Penyediaan Jasa Pekerja Pengertian dan Tujuan Outsourcing

penerima pemborongan, paling lama 30 tiga puluh hari kerja sebelum pekerjaan dilaksanakan. Dalam hal perjanjian pemborongan pekerjaan telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 10 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 , maka instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan kabupatenkota tempat pekerjaan dilaksanakan menerbitkan bukti pendaftaran paling lambat 5 lima hari kerja sejak berkas permohonan pendaftaran perjanjian diterima. Adapun persyaratan perusahaan penerima pemborongan pekerjaan dalam asal 12 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012 yaitu : a. berbetuk badan hukum; b. memiliki tanda daftar perusahaan; c. memiliki izin usaha;dan d. memiliki bukti wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan. Ketentuan tersebut memberikan arti bahwa setiap perjanjian pemborongan pekerjaan wajib memuat ketentuan yang menjamin terpenuhinya hak-hak pekerjaburuh dalam hubungan kerja sebagaimana diatur dalam Undang- Undang. 32

b. Penyediaan Jasa Pekerja

Perusahaan penyedia jasa pekerja merupakan perusahaan yang memasok penyediaan jasa pekerja kepada perusahaan pemberi kerja untuk 32 Agusmidah, 2010, Dinamika dan Kajian Teori Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, hlm.8. melakukan pekerjaan dibawah perintah langsung dari perusahaan pemberi kerja. Pada dasarnya perusahaan penyediaan jasa pekerja wajib berbadan hukum dan memiliki izin dari instansi ketenagakerjaan. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 66 ayat 4 Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menentukan bahwa apabila tidak dipenuhi ketentuan tersebut sebagai perusahaan penyedia jasa pekerjaan maka demi hukum status hubungan kerja antara pekerja dan perusahaan penyedia jasa pekerja beralih menjadi hubungan kerja antara pekerjaburuh dan perusahaan pemberi pekerjaan. Pasal 66 ayat 2 menjelaskan bahwa pekerjaburuh dari perusahaan penyedia jasa pekerja tidak boleh digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan proyek atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi suatu perusahaan tempat pekerjaburuh bekerja. Pasal 66 ayat 2 Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menentukan perusahaan penyedia jasa pekerja untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi suatu perusahaan, dipersyaratkan yakni : a. adanya hubungan kerja antara pekerjaburuh dan perusahaan penyedia jasa pekerja; b. perjanjian kerja dapat berupa perjanjian kerja waktu tertentu PKWT atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu PKWTT yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah pihak; c. perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja; d. perjanjian antara perusahaan pengguna jasa pekerja dan perusahaan penyedia jasa pekerja, dibuat secara tertulis sesuai ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal 66 ayat 2 Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menentukan bahwa pekerjaburuh yang bekerja pada perusahaan penyedia jasa pekerja, berhak memperoleh perlindungan yang sama dengan yang diperjanjikan yaitu mengenai perlindungan upah, kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta perselisihan yang timbul dengan pekerja lainnya di perusahaan penyedia jasa pekerja. Pada dasarnya setiap perusahaan penyedia jasa pekerja yang memperoleh pekerjaan dari perusahaan pemberi pekerjaan kedua pihak wajib membuat perjanjian tertulis yang sekurang-kurangnya memuat : a. jenis pekerjaan yang akan dilakukan oleh pekerjaburuh dari perusahaan penyedia jasa pekerja; b. penegasan bahwa dalam melaksanakan pekerjaan, hubungan kerja yang terjadi adalah antara perusahaan penyedia jasa pekerja dengan pekerja yang dipekerjakan perusahaan penyedia jasa pekerja, sehingga perindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja serta perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja; c. penegasan bahwa perusahaan penyedia jasa pekerja bersedia menerima pekerja dari perusahaan penyedia jasa pekerja sebelumnya untuk jenis- jenis pekerjaan yang terus-menerus ada diperusahaan pemberi kerja dalam hal terjadi penggantian penyedia jasa pekerja. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012 tentang syarat-syarat penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain mengatur tentang kegiatan jasa penunjang yang dapat dilakukan oleh pekerjaburuh. Dalam Pasal 17 ayat 3 disebutkan bahwa kegiatan jasa penunjang sebagaimana yang dimaksud meliputi : a. usaha pelayanan kebersihan cleaning service; b. usaha penyedia makanan bagi pekerjaburuh catering; c. usaha tenaga pengaman securitysatuan pengaman; d. usaha jasa penunjang di pertambangan dan perminyakan; dan e. usaha penyediaan angkutan bagi pekerjaburuh. Pasal 19 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012 juga mengatur mengenai perjanjian penyediaan jasa pekerjaburuh. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 20 Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Perjanjian tersebut yakni: 1 Perjanjian penyediaan jasa pekerjaburuh antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan penyedia jasa peekrjaburuh harus didaftarkan kepada instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan kabupatenkota tempat pekerjaan dilaksanakan. 2 Pendaftaran perjanjian penyediaan jasa pekerjaburuh sebagaimana dimaskud pada ayat 1 dilakukan paling lambat 30 tiga puluh hari kerja sejak ditandatangani dengan melampirkan: a. izin operasional perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh yang masih berlaku; dan b. draft perjanjian kerja antara perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh dengan pekerjaburuh yang diperkerjakannya. 3 Pendaftaran perjanjian penyediaan jasa pekerjaburuh sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak dikenakan biaya. Apabila perusahaan penyedia jasa pekerja tidak mendaftarkan perjanjian penyediaan jasa pekerjaburuh, maka instansi ketenagakerjaan dapat mencabut izin operasional perusahaan penyedia jasa pekerja yang bersangkutan. Dengan dicabutnya izin, maka hak-hak pekerja tetap menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh yang bersangkutan. Berdasarkan ketentuan Pasal 24 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012 diatur mengenai persyaratan perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh adapun yakni : a. berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas PT yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan; b. memiliki tanda daftar perusahaan; c. memiliki izin usaha; d. memiliki bukti wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan; e. memiliki izin operasional; f. mempunyai kantor dan alamat tetap; dan g. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP atas nama perusahaan. Berdasarkan ketentuan Undang Undang Ketenagakerjaan dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012 jelas mengenai peraturan maupun syarat-syarat Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012 pelaksanaan outsourcing. Hal ini juga ditegaskan dalam ketentuan Pasal 28 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012 bahwa pada dasarnya setiap perjanjian penyediaan jasa pekerjaburuh wajib memuat ketentuan yang menjamin terpenuhinya hak-hak pekerjaburuh dalam hubungan kerja sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang telah berlaku. Selanjutnya diatur dalam Pasal 33 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012 bahwa secara langsung pelaksanaan peraturan ini dilakukan oleh pengawasan ketenagakerjaan.

3. Pelaksanaan Sistem Pekerjaan Outsourcing

Dokumen yang terkait

Sistem Informasi Penggajian pada PT.PLN (persero) Wilayah Sumatera Utara

1 46 88

Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Antara PT.PLN (Persero) dengan CV.Carmel dalam Hal Penyeimbangan Beban Trafo (Studi pada PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh)

4 40 96

UPAYA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA AREA PEMATANGSIANTAR TERHADAP HASIL PEKERJAAN YANG TIDAK SESUAI DENGAN PERJANJIAN DALAM PELAKSANAAN OUTSOURCING.

0 5 21

PENDAHULUAN UPAYA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA AREA PEMATANGSIANTAR TERHADAP HASIL PEKERJAAN YANG TIDAK SESUAI DENGAN PERJANJIAN DALAM PELAKSANAAN OUTSOURCING.

0 2 24

SKRIPSI UPAYA PT.PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA AREA PEMATANGSIANTAR TERHADAP HASIL PEKERJAAN YANG TIDAK SESUAI DENGAN PERJANJIAN DALAM PELAKSANAAN OUTSOURCING.

0 2 16

Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Antara PT.PLN (Persero) dengan CV.Carmel dalam Hal Penyeimbangan Beban Trafo (Studi pada PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh)

0 0 9

Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Antara PT.PLN (Persero) dengan CV.Carmel dalam Hal Penyeimbangan Beban Trafo (Studi pada PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh)

0 0 1

Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Antara PT.PLN (Persero) dengan CV.Carmel dalam Hal Penyeimbangan Beban Trafo (Studi pada PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh)

0 0 17

Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Antara PT.PLN (Persero) dengan CV.Carmel dalam Hal Penyeimbangan Beban Trafo (Studi pada PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh)

0 1 25

Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Antara PT.PLN (Persero) dengan CV.Carmel dalam Hal Penyeimbangan Beban Trafo (Studi pada PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh)

0 0 3