8
UAS
1. Teman sebagai Acuan
mencari jawaban 2.
Internet 3.
Membawa contekan
MID
1. Teman acuan mencari
jawaban 2.
Internet 3.
Membawa contekan 4.
Bantuan Handphone 5.
Tukar menukar hasil jawaban tertulis
TUGAS
1. Internet
2. Teman acuan mencari
jawaban 3.
Menitipkan nama 4.
Orang lain yang mengerjakan
5. Membeli pada orang lain
KETIDAKJUJURAN AKADEMIK
3.2 Ketidakjujuran Akademik Pada Calon Pendidik
Sebelum menguraikan hasil penelitian ketidakjujuran akademik, maka perlu menjelaskan nilai-nilai apa saja yang harus dimiliki oleh calon pendidik dari sudut padang mahasiswa sebagai calon
pendidik. Nilai-nilai yang harus dimiliki menurut hasil penelitian terangkum dalam kompetensi kepribadian salah satunya kejujuran. Selain itu kompetensi sosial, kompetensi profesional dan
kompetensi pedagogik. Hasil dari penelitian ini sesuai dengan PP pasal 28 nomor 19 tahun 2005 ayat 3 yang berisi Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan anak usia dini salah satunya kompetensi kepribadian. Nilai kejujuran merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam kompetensi kepribadian.
Kejujuran dianggap sebagai nilai terpenting untuk menjadi seorang pendidik. Pada kenyataannya nilai jujur tidak diaplikasikan dalam dunia akademik calon pendidik. Berdasarkan hasil penelitian
ini diperoleh hasil bahwa ketidakjujuran akademik dilakukan pada saat mengerjakan tugas, MID semester dan Ujian Akhir Semester. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Ketidakjujuran pada saat mengerjakan MID, UAS dan Tugas Penggunaan internet merupakan bentuk ketidakjujuran, hal ini diperkuat oleh hasil
penelitiannya Nursalam, Munirah dan Bani 2013 menjelaskan bentuk kecurangan yang dilakukan oleh mahasiswa salah satunya melakukan salinan dari internet melalui
handphone
. Segala bentuk penggunaan internet dengan tujuan mengambil data dengan istilah
searching
,
browsing
merupakan bentuk ketidakjujuran. Bentuk dari ketidakjujuran teman sebagai acuan mencari jawaban selaras
dengan hasil penelitian Purnamasari 2013 bahwa kecurangan yang terjadi pada mahasiswa khususnya dalam ujian meliputi meniru hasil kerjaan teman, bertanya pada teman saat pengerjaan
ujian. Menitipkan nama dalam tugas kelompok, namun tidak ikut mengerjakan tugas, orang lain yang mengerjakan dan
copy paste copy paste
didukung oleh penelitian Ariska 2015 bahwa bentuk ketidakjujuran akademik mahasiswa salah satunya tidak berkontribusi dalam tugas kelompok dan
copy paste
jawaban. Membeli tugas yang dikerjakan orang lain didukung dengan hasil penelitian
9
Murphy dan Banas 2009 bahwa membeli merupakan bentuk dari tidak jujur. Membeli artinya membayar orang lain untuk mengerjakan tugas. Hasil penelitian ini juga menyebutkan bahwa
menyuruh orang lain untuk mengerjakan tugas merupakan bentuk tidak jujur. Selaras dengan hasil penelitian Purnamasari 2013 bahwa memerintahkan atau meminta bantuan orang lain untuk
menyelesaikan tugas ujian maupun didalam tugas penulisan
paper
dan
takehome
merupakan bentuk-bentuk dari ketidakjujuran.
Bentuk lain ketidakjujuran dalam mengerjakan mid semester adalah tukar menukar jawaban secara tertulis. Hal ini sesuai dengan hasil penelitiannya Purnama Sari 2013 bahwa bentuk dari
ketidakjujuran didalamnya termasuk tukar menukar pekerjaan dengan teman. Dosen memberikan informasi bahwa ketidakjujuran yang dilakukan mahasiswa memiliki 3 bentuk yaitu teman sebagai
acuan mencari jawaban, saling tukar menukar jawaban tertulis dan membawa contekan. Perbedaan informasi mahasiswa dan dosen hanya pada caranya. Dosen menjelaskan menyelipkan Salinan di
tip-x, saling menukar jawaban di lembar soal yang kosong, dan membawa contekan. Hasil penelitian ini merupakan temuan dalam hal metode yang digunakan mahasiswa dalm melakukan
ketidakjujuran yaitu saling tukar menukar jawaban dengan media alat tulis yaitu tip-x. Ketidakjujuran yang dilakukan oleh mahasiswa dilatarbelakangi oleh keputusan yang
kompleks dan mencakup beberapa faktor salah satunya situasional Anderman Murdock, 2007. Sama hal nya dengan penelitian ini yang mengatakan situasi ketidakjujuran dilatarbelakangi oleh
pengawasan dosen, waktu pengerjaan dan sulitnya pengerjaan. Situasi berdasarkan faktor pengawasan dosen melitputi dosen yang keluar ruangan, dosen ngobrol, dosen mengangkat telpon,
dosen lengah, dosen menggunakan HP, dosen sibuk dan dosen mengawasi peserta lain. Pengawasan yang dilakukan oleh dosen membuat mahasiswa menggunakan situasi tersebut untuk melakukan
ketidakjujuran. Berikut cuplikan data salah satu mahasiswa:
ketika uts contohnya misalnya ya sedang sepi seperti itu. Seperti ketika dosen sedang ngobrol, dosen sedang mengawasin tetapi dosennya ngobrol sama pengawas yang lain
seperti itu, ya ini kesempatan buat mencontek seperti itu wawancara-P-RN-270-274
Penelitian ini diperkuat oleh Anderman Murdock 2007 juga menyatakan hal yang sama bahwa salah satu faktor pendukung ketidakjujuran yang dilakukan mahasiswa adalah tidak adanya
pengawasan. Meskipun dalam ruangan ujian sudah ada dosen yang mengawasi ujian, namun ketidakjujuran yang dilakukan tidak diketahui karena pengawasan dosen yang tidak sepenuhnya
teliti. Waktu pengerjaan ujian merupakan salah satu situasi yang membuat mahasiswa melakukan ketidakjujuran, hal ini selaras dengan Nursalam, Munirah dan Bani 2013 yang mengatakan bahwa
salah satu yang mendukung melakukan kecurangan adalah waktu pengerjaan yang singkat. Selain itu teman juga menjadi faktor situasi yang mendukug dalam melakukan ketidakjujuran.
10
Ketidakjujuran yang dilakukan berdasarkan sulitnya pengerjaan. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Nursalam, Munirah dan Bani 2013 bahwa ujian yang sulit merupakan bagian dari
situasi yang mendukung melakukan ketidakjujuran. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa sulitnya pengerjaan didalamnya dikarenakan situasi yang mendesak, terpaksa dan kepepet karena tidak bisa
mengerjakan. Situasi ini didukung dengan hasil penelitiannya Yulianto 2015 bahwa menyontek merupakan perilaku disaat terpaksa atau “
kepepet
”. Terpaksa merupakan kondisi dimana mahasiswa yang tidak bisa mengerjakan secara jujur sehingga mencari alternatif lain yaitu tindakan tidak jujur.
Ketidakjujuran memiliki efek terhadap psikologis yaitu ketidaknyamanan. Bentuk perasaan yang menyesal, bersalah, Kecewa, malu pada diri sendiri dan orang lain, kurang puas karena bukan
kerjaan sendiri dan menyesal merupakan bentuk ketidaknyamanan. Perasaan-perasaan yang masuk dalam kategori ini diartikan sebagai refleksi evaluasi dari tindakan ketidakjujuran yang berakibat
pada perasaan negative. Respon dosen ketika melihat ketidakjujuran dibedakan menjadi 2 yaitu dengan memberikan
peringatan dan hukuman. Hukuman yang diberikan oleh dosen sebagai pengawas bertujuan agar perilaku tidak diulangi lagi. Penelitian ini mengungkap respon yang diberikan selain hukuman
adalah dengan peringatan. Hasil penelitian ini selaras dengan pernyataan Sagoro 2013 bahwa jika dosen mengetahui adanya ketidakjujuran kecurangan yang dilakukan oleh mahasiswa hanya
sebatas diingatkan tanpa diberikan sanksi berat yang dapat membuat mahasiswa berpikir ulang untuk mengulangi perbuatan mereka.
Tujuan dalam melakukan ketidakjujuran dibedakan menjadi 2 kategori yaitu berorientasi pada pekerjaan dan berorientasi pada hasil. Orientasi pada pekerjaan bentuknya yaitu agar
pekerjaan selesai dan menyesuaikan mencocokan jawaban dengan temannya. Sedangkan untuk orientasi pada hasil yaitu agar mendapat nilai yang baik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dosen
bahwa mahasiswa melakukan ketidakjujuran bertujuan nilai baik dan menyamakan hasil jawaban teman. Tujuan dari ketidakjujuran yang dilakukan mahasiswa berorientasi pada pekerjaan yaitu agar
pekerjaan ujian selesai. Hal ini terungkap dalam kutipan berikut:
Tujuannya itu agar terisi semua soalujiannya B-kuesioner-13-MN_1 ya buat nyelesaiin soal-soalnya wawancara-P-MN-438-439
Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitiannya Lestari dan Asyanti 2015 bahwa tujuan melakukan ketidakjujuran adalah ingin menyelesaikan tugas atau ujian. Tujuan menyamakan
atau mencocok selaras dengan temuan Sarwono 2011 situasi ulangan siswa sebenarnya dihadapkan pada situasi kecemasan terhadap nilai sehingga melakukan ketidakjujuran baik dengan
menyesuaikan mencocokan jawaban dengan temannya. Tujuan lain dari hasil penelitian ini menjelaskan bahwa mahasiswa melakukan ketidakjujuran bertujuan agar mendapatkan nilai yang
11
baik. Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitiannya Nursalam, Munirah dan Bani 2013, Lestari dan Asyanti 2015 bahwa nilai yang tinggi menjadi tujuan dalam melakukan
ketidakjujuran. Jika dicermati, mahasiswa mengganggap nilai sebagai tolak ukur keberhasilan dalam akademik sehingga untuk memperolehnya menggunakan cara yang tidak jujur.
Ketidakjujuran disadari mahasiswa sebagai merusak masa depan, pelanggaran aturan, pelanggaran terhadap norma, melanggar aturan agama dan pelanggaran terhadap moral. Hasil
penelitian ini khususnya dalam menilai ketidakjujuran yang dilakukan selaras dengan hasil penelitian Yulianto 2015 bahwa pada umumnya mahasiswa sepakat bahwa ketidakjujuran yang
dilakukan merupakan tindakan yang melanggar norma yang berlaku. Jika dicermati dari hasil penelitian ini, diperoleh informasi bahwa mahasiswa menilai ketidakjujuran sebagai suatu tindakan
yang memberikan efek negatif bagi masa depan, tidak baik, melanggar aturan, dan tidak disukai Alloh SWT. Keinginan untuk berhenti dalam melakukan ketidakjujuran hanya pada 11 mahasiswa
mengatakan ada niat untuk berhenti namun 1 mahasiswa mengatakan tidak ada niat untuk berhenti. Hal ini membuktikan bahwa hukuman terhadap konsekuensi sikap atau perilaku negatif maka akan
mengurangi perilaku buruk Nugraha dan Dina Dwiyana, 2009. Ketidakjujuran yang dilakukan oleh mahasiswa yang selama ini yang telah mendapat
peringatan ataupun hukuman, ternyata tidak membuat ketidakjujuran berhenti dilakukan. Hasil penelitian ini mengungkap faktor yang menyebabkan perilaku ketidakjujuran terulang kembali.
Faktor-faktor tersebut diantaranya faktor nilai, faktor percaya diri, faktor kesiapan ujian, dan faktor pengaruh teman. Dosen pun mengatakan hal yang sama mengenai faktor ketidakjujuran terulang
yaitu faktor kesiapan ujian dan nilai sebagai barometer. Berikut kutipan data salah satu mahasiswa mengenai hal tersebut:
ketika saya sudah berusaha tetapi kok nilainya lebih tinggi dari teman saya seperti itu ya saya gimana ya emmm... mencontek lagi seperti itu wawancara-P-RN-369-372
Jika dibandingkan, maka mahasiswa yang melakukan kejujuran akademik menjadikan tugas MID UAS sebagai sarana untuk mengukur kemampuan, kejujuran dilakukan atas dasar spiritual,
takut dengan hukuman, kepuasan tersendiri, menjadikan jujur sebagai prinsip, mendatangkan ketenangan dan percaya diri. Kejujuran yang dilakukan bukan berarti dapat memberikan efek
terhadap nilai agar tinggi bagus. Meskipun jujur tetap saja nilai tidak jaminan mendapat nilai tinggi. Titik fokus dari hasil penelitian ini terletak pada bagaimana perasaan dalam menyikapi nilai
yang rendah meskipun sudah melakukan kejujuran. Diperoleh hasil bahwa mahasiswa merasakan kepuasan evaluasi, Sedikit kecewa namun puas, senang, ketidakpuasan, dan Kecewa namun
bersyukur.
12
3.3 Faktor Pendorong Dalam Melakukan Ketidakjujuran Akademik