1. Implikasinya Di Tingkat Nasional.

Perobahan diatas adalah mengenai waktu untuk melakukan penelitian danatau verifikasi serta pengesahan partai politik sebagai badan hukum, yang memerlukan waktu paling lama dua bulan, sehingga lebih lama dibandingkan dengan pengaturan dalam Undang- Undang yang lama yang hanya memerlukan waktu selama satu bulan. Dalam rangka pembinaan terhadap partai politik, tidak dikenal sistem pembinaan dari lembaga atau instansi di luar partai atau pembinaan secara eksternal. Dengan demikian pembinaan untuk perkembangan partai politik, sehingga partai politik tersebut menjadi maju atau mundur sangat tergantung pada anggota dan para pengurusnya. Hal itu mencerminkan bahwa kedaulatan partai politik terletak pada anggotanya dan hal itu dilakukan pada forum tertinggi partai sesuai dengan Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga partai yang bersangkutan. Demikian pula mengenai pembubaran suatu partai, maka partai politik dapat dibubarkan karena : 82 a. membubarkan diri atas keputusannya sendiri, b. menggabungkan diri dengan partai lain, dan c. dibubarkan oleh Mahkamah Konstitusi hal ini berbeda dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 dibubarkan oleh Mahkamah Agung.

3.1. 1. Implikasinya Di Tingkat Nasional.

Dalam Pemilu tahun 1999, sebagai pemilu yang pertama di era reformasi, secara nasional tiga partai politik dari empat puluh delapan partai politik peserta pemilu adalah partai politik lama yang telah ada pada era orde baru yaitu Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Sedangkan empat puluh lima 82 Pasal 20 Undang-Undang N0 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik, sama dengan Pasal 41 Undang- Undang N0 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik lainnya adalah partai politik baru yang muncul sebagai akibat politik hukum kebebasan untuk berserikat, berkumpul dan menyatakan pendapat. Dari empat puluh delapan partai peserta Pemilu tahun 1999, enam partai memperoleh 2 atau lebih suara konstituen. PDIP muncul sebagai pemenang memperoleh hampir 34 suara, sedangkan partai kedua terbesar yaitu Partai Golkar dengan memperoleh suara sebesar 22 suara. Selanjutnya berutur-turut PKB dengan perolehan suara 13 suara PPP dengan 11 , PAN 7 , PBB 2 suara. Di sisi lain, 15 partai politik memperoleh suara di bawah 2 tetapi masih mendapat kursi keanggotaan, sedangkan 27 partai lainnya tidak mendapat kursi sama sekali dalam Pemilihan Umum tahun 1999. Sesuai dengan ketentuan Pasal 29 3 UU N0 2 tahun 1999 tentang Partai Politik yang mengatur mengenai “electoral threshold”, hanya 6 partai politik yang boleh mengikuti pemilu berikutnya di tahun 2004, karena mereka memperoleh minimal 2 dari jumlah kursi di DPR. Sedangkan 15 partai lainnya yang juga memperoleh kursi di DPR tidak diperbolehkan mengikuti pemilu berikutnya, karena perolehan suara kurang dari batas minimal tersebut. Ketentuan mengenai “electoral threshold”, tersebut memang telah biasa dipergunakan dalam pengaturan sistem kepartaian, dengan tujuan untuk membatasi jumlah partai politik secara alamiah, yang didalam khasanah teori disebut sebagai “political engineering by electoral process”. Melalui proses tersebut dinamika kehidupan kepartaian akan berjalan, dengan indikator bahwa partai-partai baru akan berdiri atau akan bubar secara silih berganti. Proses penggabungan antar partai akan terjadi dan muncul partai baru, akan tetapi partai besar dapat mempertahankan keberadaannya sepanjang dalam pemilu selalu lolos dari batas minimal perolehan suara electoral threshold. Dalam kehidupan kepartaian setelah pelaksanaan Pemilu 1999 dapat dilihat adanya kecenderungan persaingan yang tidak sehat di antara para elit partai. Hal ini tidak saja terjadi pada partai-partai kecil, tetapi terjadi juga pada partai-partai besar pemenang Pemilu 1999. Persaingan-persaingan tidak sehat itu mengarah pada pertikaian yang tidak terselesaikan sehingga sangat mungkin terjadi perpecahan partai karena konflik-konflik internal. Gejala yang demikian itu nampaknya juga pernah terjadi sebelumnya, bahkan hal itu terlihat pula semenjak awal berdirinya partai politik di Indonesia. Sejarah telah membuktikan bahwa partai-partai besar yang juga merupakan partai-partai lama yaitu PDIP, Partai Golkar dan PPP mengalami pula konflik internal yang mengarah pada perpecahan. Secara kritis apabila dilihat dari berbagai aspek, munculnya banyak partai politik di Era Reformasi, sangat berbeda dengan pada waktu awal kemerdekaan. Pembentukan partai di awal kemerdekaan didasarkan pada berbagai pertimbangan yang ideal dan karena alasan ideologis untuk ikut berperan dalam mengisi kemerdekaan. Sedangkan di Era Reformasi banyak indikasi yang menggambarkan bahwa pembentukan partai baru lebih banyak memiliki tujuan praktis, tidak karena pertimbangan jangka panjang dan ideal. Lahirnya partai baru hanya dipakai sebagai sarana untuk mengartikulasikan berbagai kepentingan dan terutama untuk berebut kekuasaan. Demikian pula terdapat indikasi bahwa pendirian suatu partai politik semata-mata hanya untuk mencari dan menghimpun dana politik. Atas dasar landasan konstitusional undang-undang bidang politik untuk menyongsong Pemilihan Umum Legislatif 2004 serta Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2004, ternyata membawa dampak munculnya berbagi partai politik baru yang ingin berkompetisi untuk memperebutkan jabatan-jabatan politis tersebut. Partai-partai politik tersebut pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam 5 kategori utama yaitu : a. Partai politik yang lolos “electoral Threshold” Pemilu tahun 1999 yaitu : 83 N o N a m a Pa r t a i Polit ik Su a r a 1. Part ai Dem okr asi I ndonesia Perj uangan 33,74 2. Part ai Golongan Karya 22,44 3. Part ai Kebangk it an Bangsa 12,61 4. Part ai Per sat uan Pem bangunan 10,71 5. Part ai Am anat Nasional 7,12 6. Part ai Bulan Bint ang 2 Enam partai politik tersebut merupakan partai politik yang memperoleh jumlah minimal 2 dari jumlah kursi di DPR, sehingga mereka berhak secara langsung menjadi peserta Pemilu tahun 2004 tanpa melalui proses verifikasi oleh KPU terlebih dahulu. Tiga dari partai politik diatas merupakan partai yang telah ada sejak era Orde Baru, sedangkan tiga partai politik lainnya merupakan partai politik yang lahir pada era reformasi b. Partai politik baru peserta pemilu tahun 2004 yang lolos verifikasi KPU yaitu : 84 N o N a m a Pa r t a i Polit ik Pim pin a n Pa r t a i 1. Part ai Nasional I ndonesia Marhaenism e Sukm aw at i Soekarno 2. Part ai Buruh Sosial Dem okrat Mucht ar Pakpahan 3. Part ai Merdeka Adi Sasono 4. Persat uan Dem okrasi Kebangsaan M. Ryaas Rasyid 5. Part ai Per him punan I ndonesia Baru Sj ahrir 6. Part ai Nasional Bant eng Kem erdekaan Eros Dj arot 7. Part ai Dem okr at Subur Budi Sant oso 8. Part ai Keadilan dan Persat uan I ndonesia Edi Sudradj at 9. Part ai Penegak Dem okrasi I ndonesia HM. Dim yat i Hart ono 10. Part ai Per sat uan Nahdlat ulUm m ah I ndonesia Syukron Ma’m un 11. Part ai Karya Peduli Bangsa R. Har t ono 12. Part ai Keadilan Sej aht era Hidayat Nur Wahid 83 Komisi Pemilihan Umum, Jakarta 1999 84 Komisi Pemilihan Umum, Jakarta 2004. 13. Part ai Bint ang Refor m asi KH. Zainudin MZ 14. Part ai Dam ai Sej aht era Ruyandi Hut asoit 15. Part ai Pat r iot Pancasila Yapt o S. Soerj osoem ano 16. Part ai Serikat I ndonesia Rahardj o Tj akr aningrat 17. Part ai Per sat uan Daerah Oesm an Sapt a 18. Part ai Pelopor Rachm aw at i Soekarnoput r i Partai politik yang diperlihatkan dari data diatas adalah partai politik lolos dari verifikasi KPU dan menjadi peserta Pemilu tahun 2004, setelah ke 18 partai politik baru tersebut memenuhi persyaratan Pasal 27 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Partai Pemilihan Umum yaitu : a. memiliki pengurus lengkap sekurang-kurangnya di 23 dua per tiga dari seluruh jumlah Provinsi b. memiliki pengurus lengkap sekurang-kurangnya di 23 dua per tiga dari jumlah KabupatenKota di Provinsi yang bersangkutan c. memiliki anggota yang ditunjukkan secara resmi dengan kartu tanda anggota sekurang-kurangnya 1.000 seribu orang atau sekurang-kurangnya 11.000 seperseribu dari jumlah penduduk pada setiap kepengurusan partai politik yang bersangkutan. c. Partai politik baru yang tidak lolos verifikasi KPU yaitu : 85 N o N a m a Pa r t a i Polit ik N a m a Pim pin a n Pa r t a i 1. Part ai Am anah Sej aht era KH. Abdul Rachm an 2. Part ai Bhineka I ndonesia Nurdin Purnom o 3. Part ai Dem okr at Ber sat u H. Bam bang W.Suhar t o 4. Part ai Dem okr at kasih BangsaI ndonesia Manasse Malo 5. Part ai Dem okr asi Perj uangan Rakyat Handoko Yudha P. 6. Part ai Got ong Royong Mien Sugandhi 7. Part ai I ndonesia Tanah Air Kit a M. Dim yat i Har t ono 8. Part ai I slam H. Andi Rasyid D. 9. Part ai I slam I ndonesia HM. Tahrir Ashary 10. Part ai Kat olik J. Riberu 11. Part ai Kat olik Dem okrasi I ndonesia S. Roy Rening 12. Part ai Kej ayaan Dem okrasi H. Mat ori Abdul Jalil 13. Part ai Kesat uan Republik I ndonesia N. Dew i Rat u Epox 14. Part ai Kongr es Pekerj a I ndonesia H. Rudi Prayit no 15. Par t ai Kr ist en I ndonesia 1945 JM. Pat t iasina 16. Part ai Krist en Nasional Dem okrat I ndonesia CS. Tam bunan 17. Part ai Nasional I ndung Bant eng Kerakyat an 1927 Tj okorda HMS 18. Part ai Nasional Marhaen Jaya Parluhut an H. 19. Part ai Nasionalis Mar haenis Eddy Safuan 20. Part ai Pro Republik HA. Yani Wahid 21. Part ai Pem er sat u Bangsa HT. Hasan Gewang 22. Part ai Pem er sat u Nasional I ndonesia Gunt ur Sukar no Put ra 23. Part ai Penyelam at Perj uanga Reform asi HM. Soleh Khalid 85 Komisi Pemilihan Umum, Jakarta 2004 24. Part ai Pew ar t a Dam ai Kasih Bangsa G. Set o Hariant o 25. Part ai Reform asi S. Kam al 26. Part ai Tenaga Kerj a I ndonesia Muniradim ad Data di atas memperlihatkan bahwa persyaratan untuk dapat menjadi peserta pemilihan umum sangat memberatkan partai-partai politik, terutama partai politik baru yang lahir setelah diundangkannya Undang-Undang N0 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik dan Undang-Undang N0 12 Tahun 2003 tentang Pemilu. Syarat untuk dapat menjadi peserta pemilu sebagaimana diatur dalam Pasal 27 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 sangatlah sulit untuk dipenuhi dalam waktu yang relatif singkat, karena sangat membutuhkan waktu, dana dan pendekatan-pendekatan yang memerlukan basis massa yang kuat sebelumnya. d. Partai politik yang dibatalkan sebagai Badan Hukum oleh Departemen Kehakiman yaitu : 86 N o N a m a Pa r t a i Polit ik N a m a Pim pin a n Pa r t a i 1. Part ai Abdi Masyarakat PADMA Muham m ad Am ir Zein 2. Part ai Abul Yat am a Rusli Bint ang 3. Part ai Adil Mak m ur Wasiat Bung Karno Bam bang Bint oro 4. Par t ai Aksi Keadilan Sosial I ndonesia PAKSI Soerachm an Dj aya Subit a 5. Part ai Aliansi Dem okrat I ndonesia PADI M. Bam bang Sulist om o 6. Part ai Aliansi Kebangk it an Muslim Sunny I ndonesia Part ai AKAMSI Sofyan Siradj 7. Part ai Aliansi Rakyat Miskin I ndonesia PARMI Tengku Mia Chalid 8. Part ai Am anah Masyarakat Madani PAMM Kahirul Bak t i 9. Part ai Am anah Rakyat PAR TH. Pardede 10. Part ai Am anat Kasih PAK Mc. Nubi 11. Part ai Am anat Pem bangunan PAP Moham m ad Farid 12. Part ai Am anat Penderit aan Rakyat Par t ai AMPERA Sylvanus Panj ait an 13. Part ai Anak Bangsa Republik I ndonesia Kusum o 14. Part ai Api Pancasila Solagrat ia S.Lum i 15. Part ai Barisan I nt i Pem bangunan BI NTANG Moham m ad I nt an P. 16. Part ai Bhineka Tunggal I ka PBI Nurdin Pur nom o 17. Part ai Budaya Bangsa Nusant ara PBBN RM. Ki WisnoeWardana 18. Part ai Budhis Dem okrat I ndonesia Aggi Tj et j e 19. Part ai Buruh I ndonesia Muham m ad I brahim 20. Part ai Buruh Nasional Tohap Sim anungkalit 21. Part ai Cint a Dam ai I skandar Zulkaranin 22. Part ai Daulat Rakyat PDR Baharuddin 23. Part ai Dem okr asi I ndonesia Budi Hardj ono 24. Part aiDem okrasi I slam Republik I ndonesia PADRI Heri I skandarsyah 86 Komisi Pemilihan Umum, Jakarta 2004. 25. Part ai Dem okr asi Kasih Bangsa Pem baharuan PDKB PEMBAHARUAN Sam uel F. Poli 26. Part ai Dem okr asi Liberal I ndonesia PDLI Nurhana TM 27. Part ai Dem okr asi Pat riat ik I ndonesia PDPI Payung Salenda 28. Part ai Dem okr asi Rakyat I ndonesia PDRI Handy Maryant o 29. Part ai Dem okr at Kat olik PDK J. Riberu 30. Part ai Dem okr at Pem bangunan I ndonesia PDPI Franky Worang 31. Part ai Dinam ik a Um m at PDU Bam bang Widhiyat om o 32. Part ai Dua Syahadat PDS Mukart a 33. Part ai Era Reform asi Tarbiyah I slam iyah PERTI HST. Sukarnot om o 34. Part ai Gem a Masyarakat PGM Surant o Waluyo 35. Part ai Generasi Baru I ndonesia GEBAR I NDONESI A Eddy Sifyan 36. Part ai Generasi Muda I ndonesia Rudy F. Sera 37. Part ai Generasi Pener us Perint is Kem erdekaan I ndonesia Ut oyo Sum it ro 38. Part ai Gerakan Pem berant as Kor upsi PGPK BI . Sum unar 39. Part ai Hij au PH Widyat m oko 40. Part ai I kat an Penduk ung Kem erdekaan I ndonesia PARTAI I PKI R. Soeprapt o 41. Part ai I ndependen PI Zulkarnain 42. Part ai I ndonesia Baru PI B M. Syaiful Anw ar 43. Part ai I ndonesia Persat uan PARTI NDO PERSATUAN Kem al Asm ar a Hadi 44. Part ai I ndonesia Raya PI R Bacht iar KA 45. Part ai I slam Dem okrat PI D Andi Rasy id Dj alil 46. Part ai I slam Persat uan I ndonesia PI PI M. Dault 47. Part ai I slam Radikal I ndonesia PI RI Hasan Jawas 48. Part ai Jabal Nur I ndonesia PI NI Suriant o 49. Part ai Ka’bah Achm ad Suahaim i 50. Part ai Kasih Nasional PKN Frans J. Wenas 51. Part ai Kat olik Dem okrat PKD Marcus Mali 52. Part ai Keadilan Nur Mahm udi I sm ail 53. Part ai Keadilan dan Persat uan PKP Edi Sudraj at 54. Part ai Keadilan Sosial Marat a Saruksuk HC. S. Pasar ibu 55. Part ai Kebangk it an Akhlussunah Wal Jam a’ah PAKKAM Syarkaw i Machudum 56. Part ai Kebangk it an Bangsa I ndonesia PKB I NDONESI A Ubaidillah Faqih 57. Part ai Kebangk it an Muslim I ndonesia PARTAI KAMI Syam sahril 58. Part ai Kebangk it an Um at PKU M Yusuf Hasyim 59. Part ai Kebangsaan Yusuf Merukh 60. Part ai kebangsaan Merdeka PKM Zaini Ahm ad Noer 61. Part ai Kedaulat an Rakyat I ndonesia PKRI M. Syaiful Anw ar 62. Part ai Kem ak m uran Tani dan Nelayan Muham m ad Dj aya 63. Part ai Kem andirian Rakyat PKR Elias Tobing 64. Part ai Kem anusiaan PAKEM Budim an Dj aj aput ra 65. Part ai Kem aslahat an Nasional PKN Dj am illus 66. Part ai Kesat uan Um m at I ndonesia PKUI Zakiruddin Dj am in 67. Part ai Kesat uan Wadat ul Um m ah PKWU R. I dr is Tam am i 68. Part ai Kesej aht eraan PAJAR Andi M. Dj abir 69. Part ai Kesej aht eraan I ndonesia PAKI Suroso 70. Part ai Kesej aht eraan Rakyat PKR A. I ssac Sairlela 71. Part ai Kesej aht eraan Sem est a PARTA Soenot o 72. Par t ai Kongr es Nasional PKN Upi Tut i Sundar i 73. Part ai Krist en Nasional I ndonesia KRI SNA Ny. CML. Sit om pul Tam bunan 74. Part ai lansia I ndonesia PARLI NDO Sunart o Prawir o Suj ant o 75. Part ai Madani Edy Susant o 76. Part ai Masyarakat Got ong Royong PARMAGORO Benny Muham m ad Syarief 77. Part ai Masyarakat Got ong Royong Sej aht er a PARMAGORA ST. Rivai Abdullah 78. Part ai Masy um i Baru Ridw an Saidi 79. Part ai Mega Bant eng Pargiyant o 80. Part ai Musyaw arah Kekeluargaan Got ong Royong PARTAI MKGR Mien Sugandhi 81. Part ai Musyaw arah Rakyat Banyak MURBA Hadidj oj o 82. Part ai Mut iara I ndonesia Sum ar lan Margono 83. Part ai Nachnoer Nuklir Kem ak m uran Rakyat I ndonesia Marsekal Arss 84. Part ai Nahdat ul Um m at Sj ukron Ma’m un 85. Part ai Nasional Bangsa I ndonesia PNBI Endro 86. Part ai Nasional Dem okrat PND Edwin Henaw an Soekow at i 87. Part ai Nasional I ndonesia Bung Karno 19 27 John Lum ingk ew as 88. Part ai Nasional I ndonesia Supeni PNI - SUPENI Supeni m engundurkan diri – DM Sukm aw at i Soekarnoput ri 89. Part ai Negara Pancasila PAL - 90. Part ai Nusant ara PARRA - 91. Part ai Orde Asli I ndonesia PORAS Agus Fat r ia Zainuddin Malik 92. Part ai Pat r iot I ndonesia Soekarsono 93. Part ai Pek erj a I ndonesia HSS. Harahap 94. Part ai Pelopor Pem bangunan Mansy ur Achm ad 95. Part ai Pelopor Pendidikan I ndonesia PPPI Apandi H. Lam m a 96. Part ai Pelopor Persat uan dan Kesat uan Bangsa I ndonesia P3KBI Moch. Arief Koena Sapoet ro 97. Part ai Pelopor Refor m asi PPR Mangasi Sinaga 98. Part ai Pem baharuan I ndonesia PPI I gn. Sant oso 99. Part ai Penanggulangan Pengangguran I ndonesia PPPI Sarw ono 100. Par t ai Pener us Pr oklam asi I ndonesia S. DenaiSyar ief 101. Par t ai Pengam al Thar eqat I ndonesia PPTI Masykur Loam ena 102. Par t ai Pengusaha dan Peker j a I ndonesia Daniel Hut apea 103. Par t ai Per em puan I ndonesia La Rose 104. Par t ai Per j uangan dan Do’a Rakyat I ndonesia PARTAI PDRI Ki Ageng Ranggasasana 105. Par t ai Per j uangan I ndonesia PPI Pipin Hanapiah 106. Par t ai Per j uangan Pelaj ar dan Peker j a Fauna Sukm aPr ayoga 107. Par t ai Per j uangan Pengusaha Kecil dan Menengah I ndonesia PP- PKMI Soehaem y 108. Par t ai Per j uangan Refor m asi Bam bang Budiyant o 109. Par t ai Per sahabat an Ant ar Bangsa PERSAHABATAN S.H. Sar um paet 110. Par t ai Per sat uan PP Jaelani Nar o 111. Part ai Per sat uan Bangsa I ndonesia PPBI Tj ahj adi Nugroho 112. Part ai Per sat uan Perj uangan Rakyat Republik I ndonesia Mangandar But ar- But ar 113. Par t ai Per sat uan Sabilillah Her m an Sast r aw inat a 114. Par t ai Per sat uan Thar iqat I slam Syech ST. Mucht ar Doyah 115. Par t ai Per sat uan War ga Negar a I ndonesia Pr abu Kesum a 116. Par t ai Per sat uan Nasional I ndonesia Ray a PNI - RAYA RM. Nanag Dewayant o 117. Par t ai Pilihan Rakyat PI LAR RO. Tam bunan 118. Par t ai Polit ik m I slam I ndonesia Masyum i PPI I M Abdullah Heham ahua 119. Par t ai Polit ik Thar eqat I slam PPTI Rahm an Sabon Nam a 120. Par t ai Pr oklam asi ‘45 Bugi Supeno 121. Par t ai Put ra Bangsa PURBA I ndir a Sant i 122. Par t ai Rakyat Ber sat u PBR Sut adj i 123. Par t ai Rakyat Dem okr at ik PRD Budim an Suj at m iko 124. Par t ai Rakyat I ndonesia PARI Agus Mift ach 125. Par t ai Rakyat Mar haen Soenar di 126. Par t ai Rakyat Pr im a PRP Ar is Budiant o 127. Par t ai Rakyat Tani Usaha I nfor m aldan Pem uda Put us Sekolah HMD. Palalo Sem ba 128. Par t ai Refor m asi Cint a Kasih Kr ist us Kebangsaan PRPBI Paulus JJ. Sipayung 129. Par t ai Refor m asi Per j uangan Bangsa I ndonesia PRPBI Moh Jasin 130. Par t ai Refor m asi Sopir Sej aht era I ndonesia PARESSI NDO Rindu Haposan Pakpahan 131. Par t ai Refor m asi Tionghoa I ndonesia PARTI Lieus Sungkhar ism a 132. Par t ai Tauladan Kebangsaan Har iono 133. Par t ai Tr ast i Rakyat I ndonesia PTRI RA. Chandr a Put ra 134. Par t ai Tr isila Balasar SN. Siagian 135. Par t ai Tunas Bangsa Negr u Sufi 136. Par t ai Um m at I slam PUI Deliar Noer 137. Par t ai Um m at Muslim in I ndonesia PUMI Anw ar Junus CH. 138. Par t ai Uni Dem okr asi I ndonesia PUDI Sr i Bint ang Pam ungkas 139. Par t ai Uni Sosial Kem asyar akat an 45 PUSAKA 45 RM. Sofyan Pr abuw ij aya 140. Par t ai Ut am a Rakyat PURA Henr y Keost om o 141. Part ai Warga Bangsa I ndonesia Tum bungan Munt he 142. Par t ai Republik Syarifuddin Har ahap 143. Par t ai Republik I ndonesia Masgar kar t anegar a 144. Par t ai Sat u Keadilan Teknologi dan Ekonom i Dar m aw an S.Sunar di 145. Par t ai Sat u Nusa Sat u Bangsa PSNSB I m am halilint ar 146. Par t ai Sej aht er a I ndonesia PARSI Ut u S. 147. Par t ai Seni dan Dagelan I ndonesia PARSENDI Sr im ulyat i 148. Par t ai Siliw angi I ndonesia PSI Syar ifuddin Effendi 149. Par t ai Solidar it as Pek er j a PSP Dedi Ham id 150. Part ai Solidarit as Pek erj a Seluruh I ndonesia PARTAI SPSI Rasy idi 151. Par t ai Syar i’at I slam Habib I dr us Jam alullail 152. Par t ai Syar ikat I slam I ndonesia Bust am an 153. Par t ai Syar ikat I slam I ndonesia- 1905 PSI I - 1950 Taufiq R. Cokr oam inot o Dari data di atas, dapat dilihat sebanyak 153 partai politik sebagai Badan Hukum yang keberadaannya sah menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999, tetapi kemudian dibatalkan statusnya oleh Departemen Kehakiman karena tidak dapat menyesuaikan dengan ketentuan baru sebagaimana diatur dalam Ketentuan Peralihan Pasal 29 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002, yang berisi bahwa : 1 Partai politik yang menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 Tentang Partai Politik telah disahkan sebagai badan hukum oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia diakui keberadaannya dan wajib menyesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang ini selambat-lambatnya 9 sembilan bulan sejak berlakunya undang-undang ini. 2 Partai politik yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dibatalkan keabsahannya sebagai badan hukum dan tidak diakui keberadaannya menurut undang-undang ini e. Partai poitik yang tidak memenuhi persyaratan Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2003 tentang Partai Politik yaitu : 87 87 .Litbang Kompas, diolah dari Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, Jakarta 2005. No Nama Partai Politik 1. Partai Abad Sejahtera I ndonesia 2. Partai Adil Makmur 3. Partai Aliansi Muslim Nasionalis I ndonesia 4. Partai Al I slam Sejahtera 5. Partai Amanat Pejuang Reformasi I ndonesia 6. Partai Anugerah Demokrat 7. Partai Bhakti Muslimin 8. Partai Budaya Bangsa Nusantara 9. Partai Demokrasi Republik I ndonesia PADRI 10. Partai Demokrat Pembaharuan I ndonesia 11. Partai Demokrat Reformasi 12. Partai Gerakan I ndonesia Baru 13. Partai I ndonesia 14. Partai I ndonesia 1931 15. Partai Kebangkitan Bangsa I ndonesia 16. Partai Kebangkitan Nasionalis I ndonesia 17. Partai Kebenaran 18. Partai Kedaulatan Rakyat 19. Partai Kemakmuran Rakyat 20. Partai Kemerdekaan 21. Partai Kerja Keras Nasional 22. Partai Kesatuan WNI 23. Partai Krisna Demokrasi I ndonesia 24. Partai Majelis Syura Muslimin I ndonesia 25. Partai Marhaen I ndonesia 26. Partai Maslahat Rakyat 27. Partai Mencerdaskan Bangsa 28. Partai Merah Putih I ndonesia PMPI 29. Partai Mukminin I ndonesia 30. Partai Nasional I ndonesia Front Marhaenis 31. Partai Nasional I ndonesia Massa Marhaen 32. Partai Nasional I ndonesia Massa Marhaen 1927 33. Partai nasional I ndonesia Progressive 34. Partai Nasional Tani I ndonesia 35. Partai Nasionalis Bersatu 36. Partai Nusa Budaya I ndonesia 37. 38. Partai Nusantara Bersatu 39. Partai Penghubung Rakyat PAPERA 40. Partai Perjuangan Bhineka Tunggal I ka I ndonesia 41. Partai Perjuangan Keadilan Nasional 42. Partai Perjuangan Rakyat 43. Partai Perjuangan Rakyat I ndonesia 44. Partai Perjuangan Syarikat I slam I ndonesia 45. Partai Permata Nusantara 46. Partai Persatuan Kristen I ndonesia 47. Partai Persatuan Nasional I ndonesia 48. Partai Persatuan Oposisi Rakyat POPOR 49. Partai Persatuan Rakyat I ndonesia 50. Partai Reformasi I ndonesia 51. Partai Reformasi Pembasmi Korupsi, Kolusi dan Nepotisme 52. Partai Republik Bersatu 53. Partai Solidaritas Perjuangan Perempuan dan Pekerja 54. Partai Solidaritas Uni Nasional I ndonesia 55. Partai Syarikat I slam I stiqomah 56. Partai Tunas Bangsa Persatuan I slam I ndonesia 57. Partai Ummat I slam Bersatu 58. Partai Ummat I slam I ndonesia 59. Partai Universal Rakyat Mahasiswa I ndonesia Seutuhnya PURMI S Dari data di atas, menunjukkan bahwa sebanyak 59 partai politik tidak dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002, khususnya ayat 3 huruf b yang mensyaratkan kepengurusan yang menyebar secara nasional di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Syarat pembentukan ini lebih berat dibandingkan apa yang diatur dalam undang-undang partai politik yang lama yaitu Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999. Berdasarkan data-data diatas, maka menjelang Pemilihan Umum tahun 2004 di Indonesia dalam kenyataannya telah berdiri sebanyak 262 partai politik yang diketahui dan terdaftar di Departemen Hukum dan HAM, termasuk 6 partai politik yang lolos dalam electoral threshold . Kemungkinan pula masih terdapat partai politik yang lain yang telah didirikan tetapi tidak diketahui dan terdaftar di Departemen tersebut. Banyaknya partai politik yang ada menjelang Pemilu 2004 menunjukkan bahwa kebebasan berserikat di Indonesia setelah amandemen UUD 1945 benar-benar telah dijamin dan setiap warga Negara berhak secara leluasa untuk mendirikan partai politik sebagai cerminan dari kebebasan berserikat. Dari 262 partai politik setelah dikurangi 6 partai politik yang lolos electoral threshold, hanya 44 partai politik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti verifikasi KPU sebagai calon peserta Pemilihan Umum. Setelah keseluruhan tahap verifikasi secara nasional selesai, maka hanya 18 partai politik yang lolos verifikasi dan berhak menjadi peserta Pemilihan Umum tahun 2004. Ditambah dengan 6 partai politik yang lolos dalam electoral threshold, maka peserta Pemilihan Umum tahun 2004 ditetapkan oleh KPU sebanyak 24 partai politik Pemilihan umum tahun 2004 yang merupakan pemilihan umum yang ke-2 diselenggarakan setelah tumbangnya rezim Orde Baru, dilakukan dalam dua tahap yaitu : a. pemilihan umum untuk memilih anggota-anggota badan legislatif yang terdiri dari memilih anggota DPR, DPD dan anggota DPRD Provinsi, KabupatenKota, dan b. pemilihan umum untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden. Pemilihan umum telah terselenggara dengan baik dan sukses meskipun masih banyak ditemui berbagai kendala baik yang bersifat substantif maupun teknis pelaksanaannya. Kritik yang terjadi sebelumnya terhadap Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum yang terlalu berpihak kepada partai-partai besar yang mempunyai anggota di DPR dan tidak berpihak pada partai-partai baru, ternyata tidak begitu terbukti sepenuhnya. Memang banyak partai-partai baru yang mengalami berbagai kesulitan dan kendala untuk memenuhi persyaratan yang begitu berat yang ditentukan oleh undang- undang tersebut karena adanya kendala waktu yang begitu sempit, karena hal ini berbeda dan tidak terjadi pada partai-partai yang sudah lolos “electoral threshold”. Mengenai perolehan suara secara nasional dari ke-24 partai politik peserta pemilu tahun 2004.adalah sebagai berikut : 88 No Nama P a r t a i Peroleh Suara Perolehan Kursi Jumlah Jumlah 1. 20 Partai Golkar 19.765.194 21.18 133 24.18 2. 18 P D I P 18.101.690 19.40 108 19.64 3. 15 P K B 10.981.850 11.77 53 9.64 4. 5 P P P 7.759.413 8.32 57 10.36 5. 9 Partai Demokrat 7.034.036 7.54 57 10.36 6. 16 P K S 6.711.258 7.19 48 8.73 7. 13 P A N 6.037.537 6.47 50 9.09 8. 3 P B B 2.400.085 2.57 11 2.00 9. 17 P B R 2.158.105 2.31 13 2.36 10. 14 P K B P 1.989.109 2.13 2 0.36 11. 19 P D S 1.557.417 1.67 10 1.82 12. 10 P K P I 1.054.067 1.13 3 0.55 13. 8 P N B K 904.805 0.97 0.00 14. 6 P D K 899.564 0.96 2 0.36 15. 21 PP Pancasila 748.877 0.80 0.00 16. 2 P N U I 727.145 0.78 0.00 17. 1 PNI Marhaenisme 692.937 0.74 0.00 18. 11 P P D I 659.175 0.71 1 0.18 19. 4 Partai Merdeka 651.012 0.70 1 0.18 20. 24 Partai Pelopor 607.800 0.65 0.00 88 Komisi Pemilihan Umum, Jakarta 2004 21. 22 P S I 506.788 0.54 0.00 22. 23 P P D 465.694 0.50 0.00 23. 7 P I B 464.220 0.50 1 0.18 24. 2 P B S D 428.293 0.46 0.00 Total 93.306.071 100.00 550 100.00 Dari data diatas menunjukkan bahwa dari 24 partai politik peserta Pemilu, sebanyak 16 partai politik yang mendapatkan kursi di DPR, sedangkan 8 partai politik sisanya tidak mendapatkan kursi di DPR. Dalam perolehan kursi di DPR, Partai Golkar naik posisinya menjadi pemenang pemilu tahun 2004 dengan perolehan kursi 24,18 naik dari 22 pada pemilu tahun 1999. Sedangkan PDIP yang merupakan partai pemenang dalam pemilu tahun 1999 menurun pada ututan kedua dengan perolehan kursi 19,64 ., turun dari hampir 34 suara yang diperoleh pada tahun 1999 Urutan ketiga dan keempat adalah PPP dan Partai Demokrat dengan perolehan kursi 10,30, sedangkan urutan kelima adalah adalah PKB dengan memperoleh 9,64 Dalam pemilu tahun 2004 ini telah muncul fenomena baru melalui Partai Demokrat, sebagai partai yang baru berdiri, tetapi mampu menjadi pemenang di berbagai wilayahdaerah pemilihan yang kemudian secara nasional berada pada urutan ke-5 dalam hal perolehan suara dengan 7.034.036 pemilih, tetapi berada pada urutan ke empat perolehan kursi 10,36 , yang mengalahkan partai-partai lama yang sudah lolos “electoral threshold” yaitu PAN dan PBB dan PKB. Dengan perolehan kursi di DPR sebagaimana disajikan dalam tabel diatas, maka dapat dikatakan telah terjadi perobahan konstelasi politik sebagai hasil Pemilu tahun 2004 secara nasional, karena kebebasan berserikat secara penuh telah dijamin dalam ketentuan hukum secara lebih luas. Partai-partai besar yang telah ada sejak era orde baru yaitu PDIP, Golkar dan PPP masih mendominasi perolehan kursi. Sedangkan partai yang lahir pada era reformasi yang memperoleh suara yang signifikan yaitu rata-rata 50 kursi hanya 4 partai yaitu PKB, PAN, Partai Demokrat dan PKS. Sedangkan 9 partai politik yang juga lahir dalam era reformasi hanya memperoleh kursi minoritas di DPR. Hasil ini tidak akan mampu membawa perobahan konstelasi perpolitikan nasional, karena dominasi kursi di DPR masih berada pada partai-partai yang telah ada sebelum era reformasi. Dibandingkan dengan Pemilu tahun 1999, dalam Pemilu tahun 2004 ini peserta pemilu justru mengalami penurunan 50 yaitu dari 48 partai politik peserta Pemilu pada tahun 1999 menjadi hanya 24 partai politik. Demikian pula partai politik yang memperoleh kursi di DPR mengalami penurunan, yaitu dari 21 partai politik pada tahun 1999 menjadi hanya 16 partai politik. Dari 16 partai politik inipun, hanya 7 partai politik yang memperoleh suara yang cukup besar di DPR, yang dapat membentuk fraksi tersendiri.

3.1.2. Implikasinya Di Tingkat Jawa Tengah

Di Jawa Tengah Pemilu Tahun 2004 dilaksanakan oleh KPUD Provinsi Jawa Tengah, dengan melakukan beberapa tahapan kegiatan diantaranya pendaftaran dan verifikasi peserta pemilu, penetapan partai peserta pemilu, dan pengundian nomor urut tanda gambar, pemungutan suara dan penghitungan suara serta penetapan hasil pemilu. Dalam tahap pendaftaran dan verifikasi peserta Pemilu partai politik, dasar hukum yang digunakan oleh KPU Jawa Tengah adalah: 1. Pasal 7 ayat 1 sampai dengan 4 dan pasal 10 ayat 1 Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu