Analisis vertikal

b. Analisis vertikal

Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan hanya untuk satu periode laporan keuangan, dengan cara melakukan antara akun-akun yang ada, dalam satu periode pelaporan keuangan. Analisis vertikal yang dapat dilakukan atas unsur dalam laporan keuangan, adalah sebagai berikut:

1. Analisis atas akun yang ada di neraca

2. Analisis atas akun yang ada di laporan realisasi anggaran (LRA)

3. Analisis atas akun yang ada di laporan arus kas (LAK)

4. Analisis atas akun yang ada di laporan operasional (LO)

5. Analisis rasio

Hubungan antar akun-akun di dalam neraca adalah sebagai berikut:

1. Total aset harus sama dengan total kewajiban ditambah ekuitas.

2. Ekuitas menunjukkan jumlah aset bersih pemerintah daerah. Oleh karena itu, total ekuitas harus sama dengan selisih antara total aset dengan kewajiban.

3. Jumlah SiLPA di dalam ekuitas adalah jumlah total kas dikurangi utang perhitungan pihak ketiga (potongan taspen, askes, PPh dan PPn) dan pendapatan yang ditangguhkan.

Hubungan antar akun Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan APBD sebagai berikut:

1. Bila anggaran direncanakan defisit (negatif), maka jumlah pembiayaan neto harus positif, dengan jumlah minimal sama dengan jumlah defisit tersebut. (Jumlah pembiayaan neto positif berarti jumlah penerimaan pembiayaan lebih besar dari

jumlah pengeluaran pembiayaan).

2. Pembiayaan neto negatif hanya diijinkan bila anggaran direncanakan surplus, dan jumlah surplus minimal sama dengan jumlah pembiayaan neto yang negatif tersebut. (Jumlah pembiayaan neto negatif berarti jumlah penerimaan pembiayaan lebih kecil dari jumlah pengeluaran pembiayaan).

3. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) akan muncul dari beberapa kondisi berikut:

a. Bila jumlah pembiayaan neto positif lebih besar dari pada jumlah defisit, maka selisihnya menjadi SiLPA.

b. Bila terjadi surplus dan pembiayaan neto positif.

c. Bila terjadi pembiayaan neto negatif tetapi surplusnya lebih besar.

Hubungan berikut dapat digunakan dalam menilai kebenaran angka dalam laporan arus kas:

1. Saldo kas pada akhir tahun harus sama dengan jumlah kas pada akhir tahun di Neraca.

2. Jumlah arus kas masuk bagi aktivitas operasi dapat sama dengan jumlah pendapatan daerah dikurangi penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan (dalam laporan realisasi anggaran).

3. Jumlah arus kas keluar dari aktivitas operasi sama dengan jumlah total belanja (dalam laporan realisasi anggaran) tetapi tidak termasuk belanja modal.

4. Jumlah arus kas masuk dari aktivitas investasi aset non-keuangan sama dengan jumlah pendapatan dari penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan (dalam laporan realisasi anggaran).

5. Jumlah arus kas keluar dari aktivitas investasi aset non-keuangan sama dengan jumlah belanja modal di laporan realisasi anggaran.

6. Jumlah arus kas masuk dari aktivitas pembiayaan harus sama dengan jumlah penerimaan pembiayaan selain dari penerimaan kembali investasi dan penyertaan dalam Laporan Realisasi Anggaran.

7. Jumlah arus kas keluar dari aktivitas pembiayaan harus sama dengan jumlah pengeluaran pembiayaan selain untuk investasi dan penyertaan dalam Laporan Realisasi Anggaran.

Untuk mengetahui hubungan antara laporan realisasi anggaran dan neraca, dilakukan analisis sebagai berikut:

1. Bila ada belanja modal dalam laporan realisasi anggaran, maka jumlah aset tetap di dalam neraca harus bertambah dengan jumlah yang sama kecuali jika terdapat pelepasan aset tetap.

2. Bila ada penerimaan pembiayaan berupa penerimaan pinjaman dalam laporan realisasi anggaran, maka jumlah kewajiban (utang) di dalam neraca harus bertambah

dengan jumlah yang sama. Demikian sebaliknya, jika terjadi pengeluaran pembiayaan berupa pembayaran pinjaman, jumlah kewajiban di dalam neraca harus berkurang dengan jumlah yang sama.

3. Bila ada penerimaan pembiayaan berupa penggunaan dana cadangan dalam laporan realisasi anggaran, maka jumlah dana cadangan (aset) di dalam neraca harus berkurang dengan jumlah yang sama. Demikian sebaliknya, jika terjadi pengeluaran pembiayaan berupa pembentukan dana cadangan, jumlah dana cadangan (aset) di dalam neraca harus bertambah dengan jumlah yang sama.

4. Bila ada penerimaan pembiayaan berupa penjualan investasi perusahaan daerah dalam laporan realisasi anggaran, maka jumlah investasi jangka panjang (aset) di dalam neraca harus berkurang dengan jumlah yang sama. Demikian sebaliknya, jka terjadi pengeluaran pembiayaan berupa penyertaan modal dalam perusahaan daerah, jumlah investasi jangka panjang (aset) di dalam neraca harus bertambah dengan jumlah yang sama.

5. SiLPA pada kelompok ekuitas di neraca harus sama dengan jumlah SiLPA (akhir tahun) di laporan realisasi anggaran. SiLPA di neraca diperoleh dengan perhitungan:

jumlah total kas dikurangi kewajiban pada PFK (potongan taspen, askes, dan PPh dan PPn yang belum disetor).