Pemberian Makan Anak Bawah Lima Tahun Balita

xxxi Pokok masalah Akar masalah nasional Gambar 2.2. Faktor penyebab kurang gizi Sumber: Depkes RI, 2001 Disesuaikan dari bagan UNICEF, 1988, The State of the World’s Children 1998, OxfordUniv. Press Penjaringan kasus gizi buruk dapat dimulai dari pemantauan arah pertumbuhan secara cermat yang dapat dilakukan secara rutin di Posyandu. Bila ditemukan balita gizi buruk harus segera dicari kemungkinan penyebabnya dan segera ditentukan solusinya, kemudian dilakukan kembali pemeriksaan anthropometri dan tanda-tanda klinis. Anak dengan masalah ini harus dirujuk ke Pos Kesehatan Desa. Oleh Bidan desa dilakukan pemeriksaan ulang klinis, antropometris, pertumbuhan. Jika secara klinis dan anthropometris ditemukan tanda-tanda gizi buruk tanpa komplikasi, anak bias dirawat oleh bidanPKD dengan supervisi Puskesmas. Jika gizi buruk disertai komplikasi maka anak harus dirujuk ke Puskesmas atau RS. Penderita gizi buruk harus dilaporkan dalam 24 jam ke Puskesmas yang selanjutnya akan dilaporkan ke Dinas Kesehatan, seperti halnya pada penyakit wabah harus segera dilakukan tindakan-tindakan pelacakan.Pelatihan TOT fasilitator PKD, 2005

G. Pemberian Makan Anak Bawah Lima Tahun Balita

Pelaksanaan pemberian makanan yang sebaik-baiknya kepada bayi dan anak bertujuan: xxxii a. Memberikan nutrien yang cukup untuk kebutuhan, memelihara kesehatan dan dan memulihkannya bila sakit, melaksanakan berbagai jenis aktivitas pertumbuhan dan perkembangan fisik serta psikomotor. b. Mendidik kebiasaan yang baik tentang memakan dan menyukai makanan yang diperlukan Hassan dan Alatas, 1998. Merencanakan pengaturan makan untuk seorang bayi dan anak: a. Menentukan jumlah kebutuhan dari setiap nutrien dengan menggunakan data tentang kebutuhan nutrien. b. Menentukan jenis bahan makanan yang dipilih untuk menerjemahkan nutrien yang diperlukan dengan menggunakan daftar komposisi nutrien dari berbagai macam bahan makanan. c. Menentukan jenis makanan yang akan diolah sesuai dengan hidangan menu yang dikehendaki. d. Menentukan jadwal untuk waktu makan dan menentukan hidangan. e. Memperhatikan masukan yang terjadi terhadap hidangan tersebut. Perlu dipertimbangkan kemungkjinan faktor kesukaan dan factor ketidaksukaan terhadap suatu makanan juga anoreksia Hassan dan Alatas, 1998. Faktor-faktor yang diperhatikan untuk pengaturan makan yang cepat adalah: a. Umur b. Berat badan c. Diagnosis penyakit, tahap serta keadaan penyakit d. Keadaan mulut sebagai penerima makanan xxxiii e. Kebiasaan makan, kesukaan dan ketidaksukaan, akseptabilitas dari makanan dan toleransi anak terhapad makanan yang diberikan Hassan Alatas, 1998. Pemasukan kalori yang tinggi hanya dapat terjadi jika makanan diberikan lebih sering. Pembagian makanan dalam 3 kali pemberian sehari jelas tidak dapat ditampung oleh anak yang memiliki lambung kecil. Untuk anak 1-2 tahun hanya mampu menerima jumlah yang diperlukan itu jika dibagi dalam 6-8 kali pemberian sehari, untuk anak yang labih besar 4-6 kali pemberian sehari Morley, 1997 Suhardjo, 1996. Makanan untuk bayi sehat terdiri dari: a. Makanan utama yaitu ASI. Jika ASI sama sekali tidak ada dapat diberikan makanan buatan sebagai penggantinya. b. Makanan pelengkap terdiri dari buah-buahan, biscuit, makanan padat bayi yaitu bubur susu, nasi tim, atau makanan lain yang sejenis. Keuntungan ASI Hassan Alatas, 1998: a. Makanan alami, ideal fisiologik. b. Mengandung nutrien untuk keperluan pertumbuhan bayi yang sangat tepat. c. Selalu dalam keadaan segar, suhu optimal dan bebas dari basil patogen. d. Mendukung zat anti zat kekebalan. Pemberian makanan bayi yang berhasil dengan baik memerlukan fungsi koordinatif yang terjadi dengan serasi antara ibu dan bayinya, yang seharusnya dimulai dari semenjak pengalaman makan untuk yang pertama sekali, yang akan berlanjut terus selama ketergantungan anak yang bersangkutan. Dengan segera menegakkan dan mengembangkan cara-cara memberi makan yang menimbulkan kenyamanan dan xxxiv kepuasan akan besar sekali ikut membantu terwujudnya perasaan, kesejahteraan emosional pada bayi serta ibu yang bersangkutan Behrman Vaughan, 1994. Penetapan kecukupan pengadaan ASI, jika bayi yang bersangkutan dapat merasa puas dan kenyang pada setiap akhir masa menetek, kemudian tidur selama 2-4 jam, di samping ia berhasil mendapatkan penambahan berat badan yang mencukupi maka dianggap bahwa pengadaan ASI mencukupi Behrman Vaughan, 1994. Menjelang uisa akhir tahun pertama dan selama tahun kedua, sebagai akibat penurunan kecepatan pertumbuhan yang berjalan dengan tepat, maka terdapat pula pengurangan pemasukan kalori secara berangsur-angsur, pada bayi tersebut per kilogram BB Behrman Vaughan, 1994. Table 2.2. Kebutuhan energi dan protein sehari anak umur 1-5 tahun Energi Protein Umur tahun Berat badan Kg K.KalKghari K.Kalorghari Grkghari Grorghari 1. 2. 3 4. 5. 8,9 11,2 13,1 14,8 16,5 105 100 100 98 91 900 1100 1300 1500 1500 2,5 3,0 22 28 33 44 50 Sumber: penuntun Diit anak RSCM, 1998 Kadang-kadang anak tidak berminat terhadap suatu makanan tertentu yang disajikan. Orang tua biasanya kurang mengenali keadaan ini sehingga terjadi pemaksaan makanan pada bayi, reaksi alamiah yang akan diperlihatkan adalah pemberontakan dan mulai timbul permasalahan pada waktu makan. Kegemaran atau ketidaksukaan yang kuat anak-anak terhadap makanan tertentu, sejauh itu masih memungkinkan serta dapat dipenuhi hendaknya dihormati juga. Pola serta kebiasaan makan yang berkembang dalam xxxv 2 tahun pertama kehidupan, besar kemungkinannya akan bertahan selama beberapa tahun. Makan sendiri merupakan suatu langkah penting artinya dalam perkembangan rasa kepercayaan pada diri anak sendiri serta timbulnya rasa tanggung jawab, menjelang akhir tahun kedua kebanyakan anak bisa makan sendiri Behrman Vaughan, 1994. Anjuran pemberian makanan anak balita Depkes RI, 1999: a. 0-6 bulan : ASI, frekuensi sesuai keinginan anak.paling sedikit 8 kali sehari. Jangan diberi makanan atau minuman lain selain ASI. b. 6-12 bulan : ASI frekuensi sesuai dengan keinginan anak. Paling sedikit 8 kali sehari. Makanan pendamping ASI 2 kali sehari tiap kali 2 sendok makan. Yang diberikan setelah pemberian ASI. Jenis makanan ini adalah bubur tim lumat ditambah kuning telurayamikan tempetahudaging sapiwortel bayam kacang hijau santan minyak. Kemudian berangsur-angsur bubur nasi ditambah telurayamikantempetahudaging sapi wortel bayam kacang hijau santan minyak. Makanan tersbut diberikan 3 kali sehari. Pemberian makan sebagai berikut: umur 6 bulan : 6 sendok makan; 7 bulan : 7 bulan sendok makan; 8 bulan : 8 sendok makan; 9 bulan: 9 sendok makan; 10 bulan: 10 sendok makan; 11 bulan: 11 sendok makan. Makan selingan 2 kali sehari seperti bubur kacang hijau, pisang, biskuti, nagasari, dsb, diantara waktu makan. c. 12-24 bulan : ASI sesuai keinginan anak. Nasi lembek yang ditambah kuning telur, ayam, ikan, tempe, tahu, daging sapi, wortel, bayam, bubur kacang hijau, santan dan minyak, diberikan 3 kali sehari. Makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan. xxxvi d. 24-51 bulan: makanan yang biasa dimakan dalam keluarga 3 kali sehari. Makanan sampingan 2 kali sehari diberikan diantara waktu makan. Petunjuk pada pemberian makanan rutin Ebrahim, 1983. a. Tidak memaksakan suatu makanan. Anak harus menikmati sendiri makanannya, setiap pemberian makanan harus dengan main-main tanpa paksaan. b. Setiap makanan yang baru akan ditolak pada mulanya. Ketika memulai makanan yang baru harus diberikan sedikit-sedikit untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk membandingkan seleranya pada makanan tersebut. c. Makanan yang diberikan harus bervariasi setiap harinya dan setiap kali pemberian makanan.

H. Kerangka Pemikiran

Dokumen yang terkait

Perbedaan Pengetahuan Gizi, Pendapatan Dan Status Gizi Anak Balita Di Desa Proyek Dan Hon Proyek Kesehatan Keluarga Dan Gizi (KKG) Di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2004

0 34 81

Pengaruh Pola Asuh terhadap Status Gizi Anak Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar

3 41 99

Hubungan Partisipasi Ibu Balita di Posyandu dengan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Gizi Ibu Balita serta Status Gizi Balita di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor

0 16 183

Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Gizi dan Posyandu dengan Status Gizi Balita di Kecamatan Pasar Rebo

0 4 43

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DAN TINGKAT KEHADIRAN ANAK BALITA DI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dan Tingkat Kehadiran Anak Balita di Posyandu Dengan Status Gizi Anak Balita di Desa Gedongan Kecamatan Colomadu

0 3 17

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI IBU DAN STATUS IMUNISASI DASAR BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DAERAH Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu Dan Status Imunisasi Dasar Balita Dengan Status Gizi Balita Di Daerah Polokarto Wilayah Kerja Puskesmas Polokarto Sukoharjo.

0 2 15

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG MAKANAN BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA MALANGJIWAN, KECAMATAN COLOMADU, KABUPATEN Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Makanan Balita Terhadap Status Gizi Balita Di Desa Malangjiwan, Kecamatan

0 2 11

HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN KELUARGA DAN PENGETAHUAN GIZI IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA SELODOKO Hubungan Antara Pendapatan Keluarga Dan Pengetahuan Gizi Ibu Dengan Status Gizi Balita Di Desa Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.

0 3 17

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Pada Anak Usia Pra Sekolah Di Kabupaten Sukoharjo.

0 0 16

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN ASUPAN KARBOHIDRAT DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK BALITA

0 0 14