Pengaruh Pemberian Suplemen Vitamin B12 Terhadap Vitamin 12 Serum, Hemoglobin, Dan Daya Ingat Anak Prasekolah

PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMEN VITAMIN B12
TERHADAP VITAMIN B12 SERUM, HEMOGLOBIN,
DAN DAYA INGAT ANAK PRASEKOLAH

ZULHAIDA LUBIS

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Pengaruh Pemberian
Suplemen Vitamin B12 terhadap Vitamin B12 Serum, Hemoglobin dan Daya
Ingat Anak Prasekolah adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.


Bogor, Mei 2008

Zulhaida Lubis
NRP A561030051

ABSTRACT
ZULHAIDA LUBIS. Effect of Vitamin B12 Suplement on SerumVitamin B12,
Hemoglobin and Memory Level of Preschool Children. Supervised by
HARDINSYAH, HIDAYAT SYARIEF, FASLI JALAL and MUHILAL

This research was aimed to analyze of vitamin B12 deficiency and its risk
factors, and the effect of vitamin B12 suplementation on serum vitamin B12,
hemoglobin and memory level of preschool children. A randomized community
controlled trial of 32 preschool children ( 4-6 year) was applied for 6 months.
Subjects divided in to 2 groups, treatment group (received 10 μg of vitamin B12
syrup daily) and control group (placebo). Serum vitamin B12, hemoglobin and
memory level of children was measured before and after the intervention. In the
baseline, vitamin B12 deficiency and anemia among preschool children was 24,1
% and 46.7 % respectively. Low intake of vitamin B12, protein and calsium are
the risk faktors of vitamin B12 deficiency. After 6 month of vitamin B12

suplementation, prevalence of vitamin B12 deficiency of treatment group
decreased from 26.7 % to 0.0 %, while in the control group increase from 21.4 %
to 28.6 %. The mean increasing of vitamin B12 serum was different significantly
among the two group (148.4±110.9 pg/mL in the treatment group and 3.7±12.8
pg/mL in the control group, p ≤ 0.000). The mean change of hemoglobin was
different significantly among the two group (1.0±1.3 g/dl in the treatment group
and -2±1.2 g/dl in the control group, p ≤ 0.017). Among the anemia children, the
mean change of hemoglobin also was different significantly between intervention
and control group (2.0±1.2 g/dl in the treatment group and 0.5±0.7 g/dl in the
control group, p ≤ 0.028). Memory level was effected by vitamin B12
suplementation for the overall children with Relative Risk (RR) was 19.5. Among
the anemia children, memory level was effected by vitamin B12 suplementation
with Relative Risk (RR) was 10.0. These result imply the important of vitamin
B12 suplementation on improving vitamin B12, hemoglobin and memory level of
preshool children.

Keywords: serum vitamin B12, hemoglobin, memory level, vitamin B12
suplement, preschool children

RINGKASAN

ZULHAIDA LUBIS. Pengaruh Pemberian Suplemen Vitamin B12 terhadap
Vitamin B12 Serum, Hemoglobin dan Daya Ingat Anak Prasekolah.
Dibimbing oleh HARDINSYAH, HIDAYAT SYARIEF, FASLI JALAL dan
MUHILAL

Masalah gizi mikro maupun gizi makro pada anak prasekolah masih
banyak ditemukan di Indonesia. Kekurangan gizi pada usia ini akan
mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Beberapa penelitian
di luar negeri menunjukkan bahwa ada hubungan yang erat antara kekurangan
vitamin B12 dengan penurunan fungsi kognitif. Keterkaitan antara vitamin B12
dengan kemampuan kognitif diduga melalui perannya dalam pembentukan
hemoglobin dan pemeliharaan myelin syaraf. Telah dilaporkan bahwa rendahnya
status gizi mikro khususnya di Indonesia sangat erat kaitannya dengan rendahnya
konsumsi pangan hewani yang umumnyanya ditemukan pada keluarga ekonomi
lemah. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian tentang masalah defisiensi vitamin
B12 dan bersifat eksperimental dalam upaya penanggulangan masalah gizi dan
perbaikan perkembangan anak.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis masalah defisiensi vitamin
B12 serta faktor-faktor risikonya, menganalisis pengaruh pemberian suplemen
vitamin B12 terhadap kadar vitamin B12, hemoglobin dan daya ingat anak

prasekolah. Disain penelitian adalah “randomized community controlled trial”
terhadap 32 anak usia prasekolah. Penelitian dilakukan di TK Al-Zahra Desa
Ciherang Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor selama 12 bulan dari bulan Juli
2006 sampai Juni 2007, mulai dari pengurusan ijin, ethical clerance, persiapan
suplemen dan intervensi selama 6 bulan (24 minggu). Contoh dalam penelitian ini
dibagi menjadi 2 kelompok secara random yaitu kelompok intervensi (menerima
vitamin B12 dengan dosis10 μg vitamin B12 dalam 2.5 ml) dan kelompok
kontrol (plasebo) diberikan setiap hari. Kadar vitamin B12 serum diukur dengan
metode AxSYM (Abbott Laboratories 2005) dan kadar hemoglobin diukur dengan
metode ‘cyanmethemoglobyn’. Daya ingat anak diukur dengan metode mengingat
gambar dengan menyebutkan gambar apa saja yang dilihat pada gambar yang
ditunjukkan selama 30 detik, kemudian diberi skor untuk setiap obyek dalam
gambar. Pengumpulan data dilakukan dua kali pada awal dan akhir intervensi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada awal penelitian, defisiensi
vitamin B12 dan anemia berturut-turut sebesar 24,1 % dan 46.7 %. Hasil analisis
diskriminan menunjukkan bahwa faktor risiko terjadinya defisiensi vitamin B12
terdiri dari konsumsi kalsium, vitamin B12 dan protein. Setelah mendapat
suplemen vitamin B12 selama 6 bulan, defisiensi vitamin B12 pada kelompok
intervensi mengalami penurunan dari 26.7 % menjadi 0.0 %, sedangkan pada
kelompok kontrol meningkat dari 21.4 % menjadi 28.6 %. Pemberian suplemen

vitamin B12 selama 6 bulan meningkatkan rata-rata serum vitamin B12 sebesar
148.4±110.9 pg/mL pada kelompok intervensi dan hanya 3.7±12.8 pg/mL pada
kelompok kontrol, hasil uji beda menunjukkan bahwa peningkatan vitamin B12
serum berbeda signifikan pada kedua kelompok (p=0.000). Rata-rata kadar

hemoglobin juga meningkat 1.0±1.3 g/dl pada kelompok intevensi dan menurun
pada kelompok kontrol 0.2±1.2 g/dl, perubahan kadar hemoglobin tersebut
berbeda signifikan pada kedua kelompok (p= 0.017). Bila dianalisis khusus pada
kelompok yang anemia, terjadi peningkatan kadar hemoglobin pada kedua
kelompok masing-masing 2.0±1.2 g/dl pada kelompok intervensi dan 0.5±0.7 g/dl
pada kelompok kontrol. Hal yang sama juga ditemukan pada kelompok yang
anemia, perubahan kadar hemoglobin kedua kelompok pada contoh yang anemia
berbeda signifikan (p=0.028). Demikian juga rata-rata skor daya ingat mengalami
peningkatan pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol masing-masing
13.7±4.5 poin dan 9.1±2.4 poin, dan terdapat perbedaan yang signifikan
peningkatan skor daya ingat pada kedua kelompok (p=0.002). Hasil analisis
regresi logistik pengaruh suplemen vitamin B12 terhadap daya ingat,
menunjukkan bahwa suplementasi vitamin B12 berpengaruh positif dan signifikan
terhadap daya ingat anak. Nilai relative Risk (RR) 19.5 pada suplemen vitamin
B12 menunjukkan bahwa peluang anak yang menerima suplemen vitamin B12

19.5 kali kelompok kontrol untuk mempunyai daya ingat diatas rata-rata.
Demikian juga untuk contoh yang anemia, pemberian vitamin B12 berpengaruh
positif dan signifikan terhadap daya ingat dengan nilai RR 10.0, artinya contoh
yang anemia dan memperoleh suplemen vitamin B12 mempunyai peluang 10 kali
lebih besar dibandingkan contoh yang anemia dan menerima plasebo untuk
mempunyai daya ingat diatas rata-rata.
Berdasarkan temuan dalam penelitian ini dan mempertimbangkan harga
pangan hewani sebagai sumber vitamin B12 dan zat besi semakin meningkat
pesat, diharapkan perbaikan status vitamin B12 perlu dimasukkan dalam program
perbaikan gizi bersama dengan perbaikan status antropometri dan hemoglobin
terkait dengan upaya peningkatan kualitas pertumbuhan dan perkembangan anak,
melalui pendekatan sekolah dan/atau komunitas dengan prioritas di daerah
tertinggal. Selain itu juga diperlukan studi efikasi lanjutan untuk menganalisis
pemberian berbagai jenis intervensi vitamin B12 melalui pangan atau suplemen
terhadap perbaikan status gizi dan perkembangan kognitif anak.

Kata-kata kunci : vitamin B12 serum, hemoglobin, daya ingat, suplemen vitamin
B12, anak prasekolah

@ Hak cipta milik IPB, tahun 2008

Hak cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber :
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau
seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMEN VITAMIN B12
TERHADAP VITAMIN B12 SERUM, HEMOGLOBIN
DAN DAYA INGAT ANAK PRASEKOLAH

ZULHAIDA LUBIS

Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

Penguji pada Ujian Tertutup :
1. Dr. Ir. Budi Setiawan, MS
2. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MSi

Penguji pada Ujian Terbuka :
1. Dr. Gutama (Direktur PAUD Dirjen PFNI Depdiknas RI)
2. Prof. Dr. Ir. Amini Nasution, MS

Judul Disertasi: Pengaruh Pemberian Suplemen Vitamin B12 terhadap
Vitamin B12 Serum, Hemoglobin dan Daya Ingat Anak
Prasekolah
Nama
: Zulhaida Lubis
NRP

: A 561030051
Program Studi : Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hidayat Syarief, MS
Anggota

Prof. Dr. Ir. H. Hardinsyah, MS
Ketua

dr. Fasli Jalal, PhD
Anggota

Prof. Dr.Muhilal, APU
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Keluarga

Dr. Ir. Hadi Riyadi, MSi

Tanggal Ujian : 22 Mei 2008

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya disertasi ini dapat diselesaikan. Judul disertasi ini adalah
’Pengaruh Pemberian Suplemen Vitamin B12 terhadap Vitamin B12 Serum,
Hemoglobin dan Daya Ingat Anak Prasekolah’, penelitiannya dilaksanakan dari
bulan Juli 2006 sampai Juni 2007 di Taman Kanak-kanak Az-Zahra Desa
Ciherang Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor.

Terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Hardinsyah MS, Prof. Dr. Ir Hidayat
Syarief MSc, dr. Fasli Jalal, PhD, dan Prof. Dr. Muhilal APU yang telah
memberikan bimbingan, arahan, masukan ilmu dan saran kepada penulis. Kepada
Prof. Dr. Drh. Clara M. Kusharto MSc penulis ucapkan terima kasih atas
kesediannya memberi ulasan dan masukan pada kolokium untuk melengkapi
disertasi ini. Terima kasih kepada Dr.Ir.Budi setiawan, MS dan Dr.Ir.Hadi Riyadi,
MS yang telah bersedia menjadi penguji pada ujian tertutup. Terima kasih juga
disampaikan kepada seluruh staf pengajar program studi GMK Sekolah
Pascasarjana IPB yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh
studi, serta seluruh staf administrasi GMK dan Pascasarjana atas pelayanan yang
telah diberikan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Rektor Universitas
Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, dan Ketua
Departemen Gizi Masyarakat FKM USU, atas ijin dan bantuannya selama penulis
menempuh pendidikan. Kepada Ibu Anita dan Bapak Sigit dari PT. Kalbe Farma
Indonesia penulis ucapkan terima kasih atas bantuannya mulai dari formulasi
sampai pengemasan suplemen sirup vitamin B12 yang digunakan dalam
penelitian ini. Tidak lupa terimakasih disampaikan kepada Dr. Gutama selaku
Direktur PAUD Depdiknas RI yang telah memberikan bantuan sebagian biaya
pelaksanaan penelitian untuk disertasi ini. Disamping itu, penghargaan juga
penulis sampaikan kepada ibu Kulsum sebagai pemilik dan Kepala TK Al-Zahra
dan seluruh murid beserta orangtua murid, dr. Maryanto selaku Kepala Puskesmas
Ciherang, Dra. Ratna Marpaung dari Laboratorium RS PMI Bogor, atas
partisipasinya selama pelaksanaan penelitian.
Ungkapan terimakasih kepada teman-teman seperjuangan: Dr. Evawany
Aritonang Msi, Dr. Ai Nurhayati Msi, Dr. Diffah Hanim MSi, Dr. Esi Emilia MSi,
Dr. Sri Purwaningsih MSi, Dr. Suryono MSi, Dr. Yuliana MSi, Dr. Prihananto
Msi, Dr. Dwi Hastuti MSc, Ir. Istiqlaliyah MS, dan seluruh teman-teman program
S3 GMK atas kebersamaannya selama kuliah di Pascasarjana IPB. Kepada kakak
Dra. Jumirah Apt, MKes dan teman sejawat Dr. Drs. Surya Utama MS di FKM
USU penulis ucapkan terimakasih atas bantuan dan semangat yang diberikan
selama penulis menempuh pendidikan.
Terimakasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Sutan Bugis Lubis
(Alm) dan Ibunda Siti Hawana Nasution (almh) yang selalu menjadi aspirasi dan
pemberi semangat kepada penulis. Kepada Ayahanda mertua Anwar Dachlan
(Alm) dan Ibunda mertua Zumaroh Wardah penulis ucapkan terimakasih atas
doanya. Terimakasih juga kepada semua abang dan adik-adikku di Medan,
Padangsidempuan, Tapak Tuan, Panyabungan dan Kotanopan yang telah memberi
semangat selama menyelesaikan studi ini. Terima kasih juga kepada kakak dan
adik ipar serta seluruh keluarga besar Sutan Bugis Lubis dan keluarga besar

Anwar Dachlan. Kepada suami tercinta Nasrulloh dan anak-anak tersayang
Humaira Anggie Nauli, Muhammad Dimas Ardiaz, dan Anne Aisya Gebriella
terimakasih atas semua pengorbanan, pengertian, kesabaran, doa dan kasih
sayangnya.
Kepada semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu yang telah ber
partisipasi dalam penyelesaian studi ini penulis ucapkan terimakasih, semoga
Alloh memberi balasan atas semua kebaikannya.
Semoga disertasi ini bermanfaat dan dapat memberi sumbangan yang
berarti bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Mei 2008
Zulhaida Lubis

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Sumatera
Utara tanggal 29 Mei 1962, anak keempat dari sepuluh bersaudara dari Bapak
Sutan Bugis Lubis dan Ibu Siti Hawana Nasution. Pendidikan sarjana ditempuh
pada Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
Bogor, lulus pada tahun 1988. Pada tahun 1990 penulis menempuh studi Magister
di Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat peminatan Gizi Masyarakat di
Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya, dengan beasiswa
pendidikan dari Proyek Pengembangan FKM Indonesia dan lulus pada tahun
1993. Tahun 2003 diterima sebagai mahasiswa program doktor pada Program
Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Program Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor, dengan beasiswa pendidikan dari BPPS DIKTI.
Penulis bekerja sebagai dosen di Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan dari tahun
1989 sampai sekarang.
Sebuah artikel telah diterbitkan dengan judul ’Pengaruh Pemberian
Suplemen Vitamin B12 terhadap Serum Vitamin B12 dan Hemoglobin Anak
Prasekolah’ pada jurnal Info Kesehatan Masyarakat FKM USU pada bulan
Desember 2007, yang merupakan bagian dari disertasi penulis.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..............................................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................

xv

PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................
Tujuan .....................................................................................................
Manfaat ...................................................................................................
Hipotesis..................................................................................................

1
4
4
5

TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................................
Biokimia dan Fungsi Vitamin B12..........................................................
Absorbsi Vitamin B12.............................................................................
Transport dan Metabolisme Vitamin B12 ...............................................
Defisiensi Vitamin B12 ...........................................................................
Kebutuhan dan Sumber Pangan Vitamin B12.........................................
Penilaian Status Vitamin B12 ................................................................
Hemoglobin dan Vitamin B12 ................................................................
Daya Ingat ..............................................................................................
Pengukuran Daya Ingat ...........................................................................
Hubungan Gizi dengan Daya Ingat .........................................................

6
6
11
13
16
24
25
31
33
36
37

KERANGKA BERPIKIR ...................................................................................

48

METODE
Disain, Lokasi dan Waktu ......................................................................
Contoh, dan Tehnik Penarikan Contoh ..................................................
Pelaksanaan Intervensi ...........................................................................
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ..........................................................
Validitas dan Kontrol Kualitas Data .......................................................
Pengolahan dan Analisis Data ................................................................

52
54
55
57
60
61

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Contoh ...............................................................................
Jumlah Anggota Keluarga.............................................................
Urutan Anak Dalam Keluarga.......................................................
Umur Anak dan Orangtua .............................................................
Pendidikan Ayah dan Ibu ..............................................................
Pekerjaan Ayah dan Ibu ................................................................
Pendapatan dan Pengeluaran Keluarga .........................................
Keadaan Kesehatan Contoh ..........................................................
Lingkungan Tempat Tinggal.........................................................

65
65
65
66
67
68
68
69
70

Konsumsi Pangan dan Gizi .....................................................................
Jenis dan Frekuensi Konsumsi Pangan .........................................
Kebiasaan Konsumsi Pangan ........................................................
Konsumsi dan Kecukupan Gizi.....................................................
Status Gizi ..............................................................................................
Vitamin B12 Serum dan Status Vitamin B12 ........................................
Kadar Vitamin B12 Serum............................................................
Status Vitamin B12 .......................................................................
Faktor Risiko Defisisensi Vitamin B12 ..................................................
Pengaruh suplemen vitamin B12 terhadap kadar vitamin B12 serum ....
Hemoglobin dan Anemia ........................................................................
Pengaruh Suplemen Vitamin B12 terhadap Daya Ingat .........................
Pembahasan ............................................................................................

71
71
72
75
79
85
85
86
87
91
91
95
97

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan.................................................................................................. 104
Saran.. ..................................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 106
LAMPIRAN.. ..................................................................................................... 114

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Penyerapan vitamin B12 dari pemberian berbagai dosis secara oral pada
Kondisi penyerapan normal dan tidak normal ............................................. 13
2

Tahapan perkembangan status vitamin B12 dari normal sampai
defisiensi .....................................................................................................

17

3

Kecukupan vitamin B12 berdasarkan kelompok umur.................................

25

4

Kekuatan dan kelemahan beberapa indikator penilaian status vitamin B12.

31

5 Beberapa hasil studi tentang defisiensi vitamin B12 dengan berbagai
disain penelitian ............................................................................................

42

6

Tahapan dan waktu kegiatan penelitian ........................................................

53

7

Aspek, peubah dan pengukuran ....................................................................

59

8

Penentuan skor ingatan berdasarkan jenis gambar........................................

63

9

Distribusi jumlah anggota keluarga contoh berdasarkan kelompok
perlakuan .....................................................................................................

65

10 Distribusi urutan anak dalam keluarga berdasarkan kelompok perlakuan....

66

11 Distribusi rata-rata umur ayah dan ibu berdasarkan kelompok perlakuan ...

66

12 Distribusi pendidikan ayah dan ibu berdasarkan kelompok perlakuan.........

67

13 Distribusi pekerjaan ayah dan ibu contoh berdasarkan kelompok
perlakuan . .....................................................................................................

67

14 Distribusi rata-rata pendapatan dan pengeluaran berdasarkan kelompok
perlakuan .....................................................................................................

69

15 Distribusi kondisi lingkungan tempat tinggal keluarga contoh berdasarkan
kelompok perlakuan ......................................................................................

71

16 Distribusi frekuensi konsumsi pangan berdasarkan kelompok perlakuan ....

72

17 Rata-rata jumlah konsumsi pangan per hari berdasarkan data semi FFQ.....

74

18 Rata-rata konsumsi energi dan zat gizi per hari berdasarkan data recall ......

75

19 Rata-rata konsumsi energi dan zat gizi per hari berdasarkan data semi FFQ

76

20 Rata-rata kecukupan energi dan zat gizi berdasarkan data recall .................

77

21 Rata-rata kecukupan energi dan zat gizi berdasarkan data semi FFQ ..........

78

22 Sebaran status gizi contoh berdasarkan kelompok perlakuan.......................

80

23 Rata-rata Z-skor untuk indeks BB/U dan TB/U ...........................................

82

24 Rata-rata kadar vitamin B12 serum ..............................................................

85

25 Analisis diskriminan faktor risiko defisiensi vitamin B12............................

88

26 Distribusi konsumsi gizi dan karakteristik keluarga berdasarkan
status vitamin b12 .........................................................................................

89

27 Distribusi rata-rata konsumsi gizi berdasarkan status vitamin B12 ..............

90

28 Analisis regresi pengaruh suplemen vitamin B12 terhadap kadar serum
vitamin B12...................................................................................................

91

29 Rata-rata kadar Hb contoh berdasarkan kelompok perlakuan ......................

92

30 Sebaran contoh berdasarkan status anemia ...................................................

93

31 Rata-rata kadar Hb pada contoh yang anemia...............................................

94

32 Rata-rata skor daya ingat pada awal dan akhir penelitian.............................

95

33 Analisis regresi logistik pengaruh suplemen vitamin b12 terhadap
perubahan daya ingat ....................................................................................

96

34 Analisis regresi logistik pengaruh suplemen vitamin B12 terhadap daya
ingat contoh yang anemia .............................................................................

97

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Struktur vitamin B12 (cobalamin) ..............................................................

6

2

Peran vitamin B12 dalam metabolisme L-methylmalonyl-CoA menjadi
Succinyl-CoA ...............................................................................................

8

3

Peran vitamin B12 dalam metabolisme homocysteine menjadi methionine

9

4

Absorbsi vitamin B12 dalam saluran pencernaan........................................

11

5

Metabolisme vitsmin B12 pada manusia .....................................................

15

6

Sistem pemrosesan informasi.......................................................................

34

7

Kerangka pemikiran studi pengaruh suplemen vitamin B12 terhadap
status vitamin B12, hemoglobin dan daya ingat anak ..................................

49

8

Langkah-langkah penentuan contoh ............................................................

55

9

Persentase anak gizi kurang (underweight)..................................................

80

10 Persentase anak pendek (stunted) ...............................................................

81

11 Rata-rata Z-skor BB/U selama intervensi ....................................................

82

12 Rata-rata Z-skor TB/U selama intervensi ....................................................

83

13 Rata-rata pertambahan berat badan selama intervensi .................................

84

14 Rata-rata pertambahan tinggi badan selama intervensi................................

84

15 Persentase contoh yang mengalami defisiensi vitamin B12 ........................

87

16 Persentase contoh yang mengalami anemia.................................................

94

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Persetujuan Etik (Ethical Clerance) ............................................................... 114
2 Naskah Informed Concent............................................................................... 115
3 Pengambilan Darah/Biokimia ......................................................................... 118
4 Pengukuran daya ingat anak .......................................................................... 122
5 Kuesioner Penelitian ....................................................................................... 126
6 Kuesioner Pemeriksaan Kesehatan Anak ....................................................... 130
7 Uji beda rata-rata perubahan konsumsi gizi berdasarkan data recall.............. 133

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usia prasekolah adalah bagian dari periode usia dini yang mengalami
proses pertumbuhan dan perkembangan pesat dalam siklus kehidupan dan turut
menentukan kualitas manusia. Pembangunan sumberdaya manusia perlu
diarahkan untuk membangun manusia berkualitas baik dari aspek fisik maupun
aspek rohani secara seimbang. Aspek fisik dapat digambarkan melalui kondisi
kesehatan, kekuatan dan ketahanan jasmani sehingga memungkinkan seseorang
bisa hidup sehat, aktif, dan produktif (Syarief H 1997). Oleh karena itu perhatian
terhadap aspek kesehatan, gizi dan pendidikan pada anak merupakan hal yang
perlu diperhatikan dalam upaya menciptakan manusia yang berkualitas.
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam pendidikan adalah
keadaan kesehatan dan gizi anak. Keadaan gizi pada usia dini yang terus
dipertahankan secara optimal sampai anak usia sekolah, akan berpengaruh besar
pada perkembangan otak. Menurut Jalal F (2003) gizi yang tidak seimbang serta
derajat kesehatan anak yang rendah akan menghambat pertumbuhan otak, dan
pada gilirannya akan menurunkan kemampuan otak dalam mencatat, menyerap,
menyimpan, memproduksi dan merekonstruksi informasi. Disisi lain dikatakan
bahwa pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana cara orangtua
mengasuh dan memberi makan serta menstimulasi anak pada usia dini. Namun
demikian

stimulasi

psikososial

untuk

merangsang

pertumbuhan

dan

perkembangan anak tidak akan bermanfaat bagi masa depan anak jika derajat
kesehatan dan gizi anak pada kondisi yang tidak baik. Gutama (2004)
mengemukakan bahwa pada usia prasekolah anak masih mengalami kemajuan
yang luar biasa sebagaimana usia sebelumnya, baik dalam hal fisik, emosional
maupun sosial sehingga anak sangat berpotensi untuk belajar apa saja.
Selanjutnya dikatakan bahwa hasil penelitian di bidang neurologi, psikologi,
fisiologi dan gizi menunjukkan separuh perkembangan kognitif berlangsung
dalam kurun waktu antara konsepsi sampai usia 4 tahun, dan 30 % berlangsung
pada usia 4-8 tahun. Sehingga pada periode ini anak sangat memerlukan gizi
yang memadai agar kapasitas otak yang terbentuk dapat maksimum.

Sampai saat ini masih banyak ditemukan masalah gizi pada anak-anak
baik masalah gizi mikro maupun masalah gizi makro. Prevalensi anemia pada
anak balita 47.0 %, kekurangan vitamin A subklinis yang ditandai dengan serum
retinol < 20 mcg/dL 50 % anak balita (Depkes 2005). Kasus defisiensi vitamin
B12 khususnya pada anak-anak di Indonesia belum ada dilaporkan, namun dari
beberapa penelitian di negara lain prevalensi defisiensi vitamin B12 cukup tinggi
pada anak-anak. Penelitian di Kenya menunjukkan bahwa 80,7 % anak usia
sekolah (5 sampai 14 tahun) mengalami defisiensi vitamin B12 tingkat berat dan
sedang (Siekmann JH et al. 2003) dan di Guatemala terdapat 33 % anak usia 8-12
tahun yang mengalami defisiensi vitamin B12 (Rogers LM et al 2003). Sementara
pada kelompok dewasa dan usia lanjut sudah ada dilaporkan walaupun juga masih
terbatas. Penelitian Shibly UF (1999) dari Bagian Kardiologi Rumah Sakit
Jantung Harapan Kita Jakarta) menunjukkan bahwa terdapat 30 % defisiensi
vitamin B12 pada penderita PJK (Penyakit Jantung Koroner) dan 30 % pada non
penderita PJK. Martoatmodjo S dkk (1973) menemukan 28 % ibu hamil
mengalami kekurangan vitamin B12 di daerah dengan pola makan beras (Jawa
Barat) dan 7 % pada ibu hamil di daerah dengan pola makan gaplek dan beras
(Jawa Tengah). Disamping masalah gizi mikro, masalah gizi makro juga masih
tetap menjadi permasalahan gizi anak balita di Indonesia. Prevalensi gizi kurang
(underweight) terus mengalami kenaikan dari 24 % tahun 2000 menjadi 26,1 %,
27,3 % dan 27,5 % pada tahun 2001, 2002 dan 2003 (Depkes 2004) dan 28 %
tahun 2005 (Atmarita 2006).
Defisiensi vitamin B12 berhubungan dengan fungsi kognitif yang diduga
melalui fungsinya sebagai kofaktor dalam metabolisme zat-zat gizi yang berperan
dalam sistem syaraf pusat dan pembentukan sel-sel darah merah. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa status vitamin B12 yang rendah berhubungan
dengan penurunan fungsi kognitif (Bryan J et al 2002; Black 2003; Morris MS et
al 2007). Selain itu beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pada keadaan
defisiensi vitamin B12 pemberian intervensi dengan vitamin B12 dapat
memperbaiki status vitamin B12 (Eussen SJ et al 2006; Hin H et al 2006;
Dhonukshe-Rutten RAM et al 2005; Siekmann JH et al

2003), sementara

pengaruhnya terhadap perbaikan fungsi kognitif masih belum konsisten. Vitamin

B12 juga berkaitan erat dengan proses perpindahan neurotransmitter melalui
perannya dalam metabolisme asam lemak esensial untuk pemeliharaan myelin
syaraf. Defisiensi vitamin B12 dalam waktu lama dapat menyebabkan kerusakan
sistem syaraf yang tidak dapat diperbaiki dan akhirnya dapat menyebabkan
kematian sel-sel syaraf (http://www.parhealth.com/druginfo).
Vitamin B12 umumnya ditemukan dalam pangan hewani seperti daging,
susu, dan telur, sehingga diperkirakan anak yang jarang makan makanan tersebut
akan mengalami defisiensi vitamin B12. Sumber pangan hewani umumnya relatif
lebih mahal dibandingkan dengan pangan nabati, sehingga diperkirakan konsumsi
pangan hewani sedikit pada keluarga dengan ekonomi rendah. Tempe sebagai
bahan pangan hasil fermentasi dari kedele juga merupakan sumber vitamin B12
yang potensial dan mengandung sekitar 1.5 mikrogram per 100 gram tempe
kering (http://www.tempeh.info/), atau sekitar 0.36 mikrogram per 100 gram
tempe mentah. Namun konsumsi tempe masih cukup rendah yaitu rata-rata per
orang per tahun di Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 6,45 kg atau sekitar 17
gram per orang per hari, selain itu bioavailabilitasnya juga masih belum diketahui
secara pasti.
Menurut Hardinsyah (2001) sebagian besar anak di Indonesia masih
mempunyai masalah ketidakcukupan gizi terutama zat-zat gizi mikro. Hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997 menunjukkan bahwa
hanya setengah dari jumlah anak Indonesia yang memperoleh pangan hewani,
bahkan semakin tua umur anak semakin sedikit persentase yang memperoleh
pangan hewani. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak sejak usia dini sudah
mempunyai resiko kekurangan gizi mikro yang akhirnya berpengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan anak. Bila anak mendapat ASI (Air Susu Ibu)
sampai usia 2 tahun kemungkinan zat-zat gizi mikro akan tercukupi bahkan dapat
disimpan sebagai cadangan bila ibu dalam kondisi gizi baik. Pada usia pada 4
tahun diperkirakan cadangan gizi mulai berkurang sementara asupan dari
makanan tidak mencukupi, oleh karena itu anak-anak usia ini berisiko mengalami
kekurangan gizi.
Sampai saat ini penelitian tentang vitamin B12 di Indonesia masih sangat
terbatas, dan mengingat vitamin B12 cukup besar perannya dalam perkembangan

kognitif,

diperlukan

kajian-kajian

yang

lebih

mendalam

dan

bersifat

eksperimental tentang defisiensi vitamin B12 dan faktor resikonya serta
pengaruhnya terhadap fungsi kognitif.
Tujuan
Tujuan Umum :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis masalah defisiensi vitamin
B12 dan faktor resikonya, dan pengaruh suplementasi vitamin B12 terhadap
vitamin B12 serum, hemoglobin serta dampaknya terhadap daya ingat anak
prasekolah

Tujuan Khusus :
1. Menganalisis masalah defisiensi vitamin B12 serta faktor risiko terjadinya
defisiensi vitamin B12 pada anak prasekolah
2. Menganalisis pengaruh pemberian suplemen vitamin B12 terhadap serum
vitamin B12 pada anak prasekolah
3. Menganalisis pengaruh pemberian suplemen vitamin B12 terhadap kadar
hemoglobin pada anak prasekolah
4. Menganalisis pengaruh pemberian suplemen vitamin B12 terhadap daya ingat
anak prasekolah

Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan masalah defisiensi
vitamin B12 khususnya pada anak-anak di Indonesia, dan menghasilkan suatu
bentuk pendekatan yang praktis bagi program perbaikan gizi untuk melengkapi
program pemerintah melalui Departemen terkait, pemerintah daerah serta
keterlibatan sektor swasta dalam upaya memperbaiki status gizi mikro dan
mengoptimalkan tumbuh kembang anak usia prasekolah.

Hipotesis
Hipotesis 1 :
Peningkatan serum vitamin B12 pada kelompok intervensi lebih besar
dibanding pada kelompok kontrol.
Hipotesis 2 :
Peningkatan kadar hemoglobin pada kelompok intervensi lebih besar
dibanding pada kelompok kontrol

Hipotesis 3 :
Peningkatan skor daya ingat anak pada kelompok intervensi lebih besar
dibanding pada kelompok kontrol
Hipotesis 4 :
Pemberian suplemen vitamin B12 berpengaruh positif dan signifikan pada
daya ingat anak prasekolah

TINJAUAN PUSTAKA
Biokimia dan Fungsi Vitamin B12
Vitamin B12 termasuk vitamin yang larut dalam air, merupakan bagian
terbesar dari vitamin B komplek, dengan berat molekul lebih dari 1000. Vitamin
B12 mempunyai struktur kimia yang besar dan sangat komplek dibandingkan
vitamin lainnya. Vitamin B12 ini termasuk unik diantara vitamin lain karena
mengandung ion logam yaitu cobalt. Untuk alasan ini cobalamin adalah istilah
yang digunakan untuk merujuk senyawa yang mempunyai aktivitas vitamin B12.
Nama yang lebih spesifik untuk vitamin B12 adalah cobalamin. Vitamin B12
terdiri dari cincin corrin (corrin ring) yang terbuat dari 4 “pyrroles” dengan atom
cobalt pada pusat cincin (Gambar 1). Vitamin B12 merupakan kristal berwarna
merah, tahan panas, rusak diatas temperatur 2100 C, dan tidak tahan sinar ultra
violet (FAO/WHO2001; Coleman http://www.vegan-straight-edge.org.uk/)

Gambar 1 Struktur Vitamin B12 (cobalamin)

(Coleman http://www.vegan-straight-edge.org.uk/)
Bentuk umum dari vitamin B12 adalah cyanocobalamin (CN-Cbl),
keberadaannya dalam tubuh sangat sedikit dan jumlahnya tidak tentu. Selain
cyanocobalamin di alam ada 2 bentuk lain dari vitamin B12; yaitu
hydroxycobalamin dan aquacobalamin, dimana hydroxyl dan air masing-masing
terikat pada cobal. Bentuk sintetis (buatan) vitamin B12 yang terdapat dalam
suplemen dan pangan fortifikasi adalah cyanocobalamin, dimana sianida terikat
pada logam kobal. Ketiga bentuk vitamin B12 ini diaktifkan secara enzimatik
menjadi

methylcobalamin

(MetCbl)

dan

adenosylcobalamin

(AdeCbl)

(FAO/WHO 2001; Higdon J 2003). Pada kondisi kekurangan gizi, enzim dalam
tubuh akan terganggu bahkan ada yang rusak, yang menyebabkan penurunan
kemampuan

tubuh

cyanocobalamin.

untuk

mensintesis

bentuk

aktif

vitamin

B12

dari

Sebagian besar vitamin B12 disimpan dalam hati sebagai

5-deoxydenosylcobalamin (65-70 %), hydroxycobalamin (20-30 %), dan
methylcobalamin (1-5%). Bentuk dominan dalam plasma adalah methylcobalamin
dengan kadar normal 135 - 425 pmol/L (Sauberlich HE 1999).
Vitamin B12 berperan sebagai koenzim yang dibutuhkan beberapa reaksi
biologis penting. Koenzim tersebut ada dua yaitu methylcobalamin yang terdapat
dalam plasma, dan

5-deoxyadenosyl-cobalamin yang ditemukan dalam hati,

sebagian besar jaringan tubuh, dan makanan (Gibson 2005). Di dalam tubuh
vitamin B12 berperan sebagai kofaktor untuk dua reaksi enzim. Pertama, vitamin
B12 berperan sebagai kofaktor untuk enzim L-methilmalonyl-CoA mutase. Enzim
L-methilmalonyl-CoA mutase membutuhkan adenosylcobalamin untuk mengubah
L-methylmalonyl-CoA menjadi succinyl-CoA (Gambar 2). Reaksi biokimia yang
menghasilkan succinyl-CoA ini berperan penting dalam produksi energi dari
lemak dan protein. Succinyl CoA juga diperlukan untuk sintesis hemoglobin yang
merupakan pigmen pada sel darah merah sebagai pembawa oksigen keseluruh
jaringan tubuh. Bila terjadi defisiensi vitamin B12, L-methylmalonyl-CoA tidak
dapat dirubah menjadi succinyl-CoA sehingga terakumulasi dan akhirnya dipecah
menjadi methylmalonic acid
methylmalonic acid

oleh suatu enzim hydrolase.

Keberadaan

dalam darah atau yang dikeluarkan melalui urin dapat

merupakan indikator terjadinya kekurangan vitamin B12 (Gibson 2005; Carmel R
2006; Herbert V 1996).

Gambar 2 Peran vitamin B12 dalam metabolisme L-methylmalonyl-CoA
menjadi succinyl-CoA (Stabler SP et al 1997)

Peran yang kedua dari vitamin B12 sebagai kofaktor untuk enzim
methyonine synthase. Enzim ini membutuhkan methylcobalamin dan tergantung
pada folat untuk mensintesis asam amino methyonine dari homocysteine.
Methyonin dibutuhkan untuk sintesis S-adenosylmethionine suatu kelompok donor
methyl yang berguna dalam reaksi biologi methylation, termasuk methylation
DNA dan RNA (Gambar 3). Bila reaksi ini rusak akan mempengaruhi
pembentukan DNA yang akhirnya dapat menyebabkan anemia macrocytic
megaloblastic (Sauberlich HE 1999; Herbert V 1996; Carmel R 2006). Selain itu
methylation DNA diperlukan untuk mencegah kanker. Oleh karena itu bila
fungsi methionine synthase terganggu dapat menyebabkan penumpukan
homocysteine yang dihubungkan dengan peningkatan risiko cardiovasculer.
Vitamin B12 dibutuhkan untuk penyerapan folat, penyimpanan dan
aktivasi untuk bentuk koenzim. Jadi vitamin B12 bekerja secara bersama dengan
folat untuk mendukung replikasi seluler. Kekurangan salah satu vitamin ini dapat
mempengaruhi fungsi keduanya. Peran yang unik juga ditemukan dari vitamin
B12 yaitu dalam pembentukan myelin, suatu lapisan yang melindungi serat-serat

syaraf. Kerusakan neurologi berhubungan dengan defisiensi vitamin B12 yang
dapat

terjadi

tanpa

dipengaruhi

oleh

kecukupan

intake

asam

folat

(http//www.northwestern.edu).

Gambar 3 Peran vitamin B12 dalam metabolisme homocysteine
menjadi methionine (Stabler SP et al 1997)
Fungsi utama vitamin B12 adalah dalam pembentukan sel-sel darah merah
dan pemeliharaan kesehatan sistem syaraf. Vitamin B12 penting untuk sistesis
DNA dengan cepat selama pembelahan sel pada jaringan dimana pembelahan sel
berlangsung cepat, terutama jaringan sum-sum tulang yang bertanggungjawab
untuk pembentukan sel darah merah (Sauberlich HE 1999).

Vitamin B12

berperan dalam berbagai reaksi seluler, dan mempunyai fungsi penting dalam
metabolisme asam folat. Vitamin B12 diperlukan untuk merubah koenzim folat
menjadi bentuk aktif yang dibutuhkan dalam reaksi-reaksi metabolisme penting
seperti sintesis DNA.

Tanpa vitamin B12 reaksi-reaksi yang membutuhkan

bentuk aktif folat tidak akan terjadi dalam sel. Jadi, defisiensi vitamin B12 juga

berperan dalam terjadinya defisiensi folat. Jika terjadi defisiensi vitamin B12,
pembentukan DNA berkurang dan sel-sel darah merah tidak normal, disebut
dengan kejadian megaloblas yang akhirnya menjadi anemia. Gejalanya meliputi
keletihan, sesak nafas, kelesuan, pucat serta penurunan kekebalan tubuh terhadap
infeksi. Gejala lain berupa penurunan rasa (untuk makanan), luka pada lidah, dan
gangguan menstruasi (Wardlaw et al 1992).
Fungsi vitamin B12 dalam pemeliharaan sistem syaraf dapat dijelaskan
melalui perannya yang cukup penting dalam metabolisme asam lemak esensial
untuk pemeliharaan myelin. Syaraf dikelilingi lapisan lemak dibungkus oleh
kompleks protein yang disebut myelin. Komposisi myelin terdiri dari sekitar 80 %
lipid dan 20 % protein. Defisiensi vitamin B12 dalam waktu lama dapat
menyebabkan kerusakan sistem syaraf yang tidak dapat diperbaiki dan
kemungkinan dapat menyebabkan kematian sel-sel syaraf (Dhopeshwarkar 1983;
http://www.parhealth.com/druginfo). Penelitian Pfeifer dan Lewis tahun 1979
yang mempelajari pengaruh pemberian diet rendah vitamin B12 pada tikus selama
20 minggu, mengungkapkan bahwa ketiadaan vitamin B12 dapat mengganggu
perubahan linoleat menjadi PUFA rantai panjang

(20:4ω6 dan 22:5ω6).

Penelitian lain menunjukkan bahwa kelainan genetik menyebabkan kerusakan
transformasi vitamin B12 menjadi bentuk koenzim yang dilaporkan dari kematian
seorang bayi berumur 2 tahun, dan terjadi retardasi mental yang berat pada anak
perempuan yang meninggal pada usia 7 tahun (Dhopeshwarkar 1983).
Konsentrasi methionin yang rendah dapat terjadi bila vitamin B12 tidak ada.
Perubahan konsentrasi ini akan menyebabkan berkurangnya aliran asam amino
untuk pembentukan protein di otak. Hipotesis ini didukung oleh Gandy et al pada
tahun 1973 melalui penelitiannya dengan memberikan “1-aminocyclopentane
carboxyc acid” (yang dapat mengganggu reaksi homocystein menjadi methionin)
pada tikus. Penelitian tersebut menunjukkan ketidaknormalan fungsi syaraf yang
ditandai dengan kehilangan rasa, lumpuh, dan “demyelination spinal cord”
(Dhopeshwarkar

1983).

Dari

beberapa

kasus

tersebut

Dhopeshwarkar

menyimpulkan bahwa defisiensi vitamin B12 dapat menyebabkan kerusakan
sistem syaraf pusat. Kerusakan tersebut meliputi pembentukan myelin yang tidak

sempurna mulai dari sistem syaraf peripheral dan akhirnya pada sistem syaraf
pusat.
Absorbsi Vitamin B12
Penyerapan vitamin B12 dalam tubuh manusia termasuk unik diantara
vitamin-vitamin lainnya. Penyerapan vitamin B12 berlangsung secara spesifik di
ileum dan tergantung pada intrinsic factor (IF) suatu jenis protein yang diproduksi
oleh sel-sel asam lambung dan berperan sebagai reseptor vitamin B12 (Wardlaw
et al 1992; Herbert V V 1996; WHO 2001; Robert C & Brown DL 2003; Carmel
R 2006). Setelah makanan masuk melalui mulut sampai ke lambung, vitamin B12
dalam pangan dipisahkan dari bahan-bahan lain oleh pepsin lambung yang
aktifitasnya optimal pada pH asam lambung yang normal. Kemudian vitamin B12
berikatan dengan suatu protein yang disebut R-protein yang diproduksi oleh
kelenjar saliva dalam mulut (Gambar 4).

Gambar 4 Absorbsi vitamin B12 dalam saluran pencernaan
(Carmel R 2006)

Ikatan R-protein-vitamin B12 masuk ke dalam usus halus dan di usus halus Rprotein dipisahkan dengan vitamin B12 oleh enzim tripsin yang dikeluarkan oleh
pankreas. Dalam usus halus vitamin B12 bebas kembali, kemudian berikatan
dengan intrinsic factor. Hasil ikatan intrinsic factor dengan vitamin B12 masuk
ke bagian akhir usus halus yang disebut ileum. Sel-sel ileum menyerap vitamin
B12 dan mentransfernya kedalam darah yang selanjutnya berikatan dengan
transport protein yang dikenal sebagai transkobalamin.
Proses penyerapan vitamin B12 secara normal melalui ikatan vitamin B12
dengan intrinsic factor diperkirakan 30-70 % dapat diserap tergantung pada
kebutuhan tubuh. Kegagalan penyerapan melalui sistem ini vitamin B12 masih
dapat diserap secara pasif melalui proses difusi namun hanya sekitar 1-2 % dari
vitamin B12 yang ada dalam makanan. Penyerapan vitamin B12 dapat terganggu
misalnya karena pembentukan intrinsic factor yang tidak efisien, defisiensi
sintesis R-protein secara genetik, atau adanya infestasi cacing (Robert C & Brown
DL 2003).
Bila terjadi defisiensi vitamin B12 biasanya diperlukan suplemen melalui
oral atau injeksi vitamin B12 yang langsung dapat diserap.

Tabel 1

menggambarkan jumlah atau persentase vitamin B12 yang diserap secara aktif
(melalui sistem intrinsic factor) dan secara pasif (tanpa intrinsic factor) dari
pemberian berbagai dosis. Availabilitas vitamin B12 tergantung pada berapa
banyak vitamin B12 yang dipisahkan dari pangan oleh pepsin dan enzim-enzim
lambung lainnya, kemampuan sistem penyerapan melalui intrinsic factor, dan
jumlah vitamin B12 dalam pangan yang dimakan. Jika sistem penyerapan melalui
intrinsic factor sempurna, lebih dari 50 % vitamin B12 yang ada dalam pangan
atau suplemen dapat diserap secara aktif, namun penyerapan melalui sistem
intrinsic factor ini tidak dapat melebihi 2 μg. Pemberian vitamin B12 dengan
dosis 0.25 μg akan diserap sebesar 0.19 μg (75 %). Vitamin B12 yang diserap
secara aktif semakin besar dengan peningkatan dosis mulai dari 0.25 μg sampai 10
μg. Pada pemberian dosis 10 μg penyerapan vitamin B12 secara aktif mencapai
batas optimum yaitu 1.6 μg, dan pemberian diatas dosis tersebut misalnya 50 μg
hanya 1.5 μg vitamin B12 diserap melalui sistem intrinsic factor. Penyerapan
vitamin B12 pada pemberian dosis tinggi seperti dalam suplemen melampaui

kapasitas intrinsic factor, dan penyerapan vitamin B12 akan terjadi secara pasif
dengan jumlah penyerapan sekitar 1-2 % (Tabel 1).

Tabel 1 Penyerapan vitamin B12 dari pemberian berbagai dosis
secara oral pada kondisi penyerapan normal dan tidak
normal (tanpa intrinsic factor)
Dosis oral
(μg)

Jumlah yang diserap melalui IF
dan non-IF/ pasif
μg
%
0,25
0,19
75
1
0,56
56
2
0,92
46
3
5
1,4
28
10
1,6
16
50
1,5
3
100
500
Sumber: Carmel R (2006)

Jumlah yang diserap
secara pasif (non-IF)
μg
%
0,02
2
0,08
3
0,2
2
0,5
1
1,8
1,8
6
1,2

Transport dan Metabolisme Vitamin B12
Vitamin B12 yang masuk ke dalam darah melalui membran sangat
sedikit dan tergantung pada beberapa protein pengikat untuk transport. Segera
setelah vitamin B12 diserap masuk ke dalam saluran darah, transport dan
penggunaannya tergantung pada protein spesifik pengikat kobalamin (cobalaminbinding protein) yang disebut transcobalamin II (TC II) atau sering disebut TC.
Sedangkan transcobalamin I (TC I) juga berperan mengikat kobalamin dalam
darah namun perannya belum dapat dijelaskan (Carmel R 2006). Kobalamin dari
TC I yang masuk ke empedu sekitar 1,4 μg per hari dan diperkirakan 70 %
diabsorpsi kembali dalam keadaan normal, sisanya dibuang melalui feses. TC
disintesis oleh beberapa sel termasuk sel-sel khusus endhotelial.

II
Gen

pembentuknya sama dengan IF tetapi berada pada kromosom yang berbeda. TC II
dengan cepat mengantar kobalamin ke semua sel dalam tubuh. Masa hidup holoTC II dalam plasma hanya 90 menit.

Pertama sekali dan sebagain besar

kobalamin diantar ke hati, tetapi reseptor yang spesifik untuk TC II sebenarnya
ditemukan pada semua sel dan dalam kompleks holo-TC II oleh pinocytosis
(Carmel R 2006).

Enzim yang mengandung vitamin B12 memindahkan kelompok methyl
dari methylfolate,

sementara regenerasi tetrahydrofolat (THF) dari 5,10-

methylene THF diperlukan untuk sistesis thymidilate. Karena methylfolate
merupakan bentuk vitamin yang dominan dalam serum dan hati, dan karena hanya
methylfolate yang mengembalikan folat ke cadangan tubuh melalui proses yang
tergantung vitamin B12, maka bila terjadi defisiensi vitamin B12 akan
menyebabkan folat

terperangkap sebagai methylfolate

digunakan untuk fungsi metabolik.

sehingga tidak dapat

Folat yang terperangkap akhirnya dapat

menyebabkan kerusakan hematologik akibat defisiensi vitamin B12 yang tidak
dapat dibedakan dari defisiensi folat. Kedua defisiensi tersebut menyebabkan
kerusakan yang sama sebagai akibat dari ketidakcukupan 5,10-methylene THF
untuk berpartisipasi dalam pembentukan DNA (Herbert V 1996; Beck 2003;
Carmel R 2006).
Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5 bahwa pada kondisi normal
penyerapan vitamin B12 dari pangan memerlukan kondisi lambung yang normal;
asam lambung dan enzim yang membebaskan vitamin B12 dari ikatan peptide
dalam pangan oleh proteolisis, kemudian vitamin B12 terikat pada protein saliva
dan sel-sel parietal lambung mengeluarkan intrinsic factor suatu glikoprotein
yang penting untuk absorbsi vitamin B12 dari usus halus.

Penyerapan yang

normal juga membutuhkan kondisi pankreas yang normal sehingga tripsin dan
bikarbonat (yang dihasilkan pada pH lebih dari 8) dapat memisahkan vitamin b12
dari protein saliva dan kemudian berikatan dengan intrinsic factor, dan akhirnya
pada kondisi ileum yang normal reseptor sel pemukaan dapat menangkap vitamin
B12 yang terikat pada intrinsic factor dengan batuan ion kalsium. Bila terjadi
gangguan pankreas sehingga ion kalsium tidak tersedia maka penyerapan vitamin
B12 akan terganggu (Herbert V 1996). Penyerapan vitamin B12 dapat diperbaiki
dengan memberikan kalsium, bikarbonat atau cairan pankreas yang dapat
meningkatkan ketersediaan kalsium. Pentingnya kalsium dalam penyerapan
vitamin B12 telah dijelaskan pada suatu studi yang menu