Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

xxx memahami penyusunan siklus akuntansi perusahaan jasa. Adapun kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa antara lain : 1 Mendeskripsikan akuntansi sebagai sistem informasi. 2 Menafsirkan persamaan akuntansi. 3 Mencatat transaksi berdasarkan mekanisme debit kredit. 4 Mencatat transaksi atau dokumen ke dalam jurnal umum. 5 Melakukan posting dari jurnal ke buku besar. 6 Membuat ikhtisar siklus akuntansi perusahaan jasa. 7 Menyusun laporan keuangan perusahaan jasa. Penelitian ini mengambil Kompetensi Dasar KD VII yaitu menyusun laporan keuangan perusahaan jasa dengan pokok bahasan menyusun laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan laporan neraca.

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

a. Model Pembelajaran Perkembangan model pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Model-model pembelajaran tradisional kini mulai ditinggalkan berganti dengan model yang lebih modern. Model pembelajaran merupakan kerangka pembelajaran secara konseptual yang menentukan tercapainya tujuan pembelajaran. Soekamto dalam Trianto 2007: 5 mengemukakan maksud dari “Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Winataputra dalam Sugianto 2008: 7 bahwa, “Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas pembelajaran”. Joyce dalam Trianto 2007: 5 menyatakan bahwa setiap model xxxi pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pemmbelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman. b. Macam-Macam Model Pembelajaran Ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Anita Lie 2008: 23-29 mengemukakan ada 3 model pembelajaran yang meliputi: model kompetensi, model individual, dan model pembelajaran kooperatif. Banyak pengajar memakai sistem kompetisi dalam pengajaran dan penilaian anak didik. Dalam model pembelajaran kompetensi, siswa belajar dalam suasana persaingan. Tidak jarang guru memakai imbalan dan ganjaran sebagai sarana memotivasi siswa dalam memenangkan kompetensi dengan sesama pembelajar. Tujuan utama evaluasi dalam model pembelajaran kompetisi adalah menempatkan anak didik dalam urutan mulai dari yang paling baik sampai dengan yang paling jelek. Secara positif model kompetisi bisa menimbulkan rasa cemas yang justru memacu siswa untuk meningkatkan kegiatan belajar mereka. Model pembelajaran yang kedua yaitu pembelajaran individu. Dalam model ini setiap anak didik belajar dengan kecepatan yang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri atau dapat dikatakan anak didik tidak bersaing dengan siapa-siapa kecuali dengan diri mereka sendiri. Penilaian dalam model ini dilakukan dengan cara pengajar menetapkan standar untuk setiap siswa. Jadi nilai siswa tidak ditentukan oleh nilai rata-rata tetapi oleh usaha sendiri dan standar yang ditetapkan oleh pengajar. Model pembelajaran yang ketiga adalah pembelajaran kooperatif. Falsafah yang mendasari model pembelajaran ini yaitu falsafah homo homini xxxii socius yang berarti kerja sama merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup. Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam mencapai tujuan pembelajaran. c. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar Sugiyanto, 2008: 35. Sedangkan menurut Johnson Johnson dalam Isjoni 2009: 17 pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Pembelajaran kooperatif, pada dasarnya adalah pembelajaran gotong royong. Roger dan David Johson dalam Anita Lie 2008: 31 mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal diperlukan lima unsur model pembelajaran gotong royong yang harus diterapkan, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok. Apabila kelima unsur tersebut dapat dipenuhi, maka pembelajaran kooperatif yang memotivasi siswa untuk belajar dapat diterapkan dengan positif. Sugiyanto 2008: 38-39 dalam bukunya Model-Model Pembelajaran Inovatif menyebutkan beberapa ciri pembelajaran kooperatif, antara lain: 1 Saling ketergantungan positif Melalui pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui: a Saling ketergantungan mencapai tujuan b Saling ketergantungan menyelesaikan tugas c Saling ketergantungan bahan atau sumber d Saling ketergantungan peran, dan e Saling ketergantungan hadiah xxxiii 2 Interaksi tatap muka Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. Ini juga mencerminkan konsep pengajaran teman sebaya. 3 Akuntabilitas individual Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini yang dimaksud dengan akuntabilitas individual. 4 Keterampilan menjalin hubungan antarpribadi Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mem-pertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antarpribadi interpersonal relationship tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga dari sesama siswa. Selain memiliki ciri-ciri di atas menurut Ibrahim dalam Isjoni 2009: 27-28 pembelajaran kooperatif juga memiliki tujuan yang terdiri dari : 1 Hasil belajar akademik Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademik penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. 2 Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. 3 Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting ke tiga dari pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. xxxiv d. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Think Pair Share atau berpikir berpasangan berbagi adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS dikembangkan oleh Frank Lyrman sebagai struktur kegiatan pembelajaran kooperaktif. Menurut Arends dalam Trianto 2009: 81, TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi susana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam TPS dapat memberi siswa banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. TPS ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Anita Lie 2008: 58 mengungkapkan ada 4 langkah dalam Think Pair Share TPS yaitu : 1 Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok. 2 Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri 3 Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya. 4 Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat Sama halnya seperti diungkapkan Trianto 2009: 81-82, fase TPS terdiri dari 3 antara lain : berpikir, berpasangan dan berbagi. Dalam fase berpikir thinking guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri mengenai jawaban masalah. Fase yang kedua yaitu berpasangan pairing guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah mereka peroleh. Pada fase terakhir yaitu fase berbagi sharing guru meminta pasangan-pasangan tersebut berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling xxxv kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separuh dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.

4. Hasil Belajar Ekonomi Akuntansi

Dokumen yang terkait

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS X.1 SMA PERSADA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

0 2 12

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DI SMA NEGERI 1 NGUTER TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 13 83

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG PROFESIONALISME GURU DAN MINAT SISWA DENGAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PENJASORKES KELAS XI IPS SEMESTER 2 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 3 63

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION (DI) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS 4 SMA N 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 4 89

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008 2009

0 7 172

Peningkatan prestasi belajar akuntansi melalui penerapan model pembelajaran problem based learning pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 6 Surakarta tahun ajaran 2009 2010

0 4 248

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN AJARAN 2009 2010

0 4 114

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA SISWA KELAS XI SMA ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009 2010

0 12 104

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 1 12

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI DENGAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE PEER ASSESSMENT PADA SISWA KELAS XI IPS 4 SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 0 18