Kebebasan Berserikat Sebagai Hak Asasi Manusia di Bidang Politik

partai yang lain dirundung masalah baik yang bersifat internal maupun masalah yang dikarenakan faktor eksternal. Pada era awal reformasi tahun 1999 sudah terjadi perubahan-perubahan yang cukup signifikan, baik dalam aturan main, penyelenggaraannya maupun dalam prosesnya. Sedangkan berdasarkan Undang-Undang untuk pelaksanaan Pemilu tahun 2004, aturan main sudah semakin transparan dan dilaksanakan secara konsekuen sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pemilu.

2.3. Kebebasan Berserikat Sebagai Hak Asasi Manusia di Bidang Politik

Kebebasan berserikat dan berkumpul serta mengeluarkan pikiran sebagaimana diatur di dalam Pasal 28 Undang Undang Dasar 1945 adalah merupakan salah satu hak asasi manusia di bidang politik yang diakui dan dijamin oleh konstitusi Republik Indonesia. Hak yang bersifat asasi tersebut tidak saja diakui dan dijamin di negara Republik Indonesia, tetapi diakui dan dijamin pula secara universal oleh negara-negara di dunia. Pengakuan dan jaminan secara universal terhadap kebebasan untuk berserikat dan berkumpul serta mengeluarkan pikiran dapat kita temukan pada Pasal 19, 20 dan 22 ayat A Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia tahun 1948. Setiap negara mempunyai hak untuk membuat interpretasi terhadap hak asasi manusia yang bersifat universal itu sesuai dengan kedaulatan serta nilai-nilai sosial budaya masyarakatnya. Hal ini diakui pula secara internasional dengan apa yang disebut konsep “relativisme kultural”. Seperti apa yang dikemukakan oleh Muladi bahwa sekalipun hak asasi manusia itu bersifat universal, indivisible, interdependent and interrelated, namun di dalam pelaksanaannya harus tetap memperhatikan kondisi sosial budaya setiap negara. 75 Selanjutnya pembatasan terhadap operasionalisasi hak asasi manusia tersebut harus dicantumkan di dalam undang-undang atas dasar keamanan nasional, demi ketertiban umum, demi persatuan dan kesatuan nasional, moralitas masyarakat dan kesejahteraan masyarakat. Penegasan-penegasan di dalam peraturan perundangan ini 75 Muladi, “Penegakan Hak Asasi Manusia Dalam Hukum Positif di Indonesia”, dalam Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Budaya Indonesia Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1997, hal. 81-83. sangat penting untuk mencegah adanya pelbagai manipulasi yang mungkin dilakukan oleh pemerintah karena telah memenuhi asas legalitas dan sesuai dengan undang-undang yang mengatasnamakan prinsip relativisme kultural. Negara Republik Indonesia mempunyai konsep hak asasi manusia seperti apa yang tercantum di dalam Undang Undang Dasar 1945, yang tercantum dalam Bab XA Pasal 28 A sampai dengan Pasal 28 J. Konsep hak asasi manusia tersebut adalah konsepsi hak asasi manusia yang sesuai dengan kultur dan corak hidup bangsa Indonesia, di mana penjabaran dan rinciannya akan dilaksanakan oleh berbagai peraturan perundang- undangan yang dibuat secara demokratis dan senantiasa dapat berkembang sesuai dengan situasi serta kondisi perkembangan masyarakat Indonesia. Atas dasar pandangan pemikiran yang konstitusional sedemikian itu, maka dapat diamati bahwa perkembangan rincian dan penjabaran Pasal 28 Undang Undang Dasar 1945 telah mengalami berbagai macam perubahan dan penyempurnaan dari waktu ke waktu. Terlebih lagi setelah amandemen ke 2 dari UUD 1945, landasan konstiusional kebebasan berserikat secara ekesplisit telah diakui sebagai hak asasi manusia didalam Pasal 28 E ayat 3, yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.

2.4. Hubungan Antara Pemilihan Umum Dengan Demokrasi.