PENDAHULUAN DINAMIKA PSIKOLOGIS KETIDAKJUJURAN AKADEMIK PADA CALON PENDIDIK Dinamika Psikologis Ketidakjujuran Akademik Pada Calon Pendidik.

2 supervision and the influence of friends. Process-oriented and results-oriented are the main interest in committing academic dishonesty. Students are aware that dishonesty create discomfort. While the honest students protect or against the dishonesty because of their spiritual values and they make honest as their principle. Cause driver of student academic dishonesty at much influenced by friends cheating, a desire to get a good value, and the disability in answering questions. A form of punishment provided include warnings and penalties. Impact of punishment in the form of psychological and social discomfort. Punishment is considered effective even though there were not effective punishment . Impact penalties against dishonesty behavior that the students would never do it again, would do if friends do and remain to do it again. Key word: Academic Dishonesty, Teachers Candidate, Psychological Dinamics

1. PENDAHULUAN

Di Indonesia standar untuk menjadi seorang pendidik tercantum dalam PP pasal 28 nomor 19 tahun 2005 ayat 3 yang berisi kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: Kompetensi pedagogik, Kompetensi kepribadian, Kompetensi profesional, dan Kompetensi sosial. Manurung 2012 menjelaskan penjabaran dari kompetensi kepribadian didalamnya mencakup kejujuran. Dimana sebagai seorang pendidik, kewajiban guru adalah mengajarkaan kejujuran didalam kelas yang dibuktikan dengan memberikan keteladanan. Dipertegas oleh Salabi 2014 bahwa sekolah tidak hanya fokus pada ilmu pengetahuan peserta didik yang unggul tapi juga bertanggungjawab terhadap karakter dan kepribadian. Peraturan yang tercantum dalam PP tersebut merupakan standar mutlak untuk menjadi lulusan pada jenjang perguruan tinggi dan kompetensi yang harus dimiliki oleh mahasiswa khususnya calon guru. Guru merupakan seorang pendidik yang akan mencetak calon penerus masa depan. Jika calon pendidik tidak memiliki kepribadian terkait dengan kejujuran maka akan berdampak pula pada peserta didik karena penerapan kejujuran dalam bentuk keteladanan. Penelitian tentang kejujuran pada calon guru pernah dilakukan oleh Arianto 2013. Subjek meliputi 132 mahasiswa semester 2, 4, dan 6 di Program studi pendidikan biologi Universitas Mataram. Hasilnya menunjukan bahwa kejujuran pada mahasiswa cenderung menurun ketika jenjang semesternya meningkat. Kejujuran sosial yang dilakukan mahasiswa berkaitan erat dengan kejujuran akademik. Dari penelitian tersebut juga diperoleh hasil bahwa wanita memiliki tingkat kejujuran sosial dan kejujuran akademik lebih tinggi daripada pria. Menarik kesimpulan dari penelitiannya Arianto, bahwa ketidakjujuran pada calon guru merupakan bentuk dari menurunnya kompetensi kepribadian yang seharusnya dimiliki oleh guru. Murphy dan Banas 2009 menyatakan bahwa kejujuran akademik berarti bersikap jujur dalam setting pendidikan. Kibler 1993 mendefinisikan ketidakjujuran akademik sebagai bentuk kecurangan dan plagiarism yang melibatkan siswa dalam memberi atau menerima bantuan yang 3 tidak sah dalam latihan akademis atau menerima uang untuk pekerjaan yang bukan dilakukan oleh mereka sendiri. Jones 2011 mengungkapkan bahwa ketidakjujuran akademik mencakup perbuatan menyontek, menipu, plagiarisme, dan pencurian ide, baik yang dipublikasikan atau tidak dipublikasikan. Kecurangan merupakan bagian dari perilaku tidak jujur. Kecurangan akademik adalah masalah yang fundamental bagi integritas akademik di perguruan tinggi Brimble dan Clarke, 2005. Murphy dan Banas 2009 menjelaskan bentuk dari plagiarisme adalah; 1 Membeli atau menyalin pekerjaan orang lain seperti makalah dan mengkalim sebagai hasil kerja sendiri, 2 Menyalin dari kertas orang lain selama kuis atau ujian, 3 Membayar orang lain untuk mengerjakan tugas sekolah sendiri. Faktor yang melatarbelakangi terjadinya ketidakjujuran akademik adalah faktor motivasional McCabe,1999; Murdock dan Anderman, 2006; Handayani Baridwan, 2013; Nursani Irianto; 2013 dan Faktor kontekstual maymon, benjamin, stavsky, shoshani dan roth, 2015; McCabe Trevino, 1997; Jordan, 2001. McCabe 1999 mengatakan bahwa motivasi umum terkait keterlibatan siswa dalam ketidakjujuran akademik dilatarbelakangi oleh tekanan untuk mendapatkan nilai yang lebih tinggi, keinginan untuk unggul, kurangnya persiapan dan tekanan untuk mendapatkan pekerjaan setelah selesai studi. Faktor yang memprediksi kecurangan sebagai pengaruh perilaku tidak jujur melalui tiga mekanisme motivasional: a tujuan siswa, b harapan siswa untuk mencapai tujuan-tujuan, dan c penilaian siswa dari biaya terkait dengan pencapaian tujuan-tujuan Murdock dan Anderman 2006. Kecurangan yang terjadi pada mahasiswa khususnya dalam ujian menurut Purnamasari 2013 meliputi meniru hasil kerjaan teman, bertanya pada teman saat pengerjaan ujian, mencari bocoran soal, membawa catatan dalam bentuk kertas, pada anggota badan atau pada pakaian ke dalam ruang ujian, menerima jawaban dari pihak luar, tukar menukar pekerjaan tugas dengan teman, memerintahkan atau meminta bantuan orang lain untuk menyelesaikan tugas ujian di dalam kelas atau tugas penulisan paper dan take home test . Kecurangan pada mahasiswa dipengaruhi oleh hal-hal yang mendukung untuk melakukan kecurangan salah satunya oleh teman Nursalam, munirah dan Bani, 2013. Penelitian Warsiyah 2013 pada 92 mahasiswa muslim di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Tingkat Keimanan dan Prokrastinasi Akademik secara tidak langsung melalui Sikap terhadap menyontek memiliki pengaruh yang signifikan pada perilaku menyontek. Nursalam, munirah dan Bani 2013 mengatakan bahwa Faktor-faktor yang menyebabkan mahasiswa melakukan kecurangan akademik adalah dipengaruhi oleh mahasiswa lain yang menyontek, ujian yang sulit, waktu pengerjaan yang singkat, tidak memahami materi, tidak percaya diri dengan hasil kerja sendiri, keinginan untuk memperoleh hasil yg bagus dan tidak berlakunya hukuman. 4 Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan FKIP merupakan salah satu fakultas yang ada di Universitas X di Purwokerto. Ada 9 Program studi yang menyelenggarakan pendidikan yang akan mencetak calon pendidik. Berdasarkan studi pendahuluan dengan salah satu dosen FKIP diperoleh informasi terdapat ketidakjujuran akademik pada mahasiswanya. Bentuk dari ketidakjujuran akademik yang dilakukan mahasiswa yaitu dengan menyalin tugas makalah temanya sendiri, kerjasama dalam ujian, membawa catatan ke dalam kelas saat ujian dan kasus beberapa skripsi yang diduga dikerjakan oleh orang lain. Dosen yang melihat praktik kecurangan di dalam kelas biasanya memberikan teguran dan menarik lembar jawab sebagai tanda tidak diperbolehkan untuk meneruskan ujian. Mahasiswa yang melakukan kecurangan menyatakan dilatarbelakangi oleh soal ujian yang sulit dan ingin menghindari nilai yang tidak memuaskan. Melihat kondisi tersebut, kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa sebagai calon pendidik menarik untuk ditindaklanjuti untuk dilakukan penelitian terkait dengan dinamika psikologisnya. Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah dinamika psikologis ketidakjujuran akademik pada calon pendidik di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini di Universitas X. Keaslian atau orisinilitas dari penelitian ini yaitu pada subjek yang merupakan calon pendidik khususnya pendidikan dasar informal. Fokus penelitiannya adalah pemerolehan nilai kejujuran pada calon pendidik? bagaimana terjadinya ketidakjujuran akademik pada calon pendidik? apa yang mendorong calon pendidik melakukan ketidakjujuran akademik? dan bagaimana bentuk punishment yang diberikan serta efeknya terhadap psikologis? Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan dinamika psikologis ketidakjujuran akademik pada calon pendidik di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi PG PAUD di Universitas X.

2. METODE