ANALISIS MODEL

BAB V ANALISIS MODEL

Analisis dilakukan guna menjelaskan model yang telah dibuat. Analisis pada pengembangan model ini adalah analisis sensitivitas. Analisis ini dilakukan dengan membuat beberapa skenario penyelesaian masalah utama menggunakan beberapa pengubahan parameter. Parameter yang akan diubah adalah biaya kerugian kualitas (A), kapabilitas, permintaan dan kapasitas jumlah komponen untuk setiap pemasok atau mesin. Skenario analisis sensitivitas ditabelkan dalam Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Skenario Analisis Sensitivitas

Biaya kerugian kualitas (A) akan diubah dari awalnya Rp 0,00 menjadi Rp 1.000.000,- yang kemudian diubah menjadi Rp 3.000.000,- . Hal tersebut dilakukan untuk melihat pengaruh biaya kerugian kualitas terhadap model. Selain itu, indeks kapabilitas akan diubah dari awalnya 0,75 menjadi 1 kemudian diubah kembali menjadi 1,25.

Kapasitas jumlah komponen akan diubah dari kondisi dimana mesin yang ada dapat memenuhi permintaan komponen kemudian diubah hingga mesin tidak mampu memenuhi permintaan sehingga membutuhkan pemasok. Selain itu, kapasitas pemasok pun akan dirubah untuk mengetahui respon model terhadap kapasitas. Pertama-tama, kapasitas mesin akan mampu memenuhi 100 item produk rakitan. Kemudian, permintaan akan berubah menjadi 200 item produk rakitan sehingga kapasitas mesin yang ada tidak mampu memenuhi permintaan. Hasil komputasi dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 tersebut menunjukkan pemasok terpilih untuk beberapa skenario perubahan parameter. Sebagai contohnya, untuk kasus 1, dengan skenario kapasitas jenis pemasok adalah 3 untuk semua pemasok, serta kapasitas jumlah Tabel 5.2 tersebut menunjukkan pemasok terpilih untuk beberapa skenario perubahan parameter. Sebagai contohnya, untuk kasus 1, dengan skenario kapasitas jenis pemasok adalah 3 untuk semua pemasok, serta kapasitas jumlah

5.1 PENGARUH BIAYA KERUGIAN KUALITAS

Perubahan biaya kerugian kualitas berpengaruh terhadap pemilihan pemasok dan toleransi. Saat biaya kerugian kualitas (A) bernilai 0 (kasus 2), alokasi terpilih adalah mesin 1 memproduksi 100 unit komponen 1 sedangkan mesin 2 memproduksi 100 unit komponen 2 dan 100 unit komponen 3. Ketika biaya kerugian kualitas (A) bernilai Rp 1.000.000,- terjadi perubahan pada alokasi yang terpilih, mesin 1 memproduksi 100 unit komponen 2 dan 3 sedangkan mesin

2 memproduksi 100 unit komponen 1. Hal tersebut terjadi dikarenakan ketika A=

0 model cenderung memilih komponen yang diproduksi dengan biaya manufaktur yang rendah sedangkan ketika A naik menjadi Rp 1.000.000,- model mempertimbangkan aspek toleransi dari produksi komponen tersebut sehingga ada perubahan dalam penentuan alokasi.

Tabel 5.2 Hasil Komputasi Model

Kasus 1 2 3 Pemasok

Q 0 0 0 (IDR)

Biaya T

4.848.978 Q

1.348.978 (IDR)

3.500.000 Sc

0 0 K1

100 A =

300000 K2

100 0 K3

100 Biaya

7.546.933 Q

4.046.933 (IDR)

3.500.000 Sc

V-3

Kasus 4 5 6 Pemasok

Q 0 0 0 (IDR)

Terpilih Biaya T

4.848.978 Q

1.348.978 (IDR)

3.500.000 Sc

0 0 K1

100 A =

K2

100 Biaya

K3

7.546.933 Q

4.046.933 (IDR)

3.500.000 Sc

V-4

Kasus 7 8 9 Pemasok

Pemasok (item)

Q 0 0 0 (IDR)

8.340.000 Sc

0,0024 K1

100 100 A =

K2

100 100 Biaya

K3

13.160.889 (IDR)

3.800.889 M

100 100 A =

K1

K2

100 100 Biaya

K3

20.762.667 (IDR)

11.402.667 Pemasok

9.360.000 Terpilih

V-5

Keterangan Tabel P 1 : Pemasok 1 P 2 : Pemasok 2 P 3 : Pemasok 3 K 1 : Komponen 1 K 2 : Komponen 2 K 3 : Komponen 3

A : Biaya Kerugian Kualitas (IDR) M : Biaya Manufaktur (IDR) Q : Total Biaya Kerugian Kualitas (IDR) T : Biaya Total (IDR) Sc : Total biaya Scrap (IDR)

V-6

Pada saat A menjadi Rp 3.000.000,- tidak ada perubahan alokasi terpilih jika dibandingkan ketika A bernilai Rp 1.000.000,- . Hal tersebut dikarenakan perubahan biaya kerugian kualitas dari Rp 1.000.000,- menjadi Rp 3.000.000,- tidak terlalu berpengaruh terhadap model, berbeda ketika perubahan dari Rp 0 ke Rp 1.000.000,- dari awalnya tidak memperhitungkan biaya kerugian (Rp 0) kualitas menjadi memperhitungkannya (Rp 1.000.000,-). Perubahan besarnya biaya kerugian kualitas akan membuat model berusaha menyeimbangkan antara biaya pembelian dan biaya total kerugian kualitas dengan memilih alternatif yang mempunyai toleransi lebih ketat.

Perubahan biaya kerugian kualitas berpengaruh terhadap konsekuensi biaya yang terjadi akibat pemilihan pemasok. Ketika A = 0 hanya Manufaktur yang terjadi sehingga total biayanya adalah sebesar biaya pembelian tersebut, yaitu Rp 2.902.301,7. Biaya manufaktur mengalami perubahan ketika biaya kerugian kualitas meningkat menjadi Rp 1.000.000,- karena ada perubahan alokasi komponen terhadap alokasi terpilih. Namun, ketika biaya kerugian kualitas meningkat menjadi Rp 3.000.000,- tidak ada perubahan terhadap alokasi komponen sehingga hanya mempengaruhi kenaikan total biaya dan total biaya kerugian kualitas saja.

Gambar 5.1 Pengaruh A Terhadap Komponen Biaya Pada Kasus 1

Pengaruh perubahan biaya kerugian kualitas terhadap komponen biaya yang terjadi dapat dilihat pada gambar 5.1. Berdasarkan gambar dapat dilihat bahwa total biaya mengalami peningkatan secara linier seiring dengan adanya peningkatan biaya kerugian kualitas. Biaya manufaktur dan biaya total kerugian kualitas pun mengalami kenaikan seiring dengan peningkatan biaya kerugian kualitas.

5.2 PENGARUH INDEKS KAPABILITAS

Indeks kapabilitas merupakan ukuran sederhana untuk menjelaskan kemampuan suatu proses berjalan (Yang dan El-Haik, 2003). Pada kondisi awal (kasus 1) indeks yang digunakan adalah 0,75 yang menunjukan bahwa sistem berjalan tidak terlalu baik. Kemudian indeks kapabilitas dirubah dari 0,75 menjadi

1 (kasus 2) selanjutnya diubah menjadi 1,25 (kasus 3). Pada saat A= 0 dan indeks kapabilitas bernilai 0,75 dengan biaya scrap Rp 3.000.000,- total biaya scrap yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan alternatif indeks kapabilitas lainnya yaitu Rp 40.279,877. Ketika Indeks kapabilitas berubah menjadi 1 total biaya scrap yang dihasilkan menurun menjadi Rp 2.301,747. Total biaya scrap kembali turun ketika indeks kapabilitas diubah menjadi 1,25, total biaya scrap hanya Rp 7,08. Grafik perubahan total biaya scrap ditunjukan oleh gambar 5.2.

Gambar 5.2 Pengaruh Indeks Kapabilitas Terhadap Komponen Biaya Scrap

Ketika biaya kerugian kualitas memiliki nilai, contohnya ketika bernilai Rp 1.000.000,- indeks kapabilitas tidak hanya mempengaruhi total biaya scrap saja tetapi berpengaruh juga terhadap biaya total kerugian kualitas. Total biaya kerugian kualitas ketika indeks kapabilitas bernilai 0,75 adalah sebesar Rp 3.747.160,49 . Nilai tersebut menurun ketika indeks kapabilitas dinaikan menjadi

1 total biaya kerugian kualitas menjadi Rp 2.107.777,78 kemudian turun menjadi Rp 1.348.977,78 ketika indeks kapabilitas dinaikan menjadi 1,25.

Gambar 5.2 Pengaruh Indeks Kapabilitas Terhadap Komponen Biaya

Pengaruh dari turunnya total biaya kerugian kualitas akan menyebabkan menurunnya total biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan. Turunnya total biaya berbanding lurus dengan penurunan total biaya kerugian kualitas. Sedangkan untuk biaya manufaktur tidak mengalami perubahan biaya, hal tersebut terjadi karena tidak adanya perubahan alokasi komponen pada alternatif yang ada. Grafik perubahan komponen biaya akibat perubahan indeks kapabilitas dapat dilihat pada gambar

5.3 PENGARUH PERMINTAAN DAN KAPASITAS JUMLAH KOMPONEN PEMASOK

Kapasitas jumlah menunjukkan berapa banyak (item) komponen yang dapat dialokasikan oleh alternatif yang ada. Pada kondisi ideal (kasus 1) ketika A = 0 Kapasitas jumlah menunjukkan berapa banyak (item) komponen yang dapat dialokasikan oleh alternatif yang ada. Pada kondisi ideal (kasus 1) ketika A = 0

Ketika permintaan produk rakitan bertambah menjadi 200 item pada saat

A =0 (kasus 7), memilih alternatif mesin yang memiliki harga paling murah. Hal tersebut menunjukan bahwa ketika biaya kerugian kualitas tidak diperhitungkan, model akan cenderung memilih alternatif dengan harga termurah dari alternatif yang mungkin.

Sedangkan ketika biaya kerugian kualitas dipertimbangkan, model akan memilih alternatif berdasarkan biaya dan kerugian kualitas yang ditimbulkan dari alternatif yang ada. Oleh karena itu, pada kasus 1 ketika nilai A = Rp 1.000.000,- ada perubahan alokasi terpilih. Komponen 1 menjadi diproduksi oleh mesin 2 sebanyak 100 unit sedangkan komponen 2 tetap diproduksi oleh mesin 1 sebanyak 100 unit dan komponen 3 diproduksi oleh mesin 2 sebanyak 100 unit. Ketika A= Rp 3.000.000,- tidak terjadi perubahan pemilihan alokasi.

Pada kasus 7 ketika A= 1.000.000,- dengan permintaan produk rakitan sebanyak 200 unit terjadi perubahan alokasi komponen. Mesin 2 menjadi memproduksi 200 unit komponen 2 dan 100 unit komponen 3 dari yang awalnya hanya memproduksi 50 unit komponen 1, 50 unit komponen 2 dan 200 komponen3 . Sedangkan mesin 1 menjadi memproduksi 200 komponen 2 dan 100 unit komponen 3 dari yang awalnya memproduksi 150 unit komponen1 dan komponen 2.

Perubahan alokasi komponen akan mempengaruhi total biaya dan total biaya kerugian kualitas yang ditanggung perusahaan. Hal tersebut dikarenakan perubahan alokasi akan menentukan perubahan harga manufaktuk dan akan berpengaruh terhadap toleransi komponen terpilih. Perubahan harga manufaktur akan berpengaruh terhadap total biaya sedangkan toleransi akan berpengaruh terhadap total biaya kerugian kualitas yang dialami perusahaan.