Perkembangan Inflasi GAMBARAN OBYEK UMUM PENELITIAN

Mundell 2001 menekankan bahwa dalam mengupayakan stabilisasi nilai tukar diperlukan : 1kepemimpinan yang kuat, 2 pemahaman terhadap sistem dan adanya konsensus dari sektor-sektor penggerak perekonomian; 3 cadangan devisa yang relatif besar; 4 komitmen kebijakan moneter untuk melindungi neraca pembayaran; 5 tercapainya keseimbangan anggaran. Jika semua terpenuhi, manfaatnya terhadap perdagangan dan investasi sangat besar.

4.4 Perkembangan Inflasi

Inflasi merupakan salah satu indikator dalam meninjau perkembangan pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara. Bila dilihat proses dan gejolak pertumbuhan ekonomi yang dipengaruhi oleh tingkat inflasi, dapat dilihat banyaknya permasalahan struktural dalam perekonomian Indonesia selama tahun 1989 sampai dengan 2003 khususnya dalam 6 kurun waktu tahun terakhir. Meningkatnya faktor ketidakpastian dalam negeri maupun luar negeri berpengaruh terhadap proses pemulihan ekonomi yang mengalami krisis di akhir periode tahun 1998 Tabel 4.3. Inflasi yang sangat tinggi pada akhir periode 1998 sebesar 78,56 menyebabkan lumpuhnya sektor riil dan dunia usaha di Indonesia. Akhirnya berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk memulihkan perekonomian dengan menekan inflasi serendah mungkin dengan melakukan ekspansi kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Salah satu upaya dari sisi moneter untuk memulihkan perekonomian yaitu kebijakan moneter yang cenderung ketat tercermin dari peningkatan suku bunga SBI secara bertahap untuk memberikan sinyal kepada pasar akan perlunya mengurangi tekanan inflasi. Tabel 4.3 Perkembangan Inflasi IHK Tahun Inflasi Tahun Inflasi 1989 9,2 1997 8,95 1990 9,53 1998 78,56 1991 9,4 1999 1,67 1992 7,5 2000 3,81 1993 9,7 2001 12,67 1994 8,5 2002 10,28 1995 9,4 2003 5,54 1996 7,9 Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Berbagai Edisi Akselerasi pemulihan ekonomi yang lebih cepat dari yang diperkirakan juga telah meningkatkan tekanan harga terutama sejak pertengahan tahun 2000. Tekanan inflasi muncul karena dorongan permintaan agregat yang tinggi tidak sepenuhnya dapat diimbangi dengan kenaikan sisi penwaran agregat sebagai akibat masih adanya berbagai permasalahan struktural dalam perekonomian. Tekanan inflasi menjadi lebih tingggi dengan adanya kebijakan pemeritah untuk mengurangi berbagai subsidi guna mendorong pembentukan harga berdasarkan mekanisme pasar. Berbagai perkembangan tersebut mengakibatkan kecenderungan kenaikan harga-harga sulit diredam dengan segera karena sifatnya yang menetap persistent.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN