Rata-Rata Indeks Spesialisasi Dan Indeks Entropy Theil Sektor Pertanian Per Kecamatan Di Kabupaten Semarang Tahun 2008-2011

Tabel 14 Rata-Rata Indeks Spesialisasi Dan Indeks Entropy Theil Sektor Pertanian Per Kecamatan Di Kabupaten Semarang Tahun 2008-2011

Sumber : BPS Kab. Semarang, Kecamatan Dalam Angka dan PDRB Ke-

camatan Tahun 2009-2012 (diolah)

ngan wilayah, mengingat semakin banyak Penutup

tenaga kerja akan semakin meningkatkan Berdasarkan hasil penelitian, maka total produktivitas wilayah basis sehingga dapat diperoleh ditarik kesimpulan bahwa secara aggregat akan memiliki tingkat ketersediaan anugerah lokal (local en- produktivitas yang lebih tinggi daripada dowments) yang diwakili oleh luas lahan wilayah non-basis.

pertanian dan jumlah tenaga kerja sektor Atau dengan kata lain gejala para- pertanian dapat mempengaruhi terjadinya doks pada sektor pertanian ini menun- ketimpangan wilayah pada sektor per- jukkan rata-rata tingkat produktivitas tanian di Kabupaten Semarang. Namun yang rendah diseluruh kecamatan, se- demikian pengujian secara parsial mem- hingga mengakibatkan relatif kecilnya buktikan perbedaan luas lahan pertanian kesenjangan /ketimpangan

produktivitas lebih kuat pengaruhnya karena berpenga- antara wilayah kecamatan basis dengan ruh positif dan signifikan terhadap ketimpa- wilayah kecamatan non-basis.

ngan antar wilayah pada sektor pertanian di Kabupaten Semarang. Atau dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa selama periode 2008-2011, adanya penambahan

Keterkaitan Ketersediaan Anugerah....... MediaTrend 13 (1) 2018 p. 100-125

luas lahan pertanian akan semakin signifi- jaga pada level yang “wajar” namun tidak kan menambah ketimpangan antar wilayah mengorbankan sisi produktivitasnya.

pada sektor pertanian di Kabupaten Kedua , Ketidaksignifikanan penga- Semarang. Sementara pengujian secara ruh jumlah tenaga kerja sektor pertanian parsial pada perbedaan jumlah tenaga terhadap ketimpangan antar wilayah pada kerja sektor pertanian ternyata hasilnya sektor pertanian sebaiknya dapat mendo-

berpengaruh negatif dan tidak signifikan rong pemerintah Kabupaten Semarang terhadap ketimpangan antar wilayah pada untuk melakukan reorientasi kebijakan sektor pertanian di Kabupaten Semarang. dalam pendayagunaan potensi tenaga Atau dengan kata lain dapat dinyatakan kerja sektor pertanian. Cara pandang lama bahwa selama periode 2008-2011, adanya terhadap tenaga kerja sektor pertanian ha-

penambahan jumlah tenaga kerja sektor rus diubah. Dalam hal ini, banyaknya jum- pertanian akan tidak signifikan mengurangi lah tidak boleh lagi dianggap sebagai be-

ketimpangan antar wilayah pada sektor ban, namun harus dipandang sebagai satu pertanian di Kabupaten Semarang.

kekuatan.

Adapun sesuai dengan analisis ha- Hal tersebut sangat dimungkinkan sil penelitian, maka dapat direkomendasi- mengingat sejatinya sektor pertanian kan sejumlah saran yang diharapkan akan merupakan representasi dari wujud sektor bermanfaat bagi perbaikan kebijakan pem- ekonomi kerakyatan yang dapat menyerap bangunan sektor pertanian di Kabupaten banyak tenaga kerja. Sehingga apabila Semarang, yaitu antara lain:

potensinya benar-benar diberdayakan se- Pertama, Karena pengaruh per- cara maksimal maka akan sangat berpo- bedaan luas lahan pertanian terhadap tensi dalam mengurangi jumlah pengang- ketimpangan antar wilayah pada sek- guran, menurunkan angka kemiskinan, tor pertanian sifatnya lebih signifikan jika dan dapat mereduksi ketimpangan antara

dibandingkan dengan perbedaan jumlah wilayah maju dengan wilayah tertinggal. tenaga kerja sektor pertanian, maka upaya Oleh karena itu, Pemerintah Kabu- penanganan ketimpangan antar wilayah paten Semarang harus mampu menjaga pada sektor pertanian di Kabupaten motivasi para pekerja sektor pertanian Semarang disarankan akan lebih efektif agar tetap konsisten pada jalur bertani. jika difokuskan pada kebijakan pengendal- Dan, disamping itu Pemerintah Kabupaten ian pemanfaatan lahan pertanian. Khusus- Semarang juga harus mampu untuk se- nya di wilayah SWP-2 dan SWP-3 yang lalu berperan aktif dalam mengupayakan potensi ketimpangan sektor pertaniannya peningkatan kualitas tenaga kerja sektor sangat rentan terhadap pengaruh dari pe- pertanian sehingga produktivitasnya tidak rubahan luas lahan pertanian.

tertinggal jauh dengan produktivitas peker-

Oleh karena itu, sudah sepatutnya ja pada sektor-sektor ekonomi lainnya.

pemerintah Kabupaten Semarang melaku- Ketiga, Melalui nilai intersep kan perlindungan terhadap areal lahan per- masing -masing kecamatan dapat diketa- tanian dari proses terjadinya konversi atau hui potensi penyebab ketimpangan ter- alih fungsi lahan. Perlindungan tersebut di- tinggi terdapat di SWP-1 yang notabene lakukan dengan jalan mengendalikan kon- tidak satupun bagian wilayah kecamatan- versi atau alih fungsi lahan agar tidak di- nya berstatus sebagai kawasan agro- lakukan pada lahan-lahan pertanian subur politan. Sementara dari 10 (sepuluh) ke- yang dapat mengganggu produktivitas camatan yang telah ditetapkan sebagai sektor pertanian. Dengan demikian tingkat kawasan agropolitan, hanya terdapat 3 ketimpangan wilayah pada sektor pertani- (tiga) diantaranya yang berpotensi positif an di Kabupaten Semarang akan tetap ter- atau memiliki karakteristik menambah

Lyra Bumantara Syarif. MediaTrend 13 (1) 2018 p. 100-125

ketimpangan wilayah. Ekonomi Mikro. Prestasi Pustaka Keadaan tersebut tentunya menun-

Publisher. Jakarta. jukkan kinerja produktivitas kawasan agro-

Nijkamp, Peter 2009. Regional Development politan belum dapat mencerminkan keung- as Self-Organized Converging Growth gulan kinerja komparatif sektor pertanian dalam World Bank. 2009. Spatial jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah Disparities and Development Policy. non-kawasan agropolitan. Oleh sebab itu,

The World Bank.

kiranya perlu dilakukan evaluasi ulang ter- hadap kebijakan penataan dan pengem- Peraturan Daerah Kabupaten Semarang bangan kawasan agropolitan di Kabupaten

Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Semarang. Sehingga diharapkan hasil ke-

Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabu- bijakan pembentukan kawasan agropoli-

paten Semarang Tahun 2011-2031. tan akan benar-benar dapat mencermink- Purwanto, Erwan A. dan Dyah Ratih Su-

an efektivitas pencapaian tujuan sesuai listyastuti 2011. Metode Penelitian dengan cita-cita yang mendasari pemben-

Kuantitatif Untuk Administrasi Publik tukan kawasan tersebut di wilayah Kabu-

dan Masalah-Masalah Sosial. (Edisi paten Semarang.

Pertama, Cetakan Kedua). Gava Me- dia. Yogyakarta.

Daftar Pustaka

Adisasmita, Rahardjo. 2013. Teori-Teori Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional, Teori Pembangunan Ekonomi. Graha Ilmu.

dan Aplikasi. Baduose Media. Padang. Yogyakarta.

Sjafrizal. 2012. Ekonomi Wilayah dan Charles-Coll, Jorge A. 2011. Understanding

Perkotaan. Rajawali Pers. Jakarta. Income Inequality: Concept, Causes Soegiarto, Eddy dan Mardyono. 2011.

and Measurement. International Jour- Pengantar Teori Ekonomi. Mahkota nal of Economics and Management

Ilmu. Banten.

Sciences 1 (3): 17-28. Subandi. 2008. Sistem Ekonomi Indonesia. Emilia dan Imelia. 2006. Modul Ekonomi Re-

(Cetakan Keempat). Alfabeta. Bandung. gional. Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas

Ekonomi Universitas Jambi. Jambi. Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pemban- gunan Proses, Masalah, dan Dasar

Keil, Jens-Philipp. 2010. Chinas “Go West“ Kebijaksanaan. Lembaga Penerbit Policy zur Minderung der ausgepräg-

Fakultas Ekonomi Universitas Indo- ten Ost-West-Disparitäten und zur

nesia. Jakarta.

Verbesserung des Investitionsklimas in Westchina: Genese, Ziele, Maß- Tambunan, Tulus T.H. 2001. Transformasi nahmen und Effekte-Attraktivität

Ekonomi di Indonesia: Teori & Pen- der westchinesischen Provinzen als

emuan Empiris. Salemba Empat. Investitionsstandort für ausländische

Jakarta.

Unternehmen-. Dissertation. der natur- Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. wissenschaftlichen Fachbereiche der

2006. Pembangunan Ekonomi Jilid 1. Justus-Liebig-Universität Gießen.

(Edisi Kesembilan). Erlangga. Jakarta. Kuncoro, Mudrajad. 2010. Dasar-Dasar

Ekonomika Pembangunan. (Edisi 5). UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Machfudz, Masyhuri. 2007. Dasar-Dasar