BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Gangguan afektif adalah gangguan dengan gejala utama adanya perubahan suasana perasaan atau afek, biasanya ke arah depresi dengan
atau tanpa ansietas yang menyertainya, atau ke arah elasi suasana perasaan meningkat. Pasien yang menderita episode depresif berat
dikatakan memiliki gangguan depresif berat atau depresi unipolar. Pasien dengan episode manik maupun depresif atau pasien dengan episode
manik saja dikatakan memiliki gangguan bipolar. Istilah mania unipolar, mania murni, atau mania euforik kadang-kadang digunakan untuk pasien
bipolar yang tidak memiliki episode depresif.
2.2. Epidemiologi
Gangguan afektif merupakan gangguan mental yang paling umum dalam populasi dewasa dengan beberapa bukti yang mengarah pada
peningkatan prevalensinya. Prevalensi depresi unipolar bervariasi antara 20-40. Prevalensi sepanjang hidup dari komorbiditas depresi dan
siklotimia berkisar 1,5-2,5 pada populasi dewasa. Prevalensi epidemiologi gangguan bipolar sepanjang hidup dilaporkan antara 0,5-
1,6 dari berbagai penelitian. Sedangkan prevalensi spektrum gangguan bipolar diperkirakan 3-6 pada berbagai negara dan kultur.
2.3. Etiologi
Etiologi gangguan afektif belum sepenuhnya dimengerti, namun ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan
afektif, yaitu: a. Kelainan Genetik
Penelitian mengenai faktor genetik pada gangguan unipolar dan bipolar melibatkan keluarga dan anak kembar. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sekitar 10-15 keluarga dari pasien yang mengalami gangguan bipolar pernah mengalami satu episode gangguan mood
2
Gherson, 1990, dalam Davison, Neale, Kring, 2004. Pada gangguan unipolar, meskipun faktor genetik mempengaruhi, namun kurang
menentukan dibandingkan gangguan bipolar. Resiko akan meningkat pada keluarga pasien yang memiliki onset muda saat mengalami
gangguan. Berdasarkan beberapa data diperoleh bahwa onset awal untuk depresi, munculnya delusi, dan komorbiditas dengan gangguan
kecemasan dan alkoholisme meningkatkan resiko pada keluarga Goldstein, et al., 1994; Lyons et al., 1998, dalam Davison, Neale, Kring,
2004.
b. Mode Of Transmission and Linkage Studies Studi mengenai keluarga kembar menunjukkan bahwa faktor
genetik memainkan peran penting dalam perkembangan gangguan mood. Kebanyakan peneliti menyatakan gangguan mood sebagai polygenic,
bahwa mereka dipengaruhi oleh beberapa perbedaan gen dan setiap gen tersebut hanya dapat merubah resiko gangguan oleh jumlah yang sedikit.
c. Faktor genetik dan kemampuan menghadapi tekanan Terdapat dua alleles panjang dan pendek untuk bagian tertentu
dari gen 5-HTT: alleles pendek“s” diasosisasikan dengan mengurangi efisiensi transmisi saraf di jalur serotonin. Orang dengan homozigot
alleles “s” dari gen 5-HTT berada pada risiko tinggi untuk menjadi depresi secara klinis jika mereka mengalami peristiwa kehidupan yang penuh
stres. Efek dari faktor lingkungan dan genetik tidak independen. Faktor genetik rupanya mengontrol sensitivitas seseorang terhadap peristiwa
lingkungan.
d. Faktor neurokimia Komunikasi dan koordinasi dalam informasi antara area di otak
bergantung pada neurotransmiter. Dua neurotransmiter yang berperan dalam gangguan mood adalah norepinephrine dan serotonin.
Norepinephrine terkait dengan gangguan bipolar dimana tingkat
3
norephinephrine yang rendah menyebabkan depresi dan tingkat yang tinggi menyebabkan mania. Sedangkan untuk serotonin, tingkatnya yang
rendah juga menyebabkan depresi. Terdapat dua kelompok obat untuk depresi, yaitu tricyclics dan monoamine oxidase MAO inhibitors.
Tricyclics seperti imipramine tofranil adalah obat antidepresan yang berfungsi untuk mencegah pengambilan kembali norephinephrine dan
serotonin oleh presynaptic neuron setelah sebelumnya dilepaskan, meninggalkan lebih banyak neurotransmiter pada sinaps sehingga
transmisi pada impuls saraf berikutnya menjadi lebih mudah. Monoamine oxidase MAO inhibitors merupakan obat antidepresan yang dapat
meningkatkan serotonin dan norephineprhine. Terdapat pula obat yang dapat secara efektif mengatasi gangguan unipolar, yaitu Selective
Serotonin Reuptake Inhibitors, seperti Prozac. Namun diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat efek samping dari berbagai obat
antidepresan tersebut sehingga peningkatan dari norephineprhine dan serotonin tidak menimbulkan komplikasi lainnya.
e. Sistem Neuroendokrin Sistem endokrin memainkan peran penting dan regulasi respon
seseorang terhadap stress. Kelenjar endokrin, seperti pituitary, tiroid, dan kelenjar adrenal, berlokasi pada seluruh bagian tubuh. Dalam merespon
sinyal dari otak, kelenjar ini mengeluarkan hormone ke dalam darah. Salah satu jalur penting dalam sistem endokrin yang mungkin terkait erat
dengan etiologi gangguan mood disebut dengan hypothalamic-pituitary- adrenalHPA axis. Ketika seseorang mendeteksi ancaman di lingkungan,
sinyal hipotalamus kelenjar pituitari untuk mengeluarkan hormon yang disebut ACTH, yang pada gilirannya memodulasi sekresi hormon, seperti
kortisol, dari kelenjar adrenal kedalam aliran darah. Peningkatan kadar kortisol membantu orang untuk mempersiapkan diri untuk menanggapi
ancaman dengan meningkatkan kewaspadaan dan memberikan lebih banyak bahan bakar untuk otot sementara juga terjadi penurunan minat
dalam kegiatan lain yang mungkin mengganggu perlindungan diriseperti
4
tidur dan makan. Asosiasi antara HPA axis dan depresi diindikasikan oleh bukti tentang dexamethasone suppression testDST, yang telah
digunakan secara ekstensif untuk mempelajari disfungsi endokrin pada pasien dengan gangguan mood.
f. Faktor Psikososial Onset dan maintenance dari clinical depression jelas terkait dengan
sebuah gangguan atau kegagalan dari mekanisme normal yang meregulasi emosi negatif yang mengikuti kerugian besar. Pada masa awal
abad ke 20, teori psikodinamik menitikberatkan peran sentral dari hubungan interpersonal dan loss of significant others dalam pengaturan
tingkat depresi yang juga membawa suatu episode depresif.
g. Stressful Life Events and Unipolar Disorders Hal ini terkait dengan sebuah kemungkinan yang meningkat akan
seseorang untuk menjadi depresi. Stressful life events berguna untuk memprediksi subsequent onset dari unipolar depression. Severe events
khususnya yang mengancam dan memiliki konsekuensi jangka panjang untuk penyesuaian seorang wanita meningkatkan kemungkinan seorang
wanita akan menjadi depresi. Beberapa orang yang depresi membuat situasi sulit yang meningkatkan level stress dalam hidup mereka.
Fenomena ini dikenal dengan stress generation.
2.4. Manifestasi Klinis dan Diagnosa