Identifikasi Kebijakan pemerintah Dan Kesiapan Masyarakat Dalam Pembangunan BIJB Yang Berdampak Pada Perubahan Dari Pedesaan Menjadi Perkotaan

(1)

(2)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Data Pribadi

Nama : Widiyawati

Tempat, Tanggal Lahir : Majalengka, 12 September 1992 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Tubagus Ismail Bawah No. 26

Kel. Lebak Gede Kec. Coblong. Bandung Telephon : 085793880241

Latar belakang Pendidikan Formal

1999 - 2005 : SDN I Randegan Wetan 2005 - 2008 : SMPN 3 Ligung

2008 - 2011 : SMAN I Majalengka

2011 - 2015 : Universitas Komputer Indonesia, Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Pengalaman Berorganisasi

2006 - 2008 : Bendahara Umum Osis SMPN 3 Ligung

2009 - 2011 : Humas Paskibra Ganesha Brigade 19 SMAN 1 Majalengka 2011 - 2013 : Anggota Divisi Keilmuan HMPWK


(3)

2013 - 2014 : Ketua Divisi Keilmuan HMPWK 2013 - 2015 : Badan Pengawas SADAYA (BPS) Kemampuan

Kemampuan Komputer

1. Mengenal dan bisa menggunakan MS Word, MS Excel, MS Powerpoint,

Expert Choice, SPSS dan Internet

2. Mengenal dan bisa menggunakan Arcgis, Autocad, dan Sketchup, Coral Draw.

Penelitian Yang Pernah Dilakukan:

Studio Proses : Identifikasi Penyebab Urban Shrinkage (Studi Kasus: Kecamatan Ujungberung dan Kecamatan Cibiru)

Studio Kota : Pengembangan Kawasan Pesisir Dan Pariwisata (Tourism And Seaside District Development) Studi Kasus Kawasan Perkotaan Pangandaran

Studio Wilayah : “ Arahan Pengembangan Wilayah Fungsional Jawa Barat Bagian

Timur” (Studi Kasus KotaCirebon, Kabupaten Cirebon Indramayu Majalengka)

Identifikasi Kebijakan Pemerintah Dan Kesiapan Masyarakat Dalam Pembangunan BIJB Yang Berdampak Pada Perubahan Dari Rural Menjadi Urban” (Studi Kasus: Kecamatan Kertajati)

Penghargaan

Lolos Seleksi Pekan Kreatif Mahasiswa Artikel Ilmiah di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi

Judul Artikel : Perancangan Kampung Nelayan Untuk Mendukung Konsep Waterfront City (Studi Kasus : Kecamatan Pangandaran)

Lolos Seleksi Pekan Kreatif Mahasiswa Penelitian di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi


(4)

Judul Penelitian : “Identifikasi Kebijakan Pemerintah Dan Kesiapan Masyarakat Dalam Pembangunan BIJB Yang Berdampak Pada Perubahan Dari Rural Menjadi

Urban” (Studi Kasus: Kecamatan Kertajati)

Pengalaman Kerja Praktek Kerja Lapangan:

Praktek Kerja di : PT. Metaforma Consultans, Bandung Periode : Juli 2014 – Desember 2014

Tujuan : Persyaratan menepuh program strata 1 Posisi : Asisten Tenaga Ahli

Project : Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang

Perkotaan Cibalong Kab. Tasikmalaya Bekerja di PT. Adiza Marathon, Jakarta

Periode : September 2014 – Desember 2014 Status : Magang

Posisi : Asisten Tenaga Ahli

Project : Kajian Evaluasi Manfaat Pembangunan Infrastruktur Laut Pelabuhan Garongkong, Kab. Barru, Sulawesi Selatan


(5)

(6)

(7)

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pembangunan nasional memiliki salah satu tujuan menciptakan kesejahteraan, keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat Indonesia seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV. Pembangunan nasional pun bertujuan untuk mensejahterakan masyarakaat diantaranya menuntaskan kemiskinan, kurangnya tingkat pendidikan dan permasalahan yang ada di Negara Indonesia (Dwipoyanthi dan Rosyad, 2012).

Pembangunan infrastruktur merupakan bagian integral pembangunan nasional dan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur diyakini sebagai motor pembangunan suatu kawasan. Infrastruktur juga mempunyai peran yang penting dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa (Bappenas, 2009). Strategi pengelolaan pembangunan 2013-2018 yaitu model hybrid yang memadukan pengelolaan pembangunan berbasis daerah otonom dan metropolitan. Maka dari itu pemerintah daerah Provinsi Jawa barat dalam pengembangan metropolitan sebagai penghela percepatan pembangunan Jawa Barat adalah melalui Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di wilayah Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka (Dishub Provinsi Jawa Barat, 2013).

Pelaksanaan pembangunan BIJB dilakukan selama kurun waktu 20 tahun, yang dibagi menjadi 4 tahapan. Pentahapan pembangunan dilakukan dengan mengimplementasikan indikasi program utama lima tahunan yang berdasarkan pada struktur keruangan dan pola pemanfaatan ruang. Tahap pertama yaitu pada tahun 2012-2017 dan target terealisasinya BIJB yaitu pada tahun 2032. Pembangunan BIJB saat itu masih pada tahap pertama yaitu berupa pembangunan sisi udara atau pembangunan runway (RTR KSP Kertajati Aerocity, 2012).

Majalengka adalah salah satu Kabupaten di Jawa Barat. Kabupaten Majalengka berbatasan dengan Kabupaten Indramayu di utara, Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan di timur, Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya di selatan, serta Kabupaten Sumedang di barat. Secara umum Pembangunan Bandara


(8)

2

Internasional Jawa Barat (BIJB) di wilayah Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka ini merupakan suatu proyek pembangunan yang dapat memberikan keuntungan lebih terhadap Provinsi Jawa Barat, tetapi di sisi lain pembangunan tersebut memberikan dampak terhadap masyarakat Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat.

Penetapan lokasi pembangunan bandara internasional Jawa Barat (BIJB) ini menimbulkan permasalahan tersendiri yaitu, ditinjau dari aspek penetapan lokasi yang dianggap tidak tepat dan tidak ada transparansi terhadap masyarakat. Pembangunan tersebut diperkirakan akan menggusur lahan subur seluas kurang lebih 1.800 Ha. Lahan tersebut merupakan lahan pertanian yang merupakan sumber penghidupan masyarakat Kertajati (Pemda Majalengaka, 2014).

Kebijakan apasaja yang dipersiapkan Pemerintah Kabupaten Majalengka dalam menghadapi dampak pembangunan BIJB yang bersifat urbanisasi? Urbanisasi hal ini bermakna sebagai tingkat keurbanan (kekotaan) dalam suatu negara atau wilayah (region). Dalam sisi lain urbanisasi juga mengandung makna proses perubahan, yaitu perubahan dari bersifat pedesaan (rural) menjadi perkotaan (urban). Hal inilah yang akan terjadi di Kabupaten Majalengka. Penduduk desa di Kecamatan Kertajati dihadapkan pada dua pilihan. Apakah akan tetap menjadi petani dengan mengikuti konsep di atas yaitu berpindah tempat dari Kecamatan Kertajati ke tempat lain yang masuk dalam konsep Wilayah Pengembangan Selatan yang merupakan daerah konservasi atau tetap berada Wilayah Pengembangan Utara dengan mengubah mind set dari pertanian menjadi industrial (Irwan, 2013). Oleh karena itu untuk mengidentifikasi kebijakan pemerintah dan kesiapan masyarakat terkait pembangunan BIJB perlu adanya penelitian mengenai mengidentifikasi kebijakan pemerintah dan kesiapan masyarakat dalam pembangunan BIJB yang berdampak pada perubahan dari pedesaan menjadi perkotaan di Kecamatan Kertajati.

1.2Identifikasi masalah

Kecamatan Kertajati merupakan kawasan pedesaan yang berbasis pertanian. Dengan adanya rencana pembangunan BIJB maka menyebabkan perubahan pada kawasan tersebut menjadi perkotaan. Oleh karena itu, hal tersebut menjadi


(9)

3

pertanyaan sejauh mana kebijakan dan apakah masyarakat siap dalam menghadapi perubahan tersebut dan pemerintah terkait pembangunan BIJB tersebut. Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana potensi perubahan pedesaan menjadi perkotaan dilihat dari rencana perubahan guna lahan di wilayah pembangunan BIJB ?

2. Bagaimana kebijakan pemerintah terkait pembangunan BIJB?

3. Bagaimana kesiapan masyarakat dalam menghadapi perubahan pedesaan menjadi perkotaan ?

1.3Tujuan dan Sasaran

Berikut ini akan dijelaskan mengenai tujuan dari penelitian ini dan adapaun sasaran yang akan dijelaskan dibawah ini untuk mencapai dari tujuan penelitian ini.

1.3.1 Tujuan

Mengidentifikasi kebijakan pemerintah dan kesiapan masyarakat dalam pembangunana BIJB yang berdampak pada perubahan dari pedesaan menjadi perkotaan di Kecamatan Kertajati.

1.3.2 Sasaran

Adapun sasaran yang dapat dilakukan demi mencapai tujuan di atas yaitu:

1. Teridentifikasinya potensi perubahan pedesaan menjadi perkotaan dilihat dari rencana perubahan guna lahan di wilayah pembangunan BIJB

2. Teridentifikasi kebijakan pemerintah terkait pembangunan BIJB yang berdampak pada perubahan dari pedesaan menjadi perkotaandi Kecamatan Kertajati.

3. Teridentifikasinya kesiapan masyarakat dalam menghadapi perubahan pedesaan menjadi perkotaan.

1.4Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada penulisan ini mencakup ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah.


(10)

4 1.4.1 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi penulisan ini yaitu tentang penggunaan lahan eksisting dan rencana penggunaan lahan terkait BIJB yang dampaknya akan mendeskripsikan perubahan yang cukup dominan di kawasan pembangunan BIJB ini. Selain itu dilihat kebijakan apa saja yang disiapkan pemerintah dalam pembangunan BIJB dilihat dari peraturan daerah dan kebijakan daerah yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah Majalengka

1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah penulisan ini adalah wilayah pembangunan BIJB yaitu Kecamatan Kertajati.


(11)

5 Gambar 1.1


(12)

6 1.5Kerangka Pemikiran

Arahan kebijakan pedesaan menjadi perkotaan

RTRW Provinsi Jabar menetapkan pembangunan BIJB di Kecamatan Kertajati, Majalengka

Kesiapan Masyarakat dalam menghadapi dampak

pembangunan BIJB Kebijakan Pemerintah dalam

persiapan menghadapi pembangunan BIJB

Identifikasi Kesiapan dalam menghadapi perubahan pedesaan menjadi perkotaan Penggunaan lahan

eksisting

Potensi perubahan pedesaan menjadi perkotaan

Rencana penggunaan lahan terkait BIJB


(13)

7 1.6Metode Penelitian

1.6.1 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian yang akan dilakukan terbagi menjadi beberapa tahapan yaitu persiapan, survey awal (pendahuluan), survey data primer dan data sekunder, pengolahan data, analisis data dan penulisan laporan. Pada Gambar 1.2 akan dijelaskan mengenai tahapan penelitian.

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan memperoleh data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya dengan cara melakukan survey ke lapangan. Data ini diperoleh dengan cara observasi dan kuesioner.

a. Observasi

Observasi merupakan suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu objek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. b. Kuesioner

Kuesioner adalah instrumen pengumpulan data atau informasi yang dituangkan ke dalam bentuk item atau pertanyaan. Kuesioner ini ditujukan kepada penduduk di Wilayah Kertajati dan wilayah sekitar pembangunan.


(14)

8

Kebijan Pemerintah Potensi Perubahan Guna Lahan

dari Pedesaan menjadi Perkotaan

Identifikasi Kesiapan Masyarakat dalam Pembangunan BIJB yang Berdampak pada Perubahan dari Pedesaan Menjadi Perkotaan

Management Support

Kelayakan Resistensi Masyarakat

terhadap Perubahan

Analisis Deskriptif dari Aspek:

- Usia

- Pendidikan

- Pekerjaan

Karakteristik Resistensi Masyarakat

- Pembangunan BIJB

- Dampak Perubahan

- Peluang

- Motivasi

Temuan Kelayakan

Pengelompokan Kesiapan dengan

Analisis Cluster

Temuan Pengelompokan Kaitan antara aspek

Kelayakan dengan Aspek Resistensi terhadap Perubahan dengan Analisis

Tabulasi Silang

Temuan Kebijakan

Kesimpulan dan Arahan

Rencana Pembangunan BIJB

Gambar 1.2 Tahapan Penelitian


(15)

9 Tabel 1.1

Kebutuhan Data Primer

Metode Jenis Data Indikator Kegunaan Pustaka

Observasi Penggunaan lahan eksisting

Semak/Tegalan

Perkebunan Campuran

Permukiman

Lahan Kosong

Pertanian

Untuk melihat penggunaan lahan sebelum menjadi kawasan

pembangunan BIJB

Bappeda Kab Majalengka

Kuesioner Identitas responden (Kelayakan)

Nama

Umur

Jenis kelamin

Pendidikan terakhir

Pekerjaan

Untuk mengetahui data diri responden

Resistensi terhadap perubahan Pembangunan BIJB Peluang Dampak Motivasi Untuk melihat kesiapan masyarakat

Hasil Analisis, 2014

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data diperoleh melalui literatur atau studi pustaka yang berkaitan dengan wilayah penelitian. Data sekunder juga dapat diperoleh dari instansi-instansi terkait berupa hardcopy maupun softcopy. Adapun data sekunder yang diperlukan dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini:

Tabel 1.2 Kebutuhan Data Sekunder

Instansi Terkait Jenis Data Kegunaan

Kantor Kecamatan Kertajati

Kependudukan Karakteristik Fisik

Wilayah

Peta Batas Administrasi Kecamatan

RDTR

Untuk menghitung sampel

Untuk mengetahui batas – batas Kesamatan Untuk mengetahui

rencana 5 tahun kedepan Badan Pusat Statistik Kependudukan Kertajati Dalam Angka

(time series) BMCK Peraturan dan kebijakan

mengenai pembangunan BIJB

 Untuk mengetahui sejauh mana persiapan pemerintah

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

RTRW Kab Majalengka Areal rencana

pembangunan BIJB Peta penggunaan lahan

tahun 2000 dan 2014

Untuk mengetahui kawasan mana saja yang akan dibangun BIJB Untuk mengetahui


(16)

10

Instansi Terkait Jenis Data Kegunaan

RPJMD yang terjadi dalam kurun waktu 14 tahun

Untuk mengetahui isu dan rencana stategis Dinas Perhubungan

Provinsi Jawa Barat

Studi terkait pembangunan BIJB

Untuk pemantapan tinjauan pustaka

Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat

Masterplan Pembangunan BIJB

Untuk mengetahui rencana dan rancangan pembangunan BIJB Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat

Studi terkait pembangunan BIJB

Untuk pemantapan tinjauan pustaka

Dinas Permukiman dan Perumahan Provinsi Jawa Barat

Rencana Tata Ruang Strategis Provinsi (KSP) BIJB dan Kertajati Aeorocity

Studi Terkait

Pembangunan BIJB dan Konsep Aerocity

 Untuk mengetahui Rencana Tata Ruang Strategis Provinsi (KSP) BIJB dan Kertajati Aeorocity  Untuk pemantapan

tinjauan pustaka Hasil Analisis, 2014

1.6.3 Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis overlay, metode kuantitatif. Menurut Irwansyah (2013) overlay adalah set data baru yang digabungkan dengan dua atau lebih set data, sehingga menghasilkan layer baru. Jadi dapat dikatakan bahwa metode analisis overlay merupakan suatu analisis menggunakan sistem informasi geografis dalam bentuk grafis yang dibentuk dari penggabungan data (peta) individu (memiliki informasi atau database yang spesifik). Analisis overlay

pada penelitian ini yaitu guna mendukung perubahan yang terlihat pada kondisi fisik kawasan tersebut. Kemudian metode kuantitatif digunakan untuk memberikan informasi mengenai tingkat kesiapan pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi dampak perubahan dari pembangunan BIJB yaitu pedesaan menjadi perkotaan.

Analisis yang digunakan yaitu analisis cluster. Analisis cluster bertujuan untuk mengelompokan obyek berdasarkan kesamaan karekteristik diantara obyek tersebut. Metode pengelompokanya menggunakan hierarchical method yaitu dimulai dengan mengelompokan dua atau lebih obyek yang mempunyai kesamaan paling dekat. Sedangkan untuk pembanding validasi yaitu menggunakan non


(17)

11

hierarchical method (Santosa, 2014). Untuk melihat keterkaitan dari hasil pengelompokan maka dilakukanlah analisis tabulasi silang.

1.6.3.1Variabel Kesiapan Untuk Berubah

Definisi kesiapan untuk berubah yang digunakan dalam penelitian ini adalah definisi readiness menurut Armenakis et al., (1993) dalam Asriani (2009), yaitu:

“Readiness is arguably one of the most important factors involved in employees’ initial support for change initiatives”.

Variabel terukur untuk kesiapan untuk berubah yang digunakan penelitian ini mengacu pada penelitian Daniel T. Holt, et.al (2007). Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa kesiapan untuk berubah adalah sebuah konstruk multidimensional, variabelnya tersebut adalah appropriateness, management support, change-specific efficacy, dan personal valence. Jika dikaitkan ke dalam penelitian ini maka:

1. Isi (Apa yang sedang berubah) perubahan yang dimaksud adalah dari pedesaan menjadi perkotaan dampak dari pembangunan BIJB.

2. Proses (bagaimana perubahan diimplementasikan). RTRW Provinsi Jabar menetapkan pembangunan BIJB di Kecamatan Kerajati, Majalengka ini merupakan tahapan yang akan diimplementasikan, yang diawali dengan rencana dan tahapan selanjutnya.

3. Konteks (keadan yang terjadi pada saat perubahan) gunalahan yang ada yaitu lahan pertanian.

4. Individu (karakteristik dari masyarakat yang diminta untuk berubah) rencana

Aerocity di Kecamatan Kertajati secara tidak langsung meminta masyarakat untuk merubah karakteristiknya. Maka dari itu variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah terbagi menjadi dua bagian yaitu masyarakat dan pemerintah, dibawah ini penjelasan mengenai pembagian variabel dan alasan variabel itu digunakan:


(18)

12

Masyarakat

Appropriateness (Kelayakan) yaitu kesesuaian aspek kependudukan atau sumber daya manusia dalam mendukung berkembangnya BIJB yang diambil dari penelitian Daniel T. Holt, et.al (2007) karena untuk melihat kesiapan masyarakat harus dilihat dari pendidikan dan matapencaharian masyarakat tersebut. Selain itu resistensi terhadap perubahan yang didefinisikan sebagai kemampuan fleksibilitas

masyarakat untuk menghadapi dampak perubahan yang diambil dari penelitian Hetti Herlina (2010) merupakan variabel untuk melihat tingkat kesiapan, ada beberapa factor yang disebutkan pada penelitian tersebut yaitu yang pertama habits

(kebiasaan) ini merupakan faktor yang paling mendasar dalam kehidupaan tetapi jika dihadapkan dengan perubahan maka kecendrungan merespons cara-cara yang sudah biasa dilakukan akan menjadi sumber resistensi. Kedua yaitu security

(keamanan) suatu perubahanakan mempengaruhi perasaan keamanan, masyarakat yang memiliki keterampilan yang rendah akan cenderung menolak perubahan karena khawatir perubahan tersebut akan berdampak buruk pada masyarakat tersebut untuk kedepanya.

 Pemerintah

Management support (Managemen yang mendukung) yaitu kemampuan pemerintah menyediakan fasilitas dari setiap sektor dalam menghadapi dampak perubahan. Dan harus membuat peraturan serta kebijakan terkait pembangunan BIJB. Variabel ini diambil dari penelitian Daniel T. Holt (2007) yang dirasa cocok untuk mengetahui kebijakan apa saja yang dipersiapkan pemerintah untu menghadapi pembangunan BIJB yang berdampak pada perubahan dari pedesaan menjadi perkotaan. Karena dalam menghadapi suatu perubahan dibutuhkan suatu dukungan penuh dari pemerintah berupa peraturan dan fasilitas (sistem). Untuk lebih jelasnya lihat ada tabel berikut ini:


(19)

13 Tabel 1.3 Variabel Penelitian

Variabel Definisi Variabel Indikator Data Yang Dibutuhkan Literatur/Sumber Masyarakat Appropriateness (Kelayakan) Kesesuaian aspek kependudukan dalam mendukung berkembangnya BIJB  Usia  Pendidikan  Matapencaharian

Kec. Kertajati dalam angka time serial Kuisioner

 BPS Kab. Majalengka  Bappeda Kab.

Majelengka  BMCK Kab.

Majalengka  Narasumber Resistensi terhadap perubahan Kemampuan Fleksibilitas masyarakat untuk menghadapi dampak perubahan Fleksibilitas masyarakat Motivasi masyarakat Wawancara Observasi Narasumber/Responden Pemerintah Management support (Managemen yang mendukung)

 Peraturan dan kebijakan terkait pembangunan BIJB  Kemampuan Pemerintah dalam penyediaan fasilitas dari setiap sector dalam menghadapi dampak perubahan

Jenis Peraturan dan Kebijakan

Penyediaan fasilatas/Saspras dalam menghadapi damak perubahan

Peraturan dan kebijakan terkait pembangunan BIJB Masterplan Pembangunan BIJB

Studi Terkait Rencana Pembangunan BIJB dan Aerocity

Dinas Pehubungan Provinsi Jawa Barat Bappeda Provinsi Jawa

Barat

Dinas Permukiman dan Perumahan Provinsi Jawa Barat

Dinas Pehubungan Kab. Majalengka Bappeda Kab.

Majalengka BMCK Kab.

Majalengka

Hasil Analisis, 2014

1.6.3.2Teknik Sampling

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner di lapangan terhadap target populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Kertajati dan wilayah sekitarnya. Untuk mendapatkan sampel (n) dalam populasi digunakan acuan rumus Slovin (Suliyanto, 2006: 100), sebagai berikut:


(20)

14

= + ,

= , = , Dimana:

N = Jumlah populasi

d = Prosentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir. Dalam penelitian ini ditetapkan sebesar 10%

n = Ukuran sampel minimal 1 = Angka konstan

Setelah total sampel didapatkan, kemudian dihitung jumlah responden yang akan diteliti dari masing – masing kelurahan. Caranya yaitu dengan membagi jumlah penduduk pada kelurahan X ke jumlah keseluruhan penduduk di wilayah studi kemudian dikali dengan jumlah sampel yang didapat dari rumus slovin. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada rumus berikut ini:

�ℎ� �

�ℎ � ℎ� � � �

Dibawah ini adalah hasil perhitungan pengambilan sampling berdasarkan desa: 1) Desa Mekarjaya

= � , = , ~

2) Desa Babakan

= � , = , ~ 3) Desa Palasah

= � , = , ~

4) Desa Kertajati

= � , = , ~ 5) Desa Pakubeurem

= � , = , ~

6) Desa Kertasari

= � , = , ~ 7) Desa Sukawana

= � , = , ~

8) Desa Mekarmulya = � , = , ~ 9) Desa Kertawinangun

= � , = , ~

10) Desa Sukamulya


(21)

15 11) Desa Bantarjati

= � , = , ~

12) Desa Pasiripis

= � , = , ~ 13) Desa Sukakerta

= � , = , ~

14) Desa Sahbandar

= � , = , ~ Total sampling yang diambil adalah 100 sample.


(22)

16 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Guna Lahan

Perubahan penggunaan lahan adalah bertambahnya suatu penggunaan lahan dari satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lainnya diikuti dengan berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu berikutnya, atau berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda. (Wahyunto et al., 2001).

Alih fungsi lahan pertanian merupakan lahan pertanian yang beralih fungsi dari sektor pertanian ke sektor non pertanian. Dengan kata lain lahan tersebut yang tadinya digunakan untuk kegiatan pertanian beralih fungsi digunakan menjadi kegiatan pembangunan seperti pembangunan pabrik, gedung, perumahan, maupun infrastruktur lainnya (Mustopa, 2011).

Perubahan penggunaan lahan pada dasarnya adalah peralihan fungsi lahan yang tadinya untuk peruntukan tertentu berubah menjadi peruntukan tertentu pula (yang lain). Dengan perubahan penggunaan lahan tersebut daerah tersebut mengalami perkembangan, terutama adalah perkembangan jumlah sarana dan prasarana fisik baik berupa perekonomian, jalan maupun prasarana yang lain. Dalam perkembangannya perubahan lahan tersebut akan terdistribusi pada tempat-tempat tertentu yang mempunyai potensi yang baik. Selain distribusi perubahan penggunaan lahan akan mempunyai pola-pola perubahan penggunaan lahan menurut Bintarto (1977) pada distribusi perubahan penggunaan lahan pada dasarnya dikelompokkan menjadi:

 Pola memanjang mengikuti jalan  Pola memanjang mengikuti sungai  Pola radial

 Pola tersebar

 Pola memanjang mengikuti garis pantai

 Pola memanjang mengikuti garis pantai dan rel kereta api

T. B Wadji Kamal 1987, yang dikutip oleh Harahap 2010 menjelaskan pengertian perubahan penggunaan lahan yaitu: Perubahan penggunaan lahan yang dimaksud


(23)

17

adalah perubahan penggunaan lahan dari fungsi tertentu, misalnya dari sawah berubah menjadi pemukiman atau tempat usaha, dari sawah kering berubah menjadi sawah irigasi atau yang lainnya. Faktor utama yang mendorong perubahan penggunaan lahan adalah jumlah penduduk yang semakin meningkat sehingga mendorong mereka untuk merubah lahan. Tingginya angka kelahiran dan perpindahan penduduk memberikan pengaruh yang besar pada perubahan penggunaan lahan. Perubahan lahan juga bisa disebabkan adanya kebijaksanaan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di suatu wilayah. Selain itu, pembangunan fasilitas sosial dan ekonomi seperti pembangunan pabrik juga membutuhkan lahan yang besar walaupun tidak diiringi dengan adanya pertumbuhan penduduk disuatu wilayah. Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi perubahan penggunaan lahan tersebut pada dasarnya adalah topografi dan potensi yang ada di masing-masing daerah dan migrasi penduduk.

2.2Lahan Pertanian

Pada dasarnya pertanian di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua macam seperti dilansir dalam bukunya Mubyarto (1972) yang dikutip oleh Mustopa 2011. Yang pertama adalah pertanian dalam arti luas yang meliputi:

1. Pertanian rakyat atau disebut pertanian dalam arti sempit 2. Perkebunan

3. Kehutanan 4. Peternakan 5. Perikanan.

Yang kedua adalah pertanian dalam arti sempit atau pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga dimana diproduksi bahan makanan utama seperti beras, palawija, dan tanaman-tanaman holtikultura seperti sayuran dan buah-buahan. Kebanyakan para petani di Indonesia masih bersifat subsisten, yang berarti produksi mereka hanya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Belum mengarah bagaimana menciptakan keuntungan dari pertanian mereka.

2.3Tata Guna Lahan

Tata guna lahan (land use) adalah pengaturan penggunaan tanah (tata=penganturan). Dalam tata guna lahan dibicarakan bukan saja mengenai


(24)

18

penggunaan permukaan bumi di daratan, tetapi juga menggenai penggunaan permukaan bumi di lautan (Jayadinata, 1999).

2.3.1 Tata Guna Lahan di Wilayah Perkotaan

Tata Guna Lahan Perkotaan adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan pembagian dalam ruang dari peran kota: kawasan, tempat tinggal, kawasan tempat bekerja, dan kawasan rekreasi. Suatu kota umumnya selalu mempunyai rumah-rumah yang mengelompok atau merupakan pemukiman terpusat. Suatu kota yang tidak terencana berkembang dipengaruhi oleh keadaan fisik dan sosial.

Kota yang terletak pada permukaan bumi yang mempunyai berbagai rintangan alam, dalam perkembangannya akan menyesuaikan diri sehingga kota berbentuk tidak teratur. Suatu hal yang khas bagi suatu kota ialah bahwa kita itu umumnya mandiri atau serba lengkap (self contained), yang berate penduduk kota bukan hanya yang bertempat tinggal saja di dalam kota itu, tetapi bekerja mencari nafkah di dalam kota itu dan berekreasi pun dilakukan di dalam kota itu. Keadaan ini sangat berlainan dengan keadaan di dalam kampung di wilayah pedesaan, di mana penduduk umumnya harus pergi ke luar kampung untuk mencari nafkah.

Dengan demikian kota menyediakan segala fasilitas bagi kehidupan baik social maupun ekonomi, sehingga baik bertempat tinggal maupun bekerja dan berekreasi dapat dilakukan oleh penduduk di dalam kota.

2.3.1.1Pola Tata Guna Lahan Perkotaan

Dalam pola tata guna lahan yang berhubungan dengan nilai ekonomi, terdapat beberapa teori diantaranya:

Teori Jalur Sepusat atau Teori Konsentrik (Concentric Zone Theory) B. W. Burgess, mengemukakan bahwa kota terbagi sebagai berikut :

1. Pada lingkaran dalam terletak pusat kota (central business district atau CBD) yang terdiri atas: bangunan-bangunan kantor, hotel, bank, bioskop, pasar dan toko pusat perbelanjaan;

2. Pada lingkaran tengah pertama terdapat jalur alih: rumah-rumah sewaan, kawasan industri, perumahan buruh;


(25)

19

3. Pada Lingkaran tengah kedua terletak jalur wisma buruh, yakni kawasan perumahan untuk tenaga kerja pabrik;

4. Pada lingkaran luar terdapat jalur wadyawisma, yaitu kawasan perumahan yang luas untuk tenaga kerja halus dan kaum madya (middle class);

5. Di luar lingkaran terdapat jalur pendugdag (jalur ulang-alik): sepanjang jalan besar terdapat perumahan masyarakat golongan madya (menengah) dan golongan atas.

Gambar 2.1 Teori Jalur Terpusat

Teori Sektor (Sector theory) menurut Humer Hoyt bahwa kota tersusun sebagai berikut:

1. Pada lingkaran pusat terdapat pusat kota (CBD);

2. Pada sektor tertentu terdapat kawasan industri ringan dan kawasan perdagangan;

3. Merupakan kawasan tempat tinggal kaum buruh;

4. Agak jauh dari pusat kota dan sektor industri serta perdagangan, terletak sektor madyawisma (kaum madya/ kelas menengah)


(26)

20

Gambar 2.2 Teori Sektor

Teori Pusat Lipatganda (Multiple Nuclei Concept) menurut R. D Mc-Kenzei menerangkan bahwa kota meliputi: pusat kota, kawasan kegiatan ekonomi, kawasan hunian, dan pusat lainnya. Untuk teori ini umumnya berlaku di kota-kota yang agak besar.

Dalam Teori Pusat Lipat ganda (Multiple Nuclei Concept) Kota terdiri atas: 1. Pusat kota atau CBD;

2. Kawasan niaga dan industri ringan;

3. Kawasan murbawisma atau tempat tinggal berkualitas rendah;

4. Kawasan madyawisma, tempat tinggal berkualitas sedang/ menengah; 5. Kawasan adiwisma, tempat tinggal berkualitas tinggi;

6. Pusat indutri berat;

7. Pusat niaga/perbelanjaan lain di pinggiran; 20 8. Kawasan golongan menengah dan golongan atas; 9. Kawasan industri (sub urban).


(27)

21

Gambar 2.3 Teori Pusat Lipatganda Sumber: Jayadinata, 1999

2.3.2 Tata Guna Lahan di Wilayah Perdesaan

Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang kegiatan utama pertanian dan pengelolaan sumber daya alam dengan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi (Perda Majalengka, 2011).

Menurut Direktur Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa yang dikutip oleh Jayadinata 2011, wilayah pedesaan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Perbandingan tanah dengan manusia (man and ratio) yang besar; 2. Lapangan kerja agraris ;

3. Hubungan penduduk yang akrab;

4. Sifat yang menurut tradisi (tradisional).

Wilayah pedesaan, menurut Wibberley yang dikutip oleh Jayadinata 2011 bagian suatu negeri yang memperlihatkan penggunaan tanah yang luas sebagai ciri penentu, baik pada waktu sekarang maupun beberapa waktu yang lampau.

2.3.2.1Pola Tata Guna Lahan Pedesaan

Penggunaan tanah di wilayah pedesaan adalah untuk perkampungan dalam rangka kegiatan sosial, dan untuk pertanian dalam rangka kegiatan ekonomi. Dengan demikian kampung di pedesaan merupakan tempat kediamaan (dormitory


(28)

22

settlement) dan penduduk kampung di wilayah pertanian dan wilayah perikanan umumnya bekerja di luar kampung.

Perkampungan atau permukiman di pedesaan terbagi menjadi dua macam: 1. Permukiman Memusat (agglomerated rural settlement)

Permukiman memusat yakni rumahnya mengelompok dan merupakan dukuh atau dusun (hamlet) yang terdiri atas kurang dari 40 rumah dan kampung (village) yang terdiri atas 40 rumah atau lebih bahkan ratusan rumah. Di sekitar kampung dan dusun terdapat tanah bagi pertanian, perikanan, peternakan, pertambangan, kehutanan, tempat penduduk bekerja sehari-hari untuk mencari nafkahnya.

2. Permukiman Terpencar (dissenminated rural settlement)

Permukiman terpencar yakni rumahnya terpencar menyendiri terdapat di Negara Eropa Barat, Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan sebagainya.perkampungan terpencar di Negara itu hanya terdiri atas farmstead, yaitu sebuah rumah petani yang terpencil tetapi lengkap dengan gudang alat mesin, penggilingan gandunm, lumbung, kandang ternak. Kadang-kadang terdapat homestead yaitu rumah terpencil. Selain itu ada roadside yaitu suatu bangunan terpencil di tepi jalan yang merupakan restoran, motel, pompa bensin, dan sebagainya (ada juga di Indonesia), sering dimasukkan ke dalam kelompok permukiman terpencar.

2.4Tinjauan Pembangunan BIJB Sebagai Aerocity

2.4.1. Konsep Aerocity

Aerocity adalah suatu kawasan yang di dalamnya terdapat berbagai aktivitas perkotaan yang saling mendukung dengan kegiatan bandar udara (Perda Jabar No 13 Tahun 2010). Konsep Aerocity/Aerotropolis adalah Konsep Pengembangan Kota Bandara. Penggagas konsep ini adalah Penggagas istilah Aerotropolis, John D. Kasarda, seorang profesor di University of North Carolinas Kenan-Flagler Business School, dan Direktur dari the Kenon Institute of Private Enterprise,

menulis dalam beberapa artikel dan buku, terkait dengan mengapa Aerotropolis

menjadi sangat penting di abad 21. Aerotropolis bandara kota memiliki beberapa konsep sebagai dasar pengembangannya. Aerotropolis menjadi generator utama pengembangan kawasan karena merupakan kawasan cepat tumbuh berbasis


(29)

23

bandara atau sering disebut airport-centric commercial development. Kawasan ini menciptakan secara mandiri :

1. significant employment,

2. shopping,

3. trading,

4. business meeting,

5. entertainment, and

6. leisure destinations,

Sehingga menjadi kota handal dan menjadi daya tarik global (melalui airplane network) dan lokal (melalui multimodal lokal). Evolusi function dan form ini mentransformasikan secara esensial sejumlah bandara kota (city airport) menjadi kota bandara (airport cities) (Kasarda, 2008).

Konsep aerocity ini diusahakan untuk diterapkan di Indonesia. Daerah yang sedang merintis upaya ini adalah Provinsi Jawa Barat, yakni di Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka.

Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2031 :

1) Pasal 35, Ayat (1), Butir b.: Kawasan peruntukkan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf h terdiri atas kawasan peruntukkan BIJB dan Kertajati Aerocity.

2) Pasal 35, Ayat (3), Butir a.: Pengembangan BIJB seluas kurang lebih 1.800 (seribu delapan ratus) hektar.

3) Pasal 35, Ayat (3), Butir b.: Pengembangan kawasan Kertajati Aerocity seluas kurang lebih 3.200 (tiga ribu dua ratus) hektar.

4) Pasal 37: Kawasan Strategis Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf a berupa kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi meliputi KSP Bandara Internasional Jawa Barat dan Kertajati


(30)

24 2.4.2. Pembangunan BIJB

Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat ini selaras dengan usaha akselerasi pencapaian visi Jawa Barat dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan struktur perekonomian regional yang tangguh, perlu dilakukan upaya peningkatan infrastruktur wilayah yang dapat menunjang kelancaran aktifitas sosial dan ekonomi masyarakat di Jawa Barat. Atas dasar inilah pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat dinilai penting. Kabupaten Majalengka itu sendiri akan memiliki Kertajati Aerocity sebagai pengembangan kawasan pendukung dari Bandara Internasional ini (Irwan, 2013).

Kawasan Bandara Internasional Jawa Barat yang selanjutnya disebut Kawasan BIJB adalah kawasan yang penataan ruangnya diperuntukkan sebagai Bandara Internasional Jawa Barat dan pendukungnya (Perda Majalengka, 2011).

Lokasi pendirian bandara terletak di Kecamatan Kertajati dengan luas 1800 Ha, hal ini sudah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Perhubungan No. 34 tahun 2005. BIJB juga sudah tercantum dalam MP3EI (Masterplan Percepatan Perkembangan Pembangunan Ekonomi Indonesia), RPJM nasional 2010-2014, dan Perda Nomor 22/2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jabar.

Pembangunan bandara International Jawa Barat yang harusnya memiliki seluruh peran tersebut sebagai standard bandar udara yang layak. Namun, pembangunan BIJB ini tidak memiliki peran dalam point kedua yaitu mengenai pertumbuhan dan stabilitas ekonomi serta keselarasan pembangunan nasional dan pembangunan daerah yang digambarkan sebagai lokasi dan wilayah di sekitar bandar udara. Pembangunan BIJB ini sangat tidak selaras dengan lokasi dan wilayah di sekitar Bandar udara yang memiliki kehidupan pedesaan yang hanya menggantungkan kehidupan pada sektor pertanian (Dwipoyanthi dan Rasyid, 2012).

Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) dan Kertajati Aerocity di Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka, sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat nomor 13 Tahun 2011, di Lokasi dengan peringkat tertinggi yaitu di Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka. Pada Tahun 2005, isu Jawa Barat tersebut dikukuhkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor KM


(31)

25

34 Tahun 2005 tentang Penetapan lokasi Pembangunan BIJB di Kabupaten Majalengka.

Pada Tahun 2012 telah dibebaskan lahan untuk Bandara seluas 718,5 Ha, pada tahun 2013 direncanakan akan dibebaskan lahan seluas 251,5 Ha, pada tahun 2014 sisa lahan yang perlu dibebaskan seluas 830 Ha. Pada awal tahun 2013 sedang dilaksanakan proses lelang, dan direncanakan pembangunan run way sepanjang 2.500 M akan dimulai pada bulan juni 2013. Hal ini berdampak pada masalah sosial ekonomi masyarakat, yang perlu segera ditangani secara komprehensif (Rancangan RPJMD, 2014-2018).

2.5Tingkat Kesiapan

Menurut Slameto (2010) kesiapan adalah keseluruhan yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh pada kecenderungan untuk

memberi respon”. Astiwi, (2012) dalam penelitiannya menyebutkan kesiapan

adalah suatu kondisi yang dimiliki baik oleh perorangan maupun suatu badan dalam mempersiapkan diri baik secara mental, maupun fisik untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.

Aspek-aspek kesiapan yaitu suatu kondisi dikatakan siap setidak-tidaknya mencakup beberapa aspek, menurut Slameto (2010), ada tiga aspek yang mempengaruhi kesiapan yaitu:

1) Kondisi fisik, mental, dan emosional 2) Kebutuhan atau motif tujuan

3) Keterampilan, pengetahuan, dan pengertian yang lain yang telah dipelajari. Slameto juga mengungkapkan tentang prinsip-prinsip readiness atau kesiapan yaitu:

1) semua aspek perkembangan berinteraksi (saling pengaruh mempengaruhi). 2) kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat

daripengalaman.


(32)

26

4) kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan.

Dari beberapa pengertian diatas penulis bisa menyimpulkan kesiapan itu adalah dimana kondisi seseorang siap baik fisik maupun mental dalam menghadapi suatu perubahan. Perubahanya yaitu berupa perubahan kearah yang baik atau perubahan yang mengancam diri seseorang itu dimasa yang akan datang dan dapat menyiapkan dirinya sendiri untuk menghadapi perubahan tersebut.

2.6Analisis Cluster

Analisis cluster merupakan suatu teknik analisis multivariat yang bertujuan untuk mengclusterkan data observasi ataupun variabel-variabel ke dalam cluster

sedemikian rupa sehingga masing-masing cluster bersifat homogen sesuai dengan faktor yang digunakan untuk melakukan pengclusteran. Karena yang diinginkan adalah untuk mendapatkan cluster yang sehomogen mungkin, maka yang digunakan sebagai dasar untuk mengclusterkan adalah kesamaan skor nilai yang dianalisis. Data mengenai ukuran kesamaan tersebut dapat dianalisis dengan analisis cluster sehingga dapat ditentukan siapa yang masuk cluster mana (Gudono, 2011).

Tujuan dari analisis cluster adalah mengelompokkan obyek berdasarkan kesamaan karakteristik di antara obyek-obyek tersebut. Dengan demikian, ciri-ciri suatu

cluster yang baik yaitu mepunyai :

Homogenitas internal (within cluster) yaitu kesamaan antar anggota dalam satu

cluster.

Heterogenitas external (between cluster) yaitu perbedaan antara cluster yang satu dengan cluster yang lain.

Langkah pengelompokan dalam analisis cluster mencakup 3 hal berikut : 1. Mengukur kesamaan jarak

2. Membentuk cluster secara hirarkis

3. Menentukan jumlah cluster.

Adapun metode pengelompokan dalam analisis cluster meliputi :

 Metode Hirarkis; memulai pengelompokan dengan dua atau lebih obyek yang mempunyai kesamaan paling dekat. Kemudian diteruskan pada obyek yang


(33)

27

lain dan seterusnya hingga cluster akan membentuk semacam ‘pohon’ dimana terdapat tingkatan (hirarki) yang jelas antar obyek, dari yang paling mirip hingga yang paling tidak mirip. Alat yang membantu untuk memperjelas proses

hirarki ini disebut “dendogram”.

 Metode Non-Hirarkis; dimulai dengan menentukan terlebih dahulu jumlah

cluster yang diinginkan (dua, tiga, atau yang lain). Setelah jumlah cluster

ditentukan, maka proses cluster dilakukan dengan tanpa mengikuti proses hirarki. Metode ini biasa disebut “K-Means Cluster”.

2.7Penelitian Terdahulu

1. Judul Artikel/Jurnal : Dinamika Kebijakan Pembangunan di Daerah (Studi Kasus Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat di Kabupaten Majalengka). kebandarudaraan

Nama Penulis : Fanny Dwipoyanthi, dan Slamet Rosyad

Nama Jurnal : Magister Ilmu Administrasi Universitas Jenderal Soedirman, map.unsoed.ac.id/.../Paper-Fanny-dan-Slamet-Rosyadi...

Tujuan penelitian ini untuk mengetaui kesesuaian antara kebijakan dengan peraturan pemerintah RI No 70 tahun 2001 tentang kebandarudaraan. Penelitian ini menggunakan pendekatan policy analysis yang menganalisis Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 70 tahun 2001 tentang kebandarudaraan mengenai penetapan lokasi, penguasaan dan penggunaan tanah, perairan serta ruang udara di bandar udara umum terhadap pembangunan bandara internasional Jawa Barat di Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka.

Hasil dan kesimpulan dari penelitian ini adalah pembangunan BIJB merupakan suatu kebijakan pemerintah dalam upaya peningkatan sarana transportasi udara serta peningkatan terhadap PAD (Pendapatan Asli Daerah) Provinsi Jawa Barat, tetapi jika melihat lebih dalam terhadap permasalahan penetapan lokasi yang dijadikan untuk pembangunan BIJB terlihat jelas bahwa pemerintah daerah tidak melaksanakan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 70 tahun 2001 tentang kebandarudaraan mengenai penetapan lokasi, penguasaan dan penggunaan tanah, perairan serta ruang udara di bandar udara umum. Pembangunan BIJB ini dianggap tidak sesuai dengan pasal 9 ayat 2, yang berbunyi bahwa penetapan luas


(34)

28

tanah dan/atau perairan dan ruang udara harus didasarkan pada penatagunaan tanah dan/atau perairan dan ruang udara yang menjamin keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan dalam bidang lain di kawasan letak bandar udara umum.

Penetapan lokasi pembangunan bandara di Majalengka dianggap tidak tepat. Sebab pemerintah tidak menyelaraskan antara pembangunan bandara dengan kegiatan masyarakat Majalengka yang masih sangat bergantung pada sektor pertanian. Pembangunan bandara ini berdampak pada nasib ribuan rakyat di 11 desa. Beralih profesi tidaklah mudah bagi mereka, karena tingkat pendidikan yang rendah. Sebagian warga yang telah tergusur lahannya, memilih jalan pintas menjadi tenaga kerja Indonesia di negara lain. Tentu saja itu bukan hal yang mereka inginkan, karena tidak jarang kepulangan tenaga kerja Indonesia hanya tinggal sebuah nama dan derita pilu bagi keluarga. Penetapan suatu kebijakan pemerintah perlu untuk melibatkan masyarakat didalamnya dan perlu untuk memberikan berbagai masukan serta tindakan terhadap berbagai permasalahan yang ditimbulkan dalam penetapan kebijakan guna mencapai kesejahteraan yang sesungguhnya.

2. Judul Artikel/Jurnal : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Pemerintahan Daerah Dalam Implementasi PP 71 Tahun 2010

(Studi Empiris pada Kabupaten Nias Selatan) Nama Penulis : Hetti Herlina

Nama Jurnal : ejournal.unp.ac.id/students/index.php/akt/.../470

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan pemerintahan daerah Kab. Nias Selatan dalam implementasi PP 71 tahun 2010. Jenis penelitian ini digolongkan pada penelitian yang bersifat eksploratif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis faktor dan studi kasus, hasil analisis data menunjukkan bahwa kesiapan Pemda Kabupaten Nias Selatan dalam mengimplementasikan PP 71 tahun 2010 dipengaruhi oleh faktor informasi, faktor perilaku dan faktor keterampilan. Saran dalam penelitian ini adalah (1). bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Nias Selatan harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan dalam


(35)

29

implementasi PP 71 tahun 2010. (2). Saran untuk peneliti selanjutnya dapat lebih mengembangkan dan memperluas lingkup penelitian.

3. Judul Artikel/Jurnal : Scale Readiness for Organizational Change: The Systematic Development of a scale

Nama Penulis : Daniel T. Holt, Achilles A. Armenakis, Hubert S. Feild and Stanley G. Harris

Nama Jurnal : Journal of Applied Behavioral Science 2007; 43; 232, DOI: 10.1177/0021886306295295

Penelitian ini menggunakan kerangka item-pengembangan sistematis sebagai panduan (yaitu, pengembangan item, administrasi kuesioner, pengurangan item, evaluasi skala, dan replikasi), Artikel ini membahas pengembangan dan evaluasi instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur kesiapan untuk perubahan organisasi pada tingkat individu. Dalam semua, lebih dari 900 anggota organisasi dari sektor publik dan swasta berpartisipasi dalam berbagai fase studi, dengan kuesioner yang diuji dalam dua organisasi yang terpisah. Itu Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan untuk perubahan adalah multidimensi dipengaruhi oleh keyakinan di antara karyawan yang (a) mereka mampu menerapkan perubahan yang diusulkan (yaitu, perubahan spesifik efficacy), (b) perubahan yang diusulkan sesuai untuk organisasi (yaitu, kesesuaian), (c) para pemimpin berkomitmen untuk perubahan yang diusulkan (yaitu, dukungan manajemen), dan (d) perubahan yang diusulkan bermanfaat bagi organisasi anggota (yaitu, valensi pribadi).


(36)

30

Tabel 2.1

Matriks Penelitian Terdahulu

No Judul Jurnal/TA

Permasalahan dan Tujuan

Metode Analisa Varibel Hasil/Kesimpulan

1 Dinamika Kebijakan Pembangunan di Daerah (Studi Kasus Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat di Kabupaten Majalengka)

Untuk mengetaui kesesuain antara kebijakan dengan peraturan pemerintah RI No 70 tahun 2001 tentang

kebandarudaraan.

Policy analysis - Penetapan lokasi pembangunan bandara di Majalengka

dianggap tidak tepat. Sebab pemerintah tidak

menyelaraskan antara

pembangunan bandara dengan kegiatan masyarakat

Majalengka yang masih sangat bergantung pada sektor pertanian

2 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Pemerintahan Daerah Dalam Implementasi PP 71 Tahun 2010 (Studi Empiris pada Kabupaten Nias Selatan) Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan pemerintahan daerah Kab. Nias Selatan dalam implementasi PP 71 tahun 2010

Analisis faktor dan Studi kasus

 Kesiapan Pemda dalam Implementasi PP 71 Tahun 2010 1) Isi

2) Proses 3) Individu

 Komitmen pemimpin

 Resistensi terhadap perubahan

 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi suatu Kebijakan

Kesiapan Pemda Kabupaten Nias Selatan dalam

mengimplementasikan PP 71 tahun 2010 dipengaruhi oleh faktor informasi, faktor perilaku dan faktor keterampilan


(37)

31

No Judul Jurnal/TA

Permasalahan dan Tujuan

Metode Analisa Varibel Hasil/Kesimpulan

3 Scale Readiness for Organizational Change: The Systematic Development of a scale Pengembangan dan evaluasi instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur kesiapan untuk perubahan organisasi pada tingkat individu Kerangka item-pengembangan sistematis sebagai panduan (yaitu, pengembangan item,administrasi kuesioner, pengurangan item, evaluasi skala, dan replikasi)

Appropriatenes Management Support Change Efficacy Personally Beneficial

Kesiapan untuk perubahan adalah multidimensi

dipengaruhi oleh keyakinan di antara karyawan

Tabel 2.2

Matriks Sintesis Penelitian Terdahulu

No Masalah Tujuan Studi Kasus Metode Variabel

Jurnal 1

Kesesuaian lahan dengan pp RI No 70 tahun 2001

Untuk mengetahui kesesuain antara kebijakan dengan peraturan pemerintah RI No 70 tahun 2001 tentang

kebandarudaraan

Kecamatan Kertajati, Kabupaten

Majalengka

Policy analysis -

Ket Jurnal 2

Penerapan PP 71 tahun 2010

Mengetahui dan menganalisis

faktor-Pemerintahan daerah Kab. Nias Selatan

Analisis faktor dan Studi kasus

 Kesiapan Pemda dalam Implementasi PP 71 Tahun 2010


(38)

32

No Masalah Tujuan Studi Kasus Metode Variabel

faktor yang

mempengaruhi kesiapan pemerintahan daerah Kab. Nias Selatan dalam implementasi PP 71 tahun 2010

4) Isi 5) Proses 6) Individu

 Komitmen pemimpin  Resistensi terhadap

perubahan  Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi suatu Kebijakan

Ket Resistensi perubahan variabel

yang sama dengan TA yang sedang disusun, ini

merupakan variabel untuk penilian individu,

perbedaanya pada penelitian ini ditanyakan kepada individu pemerintah tetapi TA yang sedang disusun ditanyakan kepada individu masyarakat

Jurnal 3

Perubahan organisasi pada tingkat individu

Pengembangan dan evaluasi instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur kesiapan untuk perubahan

Perusahaan Kerangka item-pengembangan sistematis sebagai panduan (yaitu, pengembangan item,administrasi kuesioner,

Appropriatenes Management Support Change Efficacy Personally Beneficial


(39)

33

No Masalah Tujuan Studi Kasus Metode Variabel

organisasi pada tingkat individu

pengurangan item, evaluasi skala, dan replikasi)

Ket Variabel yang sama yaitu :

Appropriatenes Management Support Hasil Analisis, 2015


(40)

34 BAB III

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Bab ini mengenai gambaran umum di Kecamatan Kertajati yang meliputi kondisi umum wilayah, kondisi kependudukan, penggunaan lahan, kebijakan penggunaan lahan wilayah studi.

3.1 Batas Wilayah Studi

Kecamatan Kertajati secara geografis terletak di sebelah utara Kabupaten Majalengka yaitu antara 108003’ - 108015’ Bujur Timur dan 6037’ - 6046’ Lintang Selatan, dengan batas – batas wilayahnya:

1 Sebelah Barat : Kecamatan Ujung Jaya Kabupaten Sumedang dan Kecamatan Terisi Kabupaten Indramayu.

2 Sebelah Timur : Kecamatan Dawuan

3 Sebelah Utara : Kecamatan Jatitujuh 4 Sebelah Selatan : Kecamatan Kadipaten 3.2 Kondisi Fisik Dasar

3.2.1 Topografi dan Kemiringan Lahan

Kecamatan Kertajati memiliki ketinggian 0 – 25 seluas 875 (meter dpl) dan 25– 100 seluas 13.289 (meter dpl) total luasan ketinggian di Kecamatan Kertajati 14.164 ha. Sedangkan untuk kemiringan Kecamatan Kertajati merupakan daerah dataran rendah yang memiliki kemiringan tanah 0 – 15 % diseluruh wilayahnya dengan luas 13.836 ha.

3.2.2 Curah Hujan

Curah hujan yang turun di Kecamatan Kertajati berkisar antara 240-470 mm dan termasuk ke dalam curah hujan yang sedang. Curah hujan menurut intensitasnya di Kecamatan Kertajati terbagi menjadi jurah hujan dan jumlah hari hujan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.


(41)

35 Tabel 3.1.

Intensitas Curah Hujan 2013

Bulan Hari Hujan Curah Hujan

(mm)

Januari 15 387

Febuari 12 411

Maret 11 418

April 9 392

Mei - -

Juni - -

Juli - -

Agustus 13 264

September 17 236

Oktober 24 289

November 27 241

Desember 25 319

Rata-rata 17 328,6

Sumber: Kecamatan Kertajati Dalam Angka Tahun 2014

3.2.3 Hidrologi

Tata air adalah salah satu aspek yang dipertimbangkan dalam perencanaan ruang. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi sumber-sumber air. Pertimbangan tata air meliputi tata air tanah, air permukaan dan mata air.

3.2.4 Kedalaman Tanah

Berdasarkan kedalaman efektif tanah, Kecamatan Kertajati memiliki kedalaman efektif tanah < 30 cm (200cm), 30 – 60 cm (500 cm), 60 – 90 cm (3.400 cm) dan > 90 cm (10.064 cm), total luas kedalaman efektif tanah di Kecamatan Kertajati 14.164 ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.3 Peta Kedalaman Tanah Kecamatan Kertajati.

3.2.5 Geologi

Struktur Batuan yang tersebar di Kecamatan Kertajati , yaitu :  Aluvium

Pleistocene Sedimentary Facies, merupakan batuan endapan yang berumur  Undifferentioned Volcanic Product, merupakan batuan endapan hasil

Gunung Api Muda berupa andesit

Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Jenis tanah memegang peranan penting dalam menentukan sifat dan tingkat kesuburan tanah dalam menunjang kegiatan


(42)

36

pertanian di suatu daerah. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah yaitu bahan induk, topografi, vegetasi dan waktu yang akan menghasilkan jenis-jenis tanah yang berbeda sifat dan tingkat kesuburannya.

3.2.6 Sumber Daya Mineral

Sebaran jenis tanah di Kecamatan Kertajati dengan luas 6.788 Ha termasuk jenis tanah asosiasi podsolik kuning dan hifromorf kelabu, 2.718 Ha termasuk jenis tanah grumosol kelabu, 2.059 Ha termasuk jenis tanah asosiasi gley humus rendah dan aluvial kelabu, dan 2.271 Ha termasuk jenis tanah asosiasi latosol cokelat dan regosol coklat komplek.

3.3 Penggunaan Lahan Eksisting Kecamatan Kertajati

Sebagian besar penggunaan lahan di Kecamatan Kertajati didominasi oleh pertanian sebesar 16532.73 Ha atau sekitar 81.6% dari luas seluruh lahan Kecamatan Kertajati. Selain itu penggunaan lahan di Kecamatan Kertajati yaitu Hutan 2445.77 Ha atau sebesar 12.1%, Tubuh air seluas 629.63 atau sebesar 3.1%, sawah tadah hujan seluas

Tabel 3.2

Penggunaan Lahan Kecamatan Kertajati Penggunaan

Lahan

Luas (Ha) Presentase

Pertanian 16532.73 81.6%

Permukiman 480.64 2.4%

Kolam 81.76 0.4%

Tubuh Air 629.63 3.1%

Hutan 2445.77 12.1%

Sawah Tadah Hujan

100.91 0.5%

Jumlah 20271.44 100%

Sumber: Bappeda Kabupaten Majalengka, 2014

3.4 Jumlah Penduduk dan Ketenagakerjaan 3.4.1 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Kertajati pada tahun 2013 berdasarkan hasil registrasi penduduk adalah 42.531 jiwa terdiri dari 21.596 jiwa laki-laki dan 20.935 jiwa perempuan. Sedangkan jumlah rumah tangga adalah 14.284 kepala


(43)

37

rumah tangga.Dibandingkan angka tahun 2012 , untuk hasil registrasi penduduk ada kenaikan yaitu 528 jiwa, terdiri dari 445 jiwa laki laki dan83 jiwa perempuan. Dalam hal ketenagakerjaan, sebagian besar penduduk di Kecamatan Kertajati bermata pencaharian di bidang pertanian. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran berikut.

Tabel 3.3

Jumlah Penduduk Kecamatan Kertajati Per Desa

No Nama Desa 2010 2011 2012 2013 2014

1 Mekarjaya 6195 5688 4198 4498 4516

2 Palasah 2796 2566 2632 2564 2574

3 Pakubeureum 4054 3723 3995 3733 3748

4 Sukawana 2102 1930 2078 1934 1942

5 Kertawinangun 3041 2543 2911 2808 2820

6 Babakan 4343 3988 4136 3992 4008

7 Kertajati 4363 4006 4212 4020 4036

8 Kertasari 3421 3143 3290 3144 3156

9 Mekarmulya 3023 2785 2926 2792 2803

10 Sukamulya 4730 4388 4532 4346 4364

11 Bantarjati 2201 2021 2107 2026 2034

12 Pasiripis 3890 3571 3699 3580 3594

13 Sukakerta 1878 3571 1805 1272 1733

14 Sahbandar - - 1784 1199 1203

Jumlah 46046 42027 44307 42363 42531

Sumber:Kecamatan Kertajati Dalam Angka

3.4.2 Ketenagakerjaan

Matapencaharian masyarkat Kecamatan Kertajati terdapat berbagai macam yaitu buruh tani, buruh, PNS, pedagang, pengrajin, montir, peternak dan dokter. Matapencaharian terbesar di Kecamatan Kertajati yaitu menjadi buruh tani dan buruh, karena terbukti banyak lahan pertanian yang terdapat di kecamatan ini. Selain petani matapencaharian terbesar kedua yaitu menjadi pedagang. Untuk lebih jelasnyanya akan dijelaskan pada table dibawah ini jumlah penduduk berdasarkan matapencaharianya.


(44)

38 Tabel 3.4

Jumlah Penduduk Berdasarkan Matapencaharian

No Desa Mata Pencaharian

Petani Buruh Tani

Buruh PNS Pengrajin Pedagang Peternak Montir Dokter

1 Mekarjaya* - - - - - - - 5 - 2 Palasah 595 80 - 18 82 20 - 2 - 3 Pakubeureum 976 1.200 300 60 1 176 8 4 -

4 Sukawana 1.317 391 111 27 - 32 - 1 -

5 Kertawinangun 895 645 - 39 6 30 5 7 - 6 Babakan 896 .521 118 129 39 68 4 4 - 7 Kertajati 925 372 86 43 - 110 - 12 - 8 Kertasari 716 1.493 300 21 - 110 - 8 - 9 Mekarmulya 813 1.160 50 30 8 160 80 8 - 10 Sukamulya 1.389 1.449 - 47 4 67 - 5 1 11 Bantarjati 500 920 - 96 6 36 26 1 1 12 Pasiripis 938 620 694 45 6 72 129 3 - 13 Sukakerta 267 280 120 2 - 18 - - -

JUMLAH 10.227 10.131 1.779 557 152 899 252 60 2

Sumber: Kecamatan Kertajati Dalam Angka Tahun 2011)


(45)

39 3.5 Data Sektoral

3.5.1Pertanian

Pertanian merupakan matapencaharian utama bagi masyarakat Kecamatan Kertajati. Terbukti dengan luas lahan pertanian seluas 1915,3 Ha. Lahan pertanian ini dimanfaatkan menjadi lahan sawah. Pertahunya komoditi yang dihasilkan oleh lahan sawah tersebut yaitu sebesar 85803 ton pada tahun 2013.

Tabel 3.5

Luas Lahan Pertanian dan Non Pertanian Tahun 2013 Desa Luas (Km2) Luas Lahan (Ha)

Sawah Bukan Sawah Non Pertanian

Mekarjaaya 20,56 722,3 132,3 65,4

Palasah 12,44 1148,6 84 31,9

Pakubeureum 5,17 312,7 7,2 212,9

Sukawana 5,22 489,4 74,8 34,2

Kertawinangun 6,32 876,3 150,0 21,6

Babakan 10,66 596,5 100,5 384,8

Kertajati 11,65 845 978,0 115,0

Kertasari 6,74 466,9 297,4 98,7

Mekarmulya 25,05 156,8 6577,4 81,0

Sukamulya 7,41 618,3 59,8 72,6

Bantarjati 7,40 508,4 89,8 40,8

Pasiripis 8,26 496 272 89,0

Sukakerta 2,11 81,7 127,4 23,4

Sahbandar 9,38 230,1 42,8 3,81

Kecamatan 138,36 1915,3 701,7 243

Sumber : Kecamatan Kertajati Dalam Angka, 2014

Luas lahan sawah terbesar yaitu terdapat pada Desa Palasah seluas 11148,6 Ha ini terbukti Desa Palasah termasuk yang terkena gusuran langsung untuk rencana pemangunan BIJB. Sedangkan luasa lahan sawah paing kecil yaitu terdapat pada desa Sukakerta seluas 81,7 Ha. Selain luas lahan sawah di Kecamatan Kertajati terdapat luas lahan non sawah seluas 701,7 Ha dibanding dengan luas lahan sawah 1915,3 Ha. Luas lahan non sawah jauh lebih kecil. Luas lahan non sawah terbesar terdapat pada Desa Mekarmulya yaitu seluas 6577,4 Ha, terbukti banyaknya perumahan di desa ini dan masih sulitnya pembebasan lahan untuk rencana pembangun BIJB. Sedangkan luas lahan non sawah terkecil terdapat pada Desa Pakubereu yaitu seluas 7,2 Ha.


(46)

40

Gambar 3.1

Kondisi Pertanian Di Kecamatan Kertajati

3.5.2Perkebunan

Selain lahan sawah di Kecamatan Kertajati menghasilkan komoditi perkebunana diantaranya sayuran, buah- buahan dan tanaman palawija, untuk lebih jelaskan pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.6

Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Tanaman Palawija Menurut Jenis Tanaman Tahun 2013

Jenis Komoditi

Lua Tanaman (Ha)

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Rata-rata Produksi/Ha (Kw)

Jagung 35 100 584 58,40

Kedelai - - - -

Kacang Hijau 296 289 300 10,38

Kacang Tanah 96 92 130 14,13

Ubi Kayu 157 143 2274 159,02

Ubi Jalar - - - -

Sumber: Kecamatan Kertajati Dalam Angka, 2014

Dari tanaman palawija di Kecamatan Kertajati, produksi terbesar pada tahun 2013 yaitu tanaman ubi kayu sebesar 2274 ton dan rata rata produksi sebesar 159,02 kwintal. Sedangkan produksi tanaman palawija yang terkecil yaitu kacang tanah sebesar 130 ton dan rata-rta produksi sebesar 14,13 kwintal.


(47)

41 Tabel 3.7

Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayuran Menurut Jenis Tanama Tahun 2013

Jenis Komoditi Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton) Rata-rata Produksi/Ha (Kw)

Bawang Merah 351 5432 154,75

Cabe Merah 271 2380 87,82

Kacang Panjang 102 63 6,17

Ketimun 146 772 52,87

Terung 28 620 22,14

Sumber: Kecamatan Kertajati Dalam Angka, 2014

Produksi tanaman sayuran di Kecamatan Kertajati yang terbesar yaitu bawang merah mencai 5432 ton pada tahun 2013 dan rata-rata produksinya mencapai 154,75 kwintal. Sedangkan produksi tamanan sayuran terkecil yaitu tanaman kacang panjang hanya 63 ton dan rata-rata produksinya yaitu 6,17 kwintal.

Tabel 3.8

Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Tanaman Buah-Buahan Menurut Jenis Tanama Tahun 2013

Jenis Komoditi Lua Tanaman (Ha)

Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Rata-rata Produksi/Ha (Kw)

Pisang 14,43 10,60 189,20 17,44

Belimbing 1,67 0,33 3,19 96,6

Jambu Biji 3,47 3,72 126 338,8

Jambu Air 10,69 3,33 29 87,08

Jeruk Siam 1,55 0,63 18,3 290,4

Mangga 2497,46 375,89 961,50 25,58

Nangka 12,98 5,67 86,5 152,5

Pepaya 0,85 1,10 16,7 151,81

Sawo 1,25

Sirsak 0,59

Sumber: Kecamatan Kertajati Dalam Angka, 2014

Produksi tanaman buah-buahan terbesar adalah tanaman mangga mencapai 961,50 ton pada tahun 2013 dengan rata-rata produksi mencapau 25,58 kwintal. Sedangkan tanaman buah-buahan terkecil yaitu belimbing sebesar 3,19 ton dengan rata-rata produksi 96,6 kwintal.


(48)

42 Gambar 3.2

Kondisi Perkebunan Di Kecamatan Kertajati 3.6 Kondisi Sarana Prasarana

3.6.1Sarana Pendidikan

Di Kecamatan Kertajati tersedia sarana pendidikan mulai dari Taman Kanak-Kanan TK sampai SLTA. Keberadaan TK dan SD sudah bisa dikatakan memadai, dibandingkan sekoah SLTP dan SLTA yang masih sedikit.

Tabel 3.9

Banyaknya Sekolah TK, SD, SLTP, SLTA Dirinci Per Desa Tahun 2013

Desa Banyaknya Sekolah

TK SD SLTP SLTA

Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta

Mekarjaaya 1 4 1

Palasah 1 3

Pakubeureum 1 2 2 1

Sukawana 1 1 1

Kertawinangun 1 2

Babakan 3 4 1 1

Kertajati 4 3 1 1

Kertasari 3 4 1

Mekarmulya 1 2

Sukamulya 1 3

Bantarjati 1 1 1

Pasiripis 1 2

Sukakerta 2 1

Sahbandar 1 1

Kec. Kertajati 21 34 3 4 2 1


(49)

43

Gambar 3.3

Kondisi Sarana Pendidikan Tingkat Sekolah Dasar Di Kecamatan Kertajati

Gambar 3.4

Kondisi Sarana Pendidikan Tingkat Sekolah Menengah Pertama Di Kecamatan Kertajati

Gambar 3.5

Kondisi Sarana Pendidikan Tingkat Sekolah Menengah Atas Di Kecamatan Kertajati


(50)

44 3.6.2 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan di Kecamatan Kertajati pada saa ini banyak dibantu oleh praktek bidan yang sudah ada di semua desa, sedangkan untuk keberadaan puskesmas sendiri belum menyeluruh di setiap desa.

Tabel 3.10

Tenaga Kesehatan Di Kecamatan Kertajati Diperinci Menurut Desa Tahun 2013

Desa Dokter Bidan Mantri

Kesehatan

Dukun Bayi

Mekarjaaya 2 1 2

Palasah 4 1 1

Pakubeureum 3 1 1

Sukawana 2 1

Kertawinangun 2 1 1

Babakan 3 1

Kertajati 2 5 2 1

Kertasari 2 2 2

Mekarmulya 2 1 2

Sukamulya 1 3 1 1

Bantarjati 1

Pasiripis 2 1 2

Sukakerta 3 1

Sahbandar 1 2

Kecamatan 3 35 12 17

Sumber : Kecamatan Kertajati Dalam Angka, 2014 Tabel 3.11

Keberadaan Fasilitas Kesehatan Diperinci Menurut Desa Tahun 2013

Desa Rumah

Bersalin

Puskesmas Puskesmas Pembantu

Prakter Dokter

Praktek Bidan

Mekarjaaya 1 2

Palasah 1 4

Pakubeureum 3

Sukawana 1 2

Kertawinangun 1 2

Babakan 1 1 3

Kertajati 2 5

Kertasari 2

Mekarmulya 1 2

Sukamulya 1 3

Bantarjati 1 1

Pasiripis 2

Sukakerta 3


(51)

45

Desa Rumah

Bersalin

Puskesmas Puskesmas Pembantu

Prakter Dokter

Praktek Bidan

Kecamatan 1 2 6 2 35

Sumber : Kecamatan Kertajati Dalam Angka, 2014

Gambar 3.6

Kondisi Sarana Kesehatan Di Kecamatan Kertajati

3.6.3Sarana Perekonomiam

Kegiatan ekonomi masyarakat yang dilakukan masyarakat diantaranta adalah kegiatan industry. Untuk kategori industri kecil dan kerajinan rumah tangga yang paling banyak adalah industry makanan mencapai 92 unit.

Tabel 3.12

Jumlah Industri Kecil dan Rumah Tangga Menurut Jenisnya Dirinci Per Desa Tahun 2013

Desa Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga Penggilin

gan Padi

Kayu Logam Anyama n

Gerabah/ Keramik

Kain/ Tenun

Makanan

Mekarjaaya 10 5 7 2 22

Palasah 3 3 2 32 6

Pakubeureum 5 3 2

Sukawana 1 3 5

Kertawinangun 3 7 2 4 6

Babakan 8 9 18 3 3

Kertajati 3 6 8 4 12

Kertasari 2 3 2 6

Mekarmulya 4 4 3 1

Sukamulya 7 6 6 6

Bantarjati 3 7 1 2 3


(52)

46 Sumber : Kecamatan Kertajati Dalam Angka, 2014

Selain iindutri yang dijelaskan pada tabel diatas di Kertajati terdapat pasar baik permanen maupun non permanen. Pasar merupakan pemegang peranan penting dalam menggerakan kegiatan ekonomi masyarakat jumlah pasar yang terdapat di Kecamatan Kertajati yaitu sebanyak 11 buah kemudian selain itu ada took kelontong mencapai 417 buah. Dan juga terdapat restoran serta kedai makanan sebanyak 423 buah.

Tabel 3.13

Jumlah Tempat Pemasaran Perdagangan Diperinci Menurut Desa Tahun 2013

Desa Pasar Permanen

/Non Permanen

Toko Kelontong

Mekarjaaya 1 27

Palasah 1 36

Pakubeureum 1 32

Sukawana 1 27

Kertawinangun 1 37

Babakan 1 61

Kertajati 1 44

Kertasari 1 16

Mekarmulya 1 44

Sukamulya 1 27

Bantarjati 18

Pasiripis 1 24

Sukakerta 17

Sahbandar 7

Kecamatan 11 417

Sumber : Kecamatan Kertajati Dalam Angka, 2014 Tabel 3.14

Jumlah Restoran, Kedai Makanan, Kosan dan Pom Bensin Diperinci Menurut Desa Tahun 2013

Desa Restoran Kedai Makanan Kosan Pom Bensin

Mekarjaaya 77

Desa Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga

Penggilin gan Padi

Kayu Logam Anyama n

Gerabah /Kerami k

Kain/ Tenu n

Makana n

Sukakerta 3 2 4 3

Sahbandar 2 4 6


(53)

47

Desa Restoran Kedai Makanan Kosan Pom Bensin

Palasah 27

Pakubeureum 7

Sukawana 25

Kertawinangun 2 73 2

Babakan 1 12 4

Kertajati 3 59 6

Kertasari 9

Mekarmulya 6

Sukamulya 48

Bantarjati 18 3 1

Pasiripis 37

Sukakerta 17

Sahbandar 8

Kecamatan 6 423 15 1

Sumber : Kecamatan Kertajati Dalam Angka, 2014

Dalam bidang perkoperasian yang menunjang kegiatan ekonomi masyarakat diantaranya terdapat KUD sebanyak 1 unit dan non KUD terdapat 6 unit. Untuk lebih jelasnya persebaran sarana perekonomian akan dijelaskan oleh tabel berikut.

Tabel 3.15

Jumlah KUD, KOPINKRA, KOSIPA dan Koperasi Non KUD Diperinci Menurut Desa Tahun 2013

Desa KUD Koperasi

Kopinkra Kosipa Non KUD Jumlah

Mekarjaya 1 1

Palasah Pakubeureum Sukawana

Kertawinangun 1 1 2

Babakan

Kertajati 1 1

Kertasari Mekarmulya Sukamulya Bantarjati

Pasiripis 2 2

Sukakerta Sahbandar

Kecamatan 1 6 7


(54)

48 Gambar 3.7

Kondisi Perekonomian Di Kecamatan Kertajati 3.6.4 Sarana Peribadatan

Sarana Peribadatan merupakan sarana paling penting dalam suatu daerah. Di Kecamatan kertajati hanya terdapat masjid dan surau karena masyarakat Kecamatan Kertajati semuanya memeluk agama islam, untuk lebih jelasnya sebaran tempat ibadah yang terdapat di kecamatan Kertajati akan dijelaskan oleh tabel berikut.

Tabel 3.16

Banyaknya Sarana Peribadatan Diperinci Menurut Desa Tahun 2013

Desa Mesjid Surau

Mekarjaaya 7 19

Palasah 4 13

Pakubeureum 4 15

Sukawana 1 7

Kertawinangun 2 17

Babakan 3 22

Kertajati 2 17

Kertasari 2 6

Mekarmulya 2 7


(55)

49

Desa Mesjid Surau

Bantarjati 2 3

Pasiripis 1 7

Sukakerta 2 4

Sahbandar 1 2

Kecamatan 35 15

Sumber : Kecamatan Kertajati Dalam Angka, 2014

Gambar 3.8

Kondisi Sarana Ibadah Di Kecamatan Kertajati

Gambar 3.9

Kondisi Pembangunan Runway

Gambar 3.10


(56)

50 3.7 Karekteristik Responden

Penelitian ini mengambil total responden sebanyak 100 responden. Tersebar di 14 desa yang ada di Kecematan Kertajati. Pada tabel di bawah ini akan dijelaskan sebaran jumlah respondenya per desa, perhitungan pengambilan sampling pada responden yaitu menggunakan rumus slovin.

Tabel 3.17

Sebaran Responden Di Kecamatan Kertajati Desa Jumlah

Responden

Desa Jumlah Responden

Desa Jumlah Responden

Mekarjaya 11 Sukawana 5 Sukakerta 4

Palasah 6 Kertawinangun 6 Babakan 9

Pakubeureum 9 Bantarjati 5 Kertajati 10

Mekarmulya 7 Sukamulya 10 Kertasari 7

Pasiripis 8 Sahbandar 3

Sumber : Hasil Analisis 2015

3.8.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik jenis kelamin di Kecamatan Kertajati terdiri atas laki–laki dan perempuan. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin disajikan pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.11

Persentase Resonden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan gambar diatas menunjukan jumlah responden laki-laki sebanyak 71% (71 orang), sedangkan responden perempuan sebanyak 29 % (29 orang). Data ini benar berdasarkan survey lapangan 2015.

3.8.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Karakteristik usia yang merupakan faktor internal yang dapat mempengaruhi persepsi responden. Di Kecamatan Kertajati, responden dengan klasifikasi


(57)

51

usia lebih dari 20-30 tahun mendominasi jumlah responden, yang tergolong jenjang usia produktif. Banyaknya usia klasifikasi ini di kalangan responden mengindikasikan bahwa usia tersebut akan menggambarkan kesiapan mereka dimasa yang akan datang. Karakteristik responden berdasarkan usia disajikan pada Tabel 3.18

Tabel 3.18

Karekteristik Responden Berdasarkan Usia Responden Berdasarkan Usia Jumlah (Orang)

<20 Tahun 0

20-30 Tahun 45

31-40 Tahun 27

>40 Tahun 28

100

Sumber: Hasil Studi Lapangan, 2015

Gambar 3.12

Persentase Responden Berdasarkan Usia

Presentase karekteristik resonden berdasarkan usia yaitu usia 20-30 tahun sebesar 45%, ini mencerminkan usia produktif yang harus diketahui kesiapan dalam pembangunan BIJB yang berdampak pada perubahan dari rural menajdi urban, sedangkan presentase yang paling sedikit yaitu usia <20 tahun, tidak ada resonden yang diambil dari usia <20 tahun.

3.8.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Dalam hal karakteristik pendidikan, tingkat pendidikan juga mempengaruhi persepsi responden terhadap kesiapan masyarakat dalam pembangunan BIJB yang berdampak pada perubahan dari pedesaan menjadi perkotaan sehingga salah satu indikatornya yaitu dari pendidikan masyarakat.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, 2014. Factors Affecting The Affecting The Readiness Of PP No.71 Tahun 2010 About Government Accounting Standards (Case Study On Working

Units In Kppn Malang’s Working Area).

jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/.../255/20

BPS. 2012. Data Jumlah Penduduk Kabupaten Majalengka. BPS Jawa Barat. Bandung.

Damayanti , Pribasari, Identifikasi Kesiapan Rumah Penduduk Menghadapi. Saut Aritua Hasiholan Sagala, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3

Dwipoyanthi, Fanny dan Rosyad, Slamet . (2012) . Dinamika Kebijakan Pembangunan di Daerah (Studi Kasus Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat di Kabupaten Majalengka). Universitas Jenderal Sudirman. Purwokerto.

Ester Dien, Pingkan. 2014. Pengembangan Wilayah Langowan Sebagai Kawasan Argopolitan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Univesitas Sam Ratulangi. Manado.

Harahap, Ahmad Royhan M, 2009. Analisis (Teoritis dan Empiris) Perubahan Tata Guna Lahan terhadap Ketersediaan Lahan dan Terhadap Migrasi Penduduk. Harliani, 2011. Model Agropolitan Untuk Pengembangan Potensi Ekonomi

Daerah. Focus Volume 1 Nomer 1 Januari-Juni.

Herlina, Hetti. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Pemerintahan Daerah Dalam Implementasi PP 71 Tahun 2010 (Studi Empiris pada Kabupaten Nias Selatan). ejournal.unp.ac.id/students/index.php/akt/.../470 Hidayah, Nurul, 2011. Kesiapan Psikologis Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan Menghadapi Diversifikasi Pangan Pokok. Humanitas, Vol. VIII No.1 Januari 2011

Intan Widiasti, Dinda. 2013. Tingkat Kesiapan Sekolah dalam implentasi pendidikan anan berkebutuhan khusus (Studi Deskriptif Pada Sekolah Dasar Inklusi di Kota Semarang Tahun Ajaran 2012/2013).Universitas Negeri Semarang. Semarang

Jayadinata, Johara T.1999. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan Wilayah. Edisi ketiga. Institut Teknologi Bandung. Bandung Irfanu Riza, M dan K.Ima Ismara, ( 2013). Pengaruh Kesiapan Penerapan ISO/IEC

1705:2005 Terhadap Kepuasan Siswa Di Laboratorium Bidang Keahlian Teknik Elektro SMK Negeri 2 Salatiga. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Irwan (2013). Sudah siapkah Pemerintah Kabupaten Majalengka dalam

menghadapi urbanisasi?.

http://bukanirwan.blogspot.com/2013/12/urbanisasi-di-majalengka-sudah-siapkah.html. diakses tanggal 25 April 2014 .

Perda Kabupaten Majalengka, 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majalengka tahun 2011-2031. Majalengka. Perda Kabupaten Majalengka. Menteri Perhubungan, 2013. PM 69 Tahun 2013 Tentang Tatanan

Kebandarudaraan Nasional. Peraturan Menteri Perhubungan.

Mustopa, Zaenil. 2011. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Demak. Universitas Dipenogoro. Semarang.


(2)

Mubyarto, 1972 dalam Mustofa, Zaenil 2011. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Demak. Universitas Dipenogoro. Semarang

Nugroho, Adi,et.al, (2009). Kesiapan dan Kendala yang Dihadapi Guru SMK Program Keahlian Otomotif di Kota Semarang dalam Melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Univeritas Negeri Semarang. Semarang.

Perda Kabupaten Majalengka, 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majalengka tahun 2011-2031. Perda Kabupaten Majalengka. Majalengka Perda Provinsi Jawa Barat, 2010. Pembangunan dan Pengembangan Bandar Udara

Internasional Jawa Barat dan Kertajati Aerocity. Perda Provinsi Jawa Barat. Bandung.

Presiden RI, 1996.Peraturan Pemerintah tentang Kebandarudaraan No 71 Tahun 1996. Presiden RI.

Rozaq, Abdul.(2012). Studi Kasus Kesiapan Pelaksanaan Uji Kompetensi Mata Pelajaran PLC Pada Kompetensi Keahlian Teknik Otomasi Industri SMK Negeri 2 Pati. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakkarta.

Slameto.2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Tiurmaida Malau, Masnur, 2014. Aspek Hukum Peraturan Dan Kebijakan Pemerintah Indonesia Menghadapi Liberalisasi Ekonomi Regional: Masyarakat Ekonomi Asean 2015 (Legal aspect of Indonesian Government Regulaton against Regional Economic Liberalizaton: ASEAN Economic Community 2015). RechtsVinding, Vol. 3 No. 2, Agustus 2014, hlm. 163-182.

Wahyudin, Dian. 2014. Peluang atau tantangan Indonesia Menuju Asean Economic Community (AEC) 2015.

Wibberley dalam Jayadinata, Johara T, 1999. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan Wilayah. Edisi ketiga. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Wollenberg, Eva, David Edmunds dan Louise Buck, 2001. Mengantisipasi Perubahan: Skenerio Sebagai Sarana Pengelolaan Hutan Secara Adaptif. Center for International Forestry Research (CIFOR). Jakarta.


(3)

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga tugas akhir yang berjudul “IDENTIFIKASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN KESIAPAN

MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN BIJB YANG PADA

PERUBAHAN DARIPEDESAAN MENJADI PERKOTAAN” (Studi Kasus: Kecamatan Kertajati)” dapat diselesaikan dengan baik.

Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan Strata I pada Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota di Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), Bandung.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang selama penyusunan tugas akhir ini telah banyak memberi bantuan baik berupa moril dan materil maupun berupa saran, dan dorongan semangat kepada penulis. Secara khusus penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Allah SWT, hanya karena-Nya penulis bisa menyelesaikan Tugas Akhir

ini, serta shalawat dan salam dihaturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.

2. Kedua Orang tua, Alm. Ibu dan Ayah yang selalu mendukung dengan sepenuh hati baik moril maupun materi, dan dengan do’a-do’anya yang selalu mengiringi sehingga dapat terselesaikannya penulisan tugas akhir ini.

3. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

4. Bapak Prof. Dr. H.Denny Kurniadie, Ir., M.Sc. selaku Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia.

5. Ibu Rifiati Safariah, ST., MT. selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Komputer Indonesia dan sekaligus Dosen Pembimbing yang dengan ketulusan, kesabaran serta pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penyusunan Tugas Akhir ini.


(4)

iii

6. Ibu Dr. Lia Warlina, Ir., M.Si. selaku Dosen Wali angkatan 2011 yang telah menjadi orang tua wali di kampus UNIKOM.

7. Ibu Ir. Romeiza Syafriharti, M.T, Bapak Tatang Suheri, ST., MT. dan seluruh dosen serta Ibu Vitri selaku sekretariat Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota atas ilmu yang telah diajarkan dan bantuan yang telah diberikan selama penulis melaksanakan perkuliahan.

8. Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Majalengka yang telah memberikan data-data yang diperlukan.

9. Kakak (Neneng Yunengsih, S.Pd), Adik (Nabilah Mufidah) beserta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan dan doa dalam pengerjaan tugas akhir ini.

10. Adji Yusuf Nurbanidra, atas dukungan dan doa kepada penulis untuk kelancaran dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

11. Lusi Puspa Herdiyani dan Egi Wisnu Sholihin, atas bantuan dalam penyebaran kuisioner.

12. Temen-temen seperjuangan yang mengerjakan Tugas Akhir, Riri Endah Lestari, Eva Ayu Lestari, Rudi Guntara, Rudi Setia, Rangky Priananda, Heribertus Mesakh, Erwin Dwi Putera, Bang Alpredo Septian, Bang Ricky Wildansyah, Bang Yuda, Bang Edison, dan Bang Ilham yang selalu memberikan motivasi agar penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini.

13. Sahabat-sahabat PWK 2011 sekaligus keluarga bagi penulis Deby Awing Yulina, Adnan Fauzi, Lutfi Latif, Muhamed Syahrullah, Esda Yuldansah dan Rinaldi yang selalu memberikan bantuan dan motivasi agar penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini.

14. Pak Muis terima kasih atas jasanya yang telah mengamankan ruangan dan lingkungan sekitar jurusan menjadi bersih.

15. Teman-teman kost 26 Tuisba, (Mayang Juwita, Risa Romandini, Neli Oktaviani, Nurlina, Sri Darmayanti dan Sri Merlin) atas motivasi, saran serta suasana kekeluargaan yang diberikan kepada penulis.

16. Keluarga besar SADAYA UNIKOM, atas motivasi dukungan dan pelajaran pantang menyerah dalam menghadapi situasi apapun.


(5)

iv

17. Semua pihak yang terlibat selama pengerjaan tugas akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas segala bantuannya. Dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah mereka berikan untuk membantu penulis dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Amin.

Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis berusaha membuat dan menyelesaikannya dengan sebaik mungkin, namun kekurangan-kekurangan yang terdapat didalamnya semata-mata karena keterbatasan penulis dalam kemampuan dan pengetahuan. Oleh karena itu saran dan kritik yang tentunya sangat bermanfaat dan sangat diharapkan demi kesempurnaan tugas akhir ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca dan pihak-pihak yang memerlukan pada umumnya.

Bandung, 31 Agustus 2015

Widiyawati


(6)