Sekilas Tentang Shamisen Shamisen Ni Tsuite

(1)

LAMPIRAN

GAMBAR 1. Shamisen Jenis Hosozao (kiri), Nakazao (tengah), Futozao (kanan)


(2)

ABSTRAK

Jepang merupakan negara yang memiliki kebudayaan yang beraneka ragam. Meskipun modernisasi terus berkembang, masyarakat Jepang tetap menjaga dan melestarikan kebudayaan mereka. Kebudayaan Jepang yang beraneka ragam itu tentu Jepang tidak lepas dari musiknya.

Musik di Jepang sudah mengalami perkembangan dan peningkatan. Sekarang ini, di Jepang orang-orang sudah bisa menikmati berjenis-jenis musik. Misalnya, musik modern (pop, jazz, rock) dan musik-musik tradisional Jepang. Musik di Jepang merupakan proses yang berlangsung secara terus-menerus dengan menerima gaya-gaya musik dari negara lain. Contoh dari proses ini adalah lahirnya sejarah alat musik yang telah dianggap sebagai alat musik tradisonal Jepang. Contohnya, Shamisen.

Shamisen adalah alat musik bedawai tida yang berasal dari Jepang dan dipetik dengan menggunakan Bachi. Dunia musik Jepang abad modern (kinsei hogaku), Shamisen dikenal sebagai San-gen (tiga senar), sedangkan didaerah Okinawa dikenal dengan sebutan Shansin. Shamisen pada abad ke-16 dibawa oleh kapal dagang ryukyu (sekarang Okinawa) dan diperkenalkan kepada penduduk kota Sakai. Shamisen yang tertua adalah bernama Yodo. Shamisen itu dibuat oleh Toyotomi Hideyoshi dan dihadiahkan kepada istrinya Yodo-dono.

Shamisen dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ukuran leher dan kelompok kesenian. Kelompok ukuran leher dibagi menjadi


(3)

tiga, yaitu Hosozao (leher sempiti), Nakazao (leher sedang), dan Futozao (leher besar). Kemudian, berdasarkan kelompok kesenian Shamisen dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu Nagauta Shamisen, Gidayu Shamisen, Kiyomoto Shamisen, dan lain-lain.

Shamisen memiliki bentuk seperti tubuh wanita. Shamisen memiliki tiga dawai, msing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. Tubuh Shamisen biasa disebut dengan Do. Shamisen terbuat dari kayu. Shamisen dibuat dari empat buah kayu yang berbentuk segiempat dan keempat sudut sedikit melengkung. Kulit Shamisen dibuat dari kulit hewan. Leher Shamisen dibuat dari tiga lembar kayu yang dapat terpisah-pisah. Kemudian, senar Shamisen dibuat dengan menggunakan bahan dari sutra atau nilon. Koma Shamisen dibuat menggunakan gading gajah agar menghasilkan nada yang keseimbangan dan ketahanan yang baik. Sedangkan, Bachi atau pemetik Shamisen dibuat dari gading gajah atau kayu.

Shamisen didunia musik Jepang mengalami perkembngan dan peningkatan. Pada zaman Edo, Shamisen digunakan sebagai pengiring lagu-lagu rakyat dan sebagai penghibur samurai. Kemudian, Shamisen selalu ada dalam lagu-lagu rakyat dan sebagai penghibur samurai. Kemudian, Shamisen selalu ada dalam lagu-lagu ritual keagamaan. Hingga sekarang ini, Shamisen telah dikenal sebagai warisan alat musik tradisional Jepang.


(4)

Shamisen mempunyai fungsi dan kegunaan yang cukup banyak. Misalnya, Shamisen pada abad ke-16 berfungsi sebagai pengiring lagu-lagu rakyat di Jepang. Kemudian, Shamisen juga berfungsi sebagai pengiring musik ritual di istana dan sebagai penghibur prajurit dan samurai di waktu senggang. Dan saat ini, Shamisen berguna untuk pengiring musik di orkes-orkes profesional.


(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Haryanti, Pitri, M.Pd. 2013. All About Japan. Yogyakarta : Andi Offset

Maim, William P. 1959. Japanese Music and Musical Instruments. Tokyo, Japan.

http://id.wikipedia.org/wiki/kategori:sejarahmusikdijepang http://id.wikipedia.org/wiki/kategori:shamisen


(11)

BAB III

PERKEMBANGAN SHAMISEN DI JEPANG 3.1 Perkembangan Shamisen Di Jepang

Shamisen adalah alat musik berdawai tiga yang sangat terkenal di Jepang. Shamisen masih sangat berjaya dari dahulu hingga sekarang ini. Tentunya melalui proses dan perkembangan yang terus-menerus mencocokkan dengan gaya dan selera orang-orang Jepang masa kini. Shamisen sebagai Repertoar seni musik merupakan salah satu warisan budaya yang besar dari Zaman Edo yang sangat di lestarikan keberadaannya hingga saat ini.

Dahulunya, Shamisen diketahui adalah sebagai pembentuk pertama dongeng-dongeng disekolah biwa, Osaka. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa Shamisen pertama kali diperkenalkan di Jepang sekitar tahun 1562. Shamisen adalah alat musik pertama yang mewakili cerita-cerita narasi pada masanya. Namun, musik pertama Shamisen hanyalah bersifat naratif. Cerita yang terkenal diiringi oleh musik naratif Shamisen adalah Joruri. Joruri adalah singkatan dari Joruri-hime monogatari atau dapat diartikan sebagai “kisah putri lapis lazuli”.

Namun, seiring dengan zamannya cerita-cerita narasi dengan alat musik Shamisen ini mulai pudar dan hanya tinggal imitasi dari cerita yang berkembang hingga sekarang. Kemudian, alat musik Shamisen juga


(12)

15

mewakili cerita-cerita narasi lainnya. Contohnya, naniwa-bushi, bungo-bushi, tokiwazu-bushi yang biasa hadir dalam teater kabuki.

Para pemain Shamisen pertama adalah pencipta narasi atau cerita-cerita dongeng disekolah-sekolah di Osaka dan Kyoto. Kemudian, Shamisen pada abad ke-16 dikembangkan sebagai musik istana. Musik istana yang biasa disebut dengan gagaku ini adalah pembentuk pertama musik Shamisen yang akhirnya dapat mengeluarkan Shamisen dari gaya aslinya. Sehingga, Shamisen berkembang mulai dari nada, bahan, dan bentuknya.

Pada Zaman Edo (1603-1868), alat musik Shamisen semakin populer. Shamisen banyak digunakan dalam pertunjukkan-pertunjukkan kabuki, noh serta sandiwara boneka bunraku. Salah satu pemain musik yang sangat terkenal mengembangkan alat musik ini adalah Ishimura Kengyou?. Ishimura Kengyou? terkenal karena mempelopori genre musik menggunakan Shamisen yang biasa dikenal dengan Juita. Alat musik ini juga merupakan salah satu pengisi hiburan diwaktu senggang yang sangat populer dikalangan prajurit dan samurai pada masa itu.

Masuknya zaman Meiji (1868-1912), Shamisen mulai membaur seiring dengan masuknya musik barat yang tersebar melalui sistem pendidikan pada zaman Meiji. Namun, atas usaha anggota-anggota kelompok seni rakyat serta pengabdi musik yang tetap menjaga kelestarian musik tradisional Jepang. Akhirnya, Shamisen masih terus


(13)

diminati dan makin berjaya dengan makin bertambahnya pemain alat musik ini maupun penontonya sampai zaman Taisho (1912-1926) dan zaman Showa (1926-1989).

Pada masa restorasi Meiji musik-musik barat sempat hilang karena dilarangnya agama Kristen di Jepang. Namun, setelah pemulihan restorasi Meiji pada tahun 1868, pemerintahan mengundang para ahli pendidikan musik dari Amerika Serikat pada tahun 1879 dan memutuskan musik barat masuk ke dalam kurikulum sekolah.

Hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran bahwa musik-musik tradisional Jepang termasuk alat musik Shamisen akan terancam keberadaannya. Namun, hal tersebut tidak terbukti dengan tersebar luasnya musik-musik tradisional Jepang melalui rekaman dan siaran-siaran radio dan mengalirnya kontrak-kontrak dalam berbagai pertunjukan.

Shamisen kini dimainkan di lebih dua puluh orkes simfoni professional di Jepang. berbagai konser regular dan perjalanan-perjalana di luar negeri Shamisen berhasil mendapat sambutan baik. Selain itu, Shamisen juga sering dipertunjukkan secara umum seperti, musik paduan suara dan opera. Dan hasilnya adalah semakin banyaknya peminat untuk bisa memainkan alat musik Shamisen ini dengan digelarnya kejuaraan-kejuaraan memainkan Shamisen dengan nada yang indah.


(14)

17

Kemudian di zaman modern sekarang ini telah banyak sekolah-sekolah musik yang khusus mempelajari alat musik Shamisen. Sekolah musik yang pertama kali didirikan adalah Kato Bushi pada tahun 1684 sampai 1725 dan Bungo bushi yang didirikan pada tahun 1740 oleh Miyakoji.

Dan pada akhirnya, musik Shamisen hingga kini masih dimainkan atas sponsor badan kerumahtanggaan kekaisaran. Ini dilakukan agar tidak timbulnya semacam nasionalisme kebudayaan yang mendorong dilakukannya pembauran antara gaya-gaya musik asing dengan gaya musik pribumi.

3.2 Fungsi Shamisen

Shamisen merupakan jenis alat musik tradisional Jepang yang mempunyai beberapa fungsi dan kegunaan. Tentunya fungsi dan kegunaan Shamisen disesuaikan dengan zaman dari pertama kali diperkenalkan hingga zaman moderen saat ini.

Pada awalnya, Shamisen dibuat dengan tujuan sebagai hadiah kepada Yodo-dano atas perintah Toyotomi Hideyoshi. Tetapi, Shamisen pada awal abad ke-16, pertama kalinya diperkenalkan di Okinawa. Shamisen mempunyai fungsi dan kegunaan sebagai pengiring cerita dan lagu narasi yang ada pada zaman tersebut.


(15)

Kemudian, Shamisen juga berfungsi sebagai pengiring musik ritual istana. Pada Zaman Edo, Shamisen juga sering digunakan untuk menghibur para prajurit dan samurai diwaktu senggang. Dan juga sering digunakan dalam pementasan seni teater kabuki, noh, dan sandiwara boneka bunraku. Namun, kini Shamisen lebih dikenal dan populer sebagai pengiring lagu-lagu rakyat dan pengiring di orkes-orkes simfoni professional.


(16)

19 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Negara Jepang merupakan Negara yang memiliki kebudayaan yang sangat beraneka ragam. Meskipun modernisasi terus berkembang pesat namun, masyarakat Jepang tetap utuh untuk melestarikan kebudayaan mereka khususnya dibidang musik.

Di Jepang kini, orang-orang Jepang dapat menikmai segala jenis musik. Mulai dari musik moderen hingga musik tradisonalnya. Membahas musik tradisional tentu tidak terlepas dari proses sejarah sehingga dapat melahirkan alat musik tradisional asli Jepang. Misalnya, Koto (alat musik mirip harpa, berdawai 13), Shakuhachi (seruling bambu), dan Shamisen (alat musik mirip harpa, berdawai 3).

Shamisen adalah alat musik yang memiliki tiga senar atau dawai yang berasal dari Negara Jepang yang dipetik dengan menggunakan Bachi. Shamisen pertama kali diperkenalkan oleh kapal dagang Ryukyu (sekarang Okinawa) kepada penduduk di kota Sakai. Shamisen digunakan sebgai pengiring lagu rakyat di Okinawa.

Shamisen ialah alat musik yang mempunyai bentuk sperti tubuh wanita. Dawai atau senar Shamisen mempunyai ketebalan yang


(17)

berbeda-beda. Dawai-dawai tersebut memiliki fungsi dan kegunaan masing-masing. Semakin tebal dawai maka semakin rendah nada yang dihasilkan, sebaliknya semakin tipis dawai maka semakin tinggi nada yang dihasilkan.

Shamisen memiliki berbagai jenis yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok dengan ukuran leher dan kelompok dengan nama kesenian. Kelompok dengan ukuran leher dibagi menjadi tiga, yaitu Hosozao (leher sempit), Nakazao (leher sedang), dan Futozao (leher besar). Kemudian berdasarkan kelompok nama kesenian Shamisen dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu Nagauta Shamisen, Gidayu? Shamisen, kiyomoto Shamisen dan lain-lain.

Shamisen terbuat dari kayu. Tubuh Shamisen biasa disebut dengan Do?. Tubuh Shamisen terbuat dari empat buah potong kayu yang mempunyai bentuk segiempat dengan keempat sudut yang sedikit melengkung. Kulit pelapis Shamisen terbuat dari kulit hewan. Sedangkan leher Shamisen dibuat dari tiga lembar kayu yang dapat terpisah-pisah. Dawai atau senar Shamisen biasanya dibuat dengan menggunakan sutra atau serat nilon. Dan Koma Shamisen biasanya dibuat dari gading gajah, plastic atau kayu.

Perkembangan Shamisen cukup diakui oleh masyarakat Jepang. dulunya Shamisen adalah sebagai pengiring lagu-lagu rakyat Jepang. kemudian mengalami peningkatan-peningkatan terhadap perkembangan


(18)

21

nada, bentuk, dan bahan pembuatannya yang semua disesuaikan dengan masanya. Hingga sekarang Shamisen diakui oleh seluruh dunia sebagai alat musik warisan masyarakat Jepang.

Shamisen mempunyai fungsi dan kegunaan yang cukup banyak. Misalnya, shamisen pada abad ke-16 berfungsi sebagai pengiring lagu-lagu rakyat di Jepang. kemudian, Shamisen juga berfungsi sebagai pengiring musik ritual di istana serta juga sebagai penghibur prajurit dan samurai diwaktu senggang. Dan saat ini, shamisen berguna untuk pengiring musik di orkes-orkes profesional.

4.2 Saran

Musik merupakan sesuatu yang bernilai di mata masyarakat Jepang. Sejarah musik tradisional yang menghasilkan alat-alat musik tradisonal ini yang membuat masyarakat Jepang semangat dsan tetap utuh mempertahankan dan melestarikan kebudayaan warisan nenek moyang mereka meskipun banyak musik-musik dari Negara lain masuk ke Negara mereka. Hal inilah yang patut dicontoh oleh pembaca.

Oleh karena itu, pembaca khususnya mahasiswa Program Studi Bahasa Jepang. musik-musik tradisional dan alat-alat musik tradisonal yang masih dilestarikan sampai masa kini dapat dijadikan motivasi agar


(19)

pembaca juga mempunyai semangat yang sama dalam menjaga dan melestarikan budaya-budaya di negara sendiri.


(20)

4 BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG MUSIK TRADISIONAL DI JEPANG

2.1 Sejarah Shamisen Di Jepang

Musik dikenal masyarakat Jepang pada abad ke-7. Masyarakat Jepang pada masa itu sangat antusias mempelajari musik dari Benua Asia. Musik tradisional Jepang juga sering didengar dan dimainkan oleh para samurai dengan tujuan memperkaya hidup dan pemahaman mereka. Musik tradisional sejak dahulu juga sudah dikenal sebagai pendamping seni teater di Jepang.

Dalam seni pertunjukkan atau teater Jepang biasanya didampingi dengan musik-musik yang berasal dari alat-alat musik tradisonal Jepang. Contohnya, alat musik Koto (alat musik mirip harpa, berdawai 13), shakuhachi (seruling bambu), dan Shamisen (alat musik mirip harpa, berdawai 3). Alat-alat musik tradisional ini sangat populer pada zaman Nara dan Heian. Namun, memasuki zaman Edo alat musik Shamisen lah yang sangat populer dikalangan masyarakat Jepang.

Shamisen adalah alat musik yang mempunyai 3 dawai atau senar yang berasal dari Jepang dan dipetik dengan menggunakan Bachi. Didunia musik Jepang abad moderen (kinsei ho?gaku), shamisen dikenal


(21)

sebagai San-gen (tiga senar), sedangkan didaerah Okinawa dikenal dengan sebutan Sanshin.

Shamisen atau sanshin pada akhir abad ke-16 dibawa dan diperkenalkan pertama kali oleh kapal dagang asal ryu?kyu? (sekarang Okinawa) pada penduduk kota Sakai. Shamisen tertua saat ini adalah shamisen yang bernama Yodo hasil karya pengrajin di Kyoto. shamisen Yodo dulunya dibuat atas perintah Toyotomi Hideyoshi untuk dihadiahkan kepada sang istri Yodo-dono. Shamisen adalah termasuk alat musik petik serupa dengan harpa yang bagian lehernya disambung ke badan.

Shamisen memiliki bentuk yang terinspirasi oleh bentuk tubuh wanita. Shamisen memiliki tiga dawai dengan ketebalan yang berbeda. Dawai-dawai tersebut mempunyai kegunaan masing-masing. Dawai yang paling tebal menghasilkan suara yang paling rendah dan dawai yang paling tipis menghasilkan suara yang lebih tinggi.

Diantara bagian badan dan dawai Shamisen ada “Koma” untuk menghasilkan suara Shamisen. Pada saat memainkan Shamisen kita harus memegang Bachi (pemetik dawai) dengan tangan kanan, dan menyapu dawai dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas dengan ujung Bachi sehingga mengeluarkan suara.


(22)

6

Shamisen juga merupakan alat musik yang sering dimainkan sebagai pendamping musik rakyat di Okinawa. Shamisen juga sering berada dalam min’yo yaitu lagu-lagu rakyat Jepang. Selain itu, pada masa sekarang shamisen lebih dikenal mendampingi seni-seni pertunjukkan atau teater Jepang seperti Kabuki atau Noh.

Musik Shamisen memiliki genre atau jenis musik dan terbagi atas beberapa jenis alat-alat Shamisen yang memiliki ketebalan dan fungsi yang berbeda-beda. Jenis musik Shamisen yang dimainkan setiap hari ini termasuk dalam kategori Jiuta. Juita adalah jenis musik Shamisen yang berfungsi sebagai pengiring atau efek suara pada seni-seni teater tradisonal Jepang. Kemudian, ada juga yang disebut dengan Sankyoku yaitu salah satu bentuk musik Ansambel yang dimainkan menggunakan alat musik tradisional Jepang Shamisen.

2.2 Jenis-Jenis Shamisen

Dalam penggolongan alat musik Shamisen merupakan alat musik petik yang serupa dengan lute seperti gitar, sitar, atau ukulele. Shamisen memiliki leher yang utuh yang tidak dapat dilepas-lepas yang disebut Nobezao. Maka dari itu, secara garis besar shamisen terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok berdasarkan ukuran leher dan kelompok berdasarkan nama kesenian.


(23)

a. Jenis-jenis Shamisen berdasarkan ukuran leher.

Shamisen berdasarkan ukuran lehernya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :

1. Hosozao

Hosozao adalah alat musik Shamisen yang mempunyai ukur an leher sempit.

2. Nakazao

Nakazao adalah alat musik Shamisen yang mempunyai ukuran leher sedang.

3. Futozao

Futozao adalah alat musik Shamisen yang mempunyai ukuran leher besar.

b. Jenis-jenis Shamisen berdasarkan nama kesenian.

Shamisen berdasarkan nama keseniannya dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :


(24)

8

1. Nagauta Shamisen

Nagauta Shamisen adalah Shamisen yang memiliki leher langsing yang dipetik dengan menggunakan pick besar yang terbuat dari gading gajah dan dipakai pada pertunjukan kabuki.

2. Gidayu Shamisen

Gidayu Shamisen adalah Shamisen yang memiliki leher besar dan tebal dan biasanya digunakan sebagai pengiring Joruri.

3. Tokiwaju-bushi Shamisen

Tokiwaju-bushi Shamisen adalah Shamisen yang memiliki leher sedang.

4. Kiyomoto Shamisen

Kiyomoto Shamisen adalah Shamisen yang memiliki leher sedang.

5. Jiuta Shamisen

Jiuta Shamisen adalah Shamisen yang memiliki leher sedang yang dipetik dengan pick yang disebut Tsuyamabachi yang terbuat dari bahan gading gajah.


(25)

Shamisen jenis ini disebut dengan Sankyoku dan dimainkan bersama alat musik Koto, Kokyu, dan shakuhachi.

6. Shinnai Shamisen

Shinnai Shamisen adalah Shamisen yang memiliki leher sedang dan dipetik dengan menggunakan kuku jari.

7. Yanagawa Shamisen (kyo?-Shamisen)

Yanagawa Shamisen adalah shamisen yang memiliki leher lebih langsing dari hosozao, merupakan model shamisen yang paling tua.

8. Tsugaru-Jamisen

Tsugaru-Jamisen adalah Jamisen yang memiliki leher lebar dan tebal dan digunakan untuk lagu daerah yang disebut Tsugaru-Minyo? dan dipetik menggunakan Bachi yang berukuran lebih kecil dan dibuat dari tempurung kura-kura. 9. Shanshin asal Kepulauan Ryu?kyu?

Shanshin asal Kepulauan Ryu?kyu? adalah Shamisen yang digunakan di Prefektur Okinawa dan bagian paling ujung Prefektur Kogoshima. Shamisen atau Shanshin ini dibuat dari kulit ular sanca asal Indonesia, dan memiliki leher


(26)

10

yang dipernis dengan Urushi dan dipetik tidak menggunakan Bachi, melainkan dengan pick yang terbuat dari tanduk kerbau.

10. Gottan

Gottan adalah Shamisen yang berasal dari Prefektur Kagoshima dan dibuat seluruhnya dari kayu dan tidak memakai kulit hewan.

2.3 Bahan Pembuatan Shamisen

Shamisen menurut jenis-jenisnya dibagi menjadi beberapa golongan tertentu. Termasuk juga dengan bahan pembuatannya setiap shamisen memiliki bahan pembuatannya masing-masing. Namun, pada umumnya Shamisen terbuat Koboku atau Red Sanders yang merupakan sejenis kayu yang sangat keras. Kayu yang digunakan adalah kayu yang berasal dari India Selatan yang mempunyai kekuatan agar dapat menahan kuku pemain Shamisen yang mencengkram kuat. Tubuh shamisen yang disebut dengan do?, memiliki bentuk segiempat dengan keempat sudut yang sedikit melengkung. Tubuh Shamisen terbuat dari empat buah potong kayu.


(27)

Kayu bagian depan dan belakang Shamisen dilapisi kulit hewan yang berfungsi sebagai memperkeras suara. Kulit pelapis Shamisen adalah kulit bagian perut kucing betina yang belum pernah kawin. Sedangkan, shamisen kualitas biasa dibuat dari kulit bagian punggung dari anjing. Shamisen yang dibuat kulit imitasi memiliki kualitas suara yang tidak bagus sehingga kurang populer. Panjang Shamisen hampir sama dengan gitar tapi leher (sao) lebih langsing dan tanpa fret. Hampir semua bahan-bahan pembuatan Shamisen terbuat dari bahan-bahan-bahan-bahan yang terdapat di alam sekitar. Selain itu, Shamisen ada juga yang terbuat dari kulit ular. Biasanya Shamisen dengan bahan kulit ular ini berasal dari Prefektur Okinawa.

Leher Shamisen terdiri dari tiga bagian agar mudah dibawa kemana-mana. Namun, ada juga leher Shamisen yang utuh dan tidak bisa dilepas-lepas yang biasa disebut dengan Nobezao. Leher panjang Shamisen terbuat dari tiga lembar kayu yang dapat terputus-putus untuk kenyamanan dalam menjalankan. Ketebalan leher Shamisen memiliki variasi sesuai dengan jenis musik.

Tiga Senar atau dawai yang ada pada Shamisen terbuat dari bahan baku sutra. Namun, dimasa sekarang Shamisen banyak memakai senar yang terbuat dari serat nilon atau tetoron. Senar yang melekat pada tali diujung bawah dan tiga pasak besar (itomaki) terbuat dari gading dan kayu. Senar secara berurutan dari kiri ke kanan (dari senar yang


(28)

12

paling tebal) disebut dengan ichi no ito atau senar pertama, ni no ito atau senar kedua, dan san no ito (senar ketiga).

Kemudian Shamisen mempunyai tiga laras dasar. Yang pertama adalah Honchoshi atau tuning asli. Honchoshi terdiri dari seperempat sempurna dan seperlima sempurna. Yang kedua adalah Ni-agari atau menaikkan kedua. Ni-agari merupakan kelima dan keempat. Dan yang terakhir adalah San-sagari atau menurunkan ketiga yang merupakan dua perempat.

Musik Shamisen adalah musik dengan nada-nada mayor dan minor. Biasanya alat musik Shamisen adalah jenis alat musik yang mewakili lagu-lagu melankolis. Nada-nada yang dipakai biasanya yang digunakan adalah nada yang ditranskripsi. Nada-nada tersebut adalah nada yang mewakili satu nada suara. Misalnya, kunci G ke D kemudian B dan kembali lagi kekunci yang awal.

Kesensitivitas kulit, bentuk, berat, dan bahan sangat penting dalam menghasilkan nada yang akan dikeluarkan Shamisen. Termasuk juga Koma yaitu jembatan antar senar atau dawai. Koma biasanya dibuat dengan menggunakan gading gajah. Namun, sekarang ini banyak pengrajin Shamisen menggunakan plastik dan kayu. Bachi (pemetik Shamisen) juga bervariasi dalam ukuran dan bentuk. Bachi juga terbuat dari gading umumnya, namun sekarang lebih banyak menggunakan kayu.


(29)

Bachi dibuat dengan tiga jenis kayu sehingga menghasilkan keseimbangan dan pengaruh yang besar terhadap ketahanan nada.

Di dalam tubuh Shamisen ada yang bernama Sao. Sao ialah bagian penampang kayu atau fingerboard yang dipegang oleh tangan kiri. Pada bagian Sao tidak ada tanda untuk menunjukkan posisi tempat pegangan, tidak seperti gitar yang mempunyai fret. Suatu nada yang dihasilkan oleh Sao ini disebut dengan Tsubo atau Kandokoro.

Nada adalah aspek terpenting pada Shamisen. Dengung yang dihasilkan oleh Shamisen tercipta dari rongga-rongga kecil dan jembatan logam tambahan yang ada pada bagian atas leher. Lalu, ada aksesoris yang disebut dengan Yubikake atau gantungan jari. Yubikake ini adalah perangkat rajut kecil yang diletakkan diantara ibu jari dan jari-jari telunjuk dari tangan kiri agar lebih mudah untuk menggeser tangan keatas dan kebawah leher.


(30)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul

Negara Jepang adalah negara yang kaya dengan berbagai kebudayaan leluhurnya yang beraneka ragam. Walaupun saat ini modernisasi di Jepang mengalami perkembangan dan kemajuan setiap detiknya, namun sisi tradisional dan sesuatu yang telah menjadi sejarah masih sangat dilestarikan oleh masyarakat Jepang hingga sekarang. Jepang merupakan Negara yang memiliki kemajuan di setiap aspek kehidupan, kebudayaan, teknologi, dan ilmu pengetahuan. Membahas kebudayaan Jepang yang beraneka ragam, tentu Jepang tidak terlepas dari musiknya.

Di Jepang dewasa ini, orang-orang Jepang dapat menikmati segala jenis musik. Dari musik tradisional Jepang, musik klasik barat, musik pop, musik rakyat, musik, jazz, dan rock. Musik di Jepang merupakan sebuah proses yang berlangsung terus-menerus dengan menerima berbagai gaya musik asing yang telah dicerna atau dibentuk kembali sesuai dengan selera orang-orang Jepang. Contoh-contoh dari proses ini menghasilkan sejarah alat musik yang telah dianggap sebagai alat musik tradisional Jepang. Diantaranya adalah Koto (alat musik mirip harpa,


(31)

berdawai 13), shakuhachi (seruling bambu), dan Shamisen (alat musik mirip harpa, berdawai 3).

Samisen (alat musik mirip harpa, berdawai 3) memiliki sejarah yang cukup panjang di Jepang. Samisen mempunyai pengaruh yang kuat terhadap musik Jepang dan seni pertunjukkannya. Samisen memiliki beberapa Jenis-jenis bentuk yang mempunyai makna tersendiri. Di Jepang sekarang ini samisen juga mengalami perkembangan yang cukup diakui.

Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk membahas lebih dalam perkembangan, sejarah dari alat musik tradisional Jepang, Samisen. Dan menjadikan Sekilas Tentang Samisen sebagai judul kertas karya ini.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan memilih Judul Kertas Karya ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sejarah Samisen.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis dan bahan pembuatan Samisen. 3. Untuk mengetahui perkembangan Samisen di Jepang.


(32)

3 1.3 Batasan Masalah

Penulis akan memfokuskan pembahasan kertas karya ini pada sejarah dan perkembangan dari alat musik Samisen. Untuk mendukung pembahasan ini penulis akan mengemukakan juga jenis-jenis, bahan pembuatan, dan fungsi dari Samisen.

1.4 Metode Penulisan

Dalam penulisan kertas karya ini penulis menggunakan metode kepustakaan (Library Research), yakni dengan cara mengumpulkan sumber-sumber bacaan yang ada yakni berupa buku sebagai referensi yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang dibahas kemudian dirangkum dan dideskripsikan kedalam kertas karya ini. Selain itu, penulis juga memanfaatkan Informasi Teknologi Internet sebagai referensi tambahan agar data yang didapatkan menjadi lebih akurat dan lebih jelas.


(33)

ABSTRAK

Jepang merupakan negara yang memiliki kebudayaan yang beraneka ragam. Meskipun modernisasi terus berkembang, masyarakat Jepang tetap menjaga dan melestarikan kebudayaan mereka. Kebudayaan Jepang yang beraneka ragam itu tentu Jepang tidak lepas dari musiknya.

Musik di Jepang sudah mengalami perkembangan dan peningkatan. Sekarang ini, di Jepang orang-orang sudah bisa menikmati berjenis-jenis musik. Misalnya, musik modern (pop, jazz, rock) dan musik-musik tradisional Jepang. Musik di Jepang merupakan proses yang berlangsung secara terus-menerus dengan menerima gaya-gaya musik dari negara lain. Contoh dari proses ini adalah lahirnya sejarah alat musik yang telah dianggap sebagai alat musik tradisonal Jepang. Contohnya, Shamisen.

Shamisen adalah alat musik bedawai tida yang berasal dari Jepang dan dipetik dengan menggunakan Bachi. Dunia musik Jepang abad modern (kinsei hogaku), Shamisen dikenal sebagai San-gen (tiga senar), sedangkan didaerah Okinawa dikenal dengan sebutan Shansin. Shamisen pada abad ke-16 dibawa oleh kapal dagang ryukyu (sekarang Okinawa) dan diperkenalkan kepada penduduk kota Sakai. Shamisen yang tertua adalah bernama Yodo. Shamisen itu dibuat oleh Toyotomi Hideyoshi dan dihadiahkan kepada istrinya Yodo-dono.

Shamisen dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ukuran leher dan kelompok kesenian. Kelompok ukuran leher dibagi menjadi


(34)

tiga, yaitu Hosozao (leher sempiti), Nakazao (leher sedang), dan Futozao (leher besar). Kemudian, berdasarkan kelompok kesenian Shamisen dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu Nagauta Shamisen, Gidayu Shamisen, Kiyomoto Shamisen, dan lain-lain.

Shamisen memiliki bentuk seperti tubuh wanita. Shamisen memiliki tiga dawai, msing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. Tubuh Shamisen biasa disebut dengan Do. Shamisen terbuat dari kayu. Shamisen dibuat dari empat buah kayu yang berbentuk segiempat dan keempat sudut sedikit melengkung. Kulit Shamisen dibuat dari kulit hewan. Leher Shamisen dibuat dari tiga lembar kayu yang dapat terpisah-pisah. Kemudian, senar Shamisen dibuat dengan menggunakan bahan dari sutra atau nilon. Koma Shamisen dibuat menggunakan gading gajah agar menghasilkan nada yang keseimbangan dan ketahanan yang baik. Sedangkan, Bachi atau pemetik Shamisen dibuat dari gading gajah atau kayu.

Shamisen didunia musik Jepang mengalami perkembngan dan peningkatan. Pada zaman Edo, Shamisen digunakan sebagai pengiring lagu-lagu rakyat dan sebagai penghibur samurai. Kemudian, Shamisen selalu ada dalam lagu-lagu rakyat dan sebagai penghibur samurai. Kemudian, Shamisen selalu ada dalam lagu-lagu ritual keagamaan. Hingga sekarang ini, Shamisen telah dikenal sebagai warisan alat musik tradisional Jepang.


(35)

Shamisen mempunyai fungsi dan kegunaan yang cukup banyak. Misalnya, Shamisen pada abad ke-16 berfungsi sebagai pengiring lagu-lagu rakyat di Jepang. Kemudian, Shamisen juga berfungsi sebagai pengiring musik ritual di istana dan sebagai penghibur prajurit dan samurai di waktu senggang. Dan saat ini, Shamisen berguna untuk pengiring musik di orkes-orkes profesional.


(36)

SEKILAS TENTANG SHAMISEN

SHAMISEN NI TSUITE

KERTAS KARYA Dikerjakan

O L E H

RAHMANSYAH NIM : 102203016

PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG D-III FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(37)

SEKILAS TENTANG SHAMISEN SHAMISEN NI TSUITE

KERTAS KARYA

Kertas Karya ini diajukan Kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam Bidang Studi Bahasa Jepang.

Oleh :

RAHMANSYAH NIM : 102203016

PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG D-III FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(38)

SEKILAS TENTANG SHAMISEN SHAMISEN NI TSUITE

KERTAS KARYA

Kertas Karya ini diajukan Kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non -Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam Bidang Studi Bahasa Jepang.

Dikerjakan OLEH

NIM : 102203016 RAHMANSYAH

Pembimbing, Pembaca,

Mhd. Pujiono,SS.,M.Hum. Zulnaidi, S.S. M.Hum. NIP:196910112002121001 NIP:19670807200501001

PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG D-III FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(39)

Disetujui oleh :

Program Diploma Sastra dan Budaya

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi D III Bahasa Jepang Ketua Program Studi

Zulnaidi, S.S. M.Hum. NIP: 1967 08072005 01 1 001


(40)

PENGESAHAN

Diterima Oleh

Panitia Ujian Program Pendididikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan,

Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam bidang Studi Bahasa Jepang.

Pada : Tanggal : Hari :

Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Dekan

NIP: 195110131976031001 Dr. Syahron Lubis, M.A.

Panitia Ujian :

No. Nama Tanda Tangan 1. Zulnaidi, S.S., M.Hum ( ) 2. Mhd. Pujiono, SS., M.Hum ( ) 3. Zulnaidi, S.S., M.Hum ( )


(41)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah. SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini yang berjudul “Sekilas Tentang Shamisen ” .

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan karena kemampuan penulis yang terbatas. Tetapi, berkat bantuan beberapa pihak, maka penulis berhasil menyelesaikan kertas karya ini.

Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi dukungan, terutama kepada :

1. Bapak Dr.Syahron Lubis,M.A. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Zulanaidi, S.S. M.Hum. Selaku Ketua Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Muhammad Pujiono, S,S., M.Hum Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

4. Bapak Zulnaidi, S.S. M.Hum Selaku Dosen Pembaca yang telah memberikan pengarahan, kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi penyelesaian kertas karya ini.

5. Bapak Zulnaidi, S.S. M.Hum Selaku Dosen Wali yang telah memberikan perhatian selama penulis menjadi mahasiswa.


(42)

ii

7. Pada staf pembantu jurusn, Pak Mistam yang telah membantu segala urusan perkuliahan.

8. Kepada kedua Orangtua yang telah banyak memberikan pendidikan dan pengajaran hidup sehingga penulis menjadi seperti ini. Dan kepada seluruh keluarga dan saudara tercinta.

9. Kepada seluruh teman-teman yang selama ini telah bersama-sama menjalani kehidupan semasa perkuliahan.

10.Kepada semua yang telah banyak membantu dan mendukung penulis selama ini yang tidak bisa disebut satu per satu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam kertas karya ini, sehingga kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga kertas karya ini dapat bermanfaat.

Medan, Juli 2013

RAHMANSYAH NIM : 102203016


(43)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2Tujuan Penulisan ... 2

1.3Batasan Masalah ... 3

1.4Metode Penulisan... 3

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MUSIK TRADISIONAL DI JEPANG 2.1 Sejarah Shamisen Di Jepang ... 4

2.2 Jenis-jenis Shamisen ... 6

2.3 Bahan Pembuatan Shamisen ... 10

BAB III PERKEMBANGAN SHAMISEN DI JEPANG 3.1 Perkembangan Shamisen Di Jepang ... 14

3.2 Fungsi Shamisen Di Jepang ... 17

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 19

4.2 Saran ... 21

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(1)

SEKILAS TENTANG SHAMISEN

SHAMISEN NI TSUITE

KERTAS KARYA

Kertas Karya ini diajukan Kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non -Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam Bidang Studi Bahasa Jepang.

Dikerjakan OLEH

NIM : 102203016 RAHMANSYAH

Pembimbing, Pembaca,

Mhd. Pujiono,SS.,M.Hum. Zulnaidi, S.S. M.Hum. NIP:196910112002121001 NIP:19670807200501001

PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG D-III FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Disetujui oleh :

Program Diploma Sastra dan Budaya Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi D III Bahasa Jepang Ketua Program Studi

Zulnaidi, S.S. M.Hum. NIP: 1967 08072005 01 1 001


(3)

PENGESAHAN

Diterima Oleh

Panitia Ujian Program Pendididikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan,

Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam bidang Studi Bahasa Jepang.

Pada : Tanggal : Hari :

Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Dekan

NIP: 195110131976031001 Dr. Syahron Lubis, M.A.

Panitia Ujian :

No. Nama Tanda Tangan

1. Zulnaidi, S.S., M.Hum ( )

2. Mhd. Pujiono, SS., M.Hum ( )


(4)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah. SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini yang berjudul “Sekilas Tentang Shamisen ” .

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan karena kemampuan penulis yang terbatas. Tetapi, berkat bantuan beberapa pihak, maka penulis berhasil menyelesaikan kertas karya ini.

Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi dukungan, terutama kepada :

1. Bapak Dr.Syahron Lubis,M.A. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Zulanaidi, S.S. M.Hum. Selaku Ketua Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Muhammad Pujiono, S,S., M.Hum Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

4. Bapak Zulnaidi, S.S. M.Hum Selaku Dosen Pembaca yang telah memberikan pengarahan, kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi penyelesaian kertas karya ini.

5. Bapak Zulnaidi, S.S. M.Hum Selaku Dosen Wali yang telah memberikan perhatian selama penulis menjadi mahasiswa.

6. Kepada seluruh Dosen dan Staf pengajar Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.


(5)

ii

7. Pada staf pembantu jurusn, Pak Mistam yang telah membantu segala urusan perkuliahan.

8. Kepada kedua Orangtua yang telah banyak memberikan pendidikan dan pengajaran hidup sehingga penulis menjadi seperti ini. Dan kepada seluruh keluarga dan saudara tercinta.

9. Kepada seluruh teman-teman yang selama ini telah bersama-sama menjalani kehidupan semasa perkuliahan.

10. Kepada semua yang telah banyak membantu dan mendukung penulis selama ini yang tidak bisa disebut satu per satu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam kertas karya ini, sehingga kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga kertas karya ini dapat bermanfaat.

Medan, Juli 2013

RAHMANSYAH NIM : 102203016


(6)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Tujuan Penulisan ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Metode Penulisan... 3

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MUSIK TRADISIONAL DI JEPANG 2.1 Sejarah Shamisen Di Jepang ... 4

2.2 Jenis-jenis Shamisen ... 6

2.3 Bahan Pembuatan Shamisen ... 10

BAB III PERKEMBANGAN SHAMISEN DI JEPANG 3.1 Perkembangan Shamisen Di Jepang ... 14

3.2 Fungsi Shamisen Di Jepang ... 17

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 19

4.2 Saran ... 21 DAFTAR PUSTAKA