akan mendesak PDAM untuk melakukan pemasangan sebelum batas waktu yang telah ditentukan.

7. Kami berjanji akan mematuhi segala ketentuan yang ditetapkan PDAM Kabupaten Bengkalis Cabang Duri.

Dapat dilihat bahwa keseluruhan dari butir-butir perjanjian ini mengatur apa saja yang harus dipatuhi oleh pelanggan. Bahkan hak untuk menerima air pun tidak dituangkan didalamnya.

Dalam tugasnya, PDAM diizinkan melakukan negosiasi dengan pihak swasta maupun non-swasta dalam mengembangkan layanan kepada masyarakat. Menurut Ishack Rafick (2008:145), sejak memasuki dasawarsa 90-an PDAM di


(29)

Indonesia terlihat gencar mengundang partisipasi swasta karena kewalahan melayani kebutuhan air bersih yang semakin meningkat. Negosiasi ini terjadi karena semakin banyaknya permasalahan mengenai sumber air bersih yang ketersediaannya semakin sedikit serta jumlah kebutuhan yang semakin meningkat setiap tahunnya. Selanjutnya Rafick menyatakan bahwa hubungan dengan pihak swasta dapat mempengaruhi pelayanan PDAM itu sendiri. Pihak ketiga yang hadir dalam hubungan PDAM dengan konsumennya akan menimbulkan kesepakatan-kesepakatan baru yang tentunya berbeda dengan kesepakatan-kesepakatan PDAM terhadap konsumennya.

Situasi seperti ini secara potensial dapat menyebabkan terjadinya konflik. Hubungan PDAM dengan instansi lain bersamaan dengan hubungannya kepada konsumen akan menimbulkan permasalahan baru. Seperti Di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, PDAM bekerja sama dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dalam mendistribusikan air ke seluruh pelanggannya, ketergantungan PDAM dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) menjadi faktor utama penyebab distribusi air keseluruh konsumen di Kotim sering bermasalah.13

13Sumber : “PDAM Daerah Masih Andalkan PLN dan Rawan Masalah” yang ditulis oleh Maya Selvianidalam media lokal jaringnews.com.

Di Duri-Riau, Kabupaten Bengkalis, PDAM bekerja sama dengan PT. Chevron Pasific Indonesia (PT. CPI) yang juga menyebabkan distribusi air kepada konsumen mengalami gangguan. Hal ini dimungkinkan karena adanya interaksi antara

2013.


(30)

hukum-hukum yang berlaku di antara pihak yang saling memiliki kesepakatan seperti PDAM dan pihak swasta, serta PDAM dan konsumennya.

Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi konflik juga dapat mempengaruhi interaksi konflik tersebut. Seperti hal nya emosi, emosi dapat menyebabkan terjadinya konflik dan mempengaruhi proses interaksi konflik. Emosi adalah perasaan subjektif yang kompleks sebagai reaksi-kognitif dan fisiologi atas suatu pengalaman yang mempengaruhi sikap dan perilaku. Emosi merupakan perasaan yang kompleks bisa berupa perasaan senang, tidak senang, atau netral (perasaan yang biasa-biasa saja).

Emosi bila bersifat konstruktif atau destruktif; positif atau negative; dan menyenangkan atau menyakitkan. Dengan demikian, emosi erat hubungannya dengan konflik. Emosi seseorang dapat bersifat destruktif dan menimbulkan konflik. Orang yang tidak/ kurang memperhatikan persepsi orang lain. Orang yang emosionalnya sering irasional dan logika berpikirnya dipengaruhi oleh emosinya. Ia menjadi egosentris atau egois. Keadaan ini menyebabkan terjadinya perbedaan pendapat atau konflik dengan orang yang berinteraksi dengan dirinya.

Emosi orang juga bersifat konstruktif untuk interaksi sosial. Seseorang yang emosionalnya keluar dapat menjadi altruistik menghindari konflik dalam berinteraksi sosial. Emosi juga mempengaruhi interaksi konflik. Seseorang yang emosional dalam terlibat konflik menjadi irasional atau ilogikal. Oleh karena terobsesi oleh ego dalam mencapai tujuannya, ia berupaya memenangkan konflik dengan menghancurkan lawan konfliknya.


(31)

Konflik yang disebabkan karena tidak terpenuhinya kebutuhan pelanggan akan air bersih ini diikuti dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi interaksi konflik tersebut, seperti emosi. Emosi pelanggan yang meluap setelah hampir dua bulan sama sekali tidak menerima air bersih dari PDAM menjadikan pelanggan agresif dalam mewujudkan emosinya tersebut. Situasi semacam ini disebut marah agresif (Wirawan, 2010: 154). Simptom kemarahan yang mengarahkan kemarahan dalam bentuk agresif fisik dan verbal. Berikut adalah perilaku-perilaku yang tergolong marah agresif dalam konflik:

Mengancam. Menakut-nakuti lawan konflik dengan mengatakan bahwa dapat melukai diri atau hak miliknya; menunjuk-nunjuk ke muka lawan konflik; mengacungkan kepalan tangan; memakai baju atau symbol-simbol yang ada hubungannya dengan perilaku kekerasan; membuntuti lawan konflik; “menggas” mobil atau motor keras-keras; membanting pintu dan menggebrak meja.

Menyakiti. Menyakiti berupa kekerasan fisik; mendaprat, lelucon biasa dan vulgar, merusak percaya diri lawan, menggunakan bahasa kotor, menyalahkan, menuduh, me-label-i orang lain serta mengutuk.

Menggertak. Mengancam orang secara langsung, menganiaya, menghukum, atau menggeser dari jabatan, menggunakan kekuasaan untuk menindas, berupanya menabrak orang, dan mengejek kelemahan orang.

Menyalahkan tidak adil. Menyalahkan orang lain dan menuduh secara membabi buta.


(32)

Dalam merealisasikan strategi konfliknya, pihak yang terlibat konflik menggunakan taktik konflik. Taktik konflik adalah teknik yang mempengaruhi lawan konflik untuk menghasilkan keluaran konflik yang diharapkan. Dalam menghadapi situasi konflik, pihak yang terlibat konflik dapat menggunakan berbagai taktik konflik secara berurutan atau secraa bersam-sama. Di samping itu, taktik konflik dapat berubah setiap waktu tergantung situasi interaksi konflik. Sebagai contoh, jika pihak yang terlibat konflik menggunakan taktik persuasif rasional tidak akan berhasil, ia akan menggunakan taktik mengancam dan menekan. Taktik konflik itu sediri ditentukan pihak yang berkonflik, contoh: taktik menahan diri atau diam, taktik menangis dan menghimbau, serta taktik mengancam. Keseluruhannya itu dilakukan untuk mencapai tujuan konflik keduanya.

Pada prinsipnya konflik sesungguhnya tidak bisa dihindari oleh siapapun, namun yang paling penting adalah bagaimana cara untuk menyelesaikan konflik tersebut supaya ancaman dan bahaya sebagai akibatnya dapat dicegah secara dini.

Menurut Nader dan Todd dalam tulisan Ihromi (1993 : 210-212) ada beberapa tahap untuk mengatasi dan menyelesaikan terjadinya konflik, yaitu :

1. Membiarkan saja (lumping it) : pihak yang merasakan perlakuan tidak adil, gagal dalam upaya menekan tuntutannya. Seseorang mengambil keputusan untuk mengabaikan saja karena berbagai kemungkinan seperti kurangnya informasi mengenai bagaimana proses mengajukan keluhan itu ke pengadilan, atau sengaja tidak diproses ke pengadilan karena


(33)

diperkirakan bahwa kerugian lebih besar dari keuntungannya (dalam arti materil maupun kejiwaan).

2. Mengelak (avoidance): pihak yang merasakan dirugikan, memilih untuk mengurangi hubungan-hubungan dengan pihak yang merugikannya atau sama sekali menghentikan hubungan tersebut.

3. Paksaan (coercion): salah satu pihak memaksakan pemecahan pada pihak yang lain. Tindakan yang bersifat memaksakan atau ancaman untuk menggunakan kekerasan, pada umumnya mengurangi penyelesaian secara damai.

4. Perundingan (negotiation): dua pihak yang berhadapan merupakan pengambil keputusan. Pemecahan dari masalah yang mereka hadapi dilakukan oleh kedua belah pihak, mereka sepakat, tanpa adanya pihak ketiga yang mencampuri.

5. Mediasi (mediation): pemecahan suatu masalah dilakukan menurut perantara. Dalam cara ini ada pihak ketiga yang membantu kedua belah pihak yang berselisih pendapat untuk menemukan kesepakatan. Pihak ketiga ini dapat ditentukan oleh kedua pihak yang bersengketa, atau ditunjuk oleh pihak yang berwenang. Kedua pihak yang bersengketa tidak harus menuruti atau setuju terhadap upaya mencari pemecahan oleh pihak ketiga atau mediator, tetapi harus setuju bahwa jasa-jasa dari mediator akan digunakan dalam upaya pemecahan masalah.


(34)

6. Arbitrase (arbitration): dua pihak yang besengketa sepakat untuk meminta perantara pihak ketiga, arbitrator, dan sejak semula telah setuju bahwa mereka akan menerima keputusan dari arbitrator itu.

7. Peradilan (adjudication): pihak ketiga mempunyai wewenang untuk mencampuri pemecahan masalah, lepas dari keinginan para pihak yang bersengketa. Pihak ketiga juga berhak membuat keputusan itu artinya berupaya bahwa keputusan dilaksanakan.

Menurut Kriekhoff dalam Ihromi (1993 : 225) cara-cara yang ditempuh untuk menyelesaikan sengketa (konflik) antara lain dibahas oleh:

1. S. Roberts (1979:57-59), yang mengemukakan tentang upaya-upaya seperti:

a) Penggunaan kekerasan, yaitu langsung antar pribadi, b) Melalui upacara atau ritus, misalnya upacara adat, c) Mempermalukan, misalnya dengan sindiran/kiasan,

d) Melalui makhluk-makhluk supernatural, misalnya dengan sampah atau magic,

e) Pengucilan

f) Melalui pembicaraan yang terdiri dari : • Pembicaraan langsung (negosiasi)

• Pembicaraan tidak langsung atau dengan pihak ketiga, baik yang bertindak sebagai penengah atau penasehat (mediasi/mediator atau perantara/go between) maupun


(35)

sebagai pihak ikut menyelesaikan (arbitrasi/arbitration dan peradilan adjudicator)

2. P.H Gulliver dan L. Nader (1969), secara khusus membahas penyelesaian sengketa dengan menekankan pada :

a) Hasil yang diperoleh, dengan membedakan antara pola

compromise vs decision (kompromi vs keputusan) atau negotiation vs adjudication (negosiasi/kesepakatan vs keputusan atau vonis hakim) – menurut Gulliver.

b) Para pihak yang terlibat atau pada model keputusan, yaitu (L. Nader mengikuti pola Aubert) :

• Hanya menyangkut dua pihak yang berkepentingan (pola

dyadic atau bargain model)

• Dengan melibatkan pihak ketiga (pola triadic atau court model)

Sengketa/konflik itu hal yang melekat pada hubungan sosial, sehingga: a) bila hubungannya erat, maka penyelesaiannya cenderung damai (“win-win solution”); b) bila hubungannya renggang, maka penyelesaiannya cenderung

adjudication (semacam win - loose solution). Dalam konteks ini, juga ditelaah mengenai lembaga hukum (Nader & Todd, 1978; Bohannan, 1984) yakni: lembaga yang digunakan oleh warga untuk menyelesaikan sengketa yang timbul di antara para warga dan merupakan alat untuk tindakan balasan (counteract) setiap penyalahgunaan yang menyolok dan berat dari aturan yang ada pada lembaga lain dalam masyarakat. Tujuan menelusuri proses sengketa adalah untuk


(36)

menemukan “inti sari” hukum. Berbagai kajian penyelesaian sengketa dari pelbagai masyarakat dan kebudayaan kemudian diungkapkan dan ditelusuri. Karena penggunaan metode komparasi untuk berbagai penyelesaian sengketa semakin sering dan mendalam, akibatnya unsur-unsur kemajemukan pun semakin terpupuk.

Sementara itu, menurut Djaka Soehendera konflik (conflict) yang terjadi pada kenyataannya tidak selalu menimbulkan hubungan-hubungan sosial yang disfungsional, terkadang konflik justru berfaedah untuk memelihara suatu hubungan sosial (Coser, 1964: 47; Coser, 1957: 227).14

1.3 Rumusan Masalah

Dan tidak semua konflik kemudian menjurus ke perkara hukum (karena adanya ancaman disintegrasi sosial atau motif lainnya). Pada dasarnya semua menginginkan adanya solusi akan konflik yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.

Berdasarkan latar belakang terjadinya konflik antara PDAM Duri dengan pelanggan/masyarakat yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana situasi konflik dan Apa-apa saja sumber konflik antara PDAM dengan pelanggannya ?

2. Bagaimana penyelesaian konflik yang dilakukan oleh PDAM Duri dalam menghadapi pelanggan/masyarakat?

14

Dalam Djaka Soehendera “Membedah Kondisi Hukum Di Era Otonomi Daerah Dengan Menggunakan Cara Pandang Antropologi Hukum”


(37)

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang bagaimana situasi konflik di antara PDAM Duri dengan pelanggannya, sumber-sumber konflik serta upaya-upaya penyelesaian konflik keduanya.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah secara akademis penelitian ini akan menambah wawasan keilmuan dalam bidang Antropologi hukum. Khususnya dalam memperkaya literatur mengenai kajian sengketa, pluralisme hukum serta hukum-hukum yang berlaku dalam masyarakat. Secara praktis peneletian ini akan memperoleh data yang diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan mengungkapkan fenomena hukum dan kemajemukan hukum yang berlaku di masyarakat.

1.5 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi partisipatif dan wawancara. Penelitian kualitatif merupakan sebuah penelitian yang memusatkan perhatiannya kepada data dan memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas yang kemudian memunculkan teori baru yang lebih kompleks.

Metode penelitian kualitatif ini sangat cocok digunakan dalam penelitian yang kajiannya merupakan antropologi hukum. Dimana tulisan mengenai PDAM dan pelanggannya ini memfokuskan penelitian kajian mengenai konflik yang terjadi yang dilatar belakangi karena ketidaktersediaannya air. Teknik


(38)

pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian guna mendapat data-data dilapangan antara lain :

1.5.1 Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan pengamatan, yang melibatkan pengamat secara langsung dengan aktifitas-aktifitas lapangan yang akan ditelitinya. Di dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen penelitian yang paling utama, peneliti menggunakan dirinya sendiri untuk melakukan observasi untuk melengkapi data yang dibutuhkan. Dalam hal ini, penulis akan melakukan pengamatan baik itu secara tidak langsung seperti selalu memperhatikan kejadian-kejadian yang terjadi terkait dengan permasalahan kelangkaan air bersih yang sedang dihadapi oleh PDAM dan masyarakat Duri.

Dalam melakukan pengamatan, antropolog harus menempatkan posisinya di tengah-tengah persoalan, dimana pada hakikatnya bahwa antropolog harus bersifat netral dan tidak memihak pada siapapun. Hal ini akan menjaga kemurnian data yang diperoleh, sehingga peneliti mampu mendeskripsikan fenomena yang terjadi tanpa mengurangi kemurnian data dengan perasaan-perasaan atau identitas yang dimiliki oleh peneliti, atau yang dalam antropologi disebut dengan Emic view (native’s point of view).15

1.5.2 Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam topik tertentu.

15

Native’s point of view atau Emik view yaitu mencoba menjelaskan suatu fenomena dalam masyarakat dengan sudut pandang masyarakat itu sendiri.


(39)

Wawancara pada hakikatnya merupakan kegiatan yang dilakukan seorang peneliti untuk memperoleh pemahaman secara holistik mengenai pandangan atau perspektif (inner perspectives) seseorang terhadap isu, tema atau topik tertentu.16

Penelitian ini berlokasi di tanah kelahiran penulis yaitu Kota Duri yang merupakan salah satu Ibu Kota Kecamatan Mandau, Kecamatan terluas di Kabupaten Bengkalis, Riau. Diawali dengan rasa kecintaan penulis sebagai orang Duri maka muncullah penelitian ini. Duri adalah kampung halaman penulis yang

Dalam penelitian mengenai kasus sengketa ini, peneliti akan menggunakan metode wawancara yang akan dilakukan dengan informan-informan yang menurut penulis mampu menjawab semua data yang dibutuhkan. Sebagai instrument utama, penulis harus mampu menjalin rapport (hubungan) yang baik dengan para informannya. Dengan menjalin hubungan baik dengan para informan, maka penulis akan lebih mudah untuk masuk kedalam permasalahan penelitian dengan melakukan wawancara ataupun wawancara mendalam dengan informan. Kedudukan informan dalam penelitian kualitatif adalah informan sebagai guru bagi penulis, yang akan menjelaskan tentang objek kajian yang akan diteliti oleh penulis.

Informan penelitian ini merupakan semua orang yang terkait dengan PDAM, masyarakat yang mengamati serta merasakan permasalahan kelangkaan air bersih, PT. CPI yang bekerja sama dengan PDAM, dan khususnya masyarakat yang menjadi pelanggan (langsung/tidak langsung) yang terikat dengan PDAM.

1.5.3 Rangkaian Pengalaman Penelitian di Lapangan

16

Sumber : Dawson (2009:27) yang dipaparkan lewat tulisan Prof.Dr.H. Mudjia Rahardjo dalam blog-nya tanggal 15 Juni 2012 (http://mudjiarahardjo.com/materi-kuliah/400-hakikat-wawancara-dalam-penelitian-kualitatif.html)


(40)

dipenuhi dengan warna-warni budaya masyarakatnya sebagai tempat yang sangat ramai dikunjungi para calon urban. Ketertarikan yang membuatnya menjadi salah satu destinasi tempat tinggal dikarenakan banyaknya perusahaan yang bergerak dibidang Migas (Minyak dan Gas) yang beroperasi di wilayah ini. Tuntutan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi adalah sebagai alasan utama perpindahan penduduk ke Kota ini. Rasa kecintaan penulis ini disebabkan karena situasi lingkungan yang beraneka ragam yang menurut penulis saling menjaga toleransi antara satu dengan yang lainnya, meskipun pada dasarnya toleransi itu berbeda dengan apa yang ada didalam hati pemiliknya. Akan tetapi hubungan baik dengan para sahabat berbeda etnis dan keyakinan, serta sosialisasi yang baik dengan lingkungan menjadikan saya nyaman berada di antara keberagaman tersebut. Rasa kecintaan inilah yang kemudian mewujudkan keinginan saya untuk melakukan penelitian di wilayah ini.

Penelitian ini berjudul “Konflik Antara PDAM Duri dan Pelanggannya”. Salah satu alasan Penulis memilih topik ini adalah dikarenakan sulitnya memperoleh air bersih yang sudah dirasakan oleh Masyarakat Duri serta penulis sendiri. Hingga akhirnya PDAM muncul sebagai salah satu solusi yang melegakan hati masyarakat dalam pemenuhan kebutuhannya terhadap air bersih. Pengalaman-pengalaman pribadi tentang air inilah yang melatarbelakangi penulis untuk menulis karya ilmiah ini. Topik mengenai air ini menjadi menarik menurut penulis ketika PDAM yang selama ini memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat (konsumen) tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan pelanggannya karena beberapa alasan yang dampaknya sangat merugikan pelanggan atau masyarakat.


(41)

Banyak sekali kendala yang penulis temui dalam mewujudkan karya ilmiah ini, dimulai dari perang terhadap diri sendiri mengenai keyakinan terhadap terwujudnya tulisan ini, hingga data yang sangat homogen sifatnya di tengah-tengah masyarakat Duri. Semuanya dilalui oleh penulis dengan penuh pergumulan, meskipun sebenarnya situasi ini disebabkan oleh pikiran-pikiran penulis sendiri.

Penelitian ini sebenarnya sudah penulis mulai ketika pertama kali Judul proposal untuk skripsi ini di Acc oleh bapak Ketua Jurusan Antropologi dengan Topik “Sengketa antara PDAM dengan PT. CPI”. Alasan penulis menaikkan judul ini karena apa yang penulis lihat di media cetak dan elektronik yang menyoroti tentang permasalahan kelangkaan air di masyarakat Duri akibat tidak mengalirnya air PDAM. Kelangkaan air ini justru dipicu oleh permasalahan internal PDAM itu sendiri. Hal ini terkait dengan kontrak kesepakatan kerja pada tahun 1994 dengan PDAM Duri melalui PDAM Pusat Kabupaten Bengkalis dan Pemerintah Daerah yang harusnya berakhir setelah 7 tahun masa kerja sama, namun masih berjalan hingga saat ini. Akan tetapi karena sedikitnya data yang mendukung tulisan ini serta sulitnya untuk “masuk” kedalam pihak swasta guna memperoleh data maka saya memutuskan untuk mencari tahu lagi apa yang sebenarnya akan menjadi masalah saya. Hingga akhirnya topik mengenai sengketa pun saya tinggalkan dan beralih ke topik mengenai Konflik ini.

Pada saat di Lapangan, sebagai warga Duri, penulis cukup tahu betul bagaimana respon masyarakat terhadap kinerja PDAM yang dianggap tidak memuaskan pelanggannya. Ketakutan penulis akan adanya bias dalam penelitian


(42)

ini pun mulai muncul seiring semakin banyaknya wawancara yang penulis lakukan dengan para warga di berbagai lokasi di Duri. Akan tetapi sebagai peneliti, penulis harus bersikap netral untuk menanggapi setiap informasi yang masuk pada penulis sehingga menghasilkan tulisan yang baik.

Dalam melihat sudut pandang PDAM itu sendiri penulis melakukan PKL (Praktek Kerja Lapangan) dadakan seperti yang biasa dilakukan oleh siswa atau mahasiswa magang disuatu instansi tertentu, dalam hal ini penulis melakukannya di Kantor PDAM Duri. Hampir lebih dari tiga minggu penulis berperan menjadi

karyawan PDAM yang menangani keluhan pelanggan akan kinerja PDAM yang dinilai tidak baik. Berbagai jenis pelanggan yang masuk ke bagian hubla sering kali menjadi objek pengamatan penulis, berbagai ekspresi (luapan emosi) pelanggan akan ketidakterimaan terhadap apa yang diterimanya sebagai pelanggan merupakan data yang sangat mendukung tulisan ini.

Untuk mewawancarai pihak PDAM bukanlah sesuatu yang mudah bagi penulis, jawaban yang terkesan ditutup-tutupi tak jarang penulis temui ketika berbincang-bincang dengan karyawan PDAM. Kendala tersebut tak lantas menyurutkan niat penulis untuk melanjutkan tulisan ini, sebab data-data yang telah diperoleh oleh penulis sudah cukup menjelaskan bagaimana Konflik yang terjadi di antara keduanya.

Seiring dengan berjalannya percakapan dan candaan yang berlangsung dalam hubungan penulis dengan pihak PDAM maka tak jarang saya menyisipkan pertanyaan saya dalam tiap percakapan tersebut. Dan tak jarang juga penulis mendapatkan jawaban yang tanpa mereka sadari mengalir begitu saja terkait


(43)

dengan kinerja PDAM Duri ini. Misalnya ketika salah seorang dari pihak PDAM tersebut saya tanyai seputar artikel yang mereka pajangkan di mading HubLa ; “Bupati Minta PDAM Harus Mandiri”17

17

Terdapat dalam Koran Riau Pos, Judul : Bupati Minta PDAM Harus Mandiri, tanggal 11 Juni 2012 – 08.35 WIB

jawabannya justru menyalahkan pihak Pemda yang membiarkan PDAM sampai selama ini bergantung kepada pihak swasta. Masalah PDAM sebenarnya berakar pada ketiadaan sumber air baku yang hendak dikelola sendiri oleh PDAM dengan sarana dan prasarana milik sendiri yang selama ini semuanya difasilitasi oleh pihak Chevron. Berulangkali wacana mengenai pengadaan sumber air baku juga sudah pernah muncul seperti, Sungai Sekapas dan Sungai Jurong sebagai daerah destinasi sumber air baku tersebut namun sampai saat ini belum jua ter-realisasi.


(44)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Kondisi Umum Kecamatan Mandau

Kecamatan Mandau adalah Kecamatan terbesar sekaligus terpadat penduduknya di Kabupaten Bengkalis. Tingginya tingkat perpindahan penduduk yang dipengaruhi banyaknya perusahaan Migas (Minyak dan Gas), menjadi penarik tersendiri bagi sebagian orang untuk tinggal dan mencari nafkah di daerah ini. Munculnya perusahaan-perusahaan ini, dilatarbelakangi oleh kekayaan sumber daya minyak bumi yang terkandung didalamnya. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa Duri menjadi daerah yang paling padat penduduk di antara daerah lainnya di Kabupaten Bengkalis.

Secara keseluruhan Kecamatan Mandau terdiri dari dua puluh empat desa/kelurahan yang status hukumnya sudah menjadi desa/kelurahan defenitif. Adapun dari seluruh desa dan kelurahan tersebut terdiri dari lima belas desa dan sembilan kelurahan.

Tabel.1 Luas Wilayah Kecamatan Menurut Desa/Kelurahan

No. Desa/Kelurahan Desa Kelurahan Nama Pejabat Luas (km2) 1. Talang Mandi - √ Halazmi Julizar, S.STP 20,00

2. Harapan Baru √ - - 25,00

3. Gajah Sakti - √ Ilhami , HS 20,00

4. Batang Serosa - √ Tasarjon 6,00

5. Balik Alam - √ Ruslan, SH 6,00

6. Duri Barat - √ Suyatno, SH 14,00

7. Duri Timur - √ Muhammad Nur Islami 6,00


(45)

9. Air Jamban - √ Zulfikar 50,00

10. Sebangar √ - H. Nasir Syakban 150,47

11. Balai Makam √ - Agus Har 100,47

12. Petani √ - PJ. Tasarudin 207,00

13. Pematang Pudu - √ Darus, SH 25,00

14. Bumbung √ - Abdul Razak, S.Pd.I 180,00

15. Kesumbo Ampai √ - - 120,00

16. Tambusai BatangDui

√ -

17. Simpang Padang √ -

18. Pematang Obo √ -

19. Air Kulim √ -

20. Buluh Manis √ -

21. Bathin Betuah √ -

22. Boncah Mahang √ -

23. Pamesi √ -

24. Bathin sebonga √ -

Jumlah 15 9 937.47

Sumber : Website Kabupaten Bengkalis, 2014

Selain kaya akan sumber daya minyak bumi itu, tanah yang subur juga menjadi cirri khas dari wilayah ini. Dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian berladang, dengan menanami tanaman palawija seperti kelapa sawit, kelapa, dan juga karet. dijadikan sebagai lahan perkebunan menjadi salah satu daya pikat yang menarik para perantau untuk menempati wilayah ini.

Jumlah penduduk yang meningkat secara tidak langsung juga mempengaruhi kebutuhan masyarakat akan hal-hal yang tidak hanya primer, tetapi juga sangat vital bagi kehidupan manusia, yaitu air bersih. Duri merupakan daerah dataran rendah yang dikenal dengan daerah yang memiliki banyak rawa dan berlahan gambut. Hal ini menyebabkan sulitnya memperoleh air bersih yang layak konsumsi bagi kehidupan sehari-hari masyarakat.


(46)

2.1.1 Kecamatan Mandau Secara Geografis

Kecamatan Mandau secara geografis terletak pada : a. 0°56'12 Lintang Utara s/d 1°28'17" Lintang Utara b. 100°56'10 Bujur Timur s/d 101°43'26'' Bujur Timur Dengan batas-batas Wilayah :

a. Sebelah Utara Berbatasan dengan Kecamatan Bukit Batu & Kota Dumai.

b. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kecamatan Pinggir. c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu. d. Sebelah Timur Berbatasan dengan Kecamatan Bukit Batu

Kecamatan Mandau merupakan hasil pemekaran Kabupaten Bengkalis menjadi 3 ( Tiga ) kabupaten yaitu Kab Bengkalis, Kabupaten Siak dan Kabupaten Rohil serta 1 ( satu ) kotamadya Dumai berdasarkan UU No. 16 tahun 1999 dan Perda No. 01 tahun 2003 dengan luas wilayah ± 937,47 Km2. Wilayah Kecamatan Mandau ini terletak pada ketinggian 6 M dari permukaan laut. Dengan ketinggian tersebut, maka pada umumnya Kecamatan Mandau banyak tanah yang relatif datar apalagi bila diperhatikan fisiologinya dimana tingkat kesuburan tanahnya sangat tinggi sehingga perusahaan besar maupun masyarakat banyak yang melakukan kegiatan perkebunan khususnya kelapa sawit dan karet.


(47)

Gambar 1 : Peta Mandau

Iklim di Kecamatan Mandau yaitu iklim tropis basah, dengan temperatur maksimum 35oC dan minimum 25oC, kelembaban rata-rata pada musim hujan antara 80% sampai dengan 90 % dan pada musim kemarau 60 % - 70%. Musim hujan terjadi sekitar bulan September – Januari dan musim kemarau terjadi sekitar bulan Februari hingga Agustus. Kecamatan Mandau memiliki iklim tropis basah dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 2000-3000 milimeter per tahun, serta rata-rata hujan per tahun sekitar 160 hari.

2.1.2 Perekonomian Kecamatan Mandau

Riau, salah satu Provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi cadangan minyak terbesar di Asia Tenggara. Duri salah satu wilayah Provinsi Riau


(48)

merupakan penghasil minyak dengan kualitas minyak terbaik dunia (Duri crude). Di bawah nama besar Chevron, pada bulan November 2006, ladang minyak Duri, telah mencapai rekor produksi 2 Miliar barrel sejak pertama kali dipompa pada tahun 1958 (dalam buku, Duri: tanah air baru Amerika). Untuk menunjang produksi ini, di Duri, Kecamatan Mandau terdapat puluhan perusahaan kontraktor, mulai dari yang besar seperti hingga perusahaan kontraktor-kontraktor kecil.

Ladang Minyak Duri telah dieksploitasi sejak tahun 50-an dan masih berproduksi oleh PT dengan rata-rata produksi saat ini 400.000-500.000 barel per hari.

Selain dalam hasil kaya akan minyak bumi, Sektor Industri juga memegang peranan penting dalam perekonomian masyarakat di Kecamatan Mandau. Angka yang tercatat oleh dinas terkait menyebutkan, sebanyak dua industri besar dan lima industri sedang beroperasi di wilayah Kecamatan Mandau. Sedangkan untuk industri kecil 96 unit dan industri mikro 233 unit, selama kurun waktu tahun 2011. Selain industri, perdagangan juga merupakan salah satu penggerak perekonomian di Kecamatan Mandau. Sebagai wilayah perlintasan antar propinsi dan antar kabupaten, Kecamatan Mandau memilki sarana perdagangan dan akomodasi yang terbilang dalam jumlah yang relatif banyak.

Koperasi sebagai dasar perekonomian Indonesia juga berkembang cukup marak di Kecamatan Mandau. Tercatat sebanyak 9 unit KUD dan 88 unit koperasi


(49)

non KUD tersebar di seluruh desa/kelurahan. Jumlah anggota koperasi mencapai 2.391 orang selama Tahun 2011.

Perkembangan sektor pertanian khususnya perkebunan di Kecamatan Mandau semakin meningkat dan berkontribusi dalam peningkatan perekonomian masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari semakin luasnya lahan perkebunan dan meningkatnya produksi rata-rata pertahun, dengan komoditas utama kelapa sawit, kelapa, karet, nenas, dan tanaman lainnya. Peluang pengembangan tanaman perkebunan semakin memberikan harapan, hal ini berkaitan dengan semakin kuatnya dukungan pemerintah terhadap usaha perkebunan rakyat, tumbuhnya berbagai industri yang membutuhkan bahan baku dari produk perkebunan dan semakin luasnya pangsa pasar produk perkebunan.

Namun hal ini berdampak besar terhadap kehutanan Kecamatan Mandau. Pembukaan lahan skala besar oleh perusahaan-perusahaan besar dan skala kecil oleh masyarakat mengakibatkan hutan di Kecamatan Mandau hampir tidak ada. Pembangunan kehutanan pada hakekatnya mencakup semua upaya memanfaatkan dan memantapkan fungsi sumber daya alam hutan dan sumber daya alam hayati lain serta ekosistemnya, baik sebagai pelindung dan penyangga kehidupan dan pelestarian keanekaragaman hayati maupun sebagai sumber daya pembangunan. Namun dalam realitanya tiga fungsi utamanya sudah hilang, yaitu fungsi ekonomi jangka panjang, fungsi lindung dan estetika sebagai dampak kebijakan pemerintah yang lalu. Hilangnya ketiga fungsi diatas mengakibatkan semakin luasnya lahan kritis yang diakibatkan oleh pengusahaan hutan yang tidak mengindahkan aspek kelestarian. Akibat berkurangnya kawasan hutan, banyak satwa liar yang


(50)

statusnya dilindungi oleh pemerintah kehilangan tempat tinggal. Banyak kasus mengenai satwa-satwa liar seperti gajah sumatera memasuki wilayah pemukiman warga, merusak pemukiman, lahan perkebunan, bahkan sampai menelan korban jiwa. Dan masalah ini tampaknya belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah karena belum ada upaya untuk menanganinya. Tak jarang juga gajah-gajah yang linglung kehilangan tempat tinggal ini menjadi bulan-bulanan amuk massa warga. Contoh kasus terkait yakni pada awal Juni 2012, gajah jantan yang ditemukan mati membusuk di kawasan jalan Pipa Air Bersih Desa Petani Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, diduga mati tak wajar. Bangkai gajah yang tak jauh dari Terminal AKAP Duri itu diduga mati diracuni.

2.1.3 Fasilitas dan Infrakstruktur

Sampai saat ini kota Duri hanya terdiri dari dua jalan utama, ya Dumai-Pekanbaru yang merupakan bagian dari bercabang dua. Satu menjadi Jalan Sudirman yang merupakan pusat kota lama dan satu menjadi Jalan Hang Tuah yang menjadi pusat pertumbuhan baru.

Di Jalan Sudirman terdapat pasar Simpang Padang yang bersambung dengan pasar Sartika. Jalan ini merupakan pusat aktivitas ekonomi kota Duri. Berdirinya sejumlah pusat perbelajaan menengah Mandiri, Mandau City Square atau sering disebut juga dengan mall Duri turut menyemarakkan jalan ini. Fasilitas lain yang terdapat di Kecamatan Mandau antara lain yaitu Kantor pos dan kantor kecamatan yang dilengkapi dengan


(51)

gedung pertemuan Bathin Batua pengisian bahan bakar umum di kota Duri; yang pertama dekat kantor camat (Jalan Sudriman), dan satunya lagi di Jalan Hang Tuah.

Jalan Hang Tuah mulai berkembang pada awal tahun 2000 dengan berdirinya ratusa diperlebar menjadi 4 jalur dengan pembatas jalan di tengahnya dan menjadi pusat aktivitas ekonomi baru. Bank, kantor berada di jalan ini. Dua Hotel berbintang dua juga terdapat di jalan ini. Selain itu, di Jalan Mawar yang dapat dilalui dari Jalan Hang Tuah merupakan pusat kuliner,

Saat ini, di daerah Balairaja, PT CPI sedang membangun sebuah gedung serbaguna, yakni Gedung Serbaguna Mandau, yang nantinya akan menggantikan gedung Bathin Batuah sebagai tempat konferensi dan berbagai pertemuan formal di Kecamatan Mandau maupun kecamatan Pinggir.

Rumah sakit Umum Daerah (RSUD) Duri Satu-satunya Rumah Sakit Umum yang berada disebuah Kecamatan, yaitu Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis.yang terletak di jalan Stadion, Duri. Dengan adanya Rumah Sakit ini akan dapat membantu masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.


(52)

2.2. Gambaran Umum PDAM Tirta Dharma Cabang Duri, Bengkalis PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) merupakan salah satu unit usaha milik daerah, yang bergerak dalam distribusi air bersih bagi masyarakat umum dan terdapat di setiap provinsi, kabupaten, dan kotamadya di seluruh Indonesia.18 PDAM sebagai perusahaan daerah diberi tanggung jawab untuk mengembangkan dan mengelola sistem penyediaan air bersih serta melayani semua kelompok konsumen dengan harga yang terjangkau. PDAM bertanggung jawab pada operasional sehari-hari, perencanaan aktivitas, persiapan dan implementasi proyek, serta bernegosiasi dengan pihak swasta untuk mengembangkan layanan kepada masyarakat.

Adapun pengelolaan sumber air bersih khusus untuk Kabupaten Bengkalis dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Dharma Kabupaten Bengkalis, yang terletak di Bengkalis kota yang berada di Pulau Bengkalis. Wilayah Kabupaten Bengkalis yang terdiri dari beberapa bagian yang terpisah terutama Kecamatan Mandau dan Kecamaran Bukit Batu mengakibatkan pendistribusian air bersih oleh PDAM tidak mungkin dilaksanakan, oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Bengkalis membangun PDAM di wilayah Kecamatan Mandau dengan nama PDAM Tirta Dharma Kabupaten Bengkalis Cabang Duri, dan di wilayah Kecamatan Bukit Batu dengan nama PDAM Tirta Dharma Kabupaten Bengkalis cabang Sungai Pakning.

18

Pengertian PDAM Wikipedia.


(53)

Gambar 2 : Kepala Cabang, dan staf PDAM Tirta Dharma Kab.Bengkalis Cabang Duri

2.3 Sejarah Berdirinya PDAM Tirta Dharma Cabang Duri

PDAM Tirta Dharma Kabupaten Bengkalis Cabang Duri (yang selanjutnya akan disebut PDAM Duri) mulai didirikan pada tahun 1994 dengan bantuan PT. Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) yang diresmikan langsung oleh Kepala Daerah tingkat 1 yaitu Gubernur Letjen Soeripto. PDAM Cabang Duri resmi mulai beroperasi pada tahun 1997 dengan Luas bangunan 2 hektar dan alat-alat sebagai berikut19

a. Kapasitas Tangki Resor Koar sebanyak 2 Unit (Kapasitas 1500 m3 dan Kapasitas 1350 m3).

:

b. Fasilitas Kantor

c. Genset Caterpillar 1 unit dengan kapasitas 200 kva.

19

Hasil wawancara dengan Bapak Pungka Simanjuntak yang bekerja sebagai staff di bagian produksi dan pengolahan air PDAM Cabang Duri.


(54)

d. Pipa Transmisi (Pipa jaringan) e. Pompa Distribusi 3 unit

f. Pompa Bekos atau Pompa Kuras sebanyak 4 unit g. Pipa Kapasitas 2 x 15 liter perdetik

PDAM Cabang Duri memiliki satu sumber air yaitu Sungai Rangau yang terletak di Kabupaten Rokan Hilir, tepatnya di Kecamatan Rantau Kopar. Sumber air tersebut digunakan bersama dengan PT. CPI melalui pipa sepanjang 30 km yang menghubungkan sungai rangau dengan waduk penampungan air. Sebagai perusahaan minyak terbesar di Riau PT. CPI berkontribusi dalam mendirikan PDAM Cabang Duri melalui perjanjian kerjasama yang berisi tentang pemakaian bersama pipa sepanjang 30 km. Pipa digunakan sebagai sarana penyuplai air baku ke masing-masing waduk yang dimiliki oleh kedua belah pihak, bimbingan/pelatihan tenaga kerja PDAM, serta penegasan PT. CPI bahwa pihaknya hanya memberikan jatah air baku untuk 4.000 konsumen PDAM Tirta Dharma.20

20

Pipa digunakan untuk menyuplai air baku ke masing masing waduk baik milik PT.CPI yang berada dibelakang Polsek Mandau, dan juga Waduk 125 milik PDAM yang juga berada dilokasi milik PT. CPI (Informasi ini diperoleh dari harian riau terkini : Dipanggil DPRD Bengkalis, PDAM Duri Keluhkan Putusnya Pasokan Air Baku dari CPI karyawan dan buruh PDAM, Selain itu informasi ini juga diperkuat dengan hasil wawancara dengan karyawan tetap PDAM Tirta Dharma, Duri, yaitu Iwan Tambunan dan Armen yang merupakan teknisi PDAM yang bekerja dilapangan).

Jumlah pelanggan PDAM saat ini sudah mencapai 8614 pelanggan, Sumber : CPI Hanya beri 4000 pelanggan untuk PDAM Tirta Dharma yang ditulis dalam blog Weart Creations. pada tangga 10 Maret 2013)


(55)

Gambar 3 : Sungai Rangau di Kab. Rohil (Sumber air PDAM dan PT CPI)

Gambar 4 :Water Line milik PT. CPI yang memompa air sehingga mengalir sampai ke Duri

PT. CPI sebagai Perusahaan yang mengeksplorasi minyak bumi Duri sudah selayaknya memberdayakan masyarakat di sekitar wilayah operasional kerjanya. Hal ini lah salah satu faktor yang juga mempelopori kerja sama antara Pemerintah Daerah dengan PT. CPI untuk memberikan solusi kepada masyarakat


(56)

dalam memenuhi kebutuhannya akan air bersih. Sebelumnya, masyarakat Duri pernah diberikan bantuan berupa tangki-tangki air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya akan air, mengingat semakin sulitnya memperoleh air bersih di wilayah ini. Bahkan hingga saat ini, masyarakat diperbolehkan dengan bebas menggunakan air di perumahan milik Chevron. Masyarakat juga diperbolehkan membawa air dari perumahan ini dengan menggunakan jerigen

tempat penampungan air, asalkan tidak menggunakan tangki.

Cakupan pelayanan PDAM terdiri dari beberapa kelurahan, yaitu Kelurahan Air Jamban, Babussalam, Duri Barat, Duri Timur, Balai Makam, Gajah Sakti, Talang Mandi, dan Titian Antui bahkan sebagian wilayah Kecamatan Pinggir. Sebagian Masyarakat Pinggir ini menjadi pelanggan PDAM Duri sebelum adanya pemekaran wilayah yang akhirnya memisahkan antara Kecamatan Pinggir dengan Kecamatan Mandau. Namun mereka masih tetap menjadi pelanggan PDAM Duri.

Awal beroperasi-nya PDAM Duri dimulai dengan penjualan air bersih berupa tangki-tangki kerumah-rumah pelanggan yang jauh lokasinya dan belum bisa dijangkau oleh pipa-pipa besar PDAM. Hingga PDAM akhirnya kebanjiran pelanggan dikarenakan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kualitas air bersih yang sebelumnya kurang diperhatikan oleh masyarakat. Dulunya, kebanyakan masyarakat menggunakan air kolam atau air ledeng untuk kepentingan sehari-harinya seperti mencuci, mencuci piring, bahkan mandi dimusim kemarau. Tetapi karena kondisi lingkungan yang semakin tidak sehat maka banyak masyarakat yang beralih untuk menggunakan air PAM.


(57)

Di tengah-tengah masyarakat yang menggunakan air PDAM ada yang dikenal dengan “pelanggan langsung” dan “pelanggan tidak langsung” yang menurut penulis keduanya adalah pelanggan PDAM. Pelanggan langsung adalah pelanggan yang tercatat sebagai pelanggan PDAM dan memiliki kontrak sebagai penjual dan pembeli dengan PDAM. Sedangkan Pelanggan tidak langsung menurut penulis, adalah pelanggan yang tidak terikat kontrak dengan PDAM tetapi menggunakan aiar PDAM melalui pelanggan langsung PDAM. Biasanya hal ini terjadi ketika musim kemarau melanda, dimana masyarakat yang tidak terdaftar menjadi pelanggan PDAM kesulitan memperoleh air bersih sehingga dia memutuskan untuk membeli air kepada masyarakat yang terdaftar menjadi pelangggan PDAM secara legal. merupakan

Pelanggan PDAM kebanyakan tinggal di pusat kota Duri dengan masing-masing topografi tanahnya. Sifat air yang selalu mengalir ketempat yang lebih rendah selalu mempengaruhi pendistribusian air kepada pelanggan. Terutama disaat situasi air baku tidak mencukupi, masyarakat yang bertempat tinggal didaerah yang tinggi letak tanahnya akan kesulitan untuk memperoleh air. Begitu juga dengan masyarakat yang lokasi rumahnya jauh dari tempat pengolahan air PDAM, mereka akan kesulitan untuk memperoleh air PDAM. Situasi seperti ini seringkali memicu timbulnya konflik antara pelanggan yang tidak kebagian air dengan karyawan PDAM yang bertugas di kantor. Ditambah lagi dengan jumlah pelanggan tidak langsung yang tidak terhitung jumlahnya menambah beban jumlah air baku yang tersedia.


(58)

Bila dilihat dari jumlah penduduk Kecamatan Mandau yang berkisar antara 217.355 jiwa penduduk (Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis, 2009) dengan yang hanya berkisar 8502 pelanggan21

21

Jumlah pelanggan Januari 2013, PDAM Duri tidak lagi menerima sambungan rumah baru semenjak 2 tahun silam dikarenakan tidak cukupnya sumber air baku yang dimiliki oleh PDAM Duri untuk disalurkan kerumah-rumah pelanggan.

harusnya pelayanan PDAM Duri sudah sangat maksimal hasilnya dirasakan oleh masyarakat. Namun hal ini ternyata tidak bisa dijadikan acuan terpenuhinya kebutuhan pelanggan. Di samping adanya istilah pelanggan langsung dan tidak langsung, PDAM juga belum memiliki sumber air baku yang bisa diolah secara langsung oleh PDAM Duri tanpa melalui Chevron.

2.4 Profil Umum PDAM Tirta Dharma Cabang Duri

PDAM Tirta Dharma Cabang Duri merupakan anak cabang dari PDAM Tirta Dharma Kabupaten bengkalis. PDAM ini didirikan pada tahun 1995 dan tepatnya diresmikan pada tahun 1997 oleh Gubernur Letjen. Soeripto dengan luas lokasi operasional kerja sekitar 4 hektar, yang terletak di Jalan Karya Bakti, Babussalam No. 63 Duri, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis.


(59)

Gambar : 5 PDAM Tirta Dharma Cabang Duri

Adapun visi, misi serta strategi yang digunakan oleh PDAM Tirta Dharma Cabang Duri adalah :

a. Visi

Pelayanan air bersih yang higenis berbasis kepuasan pelanggan dengan cakupan pelayanan 100% tahun 2020.

b. Misi

1. Mewujudkan layanan publik terhadap air bersih yang akuntabel sesuai dengan harapan masyarakat.

2. Menyediakan air bersih dengan kualitas yang baik, kuantitas yang cukup dan kontinuitas yang berkembang.

3. Mewujudkan sikap professional dalam pekerjaan dan pelayanan pelanggan.


(60)

4. Memperluas jangkauan pelayanan dan distribusi air bersih di green field area

c. Strategi Perusahaan

1. Meningkatkan etos dan disiplin kerja.

2. Meningkatkan kualitas pelayanan pelanggan. 3. Meningkatkan infrastruktur sistem air bersih.

4. Meningkatkan skill karyawan dan kualitas pelatihan. 5. Menurunkan tingkat kehilangan air.

6. Meningkatkan kapasitas produksi dan distribusi. 7. Meningkatkan sosialisasi pemamfaatan air bersih.

Gambar 6 : Visi dan Misi PDAM Kabupaten Bengkalis yang dipajang di Kantor PDAM


(61)

2.4.1Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dibawah ini adalah bagian struktur organisasi PDAM Kabupaten Bengkalis Cabang Duri dapat dilihat pada gambar dibawah ini(Sumber; PDAM Cabang Duri) :


(62)

Struktur Organisasi PDAM Tirta Dharma Kabupaten Bengkalis Cabang Duri

Bagan 1 : Struktur Organisasi PDAM Cabang Duri

Sumber : Data primer PDAM Tirta Dharma Dur

Bupati (Herlian Saleh)

Direktur PDAM Tirta Dharma Kab. Bengkalis

(Nova Novianti. SE)

Kepala Cabang PDAM Tirta Dharma Cabang Duri (Irdan. SP) Kasi Inkaso (Hafizah) Kasi Hubla (Ansor hasibuan) Kasi Distribusi (Enri Johan) Kasi Produksi (Dior Manullang) Staff Inkaso 1. Roma Heppy 2. Ariaz Candra 3. Ardo Siregar

Staff Hubla 1. Iwan Tambunan

Staff Distribusi 1. Razab Pohan 2. Feri Kurniawan 3. Jufri Iman 4. Ali Hasmi 5. Bahuddin

Staff Produksi 1. Pungka

Simanjuntak 2. Edwar Manalu 3. Asden. P 4. Ramses

Hutagalung 5. Subangkit

Nasruddin 6. Donles Liston


(63)

2.5 Pelayanan Permohonan Penyambungan Air

Langkah-langkah menjadi pelanggan PDAM terbagi menjadi bebrapa tahap sebagai berikut :

1. Tahap Pendaftaran

Pada tahap awal, calon pelanggan datang ke kantor PDAM dengan membawa syarat-syarat pendaftaran yang meliputi : Fotocopy surat tanah dan PBB dengan menunjukkan aslinya, Fotocopy Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Susunan Keluarga. Fotocopy surat-surat tersebut dilampirkan pada surat Berlangganan (form yag telah disediakan di kantor PDAM). Secara umum isi dari surat permohonan meliputi: Identitas pemohon (Nama dan Alamat), Identitas Tanah/persil yang dimohonkan (status, luas, surat tanah dan ijin bangunan), Guna persil (jenis penggunaan, apakah untuk kepentingan social, perumahan, pemerintah ataukah usaha/industri). Setelah calon pelanggan menerima form. Bukti permohonan berlangganan yang ditandatangani oleh petugas pendaftaran.

2. Tahap Pemeriksaan Permohonan Calon Pelanggan

Setelah permohonan calon pelanggan diterima oleh PDAM, maka dilakukan penelitian atas permohonan tersebut, dengan menugaskan petugas untuk melakukan pemeriksaan ke persil yang dimohonkan penyambungan air minum, ada dua hal diperiksa oleh petugas lapangan, yaitu :

a. Guna persil, yaitu penggunaan persil dengan kategori sebagai berikut :


(1)

sesuai dengan yang sudah disepakati sebelumnya dalam perjanjian jual beli air. Konflik itu sendiri akan meredam ketika tidak ada aspek-aspek yang dilanggar atau tidak dipatuhi oleh kedua belah pihak.

5.2 Saran

Pembenahan dalam diri masing-masing pihak yang berkonflik adalah sesuatu yang penting untuk dilakukan demi menjaga keutuhan dalam suatu masyarakat. Namun, terlebih dahulu mencari akar penyebab terjadinya konflik adalah hal yang wajib dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait, termasuk peran Pemerintah Daerah sebagai atasan yang membawahi langsung PDAM Kabupaten Bengkalis yang juga memiliki cabang dibeberapa kecamatannya.

Kurangnya dana tentu saja menjadi permasalahan utama bagi pihak PDAM untuk mencari sumber air baku baru, terutama dalam menyiapkan segala sarana dan prasarana nya. Untuk itu pemerintah perlu melakukan pendekatan penganggaran pembangunan prasarana air minum yang mengedepankan hak-hak dasar masyarakat.

Kemudian, disarankan kepada PDAM Tirta Dharma, sebagai suatu perusahaan yang menjadi tumpuan masyarakat dalam mengkonsumsi air minumsehari-hari, maka harus selalu mengadakan perawatan terhadap peralatan distribusi air minum agar gangguan distribusi air minum yang selama ini mengakibatkan tercemar air minum dapat diminimalisir serta bila dimungkinkan diadakan penggantian peralatan yang sudah tidak layak lagi dalam pendistribusian air minum tersebut demi pelayanan yang baik bagi konsumen. Hal ini mengingat


(2)

terjadinya kerusakan pipa distribusi PDAM yang pecah karena status yang sudah tua.

Selain itu, kualitas air bersih menjadi suatu yang penting juga untuk dibenahi oleh PDAM Duri, sebab air yang selama ini disalurkan oleh PDAM masih berbau, berbusa dan bisa dikategorikan belum memenuhi standar kesehatan. Masyarakat juga sering mengalami gatal-gatal dan permasalahan lainnya menyangkut kualitas air yang belum baik ini.

Sebagai konsumen pelanggan seharusnya menyadari hak-haknya dan mengembangkan kemampuan untuk memperjuangkan hak-hak tersebut sehingga apabila merasa dirugikan oleh pelaku usaha dapat melakukan usaha-usaha untuk mendapatkan hak-hak tersebut, tetapi juga harus memperhatikan kewajiban-kewajibannya sebagai konsumen.

Akan tetapi hal yang paling penting untuk disadari adalah betapa sumber daya air merupakan sumber daya yang harus tetap kita jaga dan kita lestarikan. Perlunya diadakan sosialisasi atau penyuluhan mengenai penggunaan sumur bor yang dapat merusak lingkungan agaknya dapat menjadi lampu kuning bagi masyarakat yang nantinya ingin menggunakan sumur bor. Kecenderungan masyarakat Duri yang di wilayahnya dapat dipasang sumur bor42

42

Tidak semua wilayah dapat memamsang sumur bor, sebagian masyarakat tidak bisa, itulah sebabnya banyak yang menggantungkan harapan kepada PDAM.

perlu diberi perhatian sebab jika pada masa ini saja sudah terjadi kelangkaan air, bagaimana dengan masa depan? Bayangkan jika saat ini sumur bor dibiarkan dilakukan oleh siapa saja maka musibah yang besar akan menimpa wilayah kita, kelangkaan air bersih betul-betul terjadi, tidak seperti kelangkaan air bersih yang sekarang tapi


(3)

akan lebih besar lagi. Sebab Pembuatan sumur bor yang berlebihan dapat mengkibatkan rusaknya ekosistem air tanah.

Pengurasan air secara terus menerus oleh sumur bor ini dikhawatirkan akan merusak sumber air, dan permukaan air tanah akan terus turun sehingga tanah akan semakin tandus. Para pemerhati lingkungan menilai pembuatan sumur bor harus diawasi dengan ketat. Jangan sampai sumur bor ini tumbuh menjamur dimana-mana. Memang untuk saat ini dampaknya belum dapat dirasakan. Mungkin beberapa tahun ke depan anak cucu yang akan mengetahuinya. Dalamnya sumber air dan turunnya permukaan tanah menjadi dampak pasti bila sumur bor ini semakin menjamur. Diharapkan pembuatan sumur bor ini hanya dilakukan pada daerah-daerah yang sangat membutuhkan saja.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Bohannan, Paul, J. 2000 "Hukum dan Pranata Hukum" dalam Ihromi (ed), Antropologi dan Hukum. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Bungin, Burhan. 2007 “Penelitian Kualitatif” Jakarta : Prenada Group

Griffiths, John, “What is Legal Pluralism”dalam Journal of Legal Pluralism and Unofficial Law, Number 24/1986, hal 1.

Hendropuspito. 1989. Sosiologi Semantik. Yogyakarta : Kanisius

Ihromi, T.O. 1984 “Anropologi dan Hukum” Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Kriekhoff, Valerine, J.L. 1993 "Mediasi (Tinjauan dari Segi Antropologi Hukum)" dalam Ihromi (ed), Antropologi Hukum Sebuah Bunga Rampai.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Lestari, Novi Hesti. 2003. “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)” Universitas Diponegoro. Tidak diterbitkan. Noor, Mohammad. 2010. “Lahan Gambut : Pengembangan, Konservasi, dan

Perubahan Iklim”Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Pruit, D.G dan Jeffrey Z. Rubin. 2004. “Teori Konflik Sosial” Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Rafick, Ishak. 2008. “Catatan Hitam Lima Presiden” Jakarta: Ufuk Publishing Group .

Shiva, Vandana. 2002. “Water Wars : Privatisasi, profit, dan polusi” Yogyakarta : Insist Press


(5)

Susan, Novri. 2009. “Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer” Jakarta : Kencana

Wirawan. 2010. “Konflik dan Manajemen Konflik : Teori, Aplikasi, dan Penelitian/Wirawan” Jakarta : Salemba Humanika

Tarigan, Rosmalemna.2010. “Konflik Sosial di Desa Kuta Rakyat. Kecamatan Naman Teran: Studi Deskriptif Tentang Konflik Perebutan Tanah Warisan”

Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Medan. Tidak diterbitkan.

Sumber Internet :

 “PDAM Daerah Masih Andalkan PLN dan Rawan Masalah” ditulis oleh Maya Selviani dalam media lokal jaringnews.com

 “Membedah Kondisi Hukum Di Era Otonomi Daerah Dengan Menggunakan Cara Pandang Antropologi Hukum” ditulis oleh Djaka

Soehendera

 Dawson (2009:27) yang dipaparkan lewat tulisan Prof.Dr.H. Mudjia Rahardjo dalam blog-nya tanggal 15 Juni 2012

 “Bupati Minta PDAM Harus Mandiri” Terdapat dalam Koran Riau Pos, tanggal 11 Juni 2012 – 08.35 WIB.

 “Pengertian PDAM Wikipedia” (diakses tanggal 10 Maret 2013)


(6)

 “Dipanggil DPRD Bengkalis, PDAM Duri Keluhkan Putusnya Pasokan Air Baku dari CPI karyawan dan buruh PDAM” diakses pada tanggal 10 Maret

 CPI Hanya beri 4000 pelanggan untuk PDAM Tirta Dharma yang ditulis dalam blog Weart Creations. (diakses pada tangga 10 Maret 2013)

 “Warga Duri Terancam Krisis Air Bersih” diakses pada tanggal 12 Oktober

 Sumartono S.sos dalam “Konflik Dalam Pemberitaan Media Massa” diakses pada tanggal 10 April 2014 http://www.esaunggul.ac.id/wp-