Perkembangan Shamisen Di Jepang

14 BAB III PERKEMBANGAN SHAMISEN DI JEPANG

3.1 Perkembangan Shamisen Di Jepang

Shamisen adalah alat musik berdawai tiga yang sangat terkenal di Jepang. Shamisen masih sangat berjaya dari dahulu hingga sekarang ini. Tentunya melalui proses dan perkembangan yang terus-menerus mencocokkan dengan gaya dan selera orang-orang Jepang masa kini. Shamisen sebagai Repertoar seni musik merupakan salah satu warisan budaya yang besar dari Zaman Edo yang sangat di lestarikan keberadaannya hingga saat ini. Dahulunya, Shamisen diketahui adalah sebagai pembentuk pertama dongeng-dongeng disekolah biwa, Osaka. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa Shamisen pertama kali diperkenalkan di Jepang sekitar tahun 1562. Shamisen adalah alat musik pertama yang mewakili cerita-cerita narasi pada masanya. Namun, musik pertama Shamisen hanyalah bersifat naratif. Cerita yang terkenal diiringi oleh musik naratif Shamisen adalah Joruri. Joruri adalah singkatan dari Joruri-hime monogatari atau dapat diartikan sebagai “kisah putri lapis lazuli”. Namun, seiring dengan zamannya cerita-cerita narasi dengan alat musik Shamisen ini mulai pudar dan hanya tinggal imitasi dari cerita yang berkembang hingga sekarang. Kemudian, alat musik Shamisen juga Universitas Sumatera Utara 15 mewakili cerita-cerita narasi lainnya. Contohnya, naniwa-bushi, bungo- bushi, tokiwazu-bushi yang biasa hadir dalam teater kabuki. Para pemain Shamisen pertama adalah pencipta narasi atau cerita- cerita dongeng disekolah-sekolah di Osaka dan Kyoto. Kemudian, Shamisen pada abad ke-16 dikembangkan sebagai musik istana. Musik istana yang biasa disebut dengan gagaku ini adalah pembentuk pertama musik Shamisen yang akhirnya dapat mengeluarkan Shamisen dari gaya aslinya. Sehingga, Shamisen berkembang mulai dari nada, bahan, dan bentuknya. Pada Zaman Edo 1603-1868, alat musik Shamisen semakin populer. Shamisen banyak digunakan dalam pertunjukkan-pertunjukkan kabuki, noh serta sandiwara boneka bunraku. Salah satu pemain musik yang sangat terkenal mengembangkan alat musik ini adalah Ishimura Kengyou?. Ishimura Kengyou? terkenal karena mempelopori genre musik menggunakan Shamisen yang biasa dikenal dengan Juita. Alat musik ini juga merupakan salah satu pengisi hiburan diwaktu senggang yang sangat populer dikalangan prajurit dan samurai pada masa itu. Masuknya zaman Meiji 1868-1912, Shamisen mulai membaur seiring dengan masuknya musik barat yang tersebar melalui sistem pendidikan pada zaman Meiji. Namun, atas usaha anggota-anggota kelompok seni rakyat serta pengabdi musik yang tetap menjaga kelestarian musik tradisional Jepang. Akhirnya, Shamisen masih terus Universitas Sumatera Utara 16 diminati dan makin berjaya dengan makin bertambahnya pemain alat musik ini maupun penontonya sampai zaman Taisho 1912-1926 dan zaman Showa 1926-1989. Pada masa restorasi Meiji musik-musik barat sempat hilang karena dilarangnya agama Kristen di Jepang. Namun, setelah pemulihan restorasi Meiji pada tahun 1868, pemerintahan mengundang para ahli pendidikan musik dari Amerika Serikat pada tahun 1879 dan memutuskan musik barat masuk ke dalam kurikulum sekolah. Hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran bahwa musik-musik tradisional Jepang termasuk alat musik Shamisen akan terancam keberadaannya. Namun, hal tersebut tidak terbukti dengan tersebar luasnya musik-musik tradisional Jepang melalui rekaman dan siaran-siaran radio dan mengalirnya kontrak-kontrak dalam berbagai pertunjukan. Shamisen kini dimainkan di lebih dua puluh orkes simfoni professional di Jepang. berbagai konser regular dan perjalanan-perjalana di luar negeri Shamisen berhasil mendapat sambutan baik. Selain itu, Shamisen juga sering dipertunjukkan secara umum seperti, musik paduan suara dan opera. Dan hasilnya adalah semakin banyaknya peminat untuk bisa memainkan alat musik Shamisen ini dengan digelarnya kejuaraan- kejuaraan memainkan Shamisen dengan nada yang indah. Universitas Sumatera Utara 17 Kemudian di zaman modern sekarang ini telah banyak sekolah-sekolah musik yang khusus mempelajari alat musik Shamisen. Sekolah musik yang pertama kali didirikan adalah Kato Bushi pada tahun 1684 sampai 1725 dan Bungo bushi yang didirikan pada tahun 1740 oleh Miyakoji. Dan pada akhirnya, musik Shamisen hingga kini masih dimainkan atas sponsor badan kerumahtanggaan kekaisaran. Ini dilakukan agar tidak timbulnya semacam nasionalisme kebudayaan yang mendorong dilakukannya pembauran antara gaya-gaya musik asing dengan gaya musik pribumi.

3.2 Fungsi Shamisen