Pola Penggunaan Perikanan Karang di Taman Nasional Komodo secara Spasial dan Temporal dan Konsekuensinya terhadap Pengelolaan
POLA PENGGUNAAN PERIKANAN KARANG DI TAMAN
NASIONAL KOMODO SECARA SPASIAL DAN TEMPORAL DAN
KONSEKUENSI TERHADAP PENGELOLAAN
OLEH :
JOHANA SUPRIHATIN
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
POLA PENGGUNAAN PERIKANAN KARANG Dl TAMAN
NASIONAL KOMODO SECARA SPASIAL DAN TEMPORAL DAN
KONSEKUENSI TERHADAP PENGELOLAAN
JOHANA SUPRlHATlN
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoieh gelar
Magister Sains pada
Program Pascasa jana Institut Pertanian Bogor
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
ABSTRAK
JOHANA SUPRLBATIN. Pola Penggunaan Perikanan Karang di Taman Nasional
Komodo secara Spasial dan Temporal dan Konsekuensinya terhadap Pengelolaan.
Dibimbing oleh DIETRmCH G. BENGEN dan AKHMAD FAUZI
Taman Nasional Komodo bertujuan untuk melindungi reproduksi populasi ikan
terumbu karang dan invertebrata dalam kawasan konsewasi dari eksploitasi, sehingga
dapat berfbngsi sebagai dan jaminan bagi sumber perikanan perairan di dalam dan sekitar
kawasan. Pengelolaan Taman ini berdasarkan pada sistem zonasi tunggal. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk melihat kesesuaian antara pola penggunaan perikanan karang
secara temporal dan spasial dengan rencana zonasi dalam Rencana Pengelolaan kawasan
Taman Nasional Komodo selama 25 tahun dan konsekuensinya terhadap pengelolaan
Taman Nasional
Dari hasil analisa temporal pola penggunaan perikanan karang dengan uji
faktorial diskriminan dan pengelompokan berdasarkan tahun menurut upaya dari data
patroli adalah adanya beda nyata yang ditunjukkan oleh nener dan pukat udang dan alat
tangkap lainnya Hasil uji terhadap upaya per asal nelayan setiap tahun tidak
menghasilkan nilai beda nyata.
Dari pola penggunaan perikanan karang secara spasial, distribusi pancing dasar,
gillnet dan pancing tonda ditemukan menyebar di seluruh kawasan Taman Nasional
Komodo Distribusi penyebaran kompresor hookah berpindah pindah dan pemakaian
jenis alat tangkap lain (dengan peledak dan racun) sudah berkurang sejak tahun 1997.
Distribusi menurut asal nelayan menunjukkan bahwa komunitas nelayan cendemng
memiliki lahan penangkapan favorit yang dekat dengan desa asalnya Kondisi mortalitas
penutupan karang mati kurang dari 50% berasosiasi dengan upaya non bagan kurang dari
300 kapal per tahun. Secara keseluruhan terjadi pengurangan upaya non bagan per km2 di
Taman Nasional Komodo.
Dari kesesuaian antara pola penggunaan perikanan karang dan sistem zonasi yaitu
masih digunakannya metode perikanan yang destruktif seperti penggunaan kompresor
dan alat selam, meting, bubu dan metode destruktif lainnya (peledak dan racun) dalam
kawasan Taman Nasional. Pemakai perikanan demersal tertinggi terutama oleh nelayan
Sape (NTB) dan dari luar. Lokasi dengan upaya lebih dari 600 kapal non bagan per tahun
diketahui di Gililawa dan Rinca barat yang merupakan zona tanpa pemanenan
Sebagai konsekuensi dari sistem zonasi di Taman Nasional Komodo, pengelola
Taman Nasional hams membatasi nelayan dari luar dan memberikan hak pemanfaatan
eksklusif bagi nelayan dalam kawasan dan nelayan yang tinggal berbatasan langsung
dengan kawasan yaitu di zona tradisonal bahari dan pemanfaatan pelagis Pembatasan
juga berupa Iisensi dan perijinan menangkap ikan yang dikeluarkan oleh pihak pengelola
Taman Nasional.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
POLA PENGGUNAAN PERIKANAN KARANG DI TAMAN
NASIONAL KOMODO SECARA SPASIAL DAN TEMPORAL DAN
KONSEKUENSI TERHADAP PENGELOLAAN
adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pemah dipublikasikan.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat
diperiksa kebenarannya.
JOHANA SUPRlHATIN
NRP : 99675
Judul Tesis
:
Pola Penggunaan Perikanan Karang di Taman Nasional
Komodo secara Spasial dan Temporal dan
Konsekuensinya terhadap Pengelolaan
Nama
:
Johana Suprihatin
NRP
:
99675
Program studi
:
llmu Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
(SPI-1
Menyetujui :
1. Komisi Pembimbing
w
Dr.Ir. Dietriech G . B ~ ~ ~ ~ ~ ) D E A .
Ketua
Dr. Er. Akhmad Fauzi .M.Sc.
Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Ilmu
Pengelolaan Pesisir dan Laut
Dr.Ir. Rokhmin Dahuri. MS.
Tanggal Iulus : 20 Nopember ZOO 1
gram Pascasajana
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 29 Januari 1970 sebagai anak kedua
dari tiga bersaudara dari pasangan Soenaryo dan Sri Sutjiati
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Budi Mulia, Pangkal
pinang, Bangka, Sumatera Selatan pada tahun 1983 Pendidikan rnenengah pertama
diselesaikan di SMP St. Maria Cirebon, Jawa Barat pada tahun 1986. Kemudian
pendidikan menengah atas diselesaikan di SMAN 13 Jakarta Utara, DKI Jaya pada tahun
1989. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Program Studi Ilmu Kelautan
Universitas Diponegoro dan meraih gelar Sarjana Teknik pada tahun 1994.
Penulis menikah dengan Andreas Hary Muljadi pada tanggal 28 Oktober 2000
dan dikaruniai seorang putera, Gladden Anugerah Gusti Muljadi.
Pada bulan September 1999, penulis mendapat kesempatan mengikuti Program
Master pada Program Stud'i Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut, Program
Pascasarjana IPB.
PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas terselesainya
penelitian dan penulisan tesis ini dengan baik.
Ucapan terima kasih disarnpaikan Dr. Ir. Dietriech G. Bengen, DEA (ketua) dan
Dr. Ir. Akhmild Fauzi, MSc. (anggota) juga kepada pembimbing lapangan saya Dr. P.J.
Mous atas waktu, arahan, bimbingan yang diberikan selama ini, dari proses persiapan,
pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada :
1. Ibu Rili Djohani, Jos Pet dan Johanes Subijanto, MSc. dari The Nature Conservancy,
yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian di Taman Nasional Komodo
dan menggunakan database dan segala fasilitas KFO, TNC selama penelitian.
2. Andreas Hary Muljadi, yang banyak membantu dalam pengolahan data dengan GIS,
menyedidan database dan referensi yang berhubungan dengan penelitian, juga
dukungan doa dan semangat dari persiapan penelitian hingga penulisan thesis.
3. Bapak Salmon Jalessy (Alm.) dan tim patroli penggunaan sumberdaya perikanan
karang atas data patroli yang digunakan sebagai data primer penelitian ini.
Ungkapan terima kasih kepada kedua orangtuaku pengertian dan bantuan doa. Juga
kepada teman teman angkatan III Program Stud1 PengeIolaan Sumberdaya Pesisir dan
Laut IPB atas kebersamaan selama dua tahun ini. Dan semua pihak yang telah membantu
terselesainya penulisan ini. Semoga tesis ini bermanfaat.
Bogor, Pebruari 2002
Johana Suprihatin
DAFTAR IS1
DAFTAR GAMBAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
x
DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
xi
DAFT AR L M I R A N . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
xii
I . PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 . 1 . Latar belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.2.Pendekatan masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 . 3 . Tujuan dan manfaat penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1
1
3
4
I1. TINJAUAN PUSTAKA
2 . 1 . Populasi penduduk di Tarnan Nasional Komodo clan sekitarnya
2.2. Perekonomian lokal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 . 3 . Produksi perikanan dari Taman Nasional Komodo . . . . . . . . . . . .
2 . 4 . Jenis biota tangkapan dan rnetode penangkapan ikan . . . . . . . . .
2 . 5 . Peraturan tentang jenis jenis peralatan penangkapan ikan karang
di Taman Nasional Komodo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 . 6 . Zonasi daerah perlindungan laut sebagai sarana manajemen
perikanan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 . 7 . Zonasi dan peraturan dalam Taman Nasional Komodo . . . . . . .
2 . 7 . 1 . Sistem zonasi dalam Taman Nasional Komodo . . . . . .
2 . 7 . 2 . Ketentuan peraturan untuk zona di Taman Nasional
Komodo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
111. METODE PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.................
3.1. Lokasi dan waktu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.2. Jenis dan metode pengumpulan data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 . 2 . 1 . Jenis data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 . 2 . 2 . Metode pengumpulan data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 .3 . Analisa data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 . 3 .1 . Analisa deskriptif pola penggunaan perikanan karang
3 . 3 . 2 . Analisa pola pengsnaan secara temporal . . . . . . . . . .
3 . 3. 3. Analisa spasial pola kegiatan perikanan karang . . . .
3 . 3 . 4 . Rata rata produksi perikanan karang per patroli per tahun
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4 . 1 . Keadaan umum daerah penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4 . 1 . 1 . Lokasi dan batas Taman Nasional Komodo .......
38
38
38
4.1.2.Iklim . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.1.3.Kondisi perairan Taman Nasional Komodo . . . . . .
4.1.4. Demografi umum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.2. Analisa deskriptif pola penggunaan perikanan karang ......
4.3. Pola penggunaan perikanan karang secara temporal ........
4.3.1.Plot deret waktu menurut jenis alat tangkap . . . . . .
4.3.2. Plot deret waktu menurut asal nelayan . . . . . . . . . . . .
4.3.3.Uji beda nyata pola penggunaan perikanan karang
secara temporal .....................................
4.4. Pola distribusi spasial penggunaan perikanan karang . . . . . . . .
4.4.1. Distribusi upaya per jenis alat tangkap
dan asal nelayan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.4.2. Analisa interaksi spasial kondisi biofisik dan upaya
kapal non bagan perikanan karang ...................
4.5. Kesesuaian antara pola penggunaan perikanan karang dengan
sistem zonasi Taman Nasional Komodo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.6. Konsekuensi pola perikanan karang dengan pengelolaan Taman
Nasional Komodo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
V . KESIMPULAN DAN SARAN ............................................
3.1. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.2. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR GAMBAR
Kerangka berpikir penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Sebaran kolom (variabel) pada dimensi 1 dan 2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Sebaran kolom (variabel) pada dimensi 2 dan 3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Sebaran baris (lokasi) dan kolom (variabel kondisi) pada
dimensi 1 dan 2 dari analisa faktorial koresponden . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Sebaran baris (lokasi) dan kolom (variabel kondisi) pada
dimensi 2 dan 3 dari analisa faktorial koresponden . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Analisa tren estimasi CPUE gillnet tahun 1996 .2001 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Analisa tren estimasi upaya gillnet tahun 1996-2001 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Analisa tren estimasi CPUE pancing dasar tahun 1996-2001 . . . . . . . . . . . . . .
Analisa tren estimasi upaya pancing dasar tahun 1996-2001 . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR TABEL
Halaman
Ringkasan sistem zonasi Taman Nasional Komodo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Jenis data yang dikumpulkan dan sumber data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Data yang diolah dengan analisa faktorial diskriminan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Tabel analisa ragam klasifikasi satu arah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Perkiraan penduduk untuk desa desa di dalam dan sekitar T K
.........
Estimasi upaya. hasil tangkap dan CPUE dari data patroli
per triwulan tahun 1996-2001 menurut asal nelayan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Estimasi upaya. hasil tangkap dan CPUE dari data patroli
per triwulan tahun 1996-2001 menurut jenis alat tangkap
..................
Persentase penggunaan jenis alat tangkap menurut asal nelayan
...........
Persentase biomasa biota laut menurut alat tangkapnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Pengguna perikanan karang berdasarkan asal nelayan di Taman
Nasional Komodo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Tabel analisis ragam untuk klasifikasi 1 arah dengan variabel
upaya alat tangkap yang menunjukkan nilai KT. F dan p
..................
Tabel analisis ragam untuk klasifikasi 1 arah dengan variabei
upaya asal nelayan yang rnenunjukkan nilai KT. F dan p . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Rata rata upaya non bagan per ~ m di' kawasan Tarnan
Nasional Komodo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Tabel eigen values. persentase inertia dan persentase kumulatif
pada 3 dimensi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Koordinat. kosinus kuadrat dan inertia dari sebaran variabel
pada ke-3 dimensi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Koordinat. kosinus kuadrat dan inertia dari sebaran lokasi
pada ke-3 dimensi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Rata rata hasil tangkapan (Kg) yang dicatat per patroli tiap
tahun . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR LAMPfRAN
..
Peta lokasi penelit~an . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
68
Peta rute patroli dan desa desa di dalam dan sekitar
Taman Nasional Komodo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
69
Peta nama lokasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
70
Peta zonasi Taman Nasional Komodo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
71
Plot deret waktu dari estimasi jumlah trip kapal non bagan dan
estimasi hasil tangkap per kapal rnenurut alat tangkap (tonda,
pancing, gillnet) tahun 1996-2001 ....................................
Sb.
72
Plot deret waktu dari estimasi jumlah trip kapal non bagan dan
estimasi hasil tangkap per kapal menurut alat tangkap
(nenedpukat udang, bubu dan kompresor) tahun 1996-2001 .....
73
Plot deret waktu dari estimasi jumlah trip kapal non bagan dan
estimasi hasil tangkap per kapal menurut alat tangkap
(meting dan rnetode lain) tahun 1996-2001. .........................
74
Plot deret waktu dari estimasi jumlah trip kapal non bagan dan
estimasi hasil tangkap per kapal menurut asal nelayan
(Komodo, Rinca dan Papagarang) tahun 1 996-200 1 . . . . . . . . . . . . . . . 75
Plot deret waktu dari estimasi jumlah trip kapal non bagan dan
estimasi hasil tangkap per kapal rnenurut asal nelayan
(Warloka, Mesa, Labuan Bajo) tahun 1996-2001 . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
76
Plot deret waktu dari estimasi jumlah trip kapal non bagan dan
estimasi hasil tangkap per kapal menurut asal nelayan
(Sape dan luar) tahun 1996-2001 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
77
Jumlah trip kapal non bagan per triwulan menurut jenis alat
tangkap yang ditemukan selama patroli . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
78
Matriks rata rata upaya kapal non bagan yang ditemukan per patroli
menurut alat tangkap dengan pengelompokan tahun . . . . . . . . . .. . . ..
79
Jumlah trip kapal non bagan per triwulan menurut asal nelayan
yang ditemukan selarna patroli . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
80
Matriks rata rata upaya kapal non bagan yang ditemukan per patroli
menurut asal nelayan dengan pengelompokan tahun
. . . .. . . . . . . . .
81
Data jumlah frekuensi munculnya kategori kondisi terumbu karang
dan estimasi upaya kapal non bagan pada lokasi pengamatan .. . .
82
Jumlah hasil tangkap per triwulan (Kg) menurut jenis alat tangkap
yang ditemukan selama patroli
. . . . . . .. . . .
. . .. . .. . . . .. . . . . .. . . .. . . . . . .
83
Jumlah hasil tangkap per triwulan (Kg) menurut asal nelayan
yang ditemukan selama patroli . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
84
Distribusi spasial pancing tonda di Taman Nasional Komodo
.. .
85
Distribusi spasial pancing dasar di Taman Nasional Kornodo
..
.
86
Distribusi spasial jaring insang (gillnet) di Taman Nasional
Komodo
87
Distribusi spasial jaring nener atau pukat udang di
Taman Nasional Komodo . . . . . . . . . .. . .. . . .. .. . .. . . .. . . . . .. .. . ... . . . . . .
88
Distribusi spasial bubu di Taman Nasional Komodo . . . . . . . .. . . ...
89
Distribusi spasial kompresor hookah di Taman Nasional
Komodo
.
.
......................
90
. . . . . . . . . .. .
91
Distribusi spasial alat tangkap lain di Taman Nasional Komodo..
92
Distribusi spasial meting di Taman Nasional Komodo
Distribusi spasial nelayan Komodo di Taman Nasional Komodo.. 93
Distribusi spasial nelayan Rinca di Taman Nasional Komodo... . . . 94
Distribusi spasial nelayan Papagarang di Taman Nasional
Komodo
95
Distribusi spasial nelayan Warloka di Taman Nasional Komodo .. 96
Distribusi spasial nelayan Mesa di Taman Nasional Komodo . .. ... 97
i Taman Nasional
Distribusi spasial nelayan Labuan Bajo d
Komodo . . . ... . . .... . . . . . . ... . . . . . . . . . ... ... ... . . . . .
. ..
.
.
98
Distribusi spasial nelayan Sape d
i Taman Nasional Komodo ..
99
Distribusi spasial nelayan luar di Taman Nasional Komodo . . .
100
Distribusi spasial total upaya non bagan di Taman Nasional
Komodo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
101
Distribusi penutupan karang hidup di Taman Nasional
Komodo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
102
l Taman Nasional
Distribusi indeks mortalitas karang d
Komodo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
LO3
Dafiar isian data patroli .............................................
104
Data jadual patroli yang dilakukan tahun 1996-2001 ............
105
1.1. Latar belakang
Taman Nasional Komodo (TNK) dibentuk pada tahun 1980 dan dinyatakan sebagai
sebuah World Heritage Site dan Man nncl Rrosphe~eoleh UNESCO pada tahun 1986 (Pet
dan Yeager, 2000a). TNK pada awalnya dibentuk untuk metindungi satwa unik komodo
(Varanus kornodoens~s)
dan habitatnya
Namun kemudian kawasan ini di ketahui
merupakan salah satu kawasan laut yang paling kaya di dunia (Pet dan Yeager, 2000a).
Tujuan TNK adalah melindungi keanekaragaman hayati ( terutama satwa komodo)
dan melindungi reproduksi populasi ikan terumbu karang dan invertebrata dalarn
kawasan konservasi dari eksplojtasi, sehingga dapat berfbngsi sebagai jaminan bagi
i dalam dan sekitar kawasan (Pet dan Yeager, 2000a) Dalam
sumber perikanan perairan d
kontribusi
terhadap
produktivitas
biologi
kesejahteraan
Taman
penduduk
Nasional
sangat
Komodo
penting
Karena
untuk
penduduk
melindungi
akan
terus
membutuhkan ikan dari terumbu karang dan akses sebagai tempat rekreasi, konservasi
hendak
memuaskan
tujuan
tersebut
dengan
tetap
mempertahankan
kelestarian
sumberdaya dalam jangka panjang Daerah perlindungan laut tergantung pada dukungan
dari komunitas lokal untuk kelangsungan sistemnya dan dukungan sernacarn ini
tergantung pada pengetahuan tentang kontribusi dari suatu daerah perlindungan taut
terhadap kesejahteraan masyarakat (Kelleher, 1999) Daerah perlindungan laut yang
berkontribusi terhadap kegiatan ekonomi akan lebih mudah untuk dikelola dibandingkan
suatu daerah perlindungan yang hanya menekankan pada pertirnbangan ekologis semata
Selanjutnya menurut Kelleher ( 1 999), daerah perlindungan laut biasanya lebih
menekankan pada kebutuhan untuk melindungi habitat yang penting terutama bagi
spesies komersial yang rnemiliki
nilai tinggi dalam perdagangan,
rekreasi
atau
kekhususan seperti rnempertahankan keanekaragaman spesies yang tangka.
Implementasi dari program konservasi laut sejak tahun 1996 telah memperbaiki
kondisi terumbu karang. Berdasarkan survei pemantauan terumbu karang tahun 19961998, penutupan karang hidup cenderung meningkat dari 16% hingga 20%, sedangkan
penutupan karang lunak meningkat dari 22% menjadi 24% (Pet, 1999) Sejak tahun 1996
dengan adanya program pentaatan hukum secara efektif, insiden pengeboman ikan
berkurang hingga 75%. Walaupun implementasi dari program konsewasi laut telah
terbukti mengurangi kerusakan karang tetapi eksploitasi yang berlebihan dari sumberdaya
hayati masih me~pctkanmasalah yang serius (Pet d m Yeager, 2000a).
Walaupun
produk perikanan demersal hanya mempakan 5% dari total produksi
perikanan dari kawasan Taman Nasional Komodo tetapi memiliki kontribusi ekonomi
penting (Mous dan Pet, 1999). Penangkapan ikan demersal memakai peralatan yang
beragam seperti kompresor hookah, pancing dasar, bubu, pukat. Pwalatan tersebut
d i g m h n untuk penangkapan spesies ikan bernitai ekonomi tinggi seperti lobster dan
ikan karang hidup, yang ditangkap terutama dengan perahtan kompresor hookah, sianida,
pancing dasar dan bubu, clan memungkinkan penangkapan dalam jumlah besar dalam
w a b singkat yaitu dengan pengeboman dan pukat.
Ancaman terhadap perikanan karang terutama pada praktek penangkapan ikan yang
destruktif seperti penangkapan ikan den-
peledak dan sianida. Penangkapan ini
dilakukan pada saat ikan bergerombol pada fokasi tertentu untuk berpijah. Sehingga
lokasi agregasi berpijah sangat rentan terhadap nelayan yang mahir mengalokasikan
tempat ikan ikan ini k k u m p u t . Menghabiskan ikan di satu lokasi pemijahan sama
dengan menghilangkan pemangsa utama dari terumbu h a n g seluas beberapa mil
persegi. Menumt Sadovy (1993) ddam Mous et at. (2000), pennasalahan over eksploitasi
ikan karang tidak &pat dipecahkan dengan melarang praktek penangkapan ikan dengan
sianida saja, tetapi juga kemungkinan dengan jenis alat tangkap lain yang bersifat
menguras ketersediaan ikan karang di dam. Sehingga salah satu ancaman utama dalam
pengelolaan Taman Nasional Komodo adalah penangkapan ikan dasar terurnbu karang
(demersal) yang berlebihan (Pet dan Yeager, 2000a).
Mat tangkap yang secara umum digunakan dan me~pt%kan
jenis alat tangkap penting
di wilayah ini adalah bagan (I@ net) yang beroperasi malam hari dengan sasaran adalah
ikan pelagis yang bukan mempakan ancaman terhdap sumberdaya demersal di Tarnan
Nasional Komodo (Abu Bakar, 1996 ; Pet dan Yeager, 2000a). Sehingga jenis alat
tangkap ini masih diijinkan digunakan di kawasan ini karena relatip aman bagi terumbu
karang dan ikan karang.
1.2. Pendekatan masalah
Eksploitasi ekosistem darn di perairan TamAn Nasional Komodo telah meningkat
dan febih intensif selama beberapa dekade terakhiu. Perekonomian berkembang dan
standar hidup di kawasan ini meningkat sejak tahun 1980 (Pet dan Yeager, 2000a).
Perkembangan ini diikuti dengan kebutuhan akan uang tunai dan memicu penggunaan
praktek penangkapan ikan yang merusak, seperti born dan racun, dan berdampak negatif
terhadap kualitas sumberdaya kawasan sebagai pemasok sumber peritcanan daerah
sekitarnya.
Rekomendasi awd untuk daerah tertutup bagi pemanfaatan dalam kawasan Taman
Nasional Komodo berdasarkan program pemantauan yaitu tingginya biodiversitas,
kualitas terumbu karang, lokasi pemijahan ikan kerapu yang bernilai ekonomi tinggi dan
pola penggunaan sumberdaya (Pet, 1999).
Pengelolaan Tarnan Nasional Komodo berdasarkan pada sistem zonasi sesuai dengan
Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam no 74/
KptslDj-W1990 yang kemudian diperbarui lagi dengan Surat Keputusan Dirjen PHKA
no. 6S/Kpts/Dj-V/2001 tentang zonasi Taman Nasional Komodo. Sistem zonasi hlnggal
di Taman Nasional Komodo meliputi baik daratan (reresteal) maupun pesisirllaut, yang
meliputi 7 jenis zona yang memiliki peruntukkan yang berbeda. Sistem zonasi ini
bertujuan untuk mengurangi konflik antara pemadaatan dan konservasi sumberdaya d a m
di Taman Nasional Komodo. Sistem ini memungkinkan penggunaan sumber daya secara
tradisional oleh penghuni di kawasan Tarnan Nasional sekaligus melindungi lokasi yang
memiliki nilai ekologis penting.
Berdasarkan informasi pendahulnan seperti dalam RRA (Rapid RuraI Appraisals),
perkiraan dampak ekologis (Ecological assessment), rnenunjukkan bahwa ancaman ilegal
yaitu penangkapan ikan dengan metode destruktif merupakan masalah utama dalam
upaya perlindungan habitat tefilmbu karang di Taman Nasional Komodo (Pet, 1998).
Dalam rangka pengaturan jenis alat penangkapan ikan di kabupaten Manggarai temasuk
di kawasan Taman Nasional Komodo, maka pada tanggal 14 Juni 200 1 telah dikeluarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai no. 11 tahun 2001 tentang pemakaian alat
tangkap dan alat bantu pengambilan hasii laut daiam wilayah perairan Kabupaten
Manggarai.
Mengetahui pola pengpnaan perikanan karang penting bagi pengelolaan kawasan
konservasi iaut karena nelayan di sekitar Taman Nasional menggunakan berbagai macam
teknik penangkapan ikan. Beberapa metode dan jenis alat tangkap berpotensi merusak
sumberdaya terumbu karang Dengan mengetahui pola penggunaan perikanan karang
secara spasial dan temporal dan dipadukan dengan sistern zonasi di Taman Nasional akan
dapat diketahui dimana pola penggunaan perikanan karang yang tidak sesuai Tnformasi
ini akan membantu mengidentifikasikan kelompok nelayan yang menjadi target dalam
program mata pencaharian alternatip dan program penyadaran masyarakat terhadap
linghngan
1.3. Tujuan dan manfaat penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah ;
1
Mengetahui perubahan pola penggunaan perikanan karang di kawasan Taman
Nasional Komodo secara temporal menurut jenis alat tangkap yang digunakan dan
menurut komunitas nelayan per tahun yaitu tahun 1996-2001
2
Mengetahui perubahan pola spasial perikanan karang menurut jenis alat tangkap dan
komunitas nelayan dan interaksi antara upaya kapal non bagan dengan kondisi habitat
terumbu karang
3. Melihat kesesuaian antara pola penggunaan perikanan karang dan sistem zonasi
dalam Taman Nasional Komodo
4
Konsekuensi dari zonasi tehadap pengelolaan Taman Nasional Komodo
Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat kesesuaian antara pola
penggunaan perikanan karang secara temporal dan spasial dengan sistem zonasi yang ada
dalam Rencana Pengelolaan kawasan Taman Nasional Komodo seiama 25 tahun dan
Surat Keputusan Dirjen PHKA no 65KptsDj-V/2001 tentang zonasi Taman Nasional
Kornodo serta konsekuensinya terhadap pengelolaan Taman Nasional.
Manfaat dari penelitian ini adalah menjadi bahan masukkan bagi pengelolaan
Taman Nasional Komodo dalam upaya program pengawasan laut dan mata pencaharian
alternatip terhadap nelayan yang menggunakan jenis alat tangkap yang mengancam
sumberdaya demersal di kawasan Taman Nasional Komodo
Gambar I . Kerangka berpikir penelitian pola penggunaan perikanan karang di Taman
Nasional Komodo secara spasial dan temporal
u
Kawasan konservasi perairan
Taman Nasiond Komodo
+
Sumber stok &an
karang komersial
a
k i n karang, termasuk met&
destruktif dan mengums stok ikan
Oleh
Nelayan dari dcm daim
kawasan, desa d e b t
kawasan dan desa di luar
kawasan
I
Analisa dari patroli
rutin
+r
e
la penggunaan secara
spasinl
9
+
Pola penggunaan secara
ten~ponl
+
+
Kesesuai,~dengan usulan zonasi di bwasan
Taman Nasional Komodo
I
lr
Konsekuensi terhadap pengelolaan Taman
Nasiozial Komodo
2.1. Popdasi penduduk di Tarnan Nasional Komodo dan sekiurnya
Taman Nasional Komodo terletak secara administratif di kecamatan Komodo,
Kabupaten Manggarai, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Terdapat empat pemukiman di
dalam Taman Nasional Komodo yaitu Komodo, Rinca, Kerora dart Papagarang. Semua
pemukiman tersebut sudah ada sebelum tahun 1980 yaitu sebelum kawasan ini
dinyatakan sebagai Taman Nasional. Secara administratif ada tiga desa di dalam Taman
Nasional Komodo yaitu Desa Komodo, Desa Pasir Panjang dan Desa Papagarang.
Mayoritas penduduk di dalam dan sekitar TNK adalah nelayan yang berasal dari Bima
(Sumbawa), Manggarai, Flores Selatan dan Sulawesi Selatan. Keturunan dari penduduk
asli Komodo yaitu Ata Komodo, masih berdiam di Komodo, tetapi kebanyakan sudah
bercampur dengan pendata% dan kebudayaan dan bahasa mereka perlahan lahan mulai
terintegrasi dengan pendatang baru.
Desa Komodo mengalami peningkatan penduduk paling tinggi di antara desa desa
lain di dalam kawasan, terutama karena migrasi pendatang dari Sape, Manggarai, Madura
dan Sulawesi Selatan. Sedangkan di W p u n g Rinca, mayoritas penduduk adalah
Komodo dan Bajo. Mgrasi masuk terutama dari BimalSape, Manggarai, Selayar dan
Ende. Kampung Kerora merniliki jumlah penduduk terkecil di antara desa desa di dalam
Taman Nasional. Kebanyakan penduduk kampung ini berasal dari Manggarai, Bajo dan
Bima. Pulau Papagarang per&
sebagai daerah pemukiman sementara bagi neIayan
untuk mengeringkan ikan dan hasil biota laut lainnya, tapi sekarang sudah menjadi desa
resmi. Mayoritas penduduk di sini adalah pedagang Bajau, Komodo d m Bima h
beberapa di antaranya guru dari Manggarai. Pendatang di Desa Rinca sebagian besar dari
Bima, Sape, Manggarai, Selayar dan Ende. Karnpung Kerora mempunyai populasi paling
kecil.
Desa lain di luar kawasan Taman Nasionaf dengan mayoritas addah nelayan dan
berganiung pada sumberdaya perairan. Desa Pasir putih terdiri dari dua kampung yaitu
Pulau Mesa dan Pulau Seraya Besar. Labuan bajo, Gorontalo, Golomori dan Warloka
semuanya terletak di Pulau Flores. Labuan bajo dan Gorontalo merupakan bagian dari
Labuan bajo, ibukota kecamatm Komodo.
Labuan bajo merupakan pelabuhan utama di kawasan ini dan merupakan pusat
pemerintahan kecamatan Komodo. D
i samping itu akses bempa tranportasi darat Galan
umum) sudah membaik dan bandara udara memungkinkan tejadi peningkatan laju
penduduk yang pesat. Pendatang yang datang terutama dari SuIawesi Selatan, Bima dan
Jawa.
Desa desa lain yang terietak di sebelah barat kawasan Tarnan Nasional yaitu di
Kecamatan Sape. Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Desa Bajau Pulau terletak di
pulau kecil dan desa lainnya terletak di sepanjang pesisir pulau Sumbawa. W y a r a k a t
desa Bajau Pulau dan Bugis terutama terdiri dari nelayan yang menggunakan sumberdaya
di kawasan Tarnan Nasional Komodo (Pet clan Yeager, 2000a).
Labuan bajo mempunyai pertumbuhan penduduk paling cepat diantara desa desa
di sekitar Taman Nasional dan Desa Kamodo rnerupakan desa dengan pertumbuhan
paling tinggi di dalam kawasan.
2.2. Perekonomian lokal
Kebanyakan penduduk di dalarn dan sekitar Taman Nasional Komodo memiliici
mata pencaharian dengan menangkap ikan sebagai sumber pendapatan utamanya (97%).
Selebihnya adalah pedagang dan pegawai negeri (Pet dan Yeager, 2000a). Pertanian
bukan merupakan mata pencaharian lain selain menangkap ikan di dalam Taman
Nasional karena terbatasnya lahan dan tanahnya ti&
subur. Ditarnbah dengan sumber
air tawar dan hujan yang juga terbatas. Di Sape, Sumbawa, pertanian merupakan sumber
pendapatan tambahan karena tingkat pendidikan pada umumnya rendah, clan kesempatan
aiternatip ekonomi terbatas.
M e m t Sudibyo (1995) masyarakat nelayan lokal memilild ciri ciri sebagai berikut :
I. Penghasilan harian dan musiman sangat bervariasi.
2. Hasil tangkapan cepat rusak dan hams cepat dijual3. Memerlukan modal k e j a besar dan beresiko tinggi.
4. Bagian keuntungan untuk nelayan relatip kecil.
5 . Pengolahan tradisional hasil laut bermutu rendah.
Selanjutnya menurut Pet dan Yeager (2000a) eksploitasi ekosistem alam di perairan
Taman Nasional Komodo telah meningkat dengan intensif beberapa tahun ierakhir
seiring dengan peningkatan kepadatan penduduk dan perkembangan ekonomi yang
ditandai dengan meningkatnya standar hidup sejak tahun 1980. Hal ini ditunjukkan
dengan semakin banyaknya orang naik haji, semakin banyaknya pemilik perahu,
bangunan dan televisi di kawasan ini.
Tekanan penggunaan sumberdaya perikanan semakin tinggi intensitasnya dengan
semakin meningkatnya kebutuhan akan uang tunai, dan berdampak negatip terhadap
kualitas sumberdaya kawasan sebagai pemasok sumber perikanan daerah sekitarnya.
2.3. Produksi perikanan dari Taman Nasiond Komodo
Produksi pedcanan laut Kabupaten Manggarai tahun 1998 dan 1999 addah sebesar
5.831,2 ton dan 5.528,lton. Sumbangan terbesar produksi perikanan laut di Kabupaten
Manggarai adalah dari Kecamatan Komodo, yaitu sebesar 3.207,2 ton pa& tahun 1998
dm 3.316,s ton pada tahun 1999 atau sebesar 55% dan
60% dari total produksi
perikanan laut di Kabupaten Manggarai (Jhbupaten Manggarai, 2000).
Potensi sumber daya laut yang
demikian melimpah di perairan laut di kawasan
Taman Nasional Komodo tidak hanya diianfaatkan oleh masyarakat Manggarai saja.
Para nelayan dari kabupaten lain bahkan dari propinsi lain (seperti dari Selayar, Sape,
Bima, Lombok, Bali dan Jawa) telah ikut serta memanfaatkan sumber daya laut
dari
Taman Nasional ini. Mereka datang ke perairan laut ke perairan Taman Nasional
Komodo karena di daerah mereka sudah sangat berkurang hasil lautnya (Pet dan Yeager,
2000b).
2.4. Jenis biota tangkapan dan metode penangkapan ikan
Hasil laut yang bernilai ekonomis adalah cumi cumi, kerapu, lobster, teripang clan
nener. Bagan merupakan jenis peralatan yang paliig umum digunakan oleh kebanyakan
nelayan. Penangkapan ikan dengan bagan terutama dengan target spesies pelagis yang
mengelompok, terutama cumi cumi. Dengan menurwurya cumi cumi, maka jenis ikan
layang dan lemuru seperti teri, simbula (sardin) menjadi semakin penting bagi
penangkapan ikan dengan bagan. Saat ini ada Iebih dari 800 bagan yang bukan hanya
berasal dari nelayan di kawasan Taman Nasional Komodo tetapi juga dari Sape, Ende dan
Sulawesi SeIatan (Pet dan Yeager, 2000a)
Perikanan temmbu karang, baik untuk kebutuhan sendiri maupun untuk komersial
i kawasan
masih memegang peranan penting bagi banyak aanggota komunitas pesisir d
timur Indonesia, dimana perikanan pelagis belurn berkembang baik (Pet dan Djohani,
1996). Hanya 5%
dari produksi hasil tangkapan ikan yang merupakan produk non bagan,
dan 95% dikategorikan sebagai ikan demersal (Mous dan Pet, 1999).
Penangkapan ikan demersal
memakai
peralatan
yang lebih beragam
seperti
kompresor hookah, pancing dasar, bubu, pukat. Jenis peralatan ini tidak banyak
jumiahnya tetapi secara ekonomi berperan penting. Peralatan tersebut digunakan untuk
penangkapan spesies ikan bemilai ekonomi tinggi seperti lobster dan ikan karang hidup,
yang ditangkap terutama dengan peralatan kompresor hookah, sianida, pancing dasar dan
bubu, dan rnernungkinkan penangkapan dalam jumlah besar dalam waktu singkat yaitu
dengan pengeboman dan pukat.
Dalam kegiatan pengambilan hasil laut, para nelayan, baik dari dalam kawasan
Taman Nasional Komodo maupun dari luar, menggunakan alat tangkap dan atau alat
bantu yang berpotensi merusak ekosistem dan sumber daya laut antara lain bahan
peledak, sianida, racun (alami dan kirnia), pembongkaran karang (meting) dan pemakaian
alat tangkap bubu, rawai dan pukat insang (Pet dan Yeager, 2000a) Saat ini alat tangkap
ikan yang dinilai paling destruktif yaitu dinamit, sianida dan pukat (Pet-Soede et al.,
2000, Roberts, 2000) Temtama disebabkan selain membabat habis sumber daya biota
laut juga memsak habitatnya. Tetapi hampir semua alat tangkap akan merusak jika upaya
tangkapnya tinggi
Terutama pada spesies ikan target yang mengeluarkan teiur dan
sperma dalam air, sehingga proses reproduksi sangat tergantung pada kepadatan spesies
ikan (Roberts, 2000)
Menurut Abu Bakar (1996) kegiatan penangkapan perikanan karang yang umum
diiakukan nelayan di kawasan Taman Nasional Komodo adalah
I . Meting
Meting adalah salah satu bentuk kegiatan nelayan dalam mengambil hasil laut yang
dilakukan oleh nelayan yang bermukim di dalarn kawasan Taman Nasional. Kegiatan ini
dahulu dilakukan pada saat surut rendah dengan berjalan kaki yang dilakukan oleh laki
laki, perempuan maupun anak anak Kegiatan meting tidak hanya dilakukan di siang hati
tetapi juga malam hari dengan menggunakan petromaks sebagai alat penerangan (Abu
Bakar, 1996)
Saat ini kegiatan ini biasanya juga dengan menggunakan alat bantu kompresor (hookah)
dan
batang
baja
Nelayan
memecah dan
membalik
karang
hingga
rusak
dan
meninggalkan hamparan yang hampir 100% berupa reruntuhan karang mati
Jenis biota yang menjadi sasaran adalah teripang, mata tujuh (abalone) serta
moluska lainnya termasuk kima Secara ekologis kegiatan meting ini berdetmpak negatip
terhadap habitat terumbu karang
2. Jaring insandpukat
Jaring insang merupakan jenis peralatan tangkap yang digunakan oleh nelayan yang
tinggal di dalam kawasan untuk menangkap ikan temtarna dari jenis ikan karang Selain
itu biota target lainnya adalah calakang, teri, dan udang kecil Pukat menjaring semua
jenis ikan tanpa pandang bulu termasuk penyu, cetacea, dugong dan semua jenis ikan
karang (Pet dan Yeager, 2000a ; Khan ef d.,
2000).
3
Pancing dasar /rawai dasar
Pancing dasar terutama dengan sasaran jenis ikan karang seperti katamba, kerapu, sunu.
Penangkapan dengan pancing dasar menyapu semua predator dan pancing rawai dasar
mengambil pula ikan hiu dan kerapu besar (Pet dan Yeager, 2000a)
4 Bubu (perangkap bambu)
Bubu dioperasikan pada daerah karang dengan sasaran adalah jenis ikan karang Proses
pemasangan dan pengambilan perangkap ini dinilai berperan dalam perusakan karang
Untuk menyembunyikan perangkap dalam kirrang, penyelam membongkar karang hidup
untuk menutupinya Perangkap dipasang dengan menurunkan alat perangkap dari sisi
perahu dengan tali berpelampung Perangkap tersebut sering digantungi alat pemberat
besar, dan mampu memsak seluruh rumpun koral bercabang di paparan karang saat
pemasangan dan ~ e n g ~ l a n n (dengan
ya
menarik tali). Pemasangan dan pengambilan
bubu biasanya menggunakan alat bantu kompresor (Pet dan Yeager, 2000a).
5. Penangkapm nener dan pukat udang kecil.
Penangkapan dengan nener umumnya difalcukan nelayan tradisional pada bulan Agustus
hingga April (Abu Bakar,1996). Pukat udang dan nener biasanya dilakukan di tepi pantai
atau perairan karang dangkal. Kegiatan menangkap nener dilaporkan banyak berkurang
karena semakin sulit mendapatkan nener (Pet, 1999).
6 . Penggunaan tuba, herbisida, pestisida
Racun ikan tradisional yang digunakan pada terumbu karang di Taman Nasional Komodo
adalah tuba, yang berupa bubuk terbuat dari biji jenis pohon tertentu. Bubuk tersebut
kemudian dicampur air dan kemudian disebarkan terutama pada hamparan rumput laut
untuk menangkap ikan baronang (Siganidae). Ikan hwya pingsan dan tidak mati. Ikan ini
kemudian dikumpulkan untuk konsumsi Iokal clan dikeringkan untuk dijual (Abu Bakar,
1996 ;Pet dan Yeager, 2000b).
Karena racun alarni tidak mudah diperoleh dan h a n g efektif d i b a n d i i n racun
buatan, para nelayan di kawasan Komodo dan Labuan bajo mulai menggunakan herbisida
dan pestisida yang murah d m mudah didapat, yang tetap disebut sebagai tuba. Jenis racun
ini dikenal untuk menangkap ikan karang kecil (Pet dan Yeager, 2000b).
7. Penggunaan sianida
Cairan sianida digunakan secara luas untuk menangkap ikan karang hidup untuk
konsumsi dan ikan hias. Perdagangan ikan karang hidup untuk konsumsi terpusat pada
ikan kerapu dan napoleon (Nurdjana, 1999 ;Mous ef al., 2000). Sedangkan perdagangan
ikan hias meliputi spesies ikan karang yang beraneka warna d m dari jenis beragam.
Lobster dit&
dengan sianida dan termasuk dalam biota target dalam perdagangan
ikan karang hidup untuk konsumsi. Konsentrasi racun cair tidak untuk membunuh tetapi
rnembuat pingsan sehingga memudahkan penangkapan ikan sasaran.
Penangkapan ikan dengan sianida dilakukan oleh penyelam, menggunakan kompresor
hookah dan selang udara. Seorang penyelam dengan kompresor hookah akan turn pada
kedalaman 10-40 meter sampai terlihat ikan sasaran. Ikan diburu hingga ke cemk karang
dan kemudian sianida disemprotkam dari botol plastik ke ceruk tersebut. Pa& saat ikan
mulai lemah, penyelam akan membongkar karang, menangkap dan menariknya ke
permukaan (Pet dan Yeager, 2000b).
Penangkapan ikan hias dengatt sianida merusak terumbu karang secara luas.
Terumbu karang banyak dibongkar untuk mengambil ikan yang menyelinap di antara
karang. Penggunaan kompresor hookah mempakan faktor pokok dalam kegiatan
penangkapan &an dengan sianida (Mous et al., 2000 ;Pet dan Yeager, 2000a).
8. Kompresor hookah
Untuk mengambil hasil h i 1 laut di air dalam masyarakat telah menggunakan kompresor
(hookah) dengan sasaran teripang, mata tujuh, akar bahar, kerang mutiara dan lobster.
Kompresor juga sering digunakan bersama dengan pengambilrtn mata tujuh dengan besi
sebagai alat cungkil (dengan meting). Metode ini berdampak buruk dari segi kesehatan,
karena banyak nelayan yang mengalami kelumpuhan akibat kegiatan ini ( Abu Bakar,
1996 ;Pet dan Yeager,2000a).
9.Penggunaan bahan peiedak
Born ikan kebanyakan dibuat dari pupuk buatan seperti a m o ~ u mdan kaliurn nitrat
-03
;
KN03)
yang dicampur dengan minyak bakar di dalam botol. Nelayan
pembom terutama memburu kelompok ikan terumbu karang, sehingga diperkukan
beberapa bom untuk mendapatkan tangkapan yang relatip banyak. Setelah ledakan,
penyeiam akan mengumpulkan ikan, yang telah mati -pun
pingsan karena gelombang
kejut dari ledakan. Banyak terumbu karang y m g msak oleh satu ledakan tergantung dari
ukuran born dan posisi ledakan terhadap terumbu. Satu bom ukuran botol bir dapat
menghancurkan terumbu h a n g dalam radius 5 meter (Pet-Soede et al., 2000)
Pemanenan berlebih dan praktek penangkapan ikan yang merusak sangat
menekan kemampuan sumberdaya biota laut untuk memulihkan din. Ukunul basil
tangkapan beberapa jenis telah sangat menurun. Kegiatan penangkapan perlu dibatasi dan
diatur untuk mempertahankan produktivitas ekosistem p e t dan Yeager, 2000a).
2.5, Peraturan tentang jeais jenis perslatan penangkapan ikan karang di Taman
Nasional Komodo
Dengan adanya otonomi daerah maka Balai Taman Nasional Komodo dan
Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai merupakan sfakeholder kunci
dalam
pengelolaan kawasan Taman N a s i o d Komodo. Untuk melindungi sumberdaya dan
habitat perairan di kawasan Taman Nasional Komodo rnaka dikeluarkan suatu peraturan
yang mengatur tentang pemakaian alat tangkap dan alat bantu pengambilan hasil laut.
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai no.
11 tahun 200 1 tentang pemakaian
alat tangkap d m alat bantu pengambilan hasil laut dalam wilayah perairan laut Kabupaten
Manggarai menyebutkan jenis-jenis alat tangkap dan atau alat bantu pengambilan hasil
laut yang dapat dipakai dalam wilayah perairan laut Taman Nasional Komodo adalah :
1 . bagan perahu (mobile lifr net)
2. pancing ulur (Mline)
3. huhat e @ole and line)
4. payang dan
5. pancing tonda
Jenis-jenis alat tangkap dan atau &at bantu pengambilan hasil laut yang dilarang di
wilayah laut Taman Nasional Komodo adalah :
bahan peledak seperti amonium clan potasium nitrat atau bom, bahan kimia, racun alarni
seperti tuba, racun kimia seperti potasium sianida, herbisida dan pestisida, kompresor
hookah dan alat selam lainnya, selang kompresor, jarum suntik, penyemprot, linggis,
ganco dan sejenisnya,
sodo/sonder/tangkar/soduldarilsodok @ush net), songko
(skimming net), bubu dasar @ortabIefisk-pot), pakaja ( d h f r i n g g f i s - f ) sero
,
besar/dalam
(guiding barriu), togo ganda (multiple tidal frap), jermal/bubu jermal ( t i h i trap), bagan
tancap (stcTtonew lrj? net), muroami (murarmi*e-in-&),
soma dampar/gosea/redi
(beach seine), pukat tepikakat, dogoVcantrang/dapang/potol(vanish seine), lampara
dasar (bottom lampara),jaring insang lingkar (encirclinggill net), jaring gondrong/jatilap
(tramel net), jaring insang hanyut (&~frgillnet),jaring lingkar ikan hias (encirclingnet of
ornamentalfish), pancing rawai dasar (bottom Iang line).
Dan alat-alat lainnya yang dianggap berpotensi merusak sumber daya laut Kabupaten
2.6. Zonasi drerah perlindungan laut sebagai sarana manajemen perikansn
Banyak literatur yang menyatakan jika stok ikan karang dilindungi, maka ikan
akan hidup lebih lama dan tumbuh lebih besar dan menjadi lebih matang (Russ et al.,
1992 ; Roberts, 2000). Meningkatnya fekunditas akan mempertinggi rekrutmen pada
daerah penangkapan. Stok ikan di daerah yang dilindungi akan menyuplai d w a h
penangkapan ikan sekitarnya karena larva ikan karang dapat tersebar dalam jarak yang
jauh dalam ratusan kilometer (Russ et al., 1992). Pemtupan suatu daemh penangkapan
ikan terbukti memperbaiki kondisi dimana tejadi peningkatan biomasa ikan dalam waktu
3 hingga 5 tahun (Rodwell dan Roberts, 2000). Jaminan ketersediaan stok ikan komersiai
dan bemilai penting bagi perairan sekitarnya akan berkontribusi terhadap kegiatan
ekonomi nelayan lokal.
Pengaruh biologi dari daterah perlindungan laut dl lapangan telah banyak
dipelajari tetapi pengaruh terhadap kegiatan perikanan banyak dipelajari melalui
pernodelan (RodweH dan Roberts, 2000 ; Sanchirico dan Wilen, 2000). Sejumlah model
bioekonomi yang bertujuan untuk menguji efektivitas suatu daerah perlindungan laut
terhadap produktivitas perikanan telah dilakukan. Hal ini terutarna disebabkan adanya
oposisi terhadap pembentukan daerah pertindungan laut dari sektor perikanan.
Dukungan rnasyarakat lokal terhadap upaya perlindungan sistem ekologis sangat vital,
hal ini membutuhkan kesadaran bahwa upaya perlindungan ini akan berkontribusi
terhadap kegiatan perekonomian masyarakat.
Tujuan dari daerah perlindungan laut menurut WCN ( Kelleher, 1999) adalah
melindungi keanekaragaman hayati dan produktivitasnya termasuk kehidupan ekologis
yang mendukung sistem kehidupan di laut. Konservasi harus seimbang dengan kebutuhan
penduduk lokal, yang menggantungkan hidupnya pada laut. Penduduk akan terus
membutuhkan ikan dari terumbu ka.rang, seperti juga kayu dari mangrove, akses ke pantai
untuk rekreasi, tepi pantai untuk peru-
dan tempat pembuangan sampah di taut.
Tujuan konservasi adalah untuk memuaskan kebutuhan ini disamping juga menjamin
ketersediaan sumberdaya dalam jangka panjang.
Menurut Kelleher (1999), daerah perlindungan laut biasanya lebih menekankan
pada kebutuhan untuk mefindungi habitat yang penting terutarna bagi spesies komersial
yang memiliki nilai tinggi dalam perdagangan, rekreasi atau kekhususan seperti
mempertahankan keanekaragaman spesies yang langka. Hat ini berbeda dengan daerah
perlindungan darat, yang biasanya menekankan pada perlindungan terhadap habitat kritis
dimana hidup spesies endemik atau langka yang terancam punah.
Konservasi laut dan penggunaan berkelanjutan sering diartikan sebagai dua ha1
yang berbeda. Pada kenyataanya mereka saling berhubungan mat. Beberapa daerah
perlindungan laut terbukti gaga1 karena hanya bertujuan untuk melindungi biodiversitas
sementara penggunaan oleh komunitas lokal terhadap sumberdaya yang juga tinggi tidak
dipertimbangkan. Kedua tujuan ini dapat dimasukkan dalam suatu daerah perlindungan
laut, tetapi hams terdapat klarifikasi bagaimana kedua tujuan ini saling berhubungan
(Kelleher, 1999).
Jika tujuan utarna adatah melindungi spesies tertentu atau ekosistem, maka suatu
zona tanpa pemanenan yang luas dikembangkan sebagai pilihan yang terbaik, tetapi jika
tujuan utama sebagai daerah dengan pengelotaan berkelanjutan, maka zona inti yang
lebih kecil akan &pat memaksimumkan rekrutmen ikan terhadap perairan sekitarnya.
Menurut Keileher (1999), pengalaman menunjukkan, ada dua pendekatan dalarn
mendisain sistem daerah perlindungan laut yang melindungi biodiversitas dari ekosistem
yang lengkap yaitu ;
a. mendesain zonasi dengan membagi beberapa daerah perlindungan yang relatip kecil
sebagai bagian dari kerangka pengelofaan ekosistem terpadu yang luas, atau
b. mendesain zonasi perlindungan berganda yang luas terdiri dari ekosistem Iaut yang
lengkap atau sebagai suatu daerah yang luas sebagai satu kesatuan.
Zonasi d a d perlindungan Iaut didisain secara khusus sehingga beberapa
penggunaan yang berkelanjutan dan terkonirol dalam daerah dipe
NASIONAL KOMODO SECARA SPASIAL DAN TEMPORAL DAN
KONSEKUENSI TERHADAP PENGELOLAAN
OLEH :
JOHANA SUPRIHATIN
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
POLA PENGGUNAAN PERIKANAN KARANG Dl TAMAN
NASIONAL KOMODO SECARA SPASIAL DAN TEMPORAL DAN
KONSEKUENSI TERHADAP PENGELOLAAN
JOHANA SUPRlHATlN
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoieh gelar
Magister Sains pada
Program Pascasa jana Institut Pertanian Bogor
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
ABSTRAK
JOHANA SUPRLBATIN. Pola Penggunaan Perikanan Karang di Taman Nasional
Komodo secara Spasial dan Temporal dan Konsekuensinya terhadap Pengelolaan.
Dibimbing oleh DIETRmCH G. BENGEN dan AKHMAD FAUZI
Taman Nasional Komodo bertujuan untuk melindungi reproduksi populasi ikan
terumbu karang dan invertebrata dalam kawasan konsewasi dari eksploitasi, sehingga
dapat berfbngsi sebagai dan jaminan bagi sumber perikanan perairan di dalam dan sekitar
kawasan. Pengelolaan Taman ini berdasarkan pada sistem zonasi tunggal. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk melihat kesesuaian antara pola penggunaan perikanan karang
secara temporal dan spasial dengan rencana zonasi dalam Rencana Pengelolaan kawasan
Taman Nasional Komodo selama 25 tahun dan konsekuensinya terhadap pengelolaan
Taman Nasional
Dari hasil analisa temporal pola penggunaan perikanan karang dengan uji
faktorial diskriminan dan pengelompokan berdasarkan tahun menurut upaya dari data
patroli adalah adanya beda nyata yang ditunjukkan oleh nener dan pukat udang dan alat
tangkap lainnya Hasil uji terhadap upaya per asal nelayan setiap tahun tidak
menghasilkan nilai beda nyata.
Dari pola penggunaan perikanan karang secara spasial, distribusi pancing dasar,
gillnet dan pancing tonda ditemukan menyebar di seluruh kawasan Taman Nasional
Komodo Distribusi penyebaran kompresor hookah berpindah pindah dan pemakaian
jenis alat tangkap lain (dengan peledak dan racun) sudah berkurang sejak tahun 1997.
Distribusi menurut asal nelayan menunjukkan bahwa komunitas nelayan cendemng
memiliki lahan penangkapan favorit yang dekat dengan desa asalnya Kondisi mortalitas
penutupan karang mati kurang dari 50% berasosiasi dengan upaya non bagan kurang dari
300 kapal per tahun. Secara keseluruhan terjadi pengurangan upaya non bagan per km2 di
Taman Nasional Komodo.
Dari kesesuaian antara pola penggunaan perikanan karang dan sistem zonasi yaitu
masih digunakannya metode perikanan yang destruktif seperti penggunaan kompresor
dan alat selam, meting, bubu dan metode destruktif lainnya (peledak dan racun) dalam
kawasan Taman Nasional. Pemakai perikanan demersal tertinggi terutama oleh nelayan
Sape (NTB) dan dari luar. Lokasi dengan upaya lebih dari 600 kapal non bagan per tahun
diketahui di Gililawa dan Rinca barat yang merupakan zona tanpa pemanenan
Sebagai konsekuensi dari sistem zonasi di Taman Nasional Komodo, pengelola
Taman Nasional hams membatasi nelayan dari luar dan memberikan hak pemanfaatan
eksklusif bagi nelayan dalam kawasan dan nelayan yang tinggal berbatasan langsung
dengan kawasan yaitu di zona tradisonal bahari dan pemanfaatan pelagis Pembatasan
juga berupa Iisensi dan perijinan menangkap ikan yang dikeluarkan oleh pihak pengelola
Taman Nasional.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
POLA PENGGUNAAN PERIKANAN KARANG DI TAMAN
NASIONAL KOMODO SECARA SPASIAL DAN TEMPORAL DAN
KONSEKUENSI TERHADAP PENGELOLAAN
adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pemah dipublikasikan.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat
diperiksa kebenarannya.
JOHANA SUPRlHATIN
NRP : 99675
Judul Tesis
:
Pola Penggunaan Perikanan Karang di Taman Nasional
Komodo secara Spasial dan Temporal dan
Konsekuensinya terhadap Pengelolaan
Nama
:
Johana Suprihatin
NRP
:
99675
Program studi
:
llmu Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
(SPI-1
Menyetujui :
1. Komisi Pembimbing
w
Dr.Ir. Dietriech G . B ~ ~ ~ ~ ~ ) D E A .
Ketua
Dr. Er. Akhmad Fauzi .M.Sc.
Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Ilmu
Pengelolaan Pesisir dan Laut
Dr.Ir. Rokhmin Dahuri. MS.
Tanggal Iulus : 20 Nopember ZOO 1
gram Pascasajana
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 29 Januari 1970 sebagai anak kedua
dari tiga bersaudara dari pasangan Soenaryo dan Sri Sutjiati
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Budi Mulia, Pangkal
pinang, Bangka, Sumatera Selatan pada tahun 1983 Pendidikan rnenengah pertama
diselesaikan di SMP St. Maria Cirebon, Jawa Barat pada tahun 1986. Kemudian
pendidikan menengah atas diselesaikan di SMAN 13 Jakarta Utara, DKI Jaya pada tahun
1989. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Program Studi Ilmu Kelautan
Universitas Diponegoro dan meraih gelar Sarjana Teknik pada tahun 1994.
Penulis menikah dengan Andreas Hary Muljadi pada tanggal 28 Oktober 2000
dan dikaruniai seorang putera, Gladden Anugerah Gusti Muljadi.
Pada bulan September 1999, penulis mendapat kesempatan mengikuti Program
Master pada Program Stud'i Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut, Program
Pascasarjana IPB.
PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas terselesainya
penelitian dan penulisan tesis ini dengan baik.
Ucapan terima kasih disarnpaikan Dr. Ir. Dietriech G. Bengen, DEA (ketua) dan
Dr. Ir. Akhmild Fauzi, MSc. (anggota) juga kepada pembimbing lapangan saya Dr. P.J.
Mous atas waktu, arahan, bimbingan yang diberikan selama ini, dari proses persiapan,
pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada :
1. Ibu Rili Djohani, Jos Pet dan Johanes Subijanto, MSc. dari The Nature Conservancy,
yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian di Taman Nasional Komodo
dan menggunakan database dan segala fasilitas KFO, TNC selama penelitian.
2. Andreas Hary Muljadi, yang banyak membantu dalam pengolahan data dengan GIS,
menyedidan database dan referensi yang berhubungan dengan penelitian, juga
dukungan doa dan semangat dari persiapan penelitian hingga penulisan thesis.
3. Bapak Salmon Jalessy (Alm.) dan tim patroli penggunaan sumberdaya perikanan
karang atas data patroli yang digunakan sebagai data primer penelitian ini.
Ungkapan terima kasih kepada kedua orangtuaku pengertian dan bantuan doa. Juga
kepada teman teman angkatan III Program Stud1 PengeIolaan Sumberdaya Pesisir dan
Laut IPB atas kebersamaan selama dua tahun ini. Dan semua pihak yang telah membantu
terselesainya penulisan ini. Semoga tesis ini bermanfaat.
Bogor, Pebruari 2002
Johana Suprihatin
DAFTAR IS1
DAFTAR GAMBAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
x
DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
xi
DAFT AR L M I R A N . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
xii
I . PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 . 1 . Latar belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.2.Pendekatan masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 . 3 . Tujuan dan manfaat penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1
1
3
4
I1. TINJAUAN PUSTAKA
2 . 1 . Populasi penduduk di Tarnan Nasional Komodo clan sekitarnya
2.2. Perekonomian lokal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 . 3 . Produksi perikanan dari Taman Nasional Komodo . . . . . . . . . . . .
2 . 4 . Jenis biota tangkapan dan rnetode penangkapan ikan . . . . . . . . .
2 . 5 . Peraturan tentang jenis jenis peralatan penangkapan ikan karang
di Taman Nasional Komodo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 . 6 . Zonasi daerah perlindungan laut sebagai sarana manajemen
perikanan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 . 7 . Zonasi dan peraturan dalam Taman Nasional Komodo . . . . . . .
2 . 7 . 1 . Sistem zonasi dalam Taman Nasional Komodo . . . . . .
2 . 7 . 2 . Ketentuan peraturan untuk zona di Taman Nasional
Komodo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
111. METODE PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.................
3.1. Lokasi dan waktu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.2. Jenis dan metode pengumpulan data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 . 2 . 1 . Jenis data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 . 2 . 2 . Metode pengumpulan data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 .3 . Analisa data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3 . 3 .1 . Analisa deskriptif pola penggunaan perikanan karang
3 . 3 . 2 . Analisa pola pengsnaan secara temporal . . . . . . . . . .
3 . 3. 3. Analisa spasial pola kegiatan perikanan karang . . . .
3 . 3 . 4 . Rata rata produksi perikanan karang per patroli per tahun
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4 . 1 . Keadaan umum daerah penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4 . 1 . 1 . Lokasi dan batas Taman Nasional Komodo .......
38
38
38
4.1.2.Iklim . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.1.3.Kondisi perairan Taman Nasional Komodo . . . . . .
4.1.4. Demografi umum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.2. Analisa deskriptif pola penggunaan perikanan karang ......
4.3. Pola penggunaan perikanan karang secara temporal ........
4.3.1.Plot deret waktu menurut jenis alat tangkap . . . . . .
4.3.2. Plot deret waktu menurut asal nelayan . . . . . . . . . . . .
4.3.3.Uji beda nyata pola penggunaan perikanan karang
secara temporal .....................................
4.4. Pola distribusi spasial penggunaan perikanan karang . . . . . . . .
4.4.1. Distribusi upaya per jenis alat tangkap
dan asal nelayan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.4.2. Analisa interaksi spasial kondisi biofisik dan upaya
kapal non bagan perikanan karang ...................
4.5. Kesesuaian antara pola penggunaan perikanan karang dengan
sistem zonasi Taman Nasional Komodo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.6. Konsekuensi pola perikanan karang dengan pengelolaan Taman
Nasional Komodo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
V . KESIMPULAN DAN SARAN ............................................
3.1. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.2. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR GAMBAR
Kerangka berpikir penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Sebaran kolom (variabel) pada dimensi 1 dan 2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Sebaran kolom (variabel) pada dimensi 2 dan 3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Sebaran baris (lokasi) dan kolom (variabel kondisi) pada
dimensi 1 dan 2 dari analisa faktorial koresponden . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Sebaran baris (lokasi) dan kolom (variabel kondisi) pada
dimensi 2 dan 3 dari analisa faktorial koresponden . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Analisa tren estimasi CPUE gillnet tahun 1996 .2001 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Analisa tren estimasi upaya gillnet tahun 1996-2001 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Analisa tren estimasi CPUE pancing dasar tahun 1996-2001 . . . . . . . . . . . . . .
Analisa tren estimasi upaya pancing dasar tahun 1996-2001 . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR TABEL
Halaman
Ringkasan sistem zonasi Taman Nasional Komodo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Jenis data yang dikumpulkan dan sumber data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Data yang diolah dengan analisa faktorial diskriminan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Tabel analisa ragam klasifikasi satu arah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Perkiraan penduduk untuk desa desa di dalam dan sekitar T K
.........
Estimasi upaya. hasil tangkap dan CPUE dari data patroli
per triwulan tahun 1996-2001 menurut asal nelayan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Estimasi upaya. hasil tangkap dan CPUE dari data patroli
per triwulan tahun 1996-2001 menurut jenis alat tangkap
..................
Persentase penggunaan jenis alat tangkap menurut asal nelayan
...........
Persentase biomasa biota laut menurut alat tangkapnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Pengguna perikanan karang berdasarkan asal nelayan di Taman
Nasional Komodo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Tabel analisis ragam untuk klasifikasi 1 arah dengan variabel
upaya alat tangkap yang menunjukkan nilai KT. F dan p
..................
Tabel analisis ragam untuk klasifikasi 1 arah dengan variabei
upaya asal nelayan yang rnenunjukkan nilai KT. F dan p . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Rata rata upaya non bagan per ~ m di' kawasan Tarnan
Nasional Komodo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Tabel eigen values. persentase inertia dan persentase kumulatif
pada 3 dimensi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Koordinat. kosinus kuadrat dan inertia dari sebaran variabel
pada ke-3 dimensi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Koordinat. kosinus kuadrat dan inertia dari sebaran lokasi
pada ke-3 dimensi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Rata rata hasil tangkapan (Kg) yang dicatat per patroli tiap
tahun . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR LAMPfRAN
..
Peta lokasi penelit~an . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
68
Peta rute patroli dan desa desa di dalam dan sekitar
Taman Nasional Komodo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
69
Peta nama lokasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
70
Peta zonasi Taman Nasional Komodo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
71
Plot deret waktu dari estimasi jumlah trip kapal non bagan dan
estimasi hasil tangkap per kapal rnenurut alat tangkap (tonda,
pancing, gillnet) tahun 1996-2001 ....................................
Sb.
72
Plot deret waktu dari estimasi jumlah trip kapal non bagan dan
estimasi hasil tangkap per kapal menurut alat tangkap
(nenedpukat udang, bubu dan kompresor) tahun 1996-2001 .....
73
Plot deret waktu dari estimasi jumlah trip kapal non bagan dan
estimasi hasil tangkap per kapal menurut alat tangkap
(meting dan rnetode lain) tahun 1996-2001. .........................
74
Plot deret waktu dari estimasi jumlah trip kapal non bagan dan
estimasi hasil tangkap per kapal menurut asal nelayan
(Komodo, Rinca dan Papagarang) tahun 1 996-200 1 . . . . . . . . . . . . . . . 75
Plot deret waktu dari estimasi jumlah trip kapal non bagan dan
estimasi hasil tangkap per kapal rnenurut asal nelayan
(Warloka, Mesa, Labuan Bajo) tahun 1996-2001 . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
76
Plot deret waktu dari estimasi jumlah trip kapal non bagan dan
estimasi hasil tangkap per kapal menurut asal nelayan
(Sape dan luar) tahun 1996-2001 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
77
Jumlah trip kapal non bagan per triwulan menurut jenis alat
tangkap yang ditemukan selama patroli . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
78
Matriks rata rata upaya kapal non bagan yang ditemukan per patroli
menurut alat tangkap dengan pengelompokan tahun . . . . . . . . . .. . . ..
79
Jumlah trip kapal non bagan per triwulan menurut asal nelayan
yang ditemukan selarna patroli . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
80
Matriks rata rata upaya kapal non bagan yang ditemukan per patroli
menurut asal nelayan dengan pengelompokan tahun
. . . .. . . . . . . . .
81
Data jumlah frekuensi munculnya kategori kondisi terumbu karang
dan estimasi upaya kapal non bagan pada lokasi pengamatan .. . .
82
Jumlah hasil tangkap per triwulan (Kg) menurut jenis alat tangkap
yang ditemukan selama patroli
. . . . . . .. . . .
. . .. . .. . . . .. . . . . .. . . .. . . . . . .
83
Jumlah hasil tangkap per triwulan (Kg) menurut asal nelayan
yang ditemukan selama patroli . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
84
Distribusi spasial pancing tonda di Taman Nasional Komodo
.. .
85
Distribusi spasial pancing dasar di Taman Nasional Kornodo
..
.
86
Distribusi spasial jaring insang (gillnet) di Taman Nasional
Komodo
87
Distribusi spasial jaring nener atau pukat udang di
Taman Nasional Komodo . . . . . . . . . .. . .. . . .. .. . .. . . .. . . . . .. .. . ... . . . . . .
88
Distribusi spasial bubu di Taman Nasional Komodo . . . . . . . .. . . ...
89
Distribusi spasial kompresor hookah di Taman Nasional
Komodo
.
.
......................
90
. . . . . . . . . .. .
91
Distribusi spasial alat tangkap lain di Taman Nasional Komodo..
92
Distribusi spasial meting di Taman Nasional Komodo
Distribusi spasial nelayan Komodo di Taman Nasional Komodo.. 93
Distribusi spasial nelayan Rinca di Taman Nasional Komodo... . . . 94
Distribusi spasial nelayan Papagarang di Taman Nasional
Komodo
95
Distribusi spasial nelayan Warloka di Taman Nasional Komodo .. 96
Distribusi spasial nelayan Mesa di Taman Nasional Komodo . .. ... 97
i Taman Nasional
Distribusi spasial nelayan Labuan Bajo d
Komodo . . . ... . . .... . . . . . . ... . . . . . . . . . ... ... ... . . . . .
. ..
.
.
98
Distribusi spasial nelayan Sape d
i Taman Nasional Komodo ..
99
Distribusi spasial nelayan luar di Taman Nasional Komodo . . .
100
Distribusi spasial total upaya non bagan di Taman Nasional
Komodo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
101
Distribusi penutupan karang hidup di Taman Nasional
Komodo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
102
l Taman Nasional
Distribusi indeks mortalitas karang d
Komodo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
LO3
Dafiar isian data patroli .............................................
104
Data jadual patroli yang dilakukan tahun 1996-2001 ............
105
1.1. Latar belakang
Taman Nasional Komodo (TNK) dibentuk pada tahun 1980 dan dinyatakan sebagai
sebuah World Heritage Site dan Man nncl Rrosphe~eoleh UNESCO pada tahun 1986 (Pet
dan Yeager, 2000a). TNK pada awalnya dibentuk untuk metindungi satwa unik komodo
(Varanus kornodoens~s)
dan habitatnya
Namun kemudian kawasan ini di ketahui
merupakan salah satu kawasan laut yang paling kaya di dunia (Pet dan Yeager, 2000a).
Tujuan TNK adalah melindungi keanekaragaman hayati ( terutama satwa komodo)
dan melindungi reproduksi populasi ikan terumbu karang dan invertebrata dalarn
kawasan konservasi dari eksplojtasi, sehingga dapat berfbngsi sebagai jaminan bagi
i dalam dan sekitar kawasan (Pet dan Yeager, 2000a) Dalam
sumber perikanan perairan d
kontribusi
terhadap
produktivitas
biologi
kesejahteraan
Taman
penduduk
Nasional
sangat
Komodo
penting
Karena
untuk
penduduk
melindungi
akan
terus
membutuhkan ikan dari terumbu karang dan akses sebagai tempat rekreasi, konservasi
hendak
memuaskan
tujuan
tersebut
dengan
tetap
mempertahankan
kelestarian
sumberdaya dalam jangka panjang Daerah perlindungan laut tergantung pada dukungan
dari komunitas lokal untuk kelangsungan sistemnya dan dukungan sernacarn ini
tergantung pada pengetahuan tentang kontribusi dari suatu daerah perlindungan taut
terhadap kesejahteraan masyarakat (Kelleher, 1999) Daerah perlindungan laut yang
berkontribusi terhadap kegiatan ekonomi akan lebih mudah untuk dikelola dibandingkan
suatu daerah perlindungan yang hanya menekankan pada pertirnbangan ekologis semata
Selanjutnya menurut Kelleher ( 1 999), daerah perlindungan laut biasanya lebih
menekankan pada kebutuhan untuk melindungi habitat yang penting terutama bagi
spesies komersial yang rnemiliki
nilai tinggi dalam perdagangan,
rekreasi
atau
kekhususan seperti rnempertahankan keanekaragaman spesies yang tangka.
Implementasi dari program konservasi laut sejak tahun 1996 telah memperbaiki
kondisi terumbu karang. Berdasarkan survei pemantauan terumbu karang tahun 19961998, penutupan karang hidup cenderung meningkat dari 16% hingga 20%, sedangkan
penutupan karang lunak meningkat dari 22% menjadi 24% (Pet, 1999) Sejak tahun 1996
dengan adanya program pentaatan hukum secara efektif, insiden pengeboman ikan
berkurang hingga 75%. Walaupun implementasi dari program konsewasi laut telah
terbukti mengurangi kerusakan karang tetapi eksploitasi yang berlebihan dari sumberdaya
hayati masih me~pctkanmasalah yang serius (Pet d m Yeager, 2000a).
Walaupun
produk perikanan demersal hanya mempakan 5% dari total produksi
perikanan dari kawasan Taman Nasional Komodo tetapi memiliki kontribusi ekonomi
penting (Mous dan Pet, 1999). Penangkapan ikan demersal memakai peralatan yang
beragam seperti kompresor hookah, pancing dasar, bubu, pukat. Pwalatan tersebut
d i g m h n untuk penangkapan spesies ikan bernitai ekonomi tinggi seperti lobster dan
ikan karang hidup, yang ditangkap terutama dengan perahtan kompresor hookah, sianida,
pancing dasar dan bubu, clan memungkinkan penangkapan dalam jumlah besar dalam
w a b singkat yaitu dengan pengeboman dan pukat.
Ancaman terhadap perikanan karang terutama pada praktek penangkapan ikan yang
destruktif seperti penangkapan ikan den-
peledak dan sianida. Penangkapan ini
dilakukan pada saat ikan bergerombol pada fokasi tertentu untuk berpijah. Sehingga
lokasi agregasi berpijah sangat rentan terhadap nelayan yang mahir mengalokasikan
tempat ikan ikan ini k k u m p u t . Menghabiskan ikan di satu lokasi pemijahan sama
dengan menghilangkan pemangsa utama dari terumbu h a n g seluas beberapa mil
persegi. Menumt Sadovy (1993) ddam Mous et at. (2000), pennasalahan over eksploitasi
ikan karang tidak &pat dipecahkan dengan melarang praktek penangkapan ikan dengan
sianida saja, tetapi juga kemungkinan dengan jenis alat tangkap lain yang bersifat
menguras ketersediaan ikan karang di dam. Sehingga salah satu ancaman utama dalam
pengelolaan Taman Nasional Komodo adalah penangkapan ikan dasar terurnbu karang
(demersal) yang berlebihan (Pet dan Yeager, 2000a).
Mat tangkap yang secara umum digunakan dan me~pt%kan
jenis alat tangkap penting
di wilayah ini adalah bagan (I@ net) yang beroperasi malam hari dengan sasaran adalah
ikan pelagis yang bukan mempakan ancaman terhdap sumberdaya demersal di Tarnan
Nasional Komodo (Abu Bakar, 1996 ; Pet dan Yeager, 2000a). Sehingga jenis alat
tangkap ini masih diijinkan digunakan di kawasan ini karena relatip aman bagi terumbu
karang dan ikan karang.
1.2. Pendekatan masalah
Eksploitasi ekosistem darn di perairan TamAn Nasional Komodo telah meningkat
dan febih intensif selama beberapa dekade terakhiu. Perekonomian berkembang dan
standar hidup di kawasan ini meningkat sejak tahun 1980 (Pet dan Yeager, 2000a).
Perkembangan ini diikuti dengan kebutuhan akan uang tunai dan memicu penggunaan
praktek penangkapan ikan yang merusak, seperti born dan racun, dan berdampak negatif
terhadap kualitas sumberdaya kawasan sebagai pemasok sumber peritcanan daerah
sekitarnya.
Rekomendasi awd untuk daerah tertutup bagi pemanfaatan dalam kawasan Taman
Nasional Komodo berdasarkan program pemantauan yaitu tingginya biodiversitas,
kualitas terumbu karang, lokasi pemijahan ikan kerapu yang bernilai ekonomi tinggi dan
pola penggunaan sumberdaya (Pet, 1999).
Pengelolaan Tarnan Nasional Komodo berdasarkan pada sistem zonasi sesuai dengan
Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam no 74/
KptslDj-W1990 yang kemudian diperbarui lagi dengan Surat Keputusan Dirjen PHKA
no. 6S/Kpts/Dj-V/2001 tentang zonasi Taman Nasional Komodo. Sistem zonasi hlnggal
di Taman Nasional Komodo meliputi baik daratan (reresteal) maupun pesisirllaut, yang
meliputi 7 jenis zona yang memiliki peruntukkan yang berbeda. Sistem zonasi ini
bertujuan untuk mengurangi konflik antara pemadaatan dan konservasi sumberdaya d a m
di Taman Nasional Komodo. Sistem ini memungkinkan penggunaan sumber daya secara
tradisional oleh penghuni di kawasan Tarnan Nasional sekaligus melindungi lokasi yang
memiliki nilai ekologis penting.
Berdasarkan informasi pendahulnan seperti dalam RRA (Rapid RuraI Appraisals),
perkiraan dampak ekologis (Ecological assessment), rnenunjukkan bahwa ancaman ilegal
yaitu penangkapan ikan dengan metode destruktif merupakan masalah utama dalam
upaya perlindungan habitat tefilmbu karang di Taman Nasional Komodo (Pet, 1998).
Dalam rangka pengaturan jenis alat penangkapan ikan di kabupaten Manggarai temasuk
di kawasan Taman Nasional Komodo, maka pada tanggal 14 Juni 200 1 telah dikeluarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai no. 11 tahun 2001 tentang pemakaian alat
tangkap dan alat bantu pengambilan hasii laut daiam wilayah perairan Kabupaten
Manggarai.
Mengetahui pola pengpnaan perikanan karang penting bagi pengelolaan kawasan
konservasi iaut karena nelayan di sekitar Taman Nasional menggunakan berbagai macam
teknik penangkapan ikan. Beberapa metode dan jenis alat tangkap berpotensi merusak
sumberdaya terumbu karang Dengan mengetahui pola penggunaan perikanan karang
secara spasial dan temporal dan dipadukan dengan sistern zonasi di Taman Nasional akan
dapat diketahui dimana pola penggunaan perikanan karang yang tidak sesuai Tnformasi
ini akan membantu mengidentifikasikan kelompok nelayan yang menjadi target dalam
program mata pencaharian alternatip dan program penyadaran masyarakat terhadap
linghngan
1.3. Tujuan dan manfaat penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah ;
1
Mengetahui perubahan pola penggunaan perikanan karang di kawasan Taman
Nasional Komodo secara temporal menurut jenis alat tangkap yang digunakan dan
menurut komunitas nelayan per tahun yaitu tahun 1996-2001
2
Mengetahui perubahan pola spasial perikanan karang menurut jenis alat tangkap dan
komunitas nelayan dan interaksi antara upaya kapal non bagan dengan kondisi habitat
terumbu karang
3. Melihat kesesuaian antara pola penggunaan perikanan karang dan sistem zonasi
dalam Taman Nasional Komodo
4
Konsekuensi dari zonasi tehadap pengelolaan Taman Nasional Komodo
Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat kesesuaian antara pola
penggunaan perikanan karang secara temporal dan spasial dengan sistem zonasi yang ada
dalam Rencana Pengelolaan kawasan Taman Nasional Komodo seiama 25 tahun dan
Surat Keputusan Dirjen PHKA no 65KptsDj-V/2001 tentang zonasi Taman Nasional
Kornodo serta konsekuensinya terhadap pengelolaan Taman Nasional.
Manfaat dari penelitian ini adalah menjadi bahan masukkan bagi pengelolaan
Taman Nasional Komodo dalam upaya program pengawasan laut dan mata pencaharian
alternatip terhadap nelayan yang menggunakan jenis alat tangkap yang mengancam
sumberdaya demersal di kawasan Taman Nasional Komodo
Gambar I . Kerangka berpikir penelitian pola penggunaan perikanan karang di Taman
Nasional Komodo secara spasial dan temporal
u
Kawasan konservasi perairan
Taman Nasiond Komodo
+
Sumber stok &an
karang komersial
a
k i n karang, termasuk met&
destruktif dan mengums stok ikan
Oleh
Nelayan dari dcm daim
kawasan, desa d e b t
kawasan dan desa di luar
kawasan
I
Analisa dari patroli
rutin
+r
e
la penggunaan secara
spasinl
9
+
Pola penggunaan secara
ten~ponl
+
+
Kesesuai,~dengan usulan zonasi di bwasan
Taman Nasional Komodo
I
lr
Konsekuensi terhadap pengelolaan Taman
Nasiozial Komodo
2.1. Popdasi penduduk di Tarnan Nasional Komodo dan sekiurnya
Taman Nasional Komodo terletak secara administratif di kecamatan Komodo,
Kabupaten Manggarai, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Terdapat empat pemukiman di
dalam Taman Nasional Komodo yaitu Komodo, Rinca, Kerora dart Papagarang. Semua
pemukiman tersebut sudah ada sebelum tahun 1980 yaitu sebelum kawasan ini
dinyatakan sebagai Taman Nasional. Secara administratif ada tiga desa di dalam Taman
Nasional Komodo yaitu Desa Komodo, Desa Pasir Panjang dan Desa Papagarang.
Mayoritas penduduk di dalam dan sekitar TNK adalah nelayan yang berasal dari Bima
(Sumbawa), Manggarai, Flores Selatan dan Sulawesi Selatan. Keturunan dari penduduk
asli Komodo yaitu Ata Komodo, masih berdiam di Komodo, tetapi kebanyakan sudah
bercampur dengan pendata% dan kebudayaan dan bahasa mereka perlahan lahan mulai
terintegrasi dengan pendatang baru.
Desa Komodo mengalami peningkatan penduduk paling tinggi di antara desa desa
lain di dalam kawasan, terutama karena migrasi pendatang dari Sape, Manggarai, Madura
dan Sulawesi Selatan. Sedangkan di W p u n g Rinca, mayoritas penduduk adalah
Komodo dan Bajo. Mgrasi masuk terutama dari BimalSape, Manggarai, Selayar dan
Ende. Kampung Kerora merniliki jumlah penduduk terkecil di antara desa desa di dalam
Taman Nasional. Kebanyakan penduduk kampung ini berasal dari Manggarai, Bajo dan
Bima. Pulau Papagarang per&
sebagai daerah pemukiman sementara bagi neIayan
untuk mengeringkan ikan dan hasil biota laut lainnya, tapi sekarang sudah menjadi desa
resmi. Mayoritas penduduk di sini adalah pedagang Bajau, Komodo d m Bima h
beberapa di antaranya guru dari Manggarai. Pendatang di Desa Rinca sebagian besar dari
Bima, Sape, Manggarai, Selayar dan Ende. Karnpung Kerora mempunyai populasi paling
kecil.
Desa lain di luar kawasan Taman Nasionaf dengan mayoritas addah nelayan dan
berganiung pada sumberdaya perairan. Desa Pasir putih terdiri dari dua kampung yaitu
Pulau Mesa dan Pulau Seraya Besar. Labuan bajo, Gorontalo, Golomori dan Warloka
semuanya terletak di Pulau Flores. Labuan bajo dan Gorontalo merupakan bagian dari
Labuan bajo, ibukota kecamatm Komodo.
Labuan bajo merupakan pelabuhan utama di kawasan ini dan merupakan pusat
pemerintahan kecamatan Komodo. D
i samping itu akses bempa tranportasi darat Galan
umum) sudah membaik dan bandara udara memungkinkan tejadi peningkatan laju
penduduk yang pesat. Pendatang yang datang terutama dari SuIawesi Selatan, Bima dan
Jawa.
Desa desa lain yang terietak di sebelah barat kawasan Tarnan Nasional yaitu di
Kecamatan Sape. Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Desa Bajau Pulau terletak di
pulau kecil dan desa lainnya terletak di sepanjang pesisir pulau Sumbawa. W y a r a k a t
desa Bajau Pulau dan Bugis terutama terdiri dari nelayan yang menggunakan sumberdaya
di kawasan Tarnan Nasional Komodo (Pet clan Yeager, 2000a).
Labuan bajo mempunyai pertumbuhan penduduk paling cepat diantara desa desa
di sekitar Taman Nasional dan Desa Kamodo rnerupakan desa dengan pertumbuhan
paling tinggi di dalam kawasan.
2.2. Perekonomian lokal
Kebanyakan penduduk di dalarn dan sekitar Taman Nasional Komodo memiliici
mata pencaharian dengan menangkap ikan sebagai sumber pendapatan utamanya (97%).
Selebihnya adalah pedagang dan pegawai negeri (Pet dan Yeager, 2000a). Pertanian
bukan merupakan mata pencaharian lain selain menangkap ikan di dalam Taman
Nasional karena terbatasnya lahan dan tanahnya ti&
subur. Ditarnbah dengan sumber
air tawar dan hujan yang juga terbatas. Di Sape, Sumbawa, pertanian merupakan sumber
pendapatan tambahan karena tingkat pendidikan pada umumnya rendah, clan kesempatan
aiternatip ekonomi terbatas.
M e m t Sudibyo (1995) masyarakat nelayan lokal memilild ciri ciri sebagai berikut :
I. Penghasilan harian dan musiman sangat bervariasi.
2. Hasil tangkapan cepat rusak dan hams cepat dijual3. Memerlukan modal k e j a besar dan beresiko tinggi.
4. Bagian keuntungan untuk nelayan relatip kecil.
5 . Pengolahan tradisional hasil laut bermutu rendah.
Selanjutnya menurut Pet dan Yeager (2000a) eksploitasi ekosistem alam di perairan
Taman Nasional Komodo telah meningkat dengan intensif beberapa tahun ierakhir
seiring dengan peningkatan kepadatan penduduk dan perkembangan ekonomi yang
ditandai dengan meningkatnya standar hidup sejak tahun 1980. Hal ini ditunjukkan
dengan semakin banyaknya orang naik haji, semakin banyaknya pemilik perahu,
bangunan dan televisi di kawasan ini.
Tekanan penggunaan sumberdaya perikanan semakin tinggi intensitasnya dengan
semakin meningkatnya kebutuhan akan uang tunai, dan berdampak negatip terhadap
kualitas sumberdaya kawasan sebagai pemasok sumber perikanan daerah sekitarnya.
2.3. Produksi perikanan dari Taman Nasiond Komodo
Produksi pedcanan laut Kabupaten Manggarai tahun 1998 dan 1999 addah sebesar
5.831,2 ton dan 5.528,lton. Sumbangan terbesar produksi perikanan laut di Kabupaten
Manggarai adalah dari Kecamatan Komodo, yaitu sebesar 3.207,2 ton pa& tahun 1998
dm 3.316,s ton pada tahun 1999 atau sebesar 55% dan
60% dari total produksi
perikanan laut di Kabupaten Manggarai (Jhbupaten Manggarai, 2000).
Potensi sumber daya laut yang
demikian melimpah di perairan laut di kawasan
Taman Nasional Komodo tidak hanya diianfaatkan oleh masyarakat Manggarai saja.
Para nelayan dari kabupaten lain bahkan dari propinsi lain (seperti dari Selayar, Sape,
Bima, Lombok, Bali dan Jawa) telah ikut serta memanfaatkan sumber daya laut
dari
Taman Nasional ini. Mereka datang ke perairan laut ke perairan Taman Nasional
Komodo karena di daerah mereka sudah sangat berkurang hasil lautnya (Pet dan Yeager,
2000b).
2.4. Jenis biota tangkapan dan metode penangkapan ikan
Hasil laut yang bernilai ekonomis adalah cumi cumi, kerapu, lobster, teripang clan
nener. Bagan merupakan jenis peralatan yang paliig umum digunakan oleh kebanyakan
nelayan. Penangkapan ikan dengan bagan terutama dengan target spesies pelagis yang
mengelompok, terutama cumi cumi. Dengan menurwurya cumi cumi, maka jenis ikan
layang dan lemuru seperti teri, simbula (sardin) menjadi semakin penting bagi
penangkapan ikan dengan bagan. Saat ini ada Iebih dari 800 bagan yang bukan hanya
berasal dari nelayan di kawasan Taman Nasional Komodo tetapi juga dari Sape, Ende dan
Sulawesi SeIatan (Pet dan Yeager, 2000a)
Perikanan temmbu karang, baik untuk kebutuhan sendiri maupun untuk komersial
i kawasan
masih memegang peranan penting bagi banyak aanggota komunitas pesisir d
timur Indonesia, dimana perikanan pelagis belurn berkembang baik (Pet dan Djohani,
1996). Hanya 5%
dari produksi hasil tangkapan ikan yang merupakan produk non bagan,
dan 95% dikategorikan sebagai ikan demersal (Mous dan Pet, 1999).
Penangkapan ikan demersal
memakai
peralatan
yang lebih beragam
seperti
kompresor hookah, pancing dasar, bubu, pukat. Jenis peralatan ini tidak banyak
jumiahnya tetapi secara ekonomi berperan penting. Peralatan tersebut digunakan untuk
penangkapan spesies ikan bemilai ekonomi tinggi seperti lobster dan ikan karang hidup,
yang ditangkap terutama dengan peralatan kompresor hookah, sianida, pancing dasar dan
bubu, dan rnernungkinkan penangkapan dalam jumlah besar dalam waktu singkat yaitu
dengan pengeboman dan pukat.
Dalam kegiatan pengambilan hasil laut, para nelayan, baik dari dalam kawasan
Taman Nasional Komodo maupun dari luar, menggunakan alat tangkap dan atau alat
bantu yang berpotensi merusak ekosistem dan sumber daya laut antara lain bahan
peledak, sianida, racun (alami dan kirnia), pembongkaran karang (meting) dan pemakaian
alat tangkap bubu, rawai dan pukat insang (Pet dan Yeager, 2000a) Saat ini alat tangkap
ikan yang dinilai paling destruktif yaitu dinamit, sianida dan pukat (Pet-Soede et al.,
2000, Roberts, 2000) Temtama disebabkan selain membabat habis sumber daya biota
laut juga memsak habitatnya. Tetapi hampir semua alat tangkap akan merusak jika upaya
tangkapnya tinggi
Terutama pada spesies ikan target yang mengeluarkan teiur dan
sperma dalam air, sehingga proses reproduksi sangat tergantung pada kepadatan spesies
ikan (Roberts, 2000)
Menurut Abu Bakar (1996) kegiatan penangkapan perikanan karang yang umum
diiakukan nelayan di kawasan Taman Nasional Komodo adalah
I . Meting
Meting adalah salah satu bentuk kegiatan nelayan dalam mengambil hasil laut yang
dilakukan oleh nelayan yang bermukim di dalarn kawasan Taman Nasional. Kegiatan ini
dahulu dilakukan pada saat surut rendah dengan berjalan kaki yang dilakukan oleh laki
laki, perempuan maupun anak anak Kegiatan meting tidak hanya dilakukan di siang hati
tetapi juga malam hari dengan menggunakan petromaks sebagai alat penerangan (Abu
Bakar, 1996)
Saat ini kegiatan ini biasanya juga dengan menggunakan alat bantu kompresor (hookah)
dan
batang
baja
Nelayan
memecah dan
membalik
karang
hingga
rusak
dan
meninggalkan hamparan yang hampir 100% berupa reruntuhan karang mati
Jenis biota yang menjadi sasaran adalah teripang, mata tujuh (abalone) serta
moluska lainnya termasuk kima Secara ekologis kegiatan meting ini berdetmpak negatip
terhadap habitat terumbu karang
2. Jaring insandpukat
Jaring insang merupakan jenis peralatan tangkap yang digunakan oleh nelayan yang
tinggal di dalam kawasan untuk menangkap ikan temtarna dari jenis ikan karang Selain
itu biota target lainnya adalah calakang, teri, dan udang kecil Pukat menjaring semua
jenis ikan tanpa pandang bulu termasuk penyu, cetacea, dugong dan semua jenis ikan
karang (Pet dan Yeager, 2000a ; Khan ef d.,
2000).
3
Pancing dasar /rawai dasar
Pancing dasar terutama dengan sasaran jenis ikan karang seperti katamba, kerapu, sunu.
Penangkapan dengan pancing dasar menyapu semua predator dan pancing rawai dasar
mengambil pula ikan hiu dan kerapu besar (Pet dan Yeager, 2000a)
4 Bubu (perangkap bambu)
Bubu dioperasikan pada daerah karang dengan sasaran adalah jenis ikan karang Proses
pemasangan dan pengambilan perangkap ini dinilai berperan dalam perusakan karang
Untuk menyembunyikan perangkap dalam kirrang, penyelam membongkar karang hidup
untuk menutupinya Perangkap dipasang dengan menurunkan alat perangkap dari sisi
perahu dengan tali berpelampung Perangkap tersebut sering digantungi alat pemberat
besar, dan mampu memsak seluruh rumpun koral bercabang di paparan karang saat
pemasangan dan ~ e n g ~ l a n n (dengan
ya
menarik tali). Pemasangan dan pengambilan
bubu biasanya menggunakan alat bantu kompresor (Pet dan Yeager, 2000a).
5. Penangkapm nener dan pukat udang kecil.
Penangkapan dengan nener umumnya difalcukan nelayan tradisional pada bulan Agustus
hingga April (Abu Bakar,1996). Pukat udang dan nener biasanya dilakukan di tepi pantai
atau perairan karang dangkal. Kegiatan menangkap nener dilaporkan banyak berkurang
karena semakin sulit mendapatkan nener (Pet, 1999).
6 . Penggunaan tuba, herbisida, pestisida
Racun ikan tradisional yang digunakan pada terumbu karang di Taman Nasional Komodo
adalah tuba, yang berupa bubuk terbuat dari biji jenis pohon tertentu. Bubuk tersebut
kemudian dicampur air dan kemudian disebarkan terutama pada hamparan rumput laut
untuk menangkap ikan baronang (Siganidae). Ikan hwya pingsan dan tidak mati. Ikan ini
kemudian dikumpulkan untuk konsumsi Iokal clan dikeringkan untuk dijual (Abu Bakar,
1996 ;Pet dan Yeager, 2000b).
Karena racun alarni tidak mudah diperoleh dan h a n g efektif d i b a n d i i n racun
buatan, para nelayan di kawasan Komodo dan Labuan bajo mulai menggunakan herbisida
dan pestisida yang murah d m mudah didapat, yang tetap disebut sebagai tuba. Jenis racun
ini dikenal untuk menangkap ikan karang kecil (Pet dan Yeager, 2000b).
7. Penggunaan sianida
Cairan sianida digunakan secara luas untuk menangkap ikan karang hidup untuk
konsumsi dan ikan hias. Perdagangan ikan karang hidup untuk konsumsi terpusat pada
ikan kerapu dan napoleon (Nurdjana, 1999 ;Mous ef al., 2000). Sedangkan perdagangan
ikan hias meliputi spesies ikan karang yang beraneka warna d m dari jenis beragam.
Lobster dit&
dengan sianida dan termasuk dalam biota target dalam perdagangan
ikan karang hidup untuk konsumsi. Konsentrasi racun cair tidak untuk membunuh tetapi
rnembuat pingsan sehingga memudahkan penangkapan ikan sasaran.
Penangkapan ikan dengan sianida dilakukan oleh penyelam, menggunakan kompresor
hookah dan selang udara. Seorang penyelam dengan kompresor hookah akan turn pada
kedalaman 10-40 meter sampai terlihat ikan sasaran. Ikan diburu hingga ke cemk karang
dan kemudian sianida disemprotkam dari botol plastik ke ceruk tersebut. Pa& saat ikan
mulai lemah, penyelam akan membongkar karang, menangkap dan menariknya ke
permukaan (Pet dan Yeager, 2000b).
Penangkapan ikan hias dengatt sianida merusak terumbu karang secara luas.
Terumbu karang banyak dibongkar untuk mengambil ikan yang menyelinap di antara
karang. Penggunaan kompresor hookah mempakan faktor pokok dalam kegiatan
penangkapan &an dengan sianida (Mous et al., 2000 ;Pet dan Yeager, 2000a).
8. Kompresor hookah
Untuk mengambil hasil h i 1 laut di air dalam masyarakat telah menggunakan kompresor
(hookah) dengan sasaran teripang, mata tujuh, akar bahar, kerang mutiara dan lobster.
Kompresor juga sering digunakan bersama dengan pengambilrtn mata tujuh dengan besi
sebagai alat cungkil (dengan meting). Metode ini berdampak buruk dari segi kesehatan,
karena banyak nelayan yang mengalami kelumpuhan akibat kegiatan ini ( Abu Bakar,
1996 ;Pet dan Yeager,2000a).
9.Penggunaan bahan peiedak
Born ikan kebanyakan dibuat dari pupuk buatan seperti a m o ~ u mdan kaliurn nitrat
-03
;
KN03)
yang dicampur dengan minyak bakar di dalam botol. Nelayan
pembom terutama memburu kelompok ikan terumbu karang, sehingga diperkukan
beberapa bom untuk mendapatkan tangkapan yang relatip banyak. Setelah ledakan,
penyeiam akan mengumpulkan ikan, yang telah mati -pun
pingsan karena gelombang
kejut dari ledakan. Banyak terumbu karang y m g msak oleh satu ledakan tergantung dari
ukuran born dan posisi ledakan terhadap terumbu. Satu bom ukuran botol bir dapat
menghancurkan terumbu h a n g dalam radius 5 meter (Pet-Soede et al., 2000)
Pemanenan berlebih dan praktek penangkapan ikan yang merusak sangat
menekan kemampuan sumberdaya biota laut untuk memulihkan din. Ukunul basil
tangkapan beberapa jenis telah sangat menurun. Kegiatan penangkapan perlu dibatasi dan
diatur untuk mempertahankan produktivitas ekosistem p e t dan Yeager, 2000a).
2.5, Peraturan tentang jeais jenis perslatan penangkapan ikan karang di Taman
Nasional Komodo
Dengan adanya otonomi daerah maka Balai Taman Nasional Komodo dan
Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai merupakan sfakeholder kunci
dalam
pengelolaan kawasan Taman N a s i o d Komodo. Untuk melindungi sumberdaya dan
habitat perairan di kawasan Taman Nasional Komodo rnaka dikeluarkan suatu peraturan
yang mengatur tentang pemakaian alat tangkap dan alat bantu pengambilan hasil laut.
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai no.
11 tahun 200 1 tentang pemakaian
alat tangkap d m alat bantu pengambilan hasil laut dalam wilayah perairan laut Kabupaten
Manggarai menyebutkan jenis-jenis alat tangkap dan atau alat bantu pengambilan hasil
laut yang dapat dipakai dalam wilayah perairan laut Taman Nasional Komodo adalah :
1 . bagan perahu (mobile lifr net)
2. pancing ulur (Mline)
3. huhat e @ole and line)
4. payang dan
5. pancing tonda
Jenis-jenis alat tangkap dan atau &at bantu pengambilan hasil laut yang dilarang di
wilayah laut Taman Nasional Komodo adalah :
bahan peledak seperti amonium clan potasium nitrat atau bom, bahan kimia, racun alarni
seperti tuba, racun kimia seperti potasium sianida, herbisida dan pestisida, kompresor
hookah dan alat selam lainnya, selang kompresor, jarum suntik, penyemprot, linggis,
ganco dan sejenisnya,
sodo/sonder/tangkar/soduldarilsodok @ush net), songko
(skimming net), bubu dasar @ortabIefisk-pot), pakaja ( d h f r i n g g f i s - f ) sero
,
besar/dalam
(guiding barriu), togo ganda (multiple tidal frap), jermal/bubu jermal ( t i h i trap), bagan
tancap (stcTtonew lrj? net), muroami (murarmi*e-in-&),
soma dampar/gosea/redi
(beach seine), pukat tepikakat, dogoVcantrang/dapang/potol(vanish seine), lampara
dasar (bottom lampara),jaring insang lingkar (encirclinggill net), jaring gondrong/jatilap
(tramel net), jaring insang hanyut (&~frgillnet),jaring lingkar ikan hias (encirclingnet of
ornamentalfish), pancing rawai dasar (bottom Iang line).
Dan alat-alat lainnya yang dianggap berpotensi merusak sumber daya laut Kabupaten
2.6. Zonasi drerah perlindungan laut sebagai sarana manajemen perikansn
Banyak literatur yang menyatakan jika stok ikan karang dilindungi, maka ikan
akan hidup lebih lama dan tumbuh lebih besar dan menjadi lebih matang (Russ et al.,
1992 ; Roberts, 2000). Meningkatnya fekunditas akan mempertinggi rekrutmen pada
daerah penangkapan. Stok ikan di daerah yang dilindungi akan menyuplai d w a h
penangkapan ikan sekitarnya karena larva ikan karang dapat tersebar dalam jarak yang
jauh dalam ratusan kilometer (Russ et al., 1992). Pemtupan suatu daemh penangkapan
ikan terbukti memperbaiki kondisi dimana tejadi peningkatan biomasa ikan dalam waktu
3 hingga 5 tahun (Rodwell dan Roberts, 2000). Jaminan ketersediaan stok ikan komersiai
dan bemilai penting bagi perairan sekitarnya akan berkontribusi terhadap kegiatan
ekonomi nelayan lokal.
Pengaruh biologi dari daterah perlindungan laut dl lapangan telah banyak
dipelajari tetapi pengaruh terhadap kegiatan perikanan banyak dipelajari melalui
pernodelan (RodweH dan Roberts, 2000 ; Sanchirico dan Wilen, 2000). Sejumlah model
bioekonomi yang bertujuan untuk menguji efektivitas suatu daerah perlindungan laut
terhadap produktivitas perikanan telah dilakukan. Hal ini terutarna disebabkan adanya
oposisi terhadap pembentukan daerah pertindungan laut dari sektor perikanan.
Dukungan rnasyarakat lokal terhadap upaya perlindungan sistem ekologis sangat vital,
hal ini membutuhkan kesadaran bahwa upaya perlindungan ini akan berkontribusi
terhadap kegiatan perekonomian masyarakat.
Tujuan dari daerah perlindungan laut menurut WCN ( Kelleher, 1999) adalah
melindungi keanekaragaman hayati dan produktivitasnya termasuk kehidupan ekologis
yang mendukung sistem kehidupan di laut. Konservasi harus seimbang dengan kebutuhan
penduduk lokal, yang menggantungkan hidupnya pada laut. Penduduk akan terus
membutuhkan ikan dari terumbu ka.rang, seperti juga kayu dari mangrove, akses ke pantai
untuk rekreasi, tepi pantai untuk peru-
dan tempat pembuangan sampah di taut.
Tujuan konservasi adalah untuk memuaskan kebutuhan ini disamping juga menjamin
ketersediaan sumberdaya dalam jangka panjang.
Menurut Kelleher (1999), daerah perlindungan laut biasanya lebih menekankan
pada kebutuhan untuk mefindungi habitat yang penting terutarna bagi spesies komersial
yang memiliki nilai tinggi dalam perdagangan, rekreasi atau kekhususan seperti
mempertahankan keanekaragaman spesies yang langka. Hat ini berbeda dengan daerah
perlindungan darat, yang biasanya menekankan pada perlindungan terhadap habitat kritis
dimana hidup spesies endemik atau langka yang terancam punah.
Konservasi laut dan penggunaan berkelanjutan sering diartikan sebagai dua ha1
yang berbeda. Pada kenyataanya mereka saling berhubungan mat. Beberapa daerah
perlindungan laut terbukti gaga1 karena hanya bertujuan untuk melindungi biodiversitas
sementara penggunaan oleh komunitas lokal terhadap sumberdaya yang juga tinggi tidak
dipertimbangkan. Kedua tujuan ini dapat dimasukkan dalam suatu daerah perlindungan
laut, tetapi hams terdapat klarifikasi bagaimana kedua tujuan ini saling berhubungan
(Kelleher, 1999).
Jika tujuan utarna adatah melindungi spesies tertentu atau ekosistem, maka suatu
zona tanpa pemanenan yang luas dikembangkan sebagai pilihan yang terbaik, tetapi jika
tujuan utama sebagai daerah dengan pengelotaan berkelanjutan, maka zona inti yang
lebih kecil akan &pat memaksimumkan rekrutmen ikan terhadap perairan sekitarnya.
Menurut Keileher (1999), pengalaman menunjukkan, ada dua pendekatan dalarn
mendisain sistem daerah perlindungan laut yang melindungi biodiversitas dari ekosistem
yang lengkap yaitu ;
a. mendesain zonasi dengan membagi beberapa daerah perlindungan yang relatip kecil
sebagai bagian dari kerangka pengelofaan ekosistem terpadu yang luas, atau
b. mendesain zonasi perlindungan berganda yang luas terdiri dari ekosistem Iaut yang
lengkap atau sebagai suatu daerah yang luas sebagai satu kesatuan.
Zonasi d a d perlindungan Iaut didisain secara khusus sehingga beberapa
penggunaan yang berkelanjutan dan terkonirol dalam daerah dipe